Anda di halaman 1dari 23

Skip to navigation

Skip to main content


Skip to primary sidebar
Skip to secondary sidebar
Skip to footer

BELAJAR BARENG YUK |


JANGAN TAKUT MENCOBA
Tempat dimana kita bisa belajar bareng melalui online, Tips
dan Trik mengenai IT, Sharing mata kuliah

BERANDA
ARTIKEL
PROFIL
DOWNLOAD
MATA KULIAH
TUKAR LINK
LINK
MK AKBID
TIPS & TRIK
8 Kunci Menjadi Seorang Pengusaha
Pancasila 1

10 Orang Pengusaha Cacat Yang Sukses


OCT 29

Posted by abrianto nugraha

63 Votes

1. Pengusaha Sukses Penyandang Cacat


Terlahir tanpa memiliki kaki, Sidik selalu menjawab Alhamdulillah sejak lahir saya sudah
begini jika ditanya perihal cacat di tubuhnya. Sidik adalah anak keenam dari sepuluh
bersaudara. Keluarganya tergolong miskin dan untuk menghidupi keluarga, orangtua Sidik
hanya mengandalkan warung kecil di depan rumahnya di Bogor.

Ketika akan melahirkan Sidik, Ibunya pernah mimpi bahwa ia akan melahirkan anak cacat.
Namun anak cacat itu akan membawa berkah dalam keluarga. Alhamdulillah, tak lama
setelah saya lahir, kata almarhumah Ibu, Ayah saya langsung mendapat pekerjaan tetap,
sehingga bisa membiayai pendidikan seluruh anak-anaknya hingga SMA. kata Sidik di
rumahnya yang sederhana di bilangan Cempaka Putih.

Sidik memang lahir dengan kondisi yang memprihatinkan, ia tak memiliki kedua kaki mulai dari
pangkal paha. Sehingga boleh dibilang tubuhnya hanya separuh. Sebelum menggunakan kursi
roda, ia mengayunkan dua tangan guna menyeret tubuhnya untuk berjalan.

Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tak pernah mau merepotkan orang. Ia selalu
berusaha melakukan semua aktivitasnya sendiri. Ia juga tak mau dipapah atau digendong,
Saya tak mau dikasihani orang, saya ingin sukses bukan karena orang kasihan pada saya,
tetapi karena kerja keras saya. katanya lugas.

Pada tahun 1992, Sidik menikah dengan Siti Rahmah yang juga penyandang cacat. Dari
perkawinan mereka lahirlah tiga anak perempuan yang sehat dan normal. Belakangan anak
kedua mereka meninggal dunia karena kecelakaan.

Setelah bertahun-tahun bekerja di Yayasan Swa Prasidya Purna tapi tak menghasilkan materi
berarti, Sidik memilih keluar dan mencari pekerjaan lain. Dengan bekal ijazah diplomanya, ia
diterima di sebuah perusahaan kontraktor sebagai staf personalia. Tapi belum lama ia bekerja,
krisis moneter 98 menghantam dan perusahaannya terpaksa tutup. Maka dimulailah periode
Sidik menjadi pengangguran. Tapi ia tak mau lama-lama menganggur, Sidik mulai mengikuti
berbagai kursus keterampilan yang diadakan oleh Pemda DKI untuk penyandang cacat. Salah
satu kursus yang memikat perhatian Sidik ialah kursus membuat kerupuk dari singkong.

Dari belasan orang peserta kursus, hanya saya satu-satunya orang yang masih bertahan
membuat kerupuk sampai sekarang. Yang lain, tumbang. ujar Sidik.

Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah. Bersama istrinya Sidik
kemudian memulai usaha membuat kerupuk dari singkong. Dulu belum ada merek, plastiknya
pembungkusnya masih polos. katanya. Pada awal produksi ia memproduksi sekitar 100
bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong 10 kilogram. Namanya juga
pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih. katanya mengenang.

Prosesnya pembuatan kerupuk singkong terbilang lebih rumit dibanding membuat keripik
singkong. Jika membuat keripik singkong cukup dengan memotong-motong batang singkong
menjadi irisan tipis lalu digoreng dan selesai. Membuat kerupuk singkong prosesnya adalah
singkong yang sudah dikupas kemudian diparut, parutan itu lalu dibuat menjadi adonan dengan
mencampur berbagai bumbu rasa dan sedikit tepung. Setelah itu adonan dibentuk kembali
menjadi seperti batang singkong dan dijemur. Setelah adonan sedikit liat, adonan kemudian
diiris tipis-tipis. Irisan itu tidak langsung digoreng, tetapi kembali dijemur sekitar dua hari agar
kering. Setelah kering, irisan kerupuk singkong baru digoreng.

Dari hanya mengolah 10 kilogram singkong, kini Sidik mengolah sedikitnya 50 hingga 100
kilogram singkong setiap bulannya. Ia juga sudah punya merek lengkap dengan cap di
pembungkus produknya. Saya beri nama merek Cap Gurame, ini sama sekali tak ada
hubungannya sama ikan gurame, tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,
katanya tersenyum. Kalau nanti ada biaya, merek ini saya mau patenkan. tambahnya.

Semua pekerjaan produksi dari mulai membeli singkong hingga memasarkannya ia kerjakan
sendiri dibantu istrinya. Setiap hari ia keluar masuk kampung menawarkan kerupuk daganganya
ke warung-warung atau koperasi-koperasi di kantor pemerintahan. Saya menggunakan sistem
konsinyasi atau titip jual, harga dari saya empat ribu, terserah mereka menjualnya berapa,
tapi bisanya mereka jual lima ribu rupiah. kata Sidik.

Dari usaha yang ditekuni sejak tahun 1999 ini, memang belum terlalu banyak menghasilkan
materi. Sidik masih tinggal di gedung bekas tempatnya bekerja di bilangan Cempaka Putih,
Jakarta Pusat. Rumahnya pun hanya terdiri dari tiga petak yang disekat papan tripleks
termasuk di dalamnya ruang produksi kerupuk Cap gurame tersebut.

Beruntung ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan akhirnya
menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha. Namanya juga tidak punya
kaki, saya sempat bingung juga, bagaimana mengendarainya? Tapi Sidik tak kehilangan akal,
ia mendesain motornya agar tuas perseneling dapat dioperasikan dengan tangan. Dengan
bantuan tukang las, jadilah sebuah motor dengan tongkat besi tambahan yang ditempel di
perseneling dan injakan rem. Tak lupa ia juga menempelkan gerobak disampingnya untuk
mengangkut muatan. Motor itu benar-benar membantu mobilitas dan produktivitas usaha
saya. ujar Sidik.

Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya, setiap hari ia masih berkeliling ke
koperasi-koperasi atau warung di seluruh pelosok Ibukota. Bahkan saat Kabari mewancarainya,
dua kali telepon selularnya berbunyi dari orang yang meminta agar pasokan kerupuk Cap
Gurame segera dikirim.

Namun dalam menjalankan usahanya ini, Sidik juga mengalami berbagai kendala, seperti
modal dan permintaan yang terbatas. Saya ingin sekali mendapat tambahan modal, atau
minimal ada orang yang mau menjadi mitra usaha untuk mengembangkan bisnis ini. Saya punya
mimpi suatu saat kerupuk saya ini dimakan sama orang Amerika. ujarnya.

Sidik juga mengaku kesulitan memasok produknya ke pasar modern seperti supermarket atau
hipermaket. Wah selain bentuknya mesti perseroan, mereka (para pengelola pasar modern-
red) juga meminta deposit uang mas, jelas kalah sainganlah saya kata Sidik lugas.

Kalau soal rasa, kerupuk Cap Gurame memang gurih dan renyah. Rasanya yang campuran
pedas dan asin cocok dinikmati sebagai cemilan atau sebagai lauk.

Kini, dari hasil usahanya Sidik mengantungi keuntungan berkisar 1 sampai 2 juta rupiah
perbulan. Meski jumlahnya kecil, apa yang diperbuat Sidik termasuk luar biasa. Dengan
keadaan yang terbatas, ia menjadientrepreuner sejati. Meminjam rumusnya Pak Ciputra,
pengusaha dan dosen mata kuliah enterpreunership,bahwa Indonesia membutuhkan sedikitnya
20 persen penduduknya menjadi entepreuner, barulah menjadi negara makmur, maka Sidik
telah memulainya bertahun-tahun lalu. Jika benar apa kata Pak Ciputra, maka jelaslah
Indonesia membutuhkan orang-orang gigih seperti Sidik.

2. Angkat Martabat Penyandang Cacat Lewat Kain Perca


Irma Suryati mengalami kelumpuhan saat usia 4 tahun akibat polio. Kehidupannya menuju usia
dewasa adalah kisah panjang yang penuh perjuangan. Irma yang bersuamikan Agus Priyanto,
yang juga penyandang cacat kaki, telah membuktikan bahwa seburam-buram harapan, selalu
ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan.

Pasangan itu berhasil membangun usaha kerajinan keset dengan modal kain-kain sisa. Usaha
mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan mereka kini memiliki 2.500
pengrajin dan 150 diantaranya adalah penyandang cacat.

Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen
(2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat.

Pada Awalnya
Sejak bayi, Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski
masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas (SMA), kaki Irma mudah
lemas.Kalau disenggol, langsung jatuh, ujar wanita kelahiran Semarang, 1 Januari 1975 ini.

Sejak saat itu, sang ayah menyuruh Irma, menggunakan tongkat untuk berjalan hingga kini.
Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan
orang lain. Setelah lulus dari SMAN 1 di Semarang, Irma mencoba membuat keset dari kain
perca, benda sederhana untuk membersihkan telapak kaki.

Aku mencoba membuat keset dari kain sisa industri garmen, ujar Irma. Kebetulan,
di dekat rumahnya di Semarang terdapat banyak sisa kain industri garmen. Kain sisa itu ia jahit
menjadi aneka bentuk keset.

Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan sendiri. Lambat laun, karyanya mulai dilirik
tetangga. Pasar kecil pun mulai terbentuk. Keputusan menjadi perajin keset makin bulat
ketika ia menikah dengan Agus Priyanto, penyandang cacat yang jago melukis. Mereka sepakat
membuka usaha kecil pembuatan keset pada 1999. Kala itu, Irma dan Agus dibantu 5
karyawan.

Ketika usaha mereka mulai berkembang, Irma merasa tak leluasa lagi menjalankan usaha di
rumah orang tuanya. Pada 2002, pasangan muda ini memutuskan pindah ke Kebumen, kampung
halaman Agus. Mereka membeli rumah di Jalan Karang Bolong kilometer 7, Desa Karangsari,
Kecamatan Buayan, Kebumen. Dari rumah itulah Irma mengendalikan usahanya.

Irma tak mau membuat usaha ecek-ecek. Ia membentuk usaha berbadan hukum yang diberi
nama Usaha Dagang Mutiara Equipment. Perempuan itu juga membentuk Pusat Usaha Kecil
Menengah Penyandang Cacat. Awalnya susah sekali mengorganisasi orang, kata Irma.
Namun Irma adalah sosok yang tidak mau mengalah pada keadaan. Ia mendatangi penduduk
dari rumah ke rumah untuk mendorong ibu rumah tangga menjadi produktif dengan mengajari
mereka membuat keset. Perempuan sekarang harus berdaya secara ekonomi, katanya.
Menuai Hasil
Irma juga pernah menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-orang yang melihat usaha itu
dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat kaki Irma yang cacat, tapi Irma tak patah
semangat. Hasilnya pun mulai tampak. Ia berhasil mengajak beberapa ibu rumah tangga
belajar membuat keset. Ketika sudah terampil, mereka mendapat pasokan bahan baku dan
mesin jahit dari Irma.

Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang diberikan Irma, minat
menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma membuat koperasi simpan pinjam pada 2003
untuk menampung kegiatan ekonomi 1.600 pembuat keset hasil binaannya.

Anggota koperasi keset ini tersebar di 11 kecamatan di Kebumen. Irma juga menggunakan
jaringan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Akhirnya, usaha keset ini merambah ke
Banyumas dan Solo. Bahkan Irma menggandeng kelompok waria dan pekerja seks komersial di
Purwokerto. Hasilnya, 20 waria dan pekerja seks komersial bisa membuka gerai di perumahan
Limas Agung, Purwokerto.

Tiap bulan, perajin mendapat kiriman kain sisa sebagai bahan baku. Irma mendatangkan 10 ton
kain sisa dari Semarang setiap bulan. Omzet bulanannya bisa mencapai Rp 40-50 juta.

Untuk strategi pemasaran, Irma mengandalkan 15 penjual. Selain itu, ia juga menitipkan
barang produksinya di beberapa gerai yang tersebar di banyak kota. Salah satunya adalah
di showroommilik Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta. Kebetulan, Irma sering
bertemu dengan Pak Menteri, Adyaksa Dault.
Saya juga diajak oleh Menpora waktu itu, Pak Adhyaksa Dault ke Melbourne,
Australia mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan. Padahal pameran itu sebetulnya
untuk umum, bukan penyandang cacat. Benar-benar membanggakan karena kami penyandang
cacat setara dengan orang normal, ungkapnya.
Ekspor Produk
Selain memasarkan produk di dalam negeri, Irma juga memasarkannya ke luar negeri, yakni
Austarlia, Jerman, Jepang, dan Turki. Selama ini masih memakai jasa orang lain. Ke depan
nanti, saya ingin mengekspornya sendiri agar lebih untung, tutur Irma.

Irma mengadakan pertemuan tiap tiga bulan sekali untuk menjaga kualitas produknya. Forum
itu diikuti koordinator tiap kecamatan. Selain membicarakan kualitas produk, ia juga
memperkenalkan inovasi baru kerajinan tangan.

Saat ini, Irma memproduksi 42 macam keset. Ada yang berbentuk elips, binatang, atau bunga.
Di pasaran, keset-keset itu dijual Rp 15 ribu untuk konsumen dalam negeri, dan Rp 35 ribu
untuk konsumen luar negeri.

Sukses membuat keset tak lantas membuat ibu lima nak ini ongkang-ongkang kaki. Ia dan
kawan-kawannya terus mengembangkan kerajinan lain, misalnya membuat kotak tisu dari
lidi. Ada orang Turki yang memesannya, ujar Irma.
Kini Irma membuat desain sajadah dari tikar pandan. Kebetulan, di Kebumen banyak perajin
pandan yang belum mampu membuat kerajinan dengan bahan baku anyaman pandan. Padahal
kalau dibentuk menjadi kerajinan, nilai jualnya akan meningkat, ujar Irma.
Ironisnya, pengikut Irma justru kebanyakan datang dari luar desanya. Bahkan banyak penduduk
tidak mengenal sosok Irma, meskipun mereka tinggal di desa yang sama. Oh, orang yang cacat
itu ya? kata salah satu tetangga Irma ketika ditanya Tempo.
Sebagai penyandang cacat, Irma bukanlah orang yang cengeng. Cacat bukan halangan untuk
berkarya, kata dia. Irma mengaku sering sedih melihat para penyandang cacat yang masih
terdiskriminasi, terutama yang ingin menjadi pegawai negeri sipil. Karena itulah Irma
memutuskan membuka lapangan kerja sendiri. Rencananya saya akan membangun pabrik di
belakang rumah, khusus untuk orang cacat, ujar Irma.
Rencana ke Depan

Irma kini membangun rumah bagian belakang dengan ukuran sekitar 7 m x 9 m. Meski tergolong
kecil, tetapi rumah yang hampir selesai tersebut akan dipakai untuk menampung para
penyandang cacat. Mereka bakal bekerja dan diberikan tempat menginap.

Kami memang menyiapkan tempat bagi penyandang cacat yang rumahnya jauh. Jika
mau menginap, silakan saja, tetapi tempatnya juga sederhana seperti ini. Di sini bisa
dijadikan pusat usaha penyandang cacat. Niat saya memang bagaimana para penyandang cacat
bisa lebih kreatif dan mereka mampu mandiri. Itu secara langsung akan mengangkat martabat
penyandang cacat dan mengubah pandangan masyarakat kalau penyandang cacat hanya bisa
mengiba dengan menjadi seorang peminta-minta, tandasnya.

3. Profil Sukses Pebisnis Online Meskipun Cacat

Saya sudah sering membaca nama Habibie Afsyah dalam dunia Bisnis Online Indonesia.
Kabarnya beliau adalah salah satu orang Indonesia (cacat) yg berhasil mendapatkan komisi
$2000 dari Amazon.com .
Namun berita tsb hanya Saya baca sepintas saja tanpa keinginan untuk mengetahui lebih lanjut
siapa sebenarnya sosok Habibie Afsyah. Sampai suatu ketika Saya langsung tertarik membaca
profilnya setelah dapat buku gratis berjudul KELEMAHANKU ADALAH KEKUATANKU.
Ceritanya buku gratis tsb saya dapat dari Suwandi Chow ketika upgrade keanggotaan di
KayaDariFacebookMarketing menjadi member berbayar. Plus saya minta dikirimkan seluruh
materi KayaDariFacebook Marketing yg berjumlah 12 video dan Ebook tsb ke rumah dg
menambah ongkos kirim.
Proses nyampainya CD materi KayaDariFacebookMarketing ke rumah Saya sangat cepat, hanya
1-2 hari setelah membayar ongkos kirim dan konfirmasi pembayaran.
Selain buku gratis tentang Profil Habibie Afsyah, didalam paket CD tsb juga disertakan buku
Blueprint Kesuksesan karya Motivator Tommy Siawira. Sungguh harga upgrade menjadi
member berbayar sangat seimbang dengan materi yg didapat dan Bonus 2 Buku Fisik yg sangat
memotivasi.
Sebenarnya 2 Buku Motivasi tsb bisa saja Anda beli di Toko Buku Gramedia, namun dengan
upgrade menjadi member berbayar di KayaDariFacebookMarketing (plus ongkos kirim), kita
tinggal menerima buku tsb di rumah.
Kenapa Saya mau Upgrade keanggotaan di KayaDariFacebookMarketing?
Karena Saya mau belajar mendapatkan Prospek/member dari kelimpahan anggota facebook yg
sudah berjumlah lebih dari 300 juta orang. Kalau anggota Facebook dari Indonesia sudah
mencapai 10 juta lebih. Saya melihat Cara yg dipakai Suwandi Chow telah meningkatkan
jumlah pengunjung websitenya secara drastis dan gratis lagi.
Berbekal panduan Video dan Ebook Suwandi Chow, Saya sedang menyusun halaman Fan page
untuk BisnisDavit dan Group untuk RahasiaWebsitePemula di Facebook. Namun Saya akui
Saya masih belajar sambil jalan..he..he..he..!
Oke, kembali ke Buku Riwayat Hidup (Otobiografi) tentang Habibie Afsyah yg mendorong Saya
menulis Artikel di Blog ini. Buku Otobiografi yg ditulis Habibie Afsyah tsb menjelaskan riwayat
Beliau dari mulai lahir, tantangan hidup sebagai orang cacat, hingga menemukan dunianya
sukses menjadi pebisnis online.
Anda mungkin akan kaget jika mengetahui bahwa Habibie Afsyah telah sukses menjadi pebisnis
Online pada usianya 21 tahun (saat bukunya dibuat thn 2009). Di usia mudanya, Habibie sudah
mendirikan Yayasan Habibie Afsyah untuk mengangkat kehidupan para penyandang cacat
seperti dirinya. Habibie terlahir sebagai bayi montok dan sehat yg membuat orangtuanya tidak
menaruh curiga terhadap keadaan fisik anaknya.
Baru pada Usia 8 bulan, orang tuanya mulai curiga karena Habibie kecil belum juga bisa
merangkak seperti bayi normal lainnya. Mulailah Habibie di bawa ke Dokter oleh Ibunya untuk
mengetahui penyebab terlambatnya perkembangan fisik tsb.
Setelah dibawa ke berbagai Rumah Sakit dan bertemu dengan banyak dokter, diketahui
ternyata Habibie menderita penyakit Muscular Dystrophy Progressive tipe Backer.
Ada kelainan di otak kecil Habibie yg menyebabkan perkembangan syaraf motoriknya
terganggu, sehingga pertumbuhannya terhambat dan mengalami kelainan. Bahkan ada Dokter
yg memprediksi umurnya hanya sampai 25 tahun saja.
Habibie sering dibawa ke mana-mana oleh Sang Ibu untuk berobat, baik ke dokter spesialis,
maupun ke pengobatan alternatif. Semua dilakukan Ibunya agar mendapatkan kesembuhan
bagi Sang Anak. Bahkan Habibie sempat dibawa terapi khusus dengan memasukkan tubuhnya
ke dalam semacam kotak. Kakinya dimasukkan sepatu khusus dengan penyangga besi.
Namun Habibie merasa proses terapinya sangat menyakitkan. Dalam setiap terapi sekitar 15-30
menit itu Habibie kecil selalu menangis ; Sakit Ma, sakit. Udah ma, Dede ngak mau, jeritnya.
Karena terapi yg menurut Habibie menyakitkan tersebut, pangkal pahanya sempat terlepas
dari tulang mangkoknya. Dan hal itu membuat pertumbuhan kakinya menjadi tidak seimbang.
Kaki Habibie menjadi panjang sebelah.
Namun keadaan cacat telah mengajarkan Habibie untuk ikhlas menerima keadaan yg diberikan
Tuhan. Hal itu bisa dia terima dengan apa adanya.
Yang membuat sangat berat adalah tantangan hidup untuk mendapatkan perlakuan layak dari
lingkungan sekitar. Memang Beliau sangat merasakan diskriminasi ketika mau mendaftar ke
sekolah, mau menikmati liburan di tmp wisata bersama keluarga, dan lain sebagainya.
Sebagian sekolah beralasan belum memiliki fasilitas untuk menampung Anak Cacat yg berkursi
roda untuk belajar di sekolah normal.Ibu Habibie lah yg berjuang keras ke sana-ke mari untuk
mencari tempat pendidikan buat anaknya. Termasuk suatu ketika mendaftarkan Habibie pada
Kursus Dasar Internet Marketing selama 2 hari dg pengajar dari Singapura, Mr. Fabian Lim.
Ceritanya setelah bergelut dengan perjuangan untuk bisa lulus sekolah hingga SMA, Habibi
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Dia didaftarkan ibunya ikut Kursus Dasar Internet Marketing. Biayanya lumayan besar, Rp. 5
juta. Usai Kursus Dasar Internet Marketing tsb, Habibie mengaku tidak tahu harus melakukan
apa lagi karena dia merasa benar-benar buta tentang bidang yg baru dipelajarinya itu. Dia
merasa nol besar untuk bidang internet marketing ini. Apalagi kursus yg diberikan dalam
Bahasa Inggris dan memakai Alih bahasa (tanslator).
Habibie memang sering membuka internet, namun itu hanya untuk bermain game online
sebagai pengisi kesibukannya di rumah. Katanya Komputer yg dipakai juga masih numpang di
komputer kakaknya.
Belum habis kebingungan Habibie, Selang beberapa bulan kemudian, habibie diikutkan kembali
oleh ibunya untuk ikut Kursus tingkat lanjut (advanced) Internet Marketing dg pembicara yg
sama dari Singapura,Fabian Liem. Sebenarnya Habibie sempat menolak karena tidak enak
melihat Ibunya harus menjual Mobil sewaannya hanya agar dia bisa ikut pelatihan tsb. Karena
Biaya Kursus tingkat lanjut itu mencapai Rp. 15 Juta.
Dia sempat berdebat dengan ibunya, namun Ibunya tetap memberikan semangat kepada
Habibie dan mendorongnya untuk bisa berhasil. Anggap saja kamu kuliah, begitu kata
mamanya. Akhirnya dengan dorongan mamanya, Habibie mau juga ikut kursus mahal itu.
Di kursus advanced tsb, habibie mengikuti kuliah setiap 2 minggu selama 3 bulan. Di tempat
kursus inilah pertama kalinya Habibie berkenalan dengan Suwandi Chow, alih bahasa
(Translator) kursus itu dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Setelah belajar 3 minggu, Habibie berhasil mendapatkan penjualan pertama
dari Amazon.comdg Produk Game PS3. Meski komisinya cuma $24, Habibie senangnya bukan
kepalang karena baru kali ini bisa menghasilkan uang dari internet. Pada komisi pertama ini
Habibie sebenarnya rugi karena biaya iklan lebih besar dari komisi.
Namun Habibie terus berusaha sampai dia bisa mendapatkan komisi $124, $500, $1000, dan
$2000 dari Amazon. Semua memerlukan proses belajar dan praktek secara konsisten. Uang
hasil penghasilan dari Amazon dipakai Habibie untuk mengikuti kursus-kursus internet
marketing lain, seperti Eprofitmatrix, Dokterpim, dan Indonesia Bootcamp.
Dari kursus dan praktek internet marketing, Habibie sudah bisa menerbitkan Ebook Panduan
Sukses dari Amazon dan membuat situs Listing Rumah (rumah101.com). Habibie juga didaulat
menjadi Trainer di Eprofitmatrix bersama Gurunya, Suwandi Chow. Itulah pertama kali Habibie
menjadi Trainer seminar meskipun usianya masih 20 tahun.

Sejak itu, Habibie sering diundang menjadi pembicara seminar internet marketing di kampus-
kampus, hingga diliput koran, tabloid, dan majalah. Puncaknya Habibie diundang pada acara
Kick Andy di Metro TV pada episode Kasih Tiada Bertepi.

4. Dari Pemungut Bola jadi Pengusaha Sukses

Saat ditemui Monang tengah sibuk mengepak kerupuk jangek ke dalam plastik. Itu salah satu
usaha sampingannya di Jalan SMAN 2 Medan kawasan Polonia yang belum lama dilakoninya,
sembari mengontrol para pekerja yang terlihat sibuk memaku triplek dengan desain sebuah
rumah kecil. Itulah usaha utamanya berupa Rumah Barbie. Miniatur rumah yang biasa
digunakan anak-anak untuk boneka barbie. Usaha yang telah dilakoninya sejak 2002.

Beginilah ini usaha saya sejak kembali ke Medan tahun 2002. Saya lihat di sini kan belum ada
seperti ini. Saya temukan ide ini melihat usaha kawan-kawan di Jawa. Jadi di awal saya
langsung perkenalkan dengan membuka tiga cabang. Syukurnya banyak yang respon.
Biasanya pembeli dari kalangan bermobil yang ingin membelikan buat anaknya, kata Monang.

Dengan sedikit modifikasi, rumah Barbie dari bambu yang diganti dengan triplek ini
mengundang banyak peminat. Tidak hanya pembeli dari Medan, Monang menyebut produknya
bisa sampai ke daerah-daerah lain di Sumut maupun provinsi luar seperti Pekanbaru, Jambi,
Surabaya, dan Kalimantan Timur.

Kebanyakan sih dari Medan. Tapi saya juga pasarkan di luar. Biasanya saya produksi 30-40
rumah sebulan. Juga bisa permintaan sesuai selera, ungkap pria kelahiran Kisaran ini. Ada
tiga jenis rumah barbie yang ditawarkan sesuai ukuran dan jumlah lantai rumah. Selain itu
Monang juga membuat kuda-kudaan, miniatur bus ALS. Ia juga menjual miniatur perabotan
untuk menghias rumah barbienya. Yang paling kecil Rp350 ribu satu lantai. Ada yang Rp700
ribu dua lantai dan Rp800 ribu lebih lebar. Ada juga kuda-kudaan dan mobil-mobilan,
terangnya.
Namun Monang tidak dengan mudah sampai di level ini. Ia memulainya dengan penuh kerja
keras. Beberapa kali ia jatuh namun selalu punya semangat untuk bangun kembali. Sebelum
menjadi pengusaha ia lebih dulu berkarir sebagai atlet cacat. Berawal dari pemungut bola di
lapangan tenis, Monang bangkit dari kecelakaan yang merenggut satu kakinya. Saya dulu SD
merantau ke Jakarta. Kabur naik truk mengikuti jejak kawan yang berdagang di sana. Sekitar
tahun 80-an saya ditawari kerja memungut bola tenis lapangan. Pagi jam 6 udah mulai kerja.
Sorenya lagi, katanya.

Keadaan ini membuat Monang mulai menyukai tenis. Diberikan raket oleh seseorang yang biasa
berlatih di lapangan itu, Monang mulai berlatih dengan kursi rodanya. Karena kami kerja
disitu kan bebas pakai lapangan. Selagi tidak ada yang main. Ya sudah saya latihan dengan
sesama pemungut bola yang lain. Lambat laun saya mulai bisa main, ujarnya.

Dua tahun berselang ia mencoba peruntungan ikut Kejurnas Piala Ibu Tien Soeharto untuk
cabang tenis kursi roda. Saya berani-beranian ikut. Karena orang-orang di lapangan tenis
menganggap saya bisa. Saya membela tim DKI. Masuk final dengan sesama DKI. Dari situ saya
menang, kenangnya. Sejak itu, pria kelahiran 10 Oktober 1962 ini pun serius menjalani karir
sebagai atlet tenis meja kursi roda. Puncaknya ia terpilih mewakili Indonesia untuk berlaga di
luar negeri. Di antaranya Thailand, Korea, Jepang. Tahun 1995 saya main ke Belanda,
Melbourne baru Olimpiade antar orang cacat di Inggris. Tapi saya gugur saat seleksi di Malaysia
memperebutkan kejuaraan di Amerika tahun 1997, ungkapnya.

Dari situ ia mendapat perbekalan untuk membuat rumah boneka. Termasuk juga pembekalan
di Yayasan Orang Cacat di Jakarta. Monang pun memutuskan hijrah ke Medan. Namun ia tak
lantas meninggalkan karirnya sebagai atlet. Ia diminta memperkuat Sumut berlaga di PON
antar orang cacat di tahun 2002 di Palembang. Disitu sudah buat rumah Barbie.

Tapi saya mendapat tawaran dari dikontrak jadi atlet Sumut karena saya juga kelahiran
Kisaran. Saya mengikuti dua cabang olahraga. Cabang tenis saya meraih emas dan lari kursi
roda meraih perunggu, tambahnya.

Setelah itu ia mulai memutuskan pensiun jadi atlet. Sempat menjadi sopir taksi lintas kota,
berbekal uang bonus dari Alm Tengku Rizal Nurdin (ketika itu Gubernur Sumut, Red) Monang
akhirnya konsentrasi mengembangkan usahanya. Waktu itu dapat Rp30 juta. Dengan tabungan
saya juga sebagai atlet saya kembangkan usaha ini, lanjutnya.

Begitupun cobaan kembali hadir. Kebakaran lima tahun silam menghanguskan seluruh
usahanya. Namun ia bangkit dan kembali merintisnya hingga berkembang seperti saat ini.
Bersama istri dan dua orang anaknya, Monang kini bisa tersenyum dengan kerja kerasnya. Ia
juga bisa membuka lowongan kerja untuk lima pekerjanya. Waktu kebakaran itu saya ikhlas
saja. Yang penting keluarga saya selamat. Yang penting tetap semangat dan pantang
menyerah, pungkasnya.

5. Sukses Membuka Usaha Setelah Bangkit Dari Bencana


Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet menyerah pada keadaan.
Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa ketika Ia harus kehilangan kaki kirinya dan
mengalami kerusakan syaraf pada sepuluh jari tangannya, akibat kecelakaan kerja yang
dialaminya pada tahun 1990.

Saat itu Tarjono Slamet yang bekerja di PLN unit Klaten sedang memperbaiki jaringan sebuah
menara bertegangan tinggi bersama dengan kedua rekannya. Sayangnya takdir berkehendak
lain, pekerjaan tersebut tidak berjalan lancar dan tubuh Tarjono kesetrum listrik tegangan
tinggi yang mengakibatkan dirinya tak sadarkan diri selama satu hari satu malam dan
mengalami cacat permanen hingga sekarang ini.

Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia tidak
lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan dukungan penuh dari
keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di sebuah yayasan
rehabilitasi penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan
mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya
dalam menjalankan bisnis kerajinan kayu.
Perjalanan Membuka Usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga
Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri
Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan
modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN,
Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah
Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.

Bisnis tersebut berkembang cukup pesat hingga berhasil mendatangkan omset penjualan setiap
bulannya 150 juta rupiah pada tahun 2005 sampai awal tahun 2006. Namun, keberhasilan
tersebut harus kembali diuji dengan bencana gempa bumi 5,9 SR yang meluluhlantakkan
sebagian besar kota Yogyakarta, termasuk juga tempat usaha milik Tarjono. Mesin-mesin, serta
satu container produk siap ekspor hancur tertimbun bangunan yang roboh karena bencana
tersebut, bahkan diperkirakan kerugian yang ditanggung Tarjono saat itu mencapai angka
milyaran rupiah.
Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba mengajak rekan-
rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang sempat hancur terkena
bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut ternyata membuahkan hasil yang
manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur di berbagai negara, seperti Belanda,
Malaysia, dan Jepang.

Semangat, ketekunan, serta kemandirian Tarjono dalam memberikan kesejahteraan bagi 55


orang karyawannya yang semuanya penyandang cacat, mengantarkan lelaki kelahiran
Pekalongan ini sebagai penerimaDanamon Award 2010 dan berhasil memajukan usahanya
hingga menembus pasar nasional bahkan internasional. Mandiri Craft kini telah menjadi
produsen aneka mainan edukatif yang memiliki dua showroom besar yaitu di Jl. Parangtritis km
7,5 dan di Jl. Parangtritis km 9 Yogyakarta.

Semoga profil pengusaha Tarjono Slamet yang sukses membuka usaha setelah bangkit dari
bencana, memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus berkarya, dan tak mudah putus
asa. Lakukan apa yang Anda bisa, dan berikan manfaat bagi orang di sekitar Anda. Selalu ada
peluang bila Anda mau untuk mencobanya. Salam sukses.

6. Kisah Sukses Usaha Jilbab Lima Perempuan Cacat

Keterbatasan kemampuan tubuh ternyata memberi kelebihan dalam tekad dan semangat
berusaha. Berbekal keahlian menyulam, menjahit dan ketrampilan lainnya sekelompok
perempuan penyandang cacat maju ke arena persaingan pasar dengan membentuk Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Anggrek di Dusun Ketiron, Desa-Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Barat. Dalam dua tahun saja, setiap bulan kelompok usaha ini sudah mampu mengirimkan
8.000 jilbab ke Jakarta, Surabaya serta kota-kota lainnya.

Awalnya, dua tahun lalu, kami beranggota lima orang yang semuanya cacat tubuh. Dengan
modal seadanya ternyata produksi jilbab kami laris manis, kenang Sapto Yuli Ismiarti ditemui
Surya di sela-sela acara Pasar Ramadan yang berlokasi di halaman Pemkab Pasuruan, Senin
(25/8/2008). Dengan kerja kerasnya bersama empat kawannya yang lain, usaha perempuan
berjilbab beranak tiga yang kakinya harus ditopang dengan besi ini berhasil berkembang pesat.
Dari 5 orang itu, Yuli berhasil merekrut kawan-kawannya yang juga penyandang cacat hingga
20 orang. Bahkan Yuli dan keempat kawannya juga merekrut tenaga kerja dengan tubuh
normal hingga sebanyak 30 orang.

Usaha kami berkembang berkat binaan instansi terkait yang sangat membantu, sehingga order
semakin banyak. Kami terus merekrut pekerja baik yang cacat tubuh maupun yang normal dan
total mencapai 50 orang, terang Yuli.

Kendati cacat fisik, masing-masing anggota KUB Anggrek memiliki keahlian khusus. Aprilia,
perempuan dengan tinggi tubuh hanya 50 centimeter, ternyata kaki dan tangannya yang
pendek itu sangat piawai mendesain motif jilbab. Lestari, yang kedua kakinya cacat, sangat
ahli menjahit. Kalau saya kebagian menyulam jilbab dan seharinya minimal dapat
menyelesaikan 25 jilbab. Hasilnya dapat untuk membantu kebutuhan rumah tangga, urai
Hiroh yang tangan kirinya mengecil ini.

Harga jilbab produksi KUB Anggrek bervariasi antara Rp 4.000 hingga Rp 70.000. Jilbab yang
harganya termurah umumnya dibeli oleh para jamaah haji untuk dijadikan cinderamata bagi
para tamu yang bertandang. Jilbab yang dihargai Rp 70.000 kualitasnya bagus dengan disain
motif sangat indah, dan peminatnya rata-rata dari kelas ekonomi menengah ke atas.

Pasar Ramadan, yang digelar oleh Pemkab Pasuruan, menampilkan produk-produk unggulan
dari berbagai kecamatan di kabupaten itu. Tersedia pula tawaran paket sembako murah bagi
para pengunjung. Gula yang di pasaran berharga Rp 5.500, di Pasar Ramadan dijual Rp 4.500
setiap kilonya. Beras yang harga normalnya Rp. 5.000/kilo atau Rp 15.000 untuk tiga kilo dijual
dengan harga Rp 12.000 per tiga kilo.

Pasar Ramadan digelar serempak di delapan kecamatan, dan panitia menyediakan sebanyak
5.671 paket sembako yang hanya dijual Rp 20.000 per paket, kata Noor Edy Putranto, Kabag
Perekonomian saat mendampingi Bupati Pasuruan, Dade Angga.

7. Kisah Hidup Sukses Nick Vujicic Tanpa Tangan Tanpa Kaki


Terlahir sebagai seorang cacat dengan banyak kekuranganternyata tidak menghalangi seorang
Nick Vujicic untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Sempat depresi dan ingin
bunuh diri diusia 8 tahun.namun kemudian dia sadar bahwa hidup harus dia syukuriapapun
keadaannya. Akhirnya perlahan namun pastidia menjadi seorang motivator hebat yang
menduniadan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi.
Lebih lanjut mengenai kisah hidup seorang Nick Vujicicsimak artikel berikut yang saya
terjemahkan dari wikipedia :

Nicholas James Vujicic (lahir 4 Desember 1982) adalah seorang pengkhotbah, seorang
pembicara motivasi dan Direktur organisasi nirlaba Hidup Tanpa Limbs. Lahir tanpa anggota
badan karena gangguan Tetra-amelia langka, Vujicic harus hidup dengan kesulitan dan
penderitaan sepanjang masa kecilnya.

Namun, ia berhasil mendapatkan lebih kesulitan ini dan, di tujuh belas, mulai organisasi
sendiri nirlaba Life Without Limbs. Setelah sekolah, Vujicic dihadiri universitas dan lulus
dengan besar ganda. Dari titik ini, ia mulai perjalanan sebagai seorang pembicara motivasi dan
hidupnya menarik lebih banyak liputan media massa. Saat ini, dia secara teratur memberikan
pidato tentang topik, seperti cacat, harapan, dan menemukan arti hidup.

Kehidupan awal
Anak pertama lahir dari sebuah keluarga Serbia , Nick Vujicic lahir di Brisbane, Australia
dengan gangguan Tetra-amelia langka: tanpa kaki, hilang kedua lengan di tingkat bahu, dan
tak berkaki tapi dengan dua kaki kecil, salah satu yang memiliki dua jari kaki. Awalnya,
orangtuanya hancur. Vujicic adalah sehat.

Tumbuh

Hidupnya penuh dengan kesulitan dan kesulitan. Salah satunya yang dilarang oleh hukum
negara bagian Victoria dari menghadiri sekolah utama karena cacat fisik, meskipun ia tidak
mengalami gangguan mental. Selama sekolahnya, undang-undang tersebut berubah, dan
Vujicic adalah salah satu siswa cacat pertama yang akan diintegrasikan ke sekolah mainstream

Ia belajar menulis dengan menggunakan dua jari-jari kaki di kaki kirinya,. Dan perangkat
khusus yang meluncur ke nya jempol kaki yang dia gunakan untuk pegangan. Dia juga belajar
menggunakan komputer dan mengetik menggunakan tumit dan kaki metode (seperti
diperlihatkan dalam pidatonya), melemparkan bola tenis, main drum pedal, menyisir
rambutnya, sikat gigi, menjawab telepon, mencukur dan mendapatkan dirinya segelas air (juga
ditunjukkan dalam pidato).
Epiphany

Ditindas di sekolahnya, Vujicic tumbuh sangat tertekan, dan pada usia 8, mulai memikirkan
bunuh diri. Pada usia 10, ia mencoba untuk menenggelamkan dirinya dalam 4 inci air, tapi
tidak pergi melalui dengan itu dari cinta untuk orang tuanya. Setelah memohon pada Tuhan
untuk tumbuh lengan dan kaki, Nick akhirnya mulai menyadari bahwa prestasi adalah inspirasi
bagi banyak orang, dan mulai bersyukur kepada Tuhan karena hidup.

Sebuah titik balik penting dalam hidupnya adalah ketika ibunya dia menunjukkan artikel surat
kabar tentang seorang pria berhubungan dengan cacat berat. Ini dipimpin dia untuk menyadari
bahwa ia bukan satu-satunya dengan perjuangan besar. Seiring berjalannya waktu Nick mulai
memeluk situasinya dan mencapai hal-hal yang lebih besar. Dalam tujuh kelas Nick terpilih
kapten dari sekolah dan bekerja dengan dewan mahasiswa di sana pada berbagai acara
penggalangan dana bagi badan amal lokal dan kampanye cacat. Ketika ia berumur tujuh belas,
ia mulai memberikan ceramah di kelompok doa nya, dan akhirnya mulai organisasi non-profit
nya, Life Without Limbs.

Pada tahun 2005 Nick dinominasikan untuk Muda Australia of the Year Award.

Karir

Nick lulus dari universitas pada usia 21 dengan dua jurusan Akuntansi dan Keuangan
Perencanaan. Ia memulai perjalanannya sebagai seorang pembicara motivasi, fokus pada topik
yang remaja saat ini wajah. Dia juga berbicara di sektor korporasi, meskipun tujuannya adalah
untuk menjadi seorang pembicara inspirasional internasional, baik di tempat Kristen dan non-
Kristen. Ia secara rutin melakukan perjalanan internasional untuk berbicara dengan jemaat-
jemaat Kristen, sekolah, dan rapat perusahaan. Dia telah berbicara kepada lebih dari tiga juta
orang sejauh ini, di lebih dari 24 negara di lima benua (Afrika, Asia, Australia, Amerika
Selatan, dan Amerika Utara).

Vujicic mempromosikan karyanya melalui acara televisi seperti The Oprah Winfrey Show dan
juga dengan menulis. Buku pertamanya yang berjudul Hidup Tanpa Batas:. Inspirasi untuk
ridiculously Good Life (Random House, 2010)

Nya DVD motivasi, Greater Life Purpose, tersedia di website Life Without Limbs Sebagian dari
DVD difilmkan di tahun 2005, menampilkan film dokumenter singkat tentang kehidupan rumah
nya, dan bagaimana ia melakukan hal-hal biasa tanpa anggota badan.. Bagian kedua dari DVD
difilmkan di gereja setempat di Brisbane, dan merupakan salah satu dari pidato pertama
motivasi profesional. Sebuah DVD bagi kaum muda adalah berjudul: Tidak Arms, No Legs, No
Kekhawatiran: Pemuda Version pidato motivasi Nya dapat dilihat pada Website Speaker Biro
Premiere.. Vujicic saat ini tinggal di California. pertama televisi Vujicic Wawancara seluruh
dunia, fitur pada 20/20 (ABC) dengan Bob Cummings disiarkan pada tanggal 28 Maret 2008.

Dia muncul dalam film pendek The Circus Butterfly yang memenangkan Doorpost Film
Projects tahun 2009, dan penghargaan Film Pendek Terbaik di Method Fest Film Festival, di
mana Vujicic juga dianugerahi Aktor Terbaik dalam film pendek. Butterfly Circus juga baru
saja memenangkan Film Pendek Terbaik di Feel Good Film Festival di Hollywood pada tahun
2010.

8. Kisah Orang Sukses: Menyelesaikan Lomba Marathon Tanpa Kaki

Lomba marathon internasional 1986 di New York diikuti ribuan pelari dari seluruh dunia. Lomba
ini berjarak 42 km, mengelilingi kotaNew York. Jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan
acara ini melalui televisi secara langsung.

Ada satu orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu Bob Willen. Bob
seorang veteran perang Vietnam. Ia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat
perang. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya ke
depan.

Lomba pun dimulai. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah mereka
menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton terus bertepuk tangan mendukung para
pelari. 5 km telah berlalu. Beberapa peserta mulai kelelahan, mulai berjalan kaki. 10 km
berlalu. Saat ini mulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang
hanya sekedar ikut untuk iseng-iseng. Beberapa yang kelelahan memutuskan untuk berhenti
dan naik ke bis panitia.

Sementara hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Bob Willen
masih berada di urutan paling belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama.
Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya
dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya ke
depan dengan kedua tangannya.
Ayah Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru, Ayo Bob!
Ayo Bob! Berlarilah terus. Karena keterbatasan fisiknya, Bob hanya mampu berlari sejauh 10
km dalam satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan oleh
panitia yang mengikutinya.

Empat hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua kilometer
lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter lagi dari garis finish, Bob
jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Bob perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua
sarung tangannya. Nampak di sana tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang
mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah,
bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya.

Sejenak Bob memejamkan mata. Dan di tengah-tengah gemuruh suara penonton yang
mendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak, Ayo Bob,
bangkit! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu!
Lihatlah ke depan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun! Jangan menyerah! Cepat
bangkit!!!

Perlahan Bob mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. Semangat membara
lagi di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat-lompat ke depan. Dan satu
lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah
gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan
perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book of Record sebagai satu-satunya orang
cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon.

Di hadapan puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata, Saya bukan orang hebat. Anda
tahu, saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya
hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Kebahagiaan yang saya dapatkan adalah dari
proses untuk mendapatkannya. Selama lomba, fisik saya menurun drastis. Tangan saya sudah
hancur berdarah-darah, tapi rasa sakit di batin saya terjadi bukan karena luka itu melainkan
ketika saya memalingkan wajah saya ke garis finish. Jadi, saya kembali fokus menatap goal
saya. Saya rasa, tidak ada orang yang gagal dalam berlari marathon ini. Tidak masalah Anda
mencapainya berapa lama, asal Anda terus berlari. Anda disebut gagal bila Anda berhenti.

9. Farida: Sukses Meski Cacat


Usia Farida Oeyono (47) yang akrab dipanggil Afa baru empat tahun saat demam
menyerangnya. Pagi itu, saat bangun tidur tubuh kecilnya panas dingin. Kaki Afa lemah tak
mampu untuk berjalan. Ia tak lagi lincah bermain. Berbulan-bulan hanya berbaring.

VIRUS POLIO

Afa memutar ingatannya. Tahun 1964, Pangkal Pinang, Bangka, tempat tinggalnya belumlah
seperti sekarang. Saat itu, fasilitas kesehatan teramat minim. Bahkan, seingat Afa, di sana
hanya ada satu dokter. Akhirnya orangtua membawa Afa ke sinshe, diberi obat masuk angin.
Tak terbayangkan bahwa itu ternyata virus polio. Kami tinggal di kampung, jadi kurang
informasi kesehatan. Orangtua mengira cuma masuk angin biasa, tutur anak kelima dari
delapan bersaudara pasangan Tjen Sui Ho dan Harjanto Oeyono. Pekerjaan orangtua Afa
adalah petani sederhana dan pedagang es keliling. Mereka sibuk bekerja tiap hari untuk bisa
memenuhi kebutuhan. Oleh sinshe pula, Afa disarankan berobat jalan dan diterapi di rumah.
Kakek merawat saya hampir setahun. Kaki direndam air hangat supaya peredaran darah
lancar. Kalau pagi, saya diajak berjemur supaya kena sinar matahari. Afa belajar berjalan
kembali. Ia membutuhkan bantuan tangan orang lain untuk memegangnya berjalan. Jalannya
tertatih. Langkah demi langkah.

INGIN MANDIRI

1978. Lulus SMEA, Afa nekat keJakarta menyusul kokonya, Muk Sak. Afa sempat melamar
menjadi tukang jahit di perusahaan konveksi. Namun mengalami kesulitan dengan mesin jahit
listrik. Kaki kanan Afa terasa sakit saat menginjak mesin, bertahan hanya 2 hari saja. Lalu Afa
melontarkan keinginan untuk bekerja pada kokonya. Muk Sak tidak setuju dan minta Afa
tinggal di kampung saja, menerima uang bulanan darinya. Afa berontak, ia tak mau
mengandalkan kiriman. Ia harus bekerja. Koko keberatan saya bekerja. Dia nggak tega, tapi
tak mampu menolak. Karena saya bilang, kalau nggak diterima di tokonya, saya akan cari di
tempat lain. Akhirnya saya diterima. Afa mengerjakan banyak pekerjaan operan kokonya.
Dari pemesanan, ngecek dan mengurus pengiriman barang. Sedangkan Muk Sak memperluas
usaha di luar kota. Seluruh pekerjaan di Jakarta, di bawah pengawasan Afa. Wow tanggung
jawab besar. Ini tantangan. Saya berdoa minta kekuatan Tuhan. Kadang Afa harus melakukan
pekerjaan dengan cepat. Tenaga kerja terbatas. Afa harus bisa melakukan pekerjaan seperti
ngepak barang-barang dan lari ke gudang menghitung barang masuk.

Ketika melakukan tugas di luar meja, orang-orang melihat keadaan kaki Afa. Inilah proses
belajar Afa untuk tidak malu kondisinya diketahui orang lain. Hampir seluruh teman bisnis
adalah kaum pria.

MERINTIS USAHA

Toko bangunan pertama milik kokonya berada di Pasar Jembatan Merah. Setelah hampir 17
tahun mengerjakan pekerjaan kokonya, Afa tertantang membuka usaha sendiri. Mampukah?
Pertanyaan itu selalu timbul tenggelam di hati dan Afa coba menepiskan. Bukankah selama ini
Tuhan telah menolong? Melakukan hal-hal yang tak pernah terlintas dipikirannya.

Maka ketika keinginan itu tumbuh di hatinya, Afa membawanya pada Tuhan. Kerinduan itu
hanya disimpan dalam hatinya. Baru dua tahun kemudian Afa memberanikan diri
mengungkapkannya pada salah satu importir. Dialah Ko Bun Ing, pemilik Toko Besi Gunung
Subur, Surabaya. Ko Bun Ing menanggapi dengan positif. Dulu, pertama kali melihat kaki saya,
dia bilang nggak perlu malu dan minder. Afa senang seperti mendapat tanda untuk bisa
mandiri. Masalah selanjutnya, bagaimana ia menyampaikan keinginannya itu pada kokonya.
Ada perasaan tak enak hati, tapi sesuatu harus dicoba. Meskipun agak khawatir, koko senang
saya mau berjuang. Cici juga mengkhawatirkan kondisi saya, bagaimana kalau orang
meremehkan dan menipu saya. Namun akhirnya mereka melepas saya

Selama bekerja, Afa rajin menabung. Menyimpan uangnya dari tahun ke tahun. Tabungan
itulah yang dipakainya merintis usaha di tahun 1995. Ditambah lagi Muk Sak memberinya
uang jasa.Afa kaget ketika beberapa importir menelepon mengucapkan selamat atas langkah
beraninya. Tak hanya itu. Mereka juga mengatakan siap menyuplai barang-barang yang
dibutuhkan Afa. Ko Bun Ing telepon ke importir lain untuk bantu saya. Bahkan dia bilang akan
back up kalau usaha saya ada apa-apa.
RANCANGAN-NYA INDAH

Dua belas tahun sudah, Afa punya usaha sendiri. Menyemai harapan dalam keterbatasan. Kerja
kerasnya membuahkan hasil. Afa membeli dan menempati ruko Permata Kota berlantai 3 di
daerah Tubagus Angke, Jakarta Barat. Di tempat inilah Afa ngantor. Selain toko-toko bangunan
di Jakarta, Afa juga memasok di daerah Sumatera, Jambi, Palembang, Lampung, dan tempat
kelahirannya, Bangka. Kalau ketemu teman sewaktu di Bangka, mereka suka bilang, nggak
kira Fa, kamu bisa begini Saya bilang ini karena pertolongan Tuhan.

Melalui jerih payahnya, Afa bisa keliling ke banyak negara. Salah satunya melancong ke
Gedung Putih, WashingtonDC. Ah, manalah terpikir semua itu. Di Gedung Putih saya terharu
banget, ketika datang langsung disambut polisi wanita. Dia mengawal, melayani penuh
keramahan dan memberikan jalur khusus karena kondisi kaki saya. Saat di lift, momen tak
terlupakan. Kursi roda saya menginjak kaki tentara, eeh malah dia yang berulang kali minta
maaf. Padahal seharusnya saya yang minta maaf. Di negara Barat mereka sangat
mengutamakan penyandang cacat, ungkap penyuka olah raga tenis itu. Bertemu banyak
orang, Afa kerap ditanya mengenai berbagai hal. Dari keterbatasan fisik sampai kehidupan
pribadinya.

Ada yang langsung tanya, anak sudah berapa? Saya jawab ada dua, laki-laki dan perempuan.
Mereka di pedalaman Papua di Pantai Kasuari. Setelah menyantuni mereka lewat World Vision,
saya seperti punya anak. Suatu kali nanti saya ingin bertemu mereka, tutur Afa yang masih
melajang itu tertawa. Ia bahagia, bersyukur bisa menolong orang lain mendapatkan
pendidikan. Afa tergabung di Laetitia, sebuah lembaga pelayanan bagi penyandang cacat.
Padahal dulu kalau ketemu orang cacat saya sering ngumpet. Gimana ya, kenangnya tertawa
lepas. Hidup Afa membuktikan bahwa tak ada yang mustahil bagi-Nya.

10. Gadis Cilik di China tanpa dua kaki mampu berjalan dan
berenang
Qian Hongyan, yang dipaksa untuk menggunakan setengah bola basket sebagai tubuh palsu itu,
menginspirasi jutaan orang dengan ambisinya untuk bersaing sebagai perenang dalam
Pralimpiade 2012 di London.

Pada tahun 2000, Qian Hongyan, terluka tragis dalam sebuah kecelakaan mobil ketika ia masih
3 tahun. Untuk menjamin kelangsungan hidupnya, para dokter terpaksa mengamputasi
kakinya.

Keluarga Qian , tinggal di Zhuangxia, Cina, tidak mampu membayar prosthetics modern dan
sebagai gantinya digunakan setengah bola basket untuk Qian berjalan. Setelah pada bola, dia
menggunakan dua alat peraga kayu untuk membantu bergerak di sekeliling.

Dia berjuang untuk hidup dengan basket sebagai sebuah underprop, berjalan antara sekolah
dan rumahnya. Cerita gadis itu dilaporkan secara luas di negara tersebut, dan menarik
perhatian Kementerian Keamanan Cina dan Pusat Rehabilitasi dan Riset China. Qian sekarang
memiliki sepasang kaki palsu yang tepat, tapi masih mengatakan dia suka menggunakan bola
basket dari waktu ke waktu karena lebih mudah baginya untuk masuk dan keluar dari kolam.

Anda mungkin juga menyukai