Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasar modal merupakan tempat bertemunya investor sebagai pemilik

modal dan emiten sebagai pihak yang mebutuhkan dana. Pasar modal

bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan atau

emiten. Pasar modal berperan sangat penting dalam kegiatan perekonomian

karena merupakan sumber dana alternatif bagi perusahaan atau emiten. Salah

satu instrumen yang diperdagangkan dipasar modal adalah saham. Saham

dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham adalah salah

satu komoditi investasi yang tergolong beresiko tinggi karena sifatnya yang

peka terhadap perubahan perubahan yang terjadi baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri. Perubahan tersebut dapat berdampak positif maupun

negatif terhadap harga saham.(Darmaji, 2001:5)

Untuk menganalisis perubahan harga saham ada dua pendekatan yaitu

analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah

analisis sekuritas yang menggunakan data data fundamental dan faktor

faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Faktor

faktor eksternal tersebut meliputi kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga,

inflasi dan lain sebagainya. Faktor faktor inilah yang akan mempengaruhi

harga saham dimasa yang akan datang. Analisis terhadap harga saham

dengan mendasarkan pada faktor faktor fundamental berlandaskan prinsip

prinsip bahwa sebab mendasar yang menimbulkan gerak harga saham adalah

1
2

antisipasi tentang perubahan dalam pendapatan/laba (Mike, 1997).

Peningkatan pendapatan/laba dapat menyebabkan harga saham perusahaan

tersebut meningkat. Namun kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

pendapatan kerap kali diuji oleh perubahan perubahan kondisi makro

ekonomi. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi

ekonomi makro dimasa datang akan sangat berguna dalam pembuatan

keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu para investor harus

mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu

investor dalam membuat keputusan investasinya. Indikator makro ekonomi

yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah gross domestic

product, inflasi, tingkat suku bunga, dan kebijakan pemerintah terutama

mengenai PPh badan.

Gross domestic product (GDP) atau bisa disebut dengan Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang

diproduksi oleh faktor faktor produksi milik warga negara tersebut dan

negara asing (Sukirno, 2010:35). Gross domestic product adalah termasuk

faktor yang mempengaruhi harga saham. Gross domestic product yang

bertumbuh dengan cepat menunjukkan bahwa perekonomian mengalami

pertumbuhan (Bodie,dkk. 2009:177). Pertumbuhan ekonomi yang baik

berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat yang merupakan

peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Peningkatan

penjualan perusahaan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga

investor tertarik berinvestasi pada perusahaan dan berakibat harga saham

naik.
3

Sangkyung (1997) yang meneliti kaitan antara variabel makro seperti

harga konsumen, GDP, tingkat inflasi, suku bunga terhadap return saham

menemukan bahwa hanya GDP yang berpengaruh positif terhadap return

saham dan variable lainnya tidak berpengaruh. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Indraswari (2013) bahwa GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap

return saham. Johnson dan Anastasia (2014) yang meneliti tentang dampak

makro ekonomi terhadap indeks harga saham menemukan bahwa GDP

berpengaruh signifikan tehadap indeks harga saham.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga harga secara umum

dan terus menerus. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya terjadi akibat kondisi

ekonomi yang overhead. Artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan

produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya yang mengakibatkan

terjadinya kenaikan harga produk secara keseluruhan (Bodie, dkk. 2009:178).

Inflasi secara relatif berpengaruh negatif terhadap harga saham karena inflasi

meningkatkan biaya suatu perusahaan sehingga mengurangi pendapatan.

Penurunan pendapatan/laba perusahaan akan menyebabkan investor tidak

tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan, hal ini akan mengakibatkan

penurunan harga saham dan berdampak pada penurunan return saham

(Tandelilin, 2010:343). Inflasi yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan

penurunan daya beli uang (purchasing power of money).

Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat

pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Melihat kondisi

seperti ini berarti tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham.

Inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya indeks harga saham.


4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2013) menemukan

bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham sedangkan

menurut Satria (2016) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif

signifikan terhadap return saham.

Secara teori, tingkat suku bunga dan harga saham memiliki hubungan

yang negatif (Tandelilin, 2010). Pada tingkat bunga pinjaman yang tinggi,

beban bunga kredit meningkat dan dapat menyebabkan penurunan laba

bersih. Disisi lain kenaikan suku bunga deposito dapat menyebabkan investor

menjual sahamnya untuk berinvestasi ke deposito. Hal tersebut menyebabkan

jatuhnya harga saham akibat penjualan saham secara besar besaran

(Samsul, 2006:201). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi

nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan

investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Penelitian yang dilakukan Uddin

et al (2007) mengenai pengaruh pertumbuhan tingkat suku bunga terhadap

harga saham, menemukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap harga saham sedangkan penelitian yang dilakukan

Suramaya (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat suku bunga

tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham.

Pajak merupakan salah satu faktor dalam menentukan struktur modal

peusahaan. Undang undang No 28/2007 tentang ketentuan umum

perpajakan menyebutkan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.


5

Peraturan perpajakan di Indonesia bersifat dinamis sehingga seringkali wajib

pajak banyak yang tidak mengetahui peraturan peraturan perpajakan

terbaru. Dengan adanya perubahan peraturan yang mengatur tentang pajak

penghasilan, yang sebelumnya diatur dalam Undang Undang No. 17 tahun

2000 menjadi Undang Undang No. 36 tahun 2008. Beberapa perubahan

yang dialami oleh wajib pajak badan yang semula menggunakan tarif pajak

progresif kemudian berubah menjadi tarif pajak flat.

Perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar dapat mengurangi

jumlah utang yang dilakukan dalam rangka manajemen pajak. Sementara

bagi perusahaan yang memiliki tingkat laba yang rendah akan merasa

dirugikan karena pajak yang harus mereka bayarkan akan semakin besar.

Adanya perubahan tersebut perusahaan yang pajak terutangnya lebih besar

akan cenderung untuk berutang. Penggunaan utang bagi perusahaan dapat

mempengaruhi penghasilan kena pajak perusahaan lebih kecil, hal ini

disebabkan karena adanya beban bunga yang timbul dari hutang.

Kebijakan struktur modal yang optimal adalah dimana terjadinya

keseimbangan yang baik antara resiko dan tingkat pengembalian yang pada

akhirnya akan memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan perusahaan

memaksimalkan nilai perusahaan juga berarti memaksimalkan kekayaan

pemegang saham. Pada sebuah perusahaan yang go public, nilai perusahaan

tercermin pada harga saham yang diperdagangkan dibursa efek. Penambahan

utang memperbesar resiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar

utang yang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat

pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga sahan tersebut


6

(Alamsyah, 2010). Liwang (2011) yang meneliti faktor faktor yang

mempengaruhi struktur modal serta pengaruhnya terhadap harga saham,

berdasarkan penelitian tersebut bahwa faktor faktor yang mempengaruhi

struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Desriana (2014) mengatakan bahwa

perubahan tarif pajak badan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

struktur modal. Namun dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Pranata

(2015) tentang pengaruh tarif pajak dan kebijakan dividen terhadap harga

saham, mengatakan bahwa tarif pajak berpengaruh terhadap harga saham.

Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting

disuatu negara. Hal ini dapat dijadikan indikator untuk menganalisis

kesehatan ekonomi disuatu negara. Menurut Santoso (2005) industri properti

dan real estate merupakan salah satu sektor yang memberikan sinyal jatuh

atau sedang bangunnya suatu negara. Perkembangan sektor properti dan real

estate tentu saja akan menarik minat investor dikarenakan kenaikan harga

tanah dan bangunan yang cenderung naik. Supply tanah cenderung tetap

sedangkan demand (kebutuhan) akan selalu bertambah besar seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan

tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain lain.

Perkembangan tersebut memberikan dampak pada perubahan harga saham

properti dan real estate terutama pada perusahaan perusahaan properti dan

real estate yang sudah go public.


7

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini berjudul

Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan PPh

Badan Terhadap Harga Saham (Study Empiris Pada Perusahaan Properti

dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 2016)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah gross domestic product berpengaruh terhadap harga saham?

b. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga saham?

c. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham?

d. Apakah PPh badan berpengaruh terhadap harga saham?

e. Apakah gross domestic product, inflasi, tingkat suku bunga, dan PPh

badan berpengaruh terhadap harga saham?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh gross domestic product terhadap

harga saham

b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham

c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga

saham

d. Untuk mengetahui pengaruh PPh badan terhadap harga saham


8

e. Untuk mengetahui pengaruh gross domestic product, inflasi,

tingkat suku bunga, dan PPh badan terhadap harga saham.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan, memberikan wawasan

keilmuan, dan mempertajam daya fikir bagi akademisi mengenai

pengaruh gross domestic product, inflasi, tingkat suku bunga, dan

PPh badan terhadap harga saham.

2. Bisa dijadikan sebagai tambahan bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya.

3. Dapat dijadikan sebagai informasi terhadap investor yang akan

menanamkan mmodalnya pada perusahaan dengan melihat

struktur modal perusahaan tersebut yang nantinya akan berimbas

pada return saham.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk mendapat bahan perbandingan dan acuan pada penelitian ini, maka

hasil penelitian terdahulu dapat dituliskan sebagai berikut :

Suramaya (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Inflasi,

Suku Bunga, Kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris pengaruh variabel

variabel makro ekonomi terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. Teknik

analisis yang digunakan yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari

penelitian ini menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara

signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan

pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. penelitian ini

membuktikan bahwa variabel kurs rupiah mempengaruhi secara negatif

signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US

$ maka akan meningkatkan harga saham dan sebaliknya.

Lukisto dan Anastasia (2014) melakukan penelitian yang berjudul dampak

makro ekonomi terhadap indeks harga saham sektor properti di Indonesia

periode tahun 1994-2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh inflasi, suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), kurs

rupiah terhadap US dolar, dan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)

terhadap indeks harga saham, baik secara serentak maupun secara parsial.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil peneliatian menunjukkan bahwa faktor suku bunga SBI dan kurs rupiah

9
10

terhadap US dolar berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga

saham, dan inflasi serta pertumbuhan PDB tidak berpengaruh signifikan.

Berdasarkan uji F dalam penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa keempat

variabel independen secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

signifikan terhadap harga saham.

Nurul dan Muid (2014) dengan penelitiannya yang berjudul pengaruh

perubahan tariff pajak penghasilan wajib pajak badan dan karakteristik

perusahaan terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan wajib pajak

badan dan karakteristik perusahaan terhadap struktur modal perusahaan di

Indonesia. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan analisis

multivariat dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dari

penelitian ini menunjukakn bahwa perubahan tarif pajak pengahsilan wajib

badan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur

modal.

Pranata, dkk (2015) yang meneliti tentang pengaruh tarif pajak dan

kebijakan dividen terhadap hargta saham. tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh tarif pajak dan kebijakan dividen terhadap harga

saham baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kuantitatif kausal. Teknik analisis

menggunakan analisis jalur (path analysis) dan data yang dihgunakan adalah

data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tarif pajak dan

kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham sebesar 76,8%. Tarif


11

pajak berpengaruh positif terhadap harga saham sebesar 32,6% sedangkan

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham sebesar 17,5%.

Satria dan Komang (2016) yang meneliti tentang pengaruh tingkat suku

bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto terhadap

return saham. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat

suku bunga, tingkat inflasi, nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto

secara parsial terhadap return saham pada perusahaan food and baverage dii

bursa efek Indonesia 2009-2013. Metode pengumpulan data yang digunkaan

dalam penelitian ini adalah metode observasi non participation dimana

peneliti tidak terlibat dalam pengambilan data dan hanya sebagai pengamat

independen. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh

positif signifikan terhadap return saham. sedangkan tingkat inflasi dan nilai

kurs rupiah tidak berpengaruh terhadap return saham. produk domestik bruto

berpengaruh negative signifikan terhadap return saham.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Hampir seluruh Negara didunia ini memiliki pasar modal,

kecuali bagi Negara Negara yang masih berbenah dan belum

mampu melepaskan diri dari persoalan ekonomi dan politik yang

begitu parah. Keberadaan pasar modal disuatu Negara dapat

dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar kedinamisan bisnis


12

dinegara yang bersangkutan dalam menggerakkan berbagai

kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter.

Pasar modal (capital market) adalah tempat bagi berbagai

pihak (khususnya perusahaan) untuk menjual saham (stock) dan

obligasi (bond). Hasil dari penjualan tersebut nantinya akan

digunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal

perusahaan. (Fahmi, 2015:48)

Fahmi (2015:48) dalam bukunya menyebutkan bahwa

menurut Siegel dan Shim pasar modal adalah pusat perdagangan

utang jangka panjang dan saham perusahaan. Sementara itu menurut

Shook pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana dana

modal, seperti ekuitas dan utang diperdagangkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat

bertemunya antara investor (penyetor dana) dan perusahaan

(penerima dana) yang transaksinya berupa saham dan obligasi.

Menurut Hadi (2015:20) pasar modal sebagai wadah yang

terorganisir berdasarkan Undang undang untuk mempertemukan

antara investor sebagai pihak yang memberi surplus dana untuk

berinvestasi dalam instrument keuangan jangka panjang, pasar modal

memiliki manfaat antara lain :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha


sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secar optimal.
2. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diverifikasi investasi.
3. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang
sehat.
4. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
5. Memberikan akses kontrol sosial.
6. Menyediakan leading indikator bagi tren ekonomi Negara.
13

Hadi (2015:23), pasar modal merupakan tempat bertemunya

pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak yang memerlukan

dana jangka panjang. Dalam prespektif perekonomian secara agregat,

peran dan fungsi pasar modal memiliki daya dukung dalam

perekonomian. Pada perekonomian suatu Negara, pasar modal

mempunyai dua fungsi yaitu :

1. Fungsi ekonomi, bahwa pasar modal menyediakan fasilitas untuk


memindahkan dana dari pihak yang memiliki dana ke pihak yang meminjam
dana dalam rangka pembiayaan investasi. Dengan menginvestasikan dananya,
pemilik dana mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana
tersebut. Sedangkan bagi peminjam dana, adanya dana dari luar dapat
digunakan untuk pengembangan usaha tanpa menunggu dana dari hasil
operasi perusahaan.
2. Fungsi keuangan, maksudnya bahwa dengan cara menyediakan dana yang
diperlukan oleh peminjam dana dan para pemilik dana tanpa harus terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva riil mereka telah berinvestasi dengan
harapan memperoleh keuntungan.

Hadi (2015:23-24) dilihat dari perspektif lain, pasar modal

juga memberikan fungsi besar bagi pihak pihak yang ingin

memperoleh keuntungan dalam berinvestasi. Fungsi pasar modal

tersebut antara lain :

1. Bagi perusahaan

Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi

perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang relatif memiliki

risiko investasi (cost of capital) rendah dibandingkan sumber

dana jangka pendek dari pasar uang. Mengambil sumber dana

untuk pembiayaan perusahaan dari pasar uang (kredit perbankan)

terdapat cost of capital berupa angsuran pokok dan bunga secara

periodik. Hal itu, dipandang cukup berat bagi perusahaan,


14

terlebih jika dana tersebut digunakan untuk investasi jangka

panjang yang memberikan keuntungan dengan tenggang waktu

yang sangat lama, sementara angsuran bank harus diselesaikan

tiap bulan.

2. Bagi investor

Pasar modal memberikan ruang investor dan profesi lain

memafaatkan untuk memperoleh return yang cukup tinggi.

Investor yang berinvestasi lewat pasar modal, tidak harus

memiliki modal besar dan memiliki kemampuan analisis

keuangan yang bagus. Pasar modal meberikan ruang dan

peluang untuk investor kecil, pemula, bahkan masyarakat awan

sekalipun, misalnya dengan mempercayakan uangnya kepada

fund manager. Fund manager akan melakukan portofolio

investasi yang menguntungkan atas dana yang dipercayakan.

3. Bagi perekonomian nasional

Pasar modal memiliki peran penting dalam rangka

meningkatkan dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas

ekonomi. Hal itu ditunjukkan dengan fungsi pasar modal yang

memberikan sarana bertemunya antara pemilik dana dengan

peminjam dana. Disitu terjadi kemudahan penyediaan dana

untuk sektor riil dalam peningkatan produktifitas, sementara

pada sisi lain pihak investor akan memperoleh keuntungan dari

dana yang dimiliki.


15

Menurut Hadi (2015:24) secara makro pasar modal

meliputi:

a. Penyebaran kepemilikan
Pasar modal memberikan ruang dan peluang penyebaran kepemilikan
terhadap masyarakat (public). Hal itu dpat dilihat bahwa bagi
perusahaan yang go public, berarti kepemilikan perusahaan
terdeversifikasi kepemilikannya terhadap siapa saja yang memiliki
sekuritas emiten yang go public. Dengan demikian, terjadi penyebaran
kepemilikan yang sudah pasti akan menyebarkan tingkat kesejahteraan
yang berakhir pada peningkatan Gross Domestic Bruto.
b. Sebagai sarana aliran masukan investasi asing
Pada pasar modal modern, yang mana cakupan transaksi bukan hanya
sampai pada ditingkat nasional saja, namun juga sampai pada tingkat
internasional berpotensi memunculkan capital in flow (aliran dana
masuk lewat kepemilikan sekuritas yang diperdagangkan dipasar
modal). Dengan demikian, menambah aliran dana masuk untuk para
pelaku bisnis domestik untuk memanfaatkan dana tersebut dalam
pengembangan usaha.

2.2.2 Pengertian Saham

Penggunaan saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan

dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu

berkembang baik secara fundamental maupun teknikal. Saham (stock)

adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu

perusahaan. (Fahmi, 2015:80).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar

penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut (Darmaji,2001:5).

Sujai (2003:16) menjelaskan bahwa Harga Saham pada dasarnya

merupakan kesepakatan atau consensus (interaksi demand atau

supply) mengenai nilai saham perusahaan. Harga saham juga


16

ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran, yaitu hukum

permintaan adalah menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta

dalam suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan

harganya, jika hal lain diasumsikan konstan. Sedangkan hukum

penawaran adalah menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan

biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya, hal ini

diasumsikan konstan. Harga saham akan stabil pada saat ekuilibrium,

dimana antara permintaan dan penawaran terjadi keseimbangan.

Menurut Sutojo (1991:42) yang mempengaruhi harga saham

adalah kondisi perekonomian yang akan datang selalu dipengaruhi

oleh kondisi saat ini. Apabila kondisi saat ini telah menunjukkan

kondisi ekonomi yang stabil dan mantap, maka investor optimis

terhadap kondisi yang akan datang, sehingga harga saham cenderung

stabil dan akan naik. Sebaliknya, jika kondisi saat ini telah

menunjukkan keluasan maka investor akan datang sehingga

mengakibatkan harga saham akan turun.

Menurut Jogiyanto (1998:69) untuk menilai saham digunakan dua

pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis

fundamental sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh

laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan

merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping

informasi lain seperti informasi industry, kondisi perekonomian,

pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Sedangkan


17

analisis teknikal mendasarkan diri pada pola pola pergerakan saham

dari waktu kewaktu.

2.2.3 Jenis Jenis saham

Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan

dikenal luas dimasyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari

hari merupakan saham biasa (commond stock). Darmadi (2015:6)

menyatakan bahwa dtinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau

klaim maka saham terbagi atas :

1. Saham Biasa (commond stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan


pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan ha katas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham Preferen (preferred stocks), yaitu merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa juga tidak
mendapatkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa
dengan saham biasa karena dua hal, yaitu m ewakili kepemilikan ekuitas dan
diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham
tersebut dan membayar dividen

2.2.4 Pengertian Gross Domestic Product

Gross Domestic Product atau bisa disebut dengan Produk

Domestik bruto merupakan nilai produk dari semua barang dan

jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah Negara pada suatu

periode tertentu. Produk Domestik Bruto merupakan statistika

perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai

ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal

yang mendasari karena GDP mengukur tentang total pendapatan


18

semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan Negara

untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan

GDP dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan

pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara

keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw,

2006:5)

Dalam hal pengukuran, GDP mencoba menjadi ukuran

yang meliputi banyak hal, termasuk didalamnya adalah barang

barang yang diproduksi dalm perekonomian dan dijual secara legal

dipasaran. GDP juga memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan

pada perekonomian. GDP meliputi barang yang dapat dihitung

(makanan, pakaian, mobil) maupun jasa yang tidak dapat dihitung

(potong rambut, pembersih rumah, kunjungan kedokter). GDP

mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang diproduksi. GDP

mengukur nilai produksi dalam batas geografis sebuah Negara.

GDP mengukur nilai produksi yang terjadi sepanjang suatu interval

waktu. Biasanya, interval tersebut adalah setahun atau satu kuartal

(tiga bulan). GDP mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran

dalam perekonomian selama interval tersebut. Sedangkan hal hal

yang tidak dapat diukur oleh GDP yaitu mengecualikan banyak

barang yang diproduksi dan dijual secara gelap, seperti obat

obatan terlarang. GDP juga tidak mencakup barang barang yang

tidak pernah memasuki pasar karena diproduksi dan dikonsumsi

dalam rumah tangga (Mankiw,2006:7-10)


19

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan

output perkapita jangka panjang. Penekanan pada proses, karena

mengandung unsur dinamis, perubahan, dan perkembangan. Oleh

karena itu pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi akan dilihat

dari kurun waktu atau periode tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi

akan diukur melalui perkembangan PDB yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik. Adapun cara perhitungannya dalah sebagai

berikut :

(PDBs PDBk)
PDB = X 100%
PDBk

Keterangan :

PDB : Pertumbuhan ekonomi (rate of growth)

PDBs : Produk Domestik Bruto tahun sekarang

PDBk : Produk Domestik Produk tahun kemarin

2.2.5 Inflasi

Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi

dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata

uang mengalami pelemahan. Jika kondisi ini terjadi secara terus

menerus, akan berdampak pada semakin buruknya kondisi ekonomi

secara menyeluruh serta terjadi guncangan pada tatanan stabilitas

politik suatu Negara. Infalsi dapat membahayakan perekonomian

karena mampu menimbulkan efek yang sulit diatasi, bahkan berakhir

pada keadaan yang bisa menumbangkan pemerintah. Contohnya


20

adalah terjadinya hiperinflasi di Indonesia pada era pemerintahan

presiden Soekarno (Fahmi, 2015:61).

Fahmi (2015:26) berdasarkan area terjadinya, inflasi terbagi

menjadi dua :

a. Inflasi domestik (domestic inflation)


Infalsi domestik terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi
didalam negeri, salah satunya kebijakan pemerintah (government policy) dalam
mengeluarkan deregulasi yang mampu mempengaruhi kondisi kenaikan harga.
Misalnya, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bensin, solar, dan gas
elpiji akan berimbas pada kenaikan harga barang secara keseluruhan. Salah
satu penyebabnya adalah adanya kenaikan biaya angkutan dan biaya makan
sebagai dampak dari kenaikan gas elpiji
b. Inflasi impor (imported inflation)
Inflasi impor disebabkan factor situasi dan kondisi yang terjadi diluar
negeri, seperti terjadinya goncangan ekonomi di Amerika Serikat yang
berpengaruh pada naiknya harga berbagai barang yang berasal dari Negara
tersebut. Jika suatu Negara memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada
ekonomi luar negeri terutama jika kurangnya krmampuan dalam memproduksi
barang dalam jenis tertentu maka pada saat inflasi terjadi, salah satunya akan
berdampak pada kenaikan harga jenis barang tersebut dibandingkan waktub
sebelumnya.

Fahmi (2015:62) berdasarkan penyebab terjadinya, inflasi dapat

digolongkan menjadi 3 yaitu :

a. Inflasi struktural (structural inflantion), yaitu suatu kejaidan yang


ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang karena pergeseran struktur
ekonomi, pergerakan faktor faktor produksi dari sektor nonindustri
kesektor industri.
b. Desakan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh
kebijakan perusahaan untuk menaikkan harga barang dagangannya karena
implikasi dari kenaikan biaya internal seperti kenaikan upajh buruh, suku
bunga, atau harapan untuk memperoleh laba yang tinggi.
c. Desakan permintaan (demand full inflation), yaitu inflasi yang timbul
karena didorong oleh biaya atau inflasi lain, seperti faktor kenaikan
pendapatan masyarakat atau ketakutan terhadap kenaikan harga yang terus
menerus sehingga masyarakat memborong barang. Inflasi ini disebut juga
dengan inflasi yang timbul karena dorongan permintaan.

Menurut (Djohanputro, 2006) besarnya inflasi dapat dibagi

menjadi beberapa macam, antar lain sebagai berikut :

a. Inflasi ringan, inflasi dengan laju kurang 10% pertahun, sehingga disebut
juga inflasi dibawah dua digit. Sifat inflasi ini tidak memberikan dampak
yang merusak pada perekonomian. Dalam beberapa hal justru memberikan
21

dorongan bagi pengusaha untuk bergairah dalam berproduksi karena adanya


dorongan kenaikan harga barang dipasar.
b. Inflasi sedang, inflasi yang bergerak antara 10% - 30% pertahun. Pengaruh
yang ditimbulkan cukup dirasakan terutama bagi masyarakat dengan
penghasilan tetap seperti pegawai negeri dan karyawan lepas.
c. Inflasi berat, infalsi dengan laju antara 30% - 100% pertahun. Inflasi berat
terjadi pada keadaan politik yang tidak stabil dan menghadapi krisis yang
berkepanjangan. Efek yang ditimbulkan menyebabkan mulai hilangnya
kepercayaan masyakrakat terhadap lembaga lembaga ekonomi masyarakat
seperti perbankan. Aktivitas kredit, asuransi, proses produksi dan distribusi
barang mengalami guncangan karena masyarakat lebih mengambil sikap
aman dengan memegang barang dari pada uang. Masyarakat mulai
kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas nilai mata uang.
d. Hiperinflasi, inflasi dengan laju diatas 100% pertahun yang menimbulkan
krisis berkepanjangan. Fenomena hiperinflasi biasanya menandai
pergolakan politik dan pergantian pemerintahan atau rezim. Masyarakat
benar benar kehilangan kepercayaan terhadap mata uang yang beredar
sehingga perekonomian lumpuh.

Menurut Fahmi (2015:63-64) sebelum menghitung inflasi tahunan,

kita harus terlebih dahulu menghitung indeks harga konsumen (IHK)

atau bisa dibeut juga Customer Price Indeks (CPI). CPI merupakan

rasio dari biaya konsumsi dalam satu tahun terhadap biaya pos

tersebut pada tahun dasar. CPI meliputi sekuruh biaya dasar yang

dibutuhkan oleh seorang konsumen dalam aktivitas sehari hari

seperti makan, rumah, biaya pengobatan, dan lain lain. Biaya seperti

ini juga dikenal dengan istilah cost living indeks. Rumus untuk

menghitung CPI adalah:


CPI = 100

Keterangan :

CPI = custumer price indeks (indeks harga konsumen)


22

CP = current price (harga dari suatu jenis barang yang dilihat

dari periode berlangsung atau berjalan)

BPP = base-period price atau harga dari suatu jenis barang yang

dilihat pada periode dasar

Informasi mengenai CPI ini dapat diperoleh dikantor statistik.

Mereka umumnya telah mendata seluruh informasi mengenai

berbagai harga dari setiap barang.

2.2.6 Tingkat suku bunga

Menurut Kasmir (2013:114) bunga dapat diartikan sebagai balas

jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional

kepada nasabah yang membeli dan menjual produknya. Bunga juga

dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah

(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah

kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Kasmir (2013:114) suku bunga dibedakan menjadi dua macam

yaitu:

1. Bunga simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi

nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Bunga simpanan

merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.

2. Bunga pinjaman
23

Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang

harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.

Menurut Kasmir (2013:115) faktor faktor utama yang

mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai

berikut :

a. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman, namun apabila dana yang ada
pada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga
simpanan akan turun.
b. Persaingan
Dalam memperebutkan bunga simpanan, maka disamping factor promosi yang
harus diperhatikan oleh pihak perbankan yaitu pesaing. Dalam arti jika untuk
bunga simpanan rata rata 16% maka jika hendak membutuhkan dana cepat
sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%.
Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga
pesaing.
c. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
d. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
maka bunga pinjaman akan ikut besar dan juga sebaliknya.
e. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menetukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya
perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang
relative kecil begitu pula sebaliknya.

2.2.7 Pajak Penghasilan

Menurut UU No 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar

besarnya kemakmuran rakyat.


24

Menurut UU PPh yang menganut prinsip pemajakan atas

penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan

atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan

untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam UU PPh tidak memperhatikan adanya

penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan

kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik

mengenai kemampuan wajib pajak tersebut unruk ikut bersama

sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin

dan pembangunan. (IAI, 2016:310)

Yang dimaksud dengan badan usaha adalah sekumpulan orang

dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya. Badan usaha milik

Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk

apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau

organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk

badan lainnya.

Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

dalam menghitung pajaknya. Artinya, wajib pajak tersebut harus

membuat laporan laba rugi fiskal setiap akhir tahun pajak, dimana
25

tidak semua penghasilan perlu dihitung kembali guna perhitungan

pajak yang harus dibayar atas kekurangannya pada akhir tahun.

Demikian pula dengan biaya yang tidak semuanya dapat dijadikan

sebagai pengurang penghasil bruto (Agus, 2003:3)

2.2.8 Pengertian PPh Badan

PPh Badan merupakan pembayaran pajak yang dilakukan oleh

pengusaha badan sendiri. Pembayaran tersebut dilakukan dalam setiap

masa dan pada akhir tahunn pajak. Pajak yang dibayar dalam setiap

masa dikenal dengan nama PPh pasal 25. Pajak penghasilan pasal 25,

selanjutnya disingkat PPh Pasal 25, merupakan angsuran PPh yang

harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun

pajak berjalan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 25 UU no. 8

Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36

Tahun 2008 tentang pajak penghasilan (Siti, 2016:355).

Menurut Siti (2016:13-14) untuk menghitung besarnya pajak

yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif pajak dan dasar

pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase

tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi 3 macam diantaranya :

a. Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun besarnya
dadar pengenaan pajak.
b. Tarif proporsional (Sebanding) adalah tarif berupa presentase tertentu yang
sifatnya tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Makin besar dasar
pengenaan pajaknya, maka semakin besar pula jumlah pajak yng terutang
dengan kenaikan yang proporsional atau sebanding. Di Indonesia, tarif
proporsional diterapkan pada PPN (tarif 10%), PPh pasal 26 (tarif 20%), Pph
pasal 23 (tarif 15% dan 2% untuk jasa lain), dan lain sebagainya.
c. Tarif progesif (meningkat) adalah tarif berupa presentase tertentu yang semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak
26

Dalam hal pemungutan pajak dikenal beberapa system pemungutan

pajak baik dalam wajib pajak perorangan ataupun wajib pajak badan,

yaitu :

a. Official Assesment System


System pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang
berlaku. Dalam system ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut
pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian,
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
aparatur perpajakan.
b. Self Assesment System
System pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku. Dalam system ini,
inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada
ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak,
memahami undang undang perpajakan yang sedang berlaku, mempunyai
kejujuran yang tinggi, dan menyadari arti pentingnya membayar pajak.
c. With Holding System
System pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang undangan
perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong serta
memungut pajak, menyetor, dan mempertanggung jawabkan melalui sarana
perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. Peranan dominan ada pada
pihak ketiga (Siti,2016;10-11)

2.2.9 Tari Pajak Badan

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2016:341) menyatakan bahwa

PPh badan dihitung berdasarkan tarif pasal 17 UU PPh dengan

penghasilan netto, setelah dikurangi dengan konpensasi kerugian.

Terdapat tiga macam tarif untuk wajib pajak badan, yaitu :

1. Tarif PPh Pasal 17 ayat (1)huruf b

Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b merupakan tarif umum untuk

wajib pajak badan dalam negeri. Tarif umum PPh badan yang
27

berlaku untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28%. Sedangkan

untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya sebesar 25%.

2. Tarif PPh pasal 17 ayat (2b)

Berdasarkan pasal 17 ayat (2b) wajib pajak dalam negeri yang

berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% dari jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek

Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat

memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari pada tarif normal.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pengurangan

tarif adalah sebagai berikut :

a. Jumlah kepemilikan saham publiknya 40% atau lebih dari

keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki

paling sedikit oleh 300 pihak.

b. Masing masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang

dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor.

Ketentuan tersebut diatas harus dipenuhi wajib pajak badan dalam

negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dalam waktu paling

singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.

3. Tarif PPh Pasal 31E ayat (1)

Berdasarkan tarif pasal 31E ayat (1) UU PPh wajib pajak badan

dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.

50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif

sebesar 50% dari tarif dasar yang dikenakan atas Penghasilan


28

Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.

4.800.000.000,00

2.3 Hubungan antara variabel

2.3.1 Hubungan Gross Domestik Produck terhadap Harga Saham

Gross domestic product adalah termasuk faktor makro ekonomi yang

mempengaruhi harga saham. GDP yang bertumbuh dengan cepat

menunjukkan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan (Bodie

dkk, 2009:177). Pertumbuhan ekonomi yang baik berdampak pada

meningkatnya daya beli masyarakat yang merupakan peluang bagi

perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Peningkatan penjualan

perusahaan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga

investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa GDP akan berpengaruh positif

terhadap harga saham karena meningkatnya daya beli masyarakat.

2.3.2 Hubungan Inflasi terhadap Harga Saham

Infalsi secara relatif berpengaruh terhadap harga saham karena

inflasi meningkatkan biaya suatu perusahaan sehingga mengurangi

pendapatan. Penurunan pendapatan atau laba perusahaan akan

mengakibatkan investor tidak tertarik lagi untuk berinvestasi pada

perusahaan, hal ini akan mengakibatkan penurunan harga saham dan

berdampak pada penurunan return saham (Tandelilin, 2010:343).

Dampak inflasi yang paling terasa adalah meningkatnya harga barang

barang kebutuhan pokok. Meningkatnya harga barang kebutuhan


29

sehari hari akan meningkatkan harga bahan bahan produksi yang

diperlukan. Dengan begitu biaya yang akan dikeluarkan oleh

perusahaan juga meningkat. Biaya yang meningkat akan

mempengaruhi harga barang /jasa yang diproduksi oleh perusahaan.

Meningkatnya harga barang/jasa akan mengurangi minat masyarakat

untuk membeli barang/jasa tersebut sehingga tingkat keuntungan

peruasahaan akan menurun dan imbasnya terhadap harga saham yang

juga akan menurun. Jadi dapat disimpulakan bahwa laju inflasi akan

berdampak negatif terhadap harga saham, apabila inflasi semakin

tinggi maka harga saham akan semakin turun begitu juga sebaliknya.

2.3.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham

Secara teori tingkat suku bunga dan harga saham memiliki hubungan

yang negatif. Pada tingkat bunga pinjaman yang tinggi, beban bunga

kredit meningkat dan dapat menyebabkan penurunan laba bersih.

Disisi lain kenaikan suku bunga deposito dapat menyebabkan investor

menjual sahamnya untuk berinvestasi ke deposito. Hal tersebut

menyebabkan jatuhnya harga saham akibat penjualan saham secara

besar besaran (Samsul, 2006:201).

Dampak suku bunga akan mempengaruhi suku bunga pinjaman dan

simpanan. Semakin tinggi suku bunga simpanan akan memicu para

investor untuk tetap menyimpan uangnya dibank dari pada harus

menanamkan modalnya kedalam investasi yang beresiko lebih tinggi

seperti saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa suku bunga memiliki

pengaruh negative terhadap harga saham. apabila suku bunga


30

simpanan naik maka akan mengakibatkan harga saham turun

demikian pula sebaliknya.

2.3.4 Hubungan PPh badan terhadap harga saham

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang

undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Menurut

UU pasal 17 tarif pajak PPh badan dapat dihitung sebagai berikut:

1. Tarif pph pasal 17 ayat (1) huruf b

Merupakan tarif umum untuk wajib pajak badan dalam negeri.

Tarif umum PPh badan yang berlaku untuk tahun pajak 2009

adalah sebesar 28%. Sedangkan untuk tahun pajak 2010 dan

seterusnya sebesar 25%.

2. Tarif PPh paal 17 ayat (2b)

Berdasarkan pasal 17ayat (2b) wajib pajak dalam negeri yang

berbentuk perseroan yang paling sedikit 40% dari jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek

Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat

memperoleh tarif sebesar 20%.

Dalam perubahan tarif pajak tersebut, akan mempengaruhi

tingkat laba yang dimiliki oleh perusahaan. Ketika perusahaan

tersebut memiliki paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan

saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek Indonesia maka


31

pengenaan tarif pajak akan lebih rendah dibandingkan tarif umum

yang dikenakan. Artinya laba bersih setelah dikurangi pajak akan

tetap tinggi.

Perusahaan yang mempunyai keuntungan yang besar dapat

mengurangi jumlah hutangnya. Pada sebuah perusahaan yang go

public, nilai perusahaan tercermin pada harga saham yang

diperdagangkan dibursa efek, penambahan utang memperbesar

resiko perusahaan sekaligus juga memperbesar utang perusahaan

yang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya

tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga

saham tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa tarif pajak akan

berdampak negatif terhadap harga saham, jika tarif pajak tinggi

maka maka harga saham akan turun begitupun sebaliknya.

2.4 Kerangka Konseptual

Gross Domestic Product (X1)

Inflasi (X2)
Harga Saham
(Y)
Tingkat Suku Bunga (X3)

PPh Badan (X4)


32

GAMBAR 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL

Keterangan :

= Pengaruh parsial

= Pengaruh simultan

2.5 Hipotesis Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah, landasan teori, dan pembahasan

hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

H1 : Bahwa Gross Domestic Product berpengaruh terhadap harga

saham

H2 : Bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham

H3 : Bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham

H4 : Bahwa PPh badan berpengaruh terhadap harga saham

H5 : Bahwa Gross Domestic Product, Inflasi, Tingkat Suku Bunga,

dan PPh Badan berpengaruh terhadap harga saham


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian explanatory research dengan pendekatannya yaitu

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014), metode explanatory research

merupakan metode penelitian yang bermaksud menjelaskan

kedudukan variabel variabel yang diteliti serta pengaruh antara satu

variabel dengan variabel yang lain. Metode kuantitatif menurut

Indrianto dan Supomo (2007:12) adalah penelitian yang berupaya

untuk memahami dan memecahkan masalah berdasarkan positif atau

empiris, yakni menekankan pengujian pada teori melalui pengukuran

variabel variabel penelitian dengan angka dan analisa data dengan

analisis statistik. Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk

menganalisis pengaruh Gross Domestic Product, inflasi, tingkat suku

bunga, dan PPh badan terhadap harga saham.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Properti dan Real Estate

yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 2016 pada situs website

www.idx.co.id.

33
34

3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober 2017 sampai selesai.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian

(Arikunto, 1998:115). Sedangkan menurut Sugiyono (2000:55)

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI dari tahun 2012 sampai

2016. Jumlah populasi pada perusahaan property dan real estate

sebanyak 49 perusahaan.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Arikunto, 1998:115). Metode pengambilan sampel dalam

penelitian dilakukan secara purposive sampling, dimana populasi

yang dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memiliki

kriteria sampel tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh

peneliti. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari

timbulnya spesifikasi yang tidak sesuai sehingga dapat berpengaruh


35

terhadap hasil analisis. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan properti dan real estate yang listing di BEI mulai tahun

2012 2016

2. Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI yang

konsisten menerbitkan laporan keuangan tahunan lengkap per 31

Desember 2012 2016

3. Perusahaan yang tidak dalam proses delisting

Tabel 3.1 Jumlah populasi dan pemilihan sampel berdasarkan kriteria

No Keterangan Jumlah perusahaan


1. Jumlah populasi 49
2. Sampel yang tidak memenuhi 7
kriteria
3. Sampel yang memenuhi kriteria 42
Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Indrianto dan Supomo (2014:63), variabel bebas

(independen Variable) adalah tipe penelitian yang menjelaskan atau

mempengaruhi variable yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Gross Domestic Product, inflasi, tingkat suku bunga, dan PPh

Badan.
36

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Indrianto dan Supomo (2014:63) mendenifisikan variabel

terikat (dependent variable) sebagai tipe variabel yang dijelaskan

atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah harga saham.

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Gross Domestic product

Gross domestic product adalah nilai produk dari semua barang dan

jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah Negara pada suatu

periode tertentu. Dalam hal pengukuran, GDP mencoba menjadi

ukuran yang meliputi banyak hal, termasuk didalamnya adalah

barang barang yang diproduksi dalam perekonomian dan dijual

secara legal dipasaran. GDP yang bertumbuh dengan cepat

menunjukkan bahwa perekonomian mengalami pertumbuhan. Laju

pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui perkembangan PDB yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Adapun cara perhitungannya

dalah sebagai berikut :

(PDBs PDBk)
PDB = X 100%
PDBk

Keterangan :

PDB : Pertumbuhan ekonomi (rate of growth)

PDBs : Produk Domestik Bruto tahun sekarang

PDBk : Produk Domestik Produk tahun kemarin


37

3.4.2 Inflasi

Infalsi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi

dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata

uang mengalami pelemahan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari

data Bank Indonesia dan BPS dengan satuan persen. Data akan

diinterpolasi menjadi data tahunan.

Sebelum menghitung inflasi tahunan, kita harus terlebih dahulu

menghitung indeks harga konsumen (IHK) atau bisa dibeut juga

Customer Price Indeks (CPI). CPI merupakan rasio dari biaya

konsumsi dalam satu tahun terhadap biaya pos tersebut pada tahun

dasar. CPI meliputi sekuruh biaya dasar yang dibutuhkan oleh

seorang konsumen dalam aktivitas sehari hari seperti makan,

rumah, biaya pengobatan, dan lain lain. Biaya seperti ini juga

dikenal dengan istilah cost living indeks. Rumus untuk menghitung

CPI adalah :


CPI = 100

Keterangan :

CPI = custumer price indeks (indeks harga konsumen)

CP = current price (harga dari suatu jenis barang yang dilihat

dari periode berlangsung atau berjalan)


38

BPP = base-period price atau harga dari suatu jenis barang yang

dilihat pada periode dasar

3.4.3 Tingkat suku bunga

Suku bunga merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh

kreditur kepada debitur dalam bentuk presentase. Dalam penelitian

ini suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito bank

nasional berjangka satu bulan selama periode pengamatan. Tingkat

suku bunga disesuaikan dengan tingkat suku bunga SBI periode

perbulan.

3.4.4 PPh Badan

PPh Badan merupakan pembayaran pajak yang dilakukan oleh

pengusaha badan sendiri. Pembayaran tersebut dilakukan dalam

setiap masa dan pada akhir tahunn pajak. Pajak yang dibayar dalam

setiap masa dikenal dengan nama PPh pasal 25.

Dalam penelitian ini PPh badan dihitung berdasarkan tarif pasal

17 UU PPh dengan penghasilan netto setelah dikurangi dengan

konpensasi kerugian. Tarif tersebut antara lain :

1. Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b

Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b merupakan tarif umum

untuk wajib pajak badan dalam negeri. Tarif umum PPh badan

yang berlaku untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28%.

Sedangkan untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya sebesar

25%.
39

2. Tarif PPh Pasal 17 ayat (2b)

Berdasarkan pasal 17 ayat (2b) wajib pajak dalam negeri yang

berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% dari

jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan

dibursa efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu

lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari

pada tarif normal.

3.5 Sumber dan Pengumpulan Data

3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut

indriantoro dan Supomo (2014:147) data sekunder merupakan

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melauli media perantara (diperoleh dan dicacat oleh pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

dan yang tidak dipublikasikan. Data yang digunakan adalah data

kuantitatif, yaitu data yang berupa angka angka yang dapat

diselidiki secara langsung dengan menggunakan pengukur atau alat

uji statistik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan

property dan real estate yang terdaftar di BEI.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data


40

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dokumentasi. Dokumen yang diteliti berdasarkan sumbernya yang

diteliti dari data eksternal, yaitu publikasi data yang diperoleh dari

orang lain (Indriantoro dan Supomo, 2014:146). Data dokumentasi

dalam penelitian ini bersumber dari buku buku, catatan serta

dokumen dokumen sebagai acuan dalm penulisan skripsi.

Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan. Selain itu juga

mengakses website dan situs situs yang menyediakan informasi

yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal,

sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji normalitas

perlu dilakukan bila n bersifat tidak tak terhingga. Perlu dipahami pula

bahwa yang perlu untuk diuji normalitas hanyalah error dari model

regresi, bukan data variabel terikat maupun bebasnya.

Kriteria penilaian uji normalitas dapat dilakukan dengan

membandingkan nilai Probabilitas Jarque-Bera (JB) dengan tingkat

alpha 0,05 (5%). Apabila Prob. JB > 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya


41

0,05 maka tidak cukup bukti bahwa residual terdistribusi

normal.(Ronny, 2017:38)

3.6.2 Uji Regresi Linier Berganda

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis data dengan model

analisis regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 +

Keterangan :

Y = Harga Saham

X1 = Gross Domestic Product

X2 = Inflasi

X3 = Tingkat Suku Bunga

X4 = PPh Badan

= eror

Sebelum melakukan uji regresi, data yang terkumpul dianalisis

terlebih dahulu dengan melakukan uji normalitas data dan uji

asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini

adalah multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokolerasi. Uji t

dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial, yaitu

untuk menguji pengaruh signifikansi dari suatu variable

independen terhadap variable dipenden, jika variable independen

yang lain dianggap konstan. Uji t dilakukan untuk menguji

hipotesis tingkat signifikansi 95%. Uji F digunakan untuk menguji

koefisien regresi secara simultan.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik


42

Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam

penelitian ini, maka untuk mendapatkan ketetapan model yang

akan dianalisis perlu dilakukan pengujian atas beberapa

persyaratan asumsi klasik yang mendasari model regresi. Tahapan

analisis awal untuk menguji model yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi langkah langkah sebagai berikut :

a. Uji multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation

factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance

0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 (Ghozali, 2011: 105-

106).

b. Uji Heterokesdasititas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut


43

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas

terhadap nilai mutlak residualnya. Jika nilai probabilitas lebih

besar dari nilai alpha (5%), maka dapat dipastikan model tidak

mengandung gejala heterokedastisitas.(Suliyanto,2011:95)

c. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode saat ini (t) dengan kesalahan pada periode

sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena obeservasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain

(Ghozali, 2011,110). Dalam penelitian ini digunakan uji

Durbin-Watson (DW test) yang merupakan salah satu alat

pendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2011:111).

Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan

secara umum adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Autokolerasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika


Tidak ada auto kolerasi posotif Tolak 0<d<C
Tidak ada auto kolerasi positif No Decision dlddu
Tidak ada auto kolerasi negatif Tolak 4dl<d<4
Tidak ada auto kolerasi negatif No Decision 4dud4dl
Tidak ada auto kolerasi positif Tidak Ditolak Du<d<4du
44

atau negative
Sumber: Gurajati (2003:470)

3.7 Uji Hipotesis

a. Uji F Statistik

Uji ini digunakan untuk melihat apakah secara kolektif seluruh

variable bebas yang ada pada model regresi memberikan dampak penjelas

yang signifikan pada variable terikat (Doddy, 2012:22).

1. Perumusan hipotesis

Untuk membuktikan, hipotesis yang diajukan sevagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh secara simultan antara variable

independen dan variable dependen

H1 = ada pengaruh secara simultan antara variable independen

dan variable dependen

2. Tingkat signifikansi (level of significance) sebesar = 5%

3. Pengujian statistic

Nilai F hitung menurut Doddy (2012:22) dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut :

Fht = R2/K

(1 R2)/(n k 1)

4. Kaidah pengambilan keputusan paa derajat kebebasan

b. Koefisien determinasi (R2)


45

Koefisien determinasi ( Adj R2 ) pada intinya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable

dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2

berkisar hamper satu, maka semakin kuat kemampuan variable

independen dalam menjelaskan variable dependen, dan sebaliknya jika

Adj R2 semakin mendekati angka nol berarti semakin lemah kemampuan

variable independen dalam menjelaskan variable dependen (Ghozali,

2011:97).

Rumus Adj R2 :


2 =

Keterangan :

R2 : Besarnya Koefisien Determinasi

SSR : Sum of Square Regression

SST : Sum of Square Total

c. Uji t statistik

Uji ini digunakan untuk melihat setiap variable independen secara

individu terhadap variable dependen.

1. Perumusan hipotesis

H0 = tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara

variable independen dan variable dependen

H1 = terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara

variable independen dan variable dependen

2. Tingkat signifikansi (level of significance) sebesar = 5%

3. Pengujian statistik
46

H0 diterima (atau H1 ditolak) jika sig (probabilitas) t > 0,05 (5%)

H0 ditolak (atau H1 diterima) jika sig (probabilitas) t < 0,05 (5%)

4. Kaidah keputusan yang diambil

Jika H0 diterima maka, variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variable dependen.

Jika H0 ditolak maka, variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai