Bab Ii
Bab Ii
LAPORAN
PENDAHULUAN
1. Definisi
Gagal jantung (heart failure) adalah keadaan kegagalan jantung dalam memompakan
darah untuk memenuhi keperluan metabolisme jaringan badan, dimana kompensasi
mekanisme jantung telah dipergunakan atau daya cadangan kerja jantung (cardiak
reserve) telah terpakai. ( Soeparman, 1994 : 197)
Gagal jantung, sering di sebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah yang adequat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. ( Brunner, 2002 : 805 )
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung
(cardiac output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. ( Peter Kabo,
1996 : 187)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient
(Baugman, 2000).
Gagal jantung adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac
output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai
akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang
terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan
oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2001).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi atau tidak mampu memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh (Muttaqim, 2009).
Pada penderita gagal jantung kiri terjadi perubahan struktur ventrikel kiri, yang akan
memperburuk penderita gagal jantung. Perubahan ini tidak hanya membuat jantung
lebih besar, tetapi juga mengubah bentuk jantung, akibatnya ventrikel membutuhkan
energi lebih banyak, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan dilatasi ventrikel
kiri, penurunan cardiac output maupun peningkatan hemodynamic overloading
(Smeltzer, 2002).
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah atau keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan oksigen dan nutrisi, dimana kompensasi
mekanisme jantung telah dipergunakan atau daya cadangan kerja jantung (cardiak
reserve) telah terpakai.
2. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1997) penyebab kegagalan jantung yaitu :
a) Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkan curah jantung.
b) Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang , seperti stenosis katup
aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang menunjukan
peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
c) Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis
koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, penyakit miokard primer
(kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau
hipertensi sistemik.
d) Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan
kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi selama 8
hari pertama setelah infark.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif,
yaitu: kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemika atau pulmonal
(peningkatan afterload) , peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit
jantung lain, faktor sistemik
Penyebab terbesar menurut Edward K. Chung (1995) adalah kegagalan ventrikel kiri
akibat dari hipertensi, penyakit mitral atau aortic atau kedua-duanya dan penyakit
jantung arteriosklerotik. Penyebab terbesar dari gagal ventrikel kanan adalah infark
ventrikel kanan, penyakit trikuspid atau pulmonary katub kedua-duanya dan penyakit
paru.
Tabel 1. Penyebab Gagal Jantung
Kelainan Mekanis Kelainan Miokardial Gangguan Irama Jantung
1. peningkatan beban tekanan primer 1. henti jantung
dari sentral (stenosis aorta) kardiomiopati 2. ventrikel vibrilasi
dari perifer (hipertensi gangguan neuromuscular 3. takikardia atau bradikardi
sistemis miokarditis ekstrim
2. peningkatan beban volume metabolic (diabetes melitus) 4. asinkoni listrik dan gangg
regurgitasi katup-pirau keracunan (alcohol, kobalt, dll) konduksi
meningkatnya beban awal sekunder
3. obstruksi terhadap pengisian iskemia (penyakit jantung
ventrikel koroner)
stenosis mitral atau gangguan metabolic
trikuspid inflamasi
4. tamponade pericardium penyakit infiltrative (restrictive
5. restriksi endokardium dan cardiomiopati)
miokardium penyakit sistemis
6. aneurisma ventricular penyakit paru obstruktif kronis
7. dis-sinergi ventrikel obat=obatan yang
mendepresi miokardium
3. Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2001) berdasarkan bagian jantung yang mengalami
kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal
jantung kanan, dan gagal jantung kongestif.
4. Manifestasi Klinis
Kegelisahan / kecemasan
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik,
kecemasan terjadi juga dispnu, yang pada gilirannnya memperberat kecemasan.
Kriteria diagnose gagal jantung kongesif menurut Framingham yaitu:
1. Kriteria Mayor
- Paroksismal nocturnal dypsnea
- Distensi vena leher
- Ronchi paru
- Kardiomegali
- Edema paru akut
- Gallop S3
- Peninggian tekanan vena jugularis
- Refluks hepato jugular
2. Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dipsnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital dari normal
Takikardi (> 120 per menit)
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2007.
Penurunan BB 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan. Diagnosis gagal jantung ditegakkan
minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor (Sudoyo et al, 2007).
5. Patofisiologi
Bila rservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespon terhadap stress tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh, maka jantung gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga
pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan
gagal jantung. Jika reservasi jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan,
respon fisiologis tertentu pada penurunana curah jantung adalah penting. Semua
respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap
normal.
Terdapat empat mekanisme respon primer terhadap gagal jantung meliputi:
1) Meningkatnya aktifitas adrenergic simpatis
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
3) Hipertrofi ventrikel
4) Volume cairan berlebih
Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hamper normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Tetapi
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada
saat beraktifitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi
semakin kurang efektif.
7. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrikal
2. Kerusakan pertukaran gas b/d perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder
dari perubahan membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
3. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan cairan sistemis, perembesan cairan
interstisial di sistemis akibat sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung
kanan.
4. Aktual / resiko tinggi gangguan perfusi perifer b/d menurunnya curah jantung
5. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuhan tubuh akibat sekunder dari penurunan curah jantung.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, dispneu, mual/ muntah, efek
samping obat, produksi sputum
7. Gangguan pola istirahat tidur b/d paroxysmal nocturna disease, hospitalisasi,
sesak, ketidaknyamanan terhadap diaphoresis.
8. Ansietas b/d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis,
ancaman, atau perubahan kesehatan
9. Resiko kerusakan integritas kulit b/d tirah baring yang lama, edema dan penurunan
perfusi jaringan.
10. Resiko ketidakpatuhan terhadap peraturan terpeutik b/d tidak mau menerima pola
hidup yang sesuai
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
Airway: Bersihan jalan napas klien bisa terganggu karena produksi sputum
pada gagal jantung kiri
Breathing:
Kongesti vaskuler pulmonal
Gejala gejala kongesti vaskuler pulmonal adalah dispnea,ortopnea,dispnea noktural
paroksismal,batuk,dan edema pulmonal akut
Dispnea ,di karakteristikan dengan pernapasan cepat,dangkal dan keadaan yang
menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup,yang menekan
klien.terkadang klien mengeluh adanya insomnia,gelisah,atau kelemahan yang di
sebabkanoleh dispnea.
Ortopnea ,ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,adalah keluhan
umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan kongesti vaskuler
pulmonal.perawat harus menentukan apakah ortopnea benar benar berhubungan
dengan penyakit jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur adalah kebiasaan
klien belaka.sebagai contoh,bila klien menyatakan bahw ia terbiasa menggunakan tiga
bantal saat tidur.tetapi,perawat harus menanyakan alasan klien tidur dengan
menggunakan tiga bantal. Bila klien mengatakan bahwa ia melakukan ini karena
menyukai tidur dengan ketinggian ini dan telah di lakukan sejak sebelum mempunyai
gejala gangguan jantung,kondisi ini tidak tepat di anggap sebagai ortopnea.
Dispnea nokturnal paroksismal ( DNP ) adalah keluhan yang di kenal baik oleh klien
yaitu klien biasanya terbangun di tengah malam karena mengalami napas pendek yang
hebat. Dispnea nokturnal paroksismal di perkirakan di sebabkan oleh perpindahan
cairan dari jaringan ke dalam kompartemen intravaskuler sebagai akibat dari posisi
telentang. Pada siang hari,saat klien melakukan aktivitas,tekanan hidrostatisk vena
meningkat,khususnya pada bagian bawah tubuh karena adanya gravitasi,peningkatan
volume cairan,dan peningkatan tonus sismpatetik. Dengan peningkatan tekanan
hidrostatik ini,sejumlah cairan keluar masuk ke area jaringan secara normal.
Namun,dengan posisi telentang. Tekanan pada kapiler kapiler dependen menurun
dan cairan di serap kembali ke dalam sirkulasi. Peningkatan volume cairan dalam
sirkulasi akan memberikan sejulmlah tambahan drah yang di alirkan ke jantung untuk di
pompa tiap menit ( peningkatan beban awal ) dan memberikan beban tambahan pada
dasar vaskuler pulmonal yang telah mengalami kongesti. Mengingat bahwa DNP terjadi
bukan hanya pada malam hari tetapi dapat terjadi kapan saja,klien harus di berikan
tirah baring selama perawatan akut di rumah sakit
Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskuler pulmonal yang sering tidak
menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan.batuk ini dapat produktif
tetapi biasanya kering dan batuk pendek.gejala ini di hubungkan dengan kongesti
mukosa bronchial dan berhubungan dengan peningkatan produksi mucus.
Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi di hubungkan dengan
kongesti vaskuler pulmonal.edema pulmonal akut ini terjadi bila tekanan kapiler
pulmonal melebihi tekanan yang cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran
vaskuler ( kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini,akan terjadi transduksi ciran ke
dalam alveoli,namun sebaliknya tekanan ini akan menurunkan tersedianya area untuk
transport normal oksigen dan karbon dioksida dari darah dalam kapiler pulmonal.
Edema pulmonal akut di cirikan oleh dispnea
hebat,batuk,ortopnea,ansietas,sianosis,berkeringat,kelainan bunyi pernapasan,dan
sangat sering nyeri dada dan sputum berwarna merah muda,berbusa yang keluar Dari
mulut.ini memerlukan kedaruratan medis dan harus di tangani dengan cepat dan tepat.
Circulation:
B2 ( Blood )
Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada dada,keluhan kelemahan fisik,dan adanya
edema ekstremitas
Palpasi :Denyut nadi periver melemah. Thrill biasanya di temukan.
Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup.bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya di temukan apabila
penyebab gagal jantung adalah kelainan katup.
Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi
( kardiomegali )
Penuranan curah jantung
Selain gejala gejala yang di akibatkan gagal ventrikel kiri dan kongesti vaskuler
pulmonal,kegagalan ventrikel kiri juga di hubungkan dengan gejala tidak spesifik yang
berhubungan dengan penurunan curah jantung.klien dapat mengeluh lemah,mudah
lelah,apatis,letargi,kesulitan berkonsentrasi,deficit memori,atau penurunan toleransi
latihan. Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan
merupakan keluhan utama klien. Namun,gejala ini tidak spesifik dan sering di anggap
sebagai depresi,neurosis,atau keluhan fungsional. Oleh karena itu,kondisi ini secara
potensial merupakan indicator penting penyimpangan fungsi pompa yang sering tidak di
perhatikan dank lien juga di beri keyakinan yang tidak tepat atau di beri
tranquilizer atau sediaan yang dapat meningkatkan suasana hati ( mood ). Sebaiknya
di ingat,adanya gejala tidak spesifik dari curah jantung yang rendah memerlukan
pengkajian yang lebih lanjut dan tepat terhadap jantung dan pemeiksaan psikologis
klien yang akan memberikan informasi untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat
Bunyi jantung dan crackle
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri yang dapat di kenali dengan
mudah adalah adanya bunyi jantung ke tiga dankeempat ( S3,S4 ) dan crackles pada
paru paru . s4 atau gallop atrium,di hubungkan dengan dan mengikuti kontraksi atrium
dan terdengar paling baik dengan bell stetoskop yang di tempelkan dengan tepat pada
apeks jantung. Klien di minta untuk berbaring pada posisi miring kiri untuk mendapatkan
bunyi. Bunyi S4 ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama ( S1 ) dan tidak selalu
merupakan tanda pasti kegagalan kongesti,tetapi dapat menunjukan adanya penurunan
komplians ( peningkatan kekakuan ) miokardium. Hal ini mungkin merupakan indikasi
awal ( premonitori) menuju kegagalan.bunyi S4 umumnya di temukan pada klien
dengan infark miokardium akut dan mumgkin tidak mempunyai proknosis
bermakna,tetapi mungkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada orang
dewasa hamper tidak pernah di temukankecuali jika ada penyakit jantung signifikan.
Kebanyakan dokter akan setuju bahwa tindakan intervensi terhadap gagal kongestif di
indikasikan dengan adanya tanda ini. S3 terdengar pada awal diastolik setelah bunyi
jantung ke dua ( S2 ) dan berkaitan dengan periode pengisian ventrikel pasif yang
cepat. Suara ini juga terkenal paling baik dengan bell stetoskop yang di letakkan tepat
di apeks,akan lebih baik dengan posisi klien berbaring miring kiri, dan pada akhir
ekspirasi
Crackles atau ronkhi basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior paru
dan sering di kenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri,dan memang demikian
sesungguhnya. Sebelum crackles di tetakan sebagai kegagalan pompa jantung,klien
harus di instruksikan untuk batuk dalam yang bertujuan membuka alveoli basilaris yang
mungkin mengalami kompresi karena berada di bawah diafragma. Crackles yang tidak
menghilang setelah batuk ( pasca batuk rejan ) perlu di evaluasi sedangkan yang
hilang setelah batuk mungkin secara klinis tidak penting. Perawat harus segera
memberikan perhatian pada klien yang mungkin mempunyai bukti bahwa gagal
ventrikel kiri terjadi atau adanya S3 pada apeks dan belum mempunyai area paru yang
cukup bersih. Jangan menunggu memberikan terapi bila tidak di temukan bunyi
crackles pada paru paru.
Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respon awal jantung terhadap stress,
sinus takikardia mungkin di curigai dan sering di temukan pada pemeriksaan klien
dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan
pompa meliputi kontraksi atrium prematur,takikardia atrium paroksismal,dan denyut
ventrikel prematu. Kapanpun abnormalitas irama terdeteksi,seseorang harus berupaya
untuk menemukan mekanisme dasar patofisiologisnya,kemudian terapi dapat di
rencanakan dan di berikan dengan tepat
Ditensi vena jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terhadap kegagalan ventrikel kiri,
akan terjadi di latasi dari ruang ventrikel,peningkatan volume ,dan tekanan pada
diastolik akhir ventrikel kanan,tahanan untuk mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut
pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini akan di teruskan ke hulu vena
kava dan dapat di ketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis. Seseorang
dapat mengevaluasi peningkatan vena jugularis dengan melihat pada vena vena di
leher dan memerhatikan ketinggian kolom darah. Klien di instruksikan untuk berbaring
di tempat tidur dan kepala tempat tidur dan kepala di tempat tidur di tinggikan antara
30-60 derajat,kolom darah di vena vena jugularis eksternal akan meningkat. Pada
orang normal, hanya beberapa millimeter di atas batas klavikula. Namun, pada klien
dengan gagal ventrikel kanan akan tampak sangat jelas dan berkisar antara 1-2 cm.
Kulit dingin
Kegagalan arus darah ke depan ( forward failure ) pada ventrikel kiri menimbulkan
tanda tanda yang menunjukkan berkurangnya perfusi ke organ organ. Karena darah
di alihkan dari organ organ nonvital ke organ organ vital seperti jantung dan otak
untuk mempertahankan perfusinya,maka manifestasi paling awal dari gagal ke depan
yang lebih lanjut adalah berkurangnya perfusi organ organ seperti kulit dan otot otot
rangka. Kulit tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer mengalami
vasokontriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi meningkat. Sehingga akan terjadi
sianosis.
Perubahan nadi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan menunjukkan denyut yang cepat
dan lemah
Denyut jantung yang cepat atau takikardia,mencerminkan respons terhadap
perangsangan saraf simpatik.
Penurunan yang bermakna dari volume sekuncup dan adanya vasokontriksi
perifer akan mengurangi tekanan nadi ( perbedaan antara tekanan sistolik dan diasolik )
dan menghasilkan denyut yang lemah atau thread pulse.
Hipotensi sistolik di temukan pada gagal jantung yang lebih berat.
Selain itu,pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus altenans atau
gangguan pulsasi,suatu perubahan dari kekuatan denyt arteri. Pulsus alternans
menunjukkan gangguan fungus mekanis yang berat dengan berulangnya variasi denyut
ke denyut pada volume sekuncup.
b. Pengkajian Sekunder
a. Pengumpulan data
1) Identitas
(a) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal jantung adalah :
Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardiovaskuler yang banyak
terjadi pada orang dewasa.
Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap pengetahuan
klien tentang penyakit gagal jantung.
Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat menyebabkan
gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.
(b) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Penyakit
(a) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah saat beraktivitas dan sesak nafas.
(b)Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama di lakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST,yaitu :
Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat,sesua derajat gangguan pada jantung(lihat klasifikasi gagal jantung
Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktifitas yang di
rasakan atau di gambarkan klien biasanya tetap beraktivitas klien merasakan sesak
nafas(dengan menggunakan alat atau otot bantu pernafasan).
Region : radiation,relif : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi
keseluruhan system otot rangka dan apakah di sertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
Severity (scale) of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari - hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat
gangguan perfusi yang di alami organ.
Time : sifat mula timbulnya (onset) keluhan kelemahan beraktivitas biasanya yimbul
perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap
saat,baik saat istirahat maupun saat beraktifitas.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum,kesadaran klien gagal jantung biasanya baik atau
kompos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistme saraf pusat.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit gagal jantung merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
yang komplek pada sistem kardiovaskuler, sebagai akibat dari berkurangnya perfusi
organ-organ yang menyebabkan kunjungtiva pucat, akral dingin, CRT > dari 3 detik,
dan sebagai akibat dari bendungan sistemik dapat diamati adanya peningkatan
kecepatan jantung, perubahan tekanan darah (hipotensi dan hipertensi), suara jantung
tambahan S3 S4, tachicardi, peningkatan JVP, dan mempunyai dampak pada sistem
tubuh yang lain misalnya pada sistem pernafasan diantaranya : dispneu atau perasaan
sulit bernafas merupakan manisfestasi yang paling umum dari gangguan yang
disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskuler paru yang
mengurangi kelenturan paru, sesak ini terjadi karena tekanan kapiler paru, perpindahan
cairan dari intravaskuler ke interstisial pulmunal sehingga mengganggu proses difusi
O2 dan CO2. Pada penyakit gagal jantung ini bisa juga menyebabkan resiko kematian,
sehingga pada penyakit ini di perlukan perawatan atau penanganan secara khusus dan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://Asuhankeperawatanperawatindonesia.blogspot.com/2008/10/gagal-jantung.html
http://pena dalam seni.blogspot.com/2010/10/askepgagaljantunghf.html