DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. i
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Tujuan Percobaan.............................................................................................................................. 1
B. Dasar Teori........................................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................................... 4
ALAT DAN BAHAN ................................................................................................................................... 4
A. Peralatan yang digunakan ................................................................................................................. 4
B. Bahan yang digunakan ...................................................................................................................... 4
BAB III ......................................................................................................................................................... 5
METODE PERCOBAAN ............................................................................................................................. 5
BAB IV ......................................................................................................................................................... 6
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN........................................................................................ 6
A. Data Pengamatan .............................................................................................................................. 6
B. Perhitungan ....................................................................................................................................... 7
BAB V .......................................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 9
BAB VI ....................................................................................................................................................... 11
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 11
BAB VII ...................................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
TUGAS AKHIR.......................................................................................................................................... 13
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
Peristiwa resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu sistem fisis dengan nilai
frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber) yang bergetar dengan
frekuensi tertentu pula dimana nilai kedua frekuensi ini adalah sama. Peristiwa ini dapat kita amati
dengan menggunakan kolom udara.
Kolom udara dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang sebagian diisi air, sehingga
kita dapat mengatur panjang kolom udara dengan menaik-turunkan pemukaan air pada tabung.
Sistem fisis sumber adalah audio generator yang dapat menghasilkan gelombang bunyi dengan
nilai frekuensi bervariasi, sedangkan sistem fisis yang ikut bergetar adalah molekul-molekul udara
yang berada dalam kolom udara yang bergetar karena variasi tekanan.
Gelombang yang terbentuk dalam kolom udara merupakan gelombang bunyi berdiri.
Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi
pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang paling nyaring (amplitudo
maksimum).
Bila garpu penala digetarkan diatas tabung resonansi, maka getaran garpu penala ini akan
menggetarkan kolom udara di dalam tabung resonansi. Dengan mengatur panjang kolom udara di
dalam tabung resonansi, maka akan terdengar dengung garpu penala lebih keras, ini berarti terjadi
resonansi.
1
Gambar 1.1 ALAT PEMBANGKIT RESONANSI
Gelombang bunyi yang terbentuk dalam kolom udara memiliki nilai panjang gelombang
tertentu yang memenuhi hubungan:
=v/f ............... (1)
di mana:
: panjang gelombang
v : cepat rambat bunyi di (kolom) udara
f : frekuensi gelombang bunyi (frekuensi sumber)
Jika kita mengetahui nilai frekuensi sumber, maka pada saat resonansi tersebut kita dapat
menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara.
2
Gambar 1.2 PERBEDAAN KETINGGIAN KOLOM PADA SAAT RESONANSI
Peristiwa resonansi yang dapat terjadi lewat alat yang ditunjukkan oleh gambar 1.1 bisa
lebih dari satu kali. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah ketinggian kolom udara dengan
cara menurunkan permukaan air dalam tabung seperti ditunjukkan pada gambar 1.2. Syarat
terjadinya resonansi untuk sistem ini adalah:
L=(2n+1)1/4 ............. (2)
di mana n = 0, 1, 2, 3, dan seterusnya
Karena ukuran diameter tabung sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang dan
perut gelombang serta simpangannya tidak tepat pada ujung tabung, maka diperlukan angka
koreksi e dengan syarat e = 0,6 R di mana R adalah jari-jari tabung.
Dengan memperhatikan faktor koreksi tersebut, maka persamaan (2) ditulis sebagai berikut:
L=((2n+1) 1/4 ) -e
Substitusikan persamaan (1) ke dalam rumus di atas sehingga mendapatkan:
L=((2n+1) v/4f) -e
3
BAB II
1. Air
4
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Dicatat suhu, tekanan, dan kelembaban ruangan laboratorium tempat pelaksanaan percobaan.
2. Diukur diameter bagian dalam tabung dengan jangka sorong beberapa kali.
3. Diusahakan agar permukaan air dekat dengan ujung atas dengan mengatur reservoir (jangan
sampai tumpah).
4. Digetarkan garputala yang telah diketahui frekuensinya dengan pemukul garputala. Untuk
nmenjamin keamanan tabung gelas lakukanlah pemukulan garputala jauh dari tabung.
5. Didekatkan garputala yang bergetar pada ujung atas tabung.
6. Diturunkan permukaan air secara perlahan-lahan dengan pertolongan reservoir, sehingga pada
suatu tinggi tertentu terjadi resonansi (terdengan suara mengaung). Ini adalah resonansi ordo
pertama.
7. Dicatat kedudukan permukaan air, saat resonansi terjadi.
8. Diturunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi ordo kedua, mencatat kedudukan ini.
9. Diulangi percobaan nomor 3 sampai dengan nomor 8 untuk memastikan tepatnya tempat-
tempat terjadinya resonansi.
10. Diulangi percobaan nomor 3 sampai dengan nomor 9 dengan menggunakan garputala yang lain.
5
BAB IV
A. Data Pengamatan
1. Keadaan Ruangan
2. Hasil Pengukuran
3. Penetapan Resonansi
Percobaan 1
6
Percobaan 2
B. Perhitungan
1. Percobaan 1
= 2 (1 0 )
= 2 979 ((2.5 101 ) (7.5 102 ))
= 342.650 /
Menghitung e teoritis :
= 0.6
= 0.6 (1.85 102 )
= 0.011
2. Percobaan 2
=
2(1 0 )
342.650 /
=
2((3.5 101 ) (1.025 101 ))
= 692.293
Menghitung e praktik :
(1 30 )
=
2
7
(3.5 101 ) 3(1.025 101 )
=
2
= 0.021
8
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk mencari frekuensi garpu tala, digunakan rumus superposisi pada salah satu ujung
tabung yang terbuka, sama dengan metode untuk mencari cepat rambat bunyi di udara, yaitu:
= ((2 + 1) )
4
Harga n dalam rumus itu terkait kepada jumlah resonansi bunyi yang muncul dalam
percobaan. Oleh karena pada percobaan kali ini didapatkan 2 kali resonansi dengan ketinggian
kolom udara L1 dan L2, maka:
Untuk L1 atau ketinggian kolom udara pada resonansi pertama, harga n adalah 0 sehingga:
= ((2(0) + 1) )
4
=
4
Untuk L2 atau ketinggian kolom udara pada resonansi kedua, harga n adalah 1 sehingga:
1 = ((2(1) + 1) )
4
3
1 =
4
9
a. Ketidakjelian dalam menentukan ketinggian kolom udara pada saat gelombang bunyi yang
keluar dari garpu tala menimbulkan resonansi, yang dicirikan oleh dengungan yang
terdengar paling keras.
b. Kesalahan pada saat menurunkan atau menaikkan permukaan air dalam tabung resonansi,
umumnya karena cara menurunkan/menaikkan tabung reservoir tidak dengan perlahan.
c. Kerusakan pada garpu tala, ditandai dengan banyaknya lecet-lecet bekas dipukul untuk
menimbulkan getaran membuat nilai frekuensi garputala berubah.
d. Penempatan garpu tala yang salah serta cara membunyikan garpu tala yang salah. Garpu tala
seharusnya ditempatkan pada kotak bunyi tempat garpu tala dengan salah satu sisi yang
terbuka sebagai tempat keluarnya bunyi. Sisi yang terbuka itulah yang ditempatkan sedikit
di atas bibir tabung resonansi dan garpu tala dibunyikan dengan menggunakan pengetuk.
Kesalahan yang umum dalam hal ini adalah garpu tala yang dibunyikan tidak menggunakan
pengetuk dan/atau garpu tala yang dibunyikan langsung pada bibir tabung resonansi, tidak
ditempatkan terlebih dahulu pada kotak bunyi tempat garpu tala.
e. Ketidaktelitian dalam pengukuran diameter tabung dengan menggunakan jangka sorong.
f. Ketidaktelitian dalam membaca data pengamatan dan menghitung cepat rambat bunyi serta
frekuensi garpu tala.
10
BAB VI
KESIMPULAN
11
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011. Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Bogor: Laboratorium Fisika
Universitas Pakuan.
12
TUGAS AKHIR
13