Anda di halaman 1dari 33

Case Report Session

Skizofrenia Katatonik

Oleh:

Andra Yuliandi P. 2081 B

Redo Kurniawan P. 2079 B

Pembimbing:

dr. Dian

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSJ PROF HB SAANIN PADANG

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya

ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah,

serta ketidakmampuan individu berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari, hampir

1 % penduduk dunia mengalami skizofrenia dalam hidup mereka, ditemukan

terbanyak pada usia 15-35, dan dari 1000 orang dewasa 7 diantaranya mengalami

skizofrenia (Elvira & Hadisukanto,2010). Sementara hasil analisis terbaru yang

dilakukan oleh World Health Organization (WHO,2013) menunjukkan terdapat

sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia.

Hasil dari data Riset Kesehatan Dasar atau (Riskesdas) pada tahun 2013 dan

dikombinasikan dengan data rutin dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin),

penduduk Indonesia secara Nasional mengalami gangguan mental berat

(Skizofrenia) sebanyak 0,17% atau secara absolute penduduk Indonesia yang

menderita gangguan jiwa sebanyak 400 ribu jiwa, ada 12 Provinsi dengan

prevalensi gangguan jiwa berat yang melebihi angka Nasional. Dari jumlah

absolute Provinsi Jawa tengah menempati posisi kedua dengan jumlah penduduk

yang mengalami gangguan jiwa yaitu 55.406 jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan rekam medik Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta tahun 2012 tercatat penderita skizofrenia yang dirawat inap

sebesar 2.230 jiwa, sementara tahun 2013 terdapat 2.569 jiwa, dan pada tahun

2014 terjadi peningkatan jumlah penderita skizofrenia sebesar 2.364 jiwa,

1
sementara data penderita skizofrenia tak terorganisir yang dirawat inap pada tahun

2012 sebesar 78 jiwa, tahun 2013 tercatat 108 jiwa, dan tahun 2014 yaitu sebesar

133 jiwa, dan untuk penderita skizofrenia tak terorganisir yang dirawat jalan tahun

2012 sebesar 315 jiwa, pada tahun 2013 terdapat 361 jiwa, dan pada tahun 2014

tercatat 435 jiwa. Dari data tersebut skizofrenia dengan tipe tak terorganisir

mengalami peningkatan di setiap tahunnya (Rekam Medik RSJD Surakarta).

Skizofrenia paranoid adalah salah satu klasifikasi skizofrenia yang dapat

membahayakan diri pasien dan keluarga pasien, serta tetangga-tetangga pasien.

Maka skizofrenia ini perlu ditatalaksana dengan baik agar tidak menimbulkan

bahaya bagi siapapun terutama bagi pasien.

Berdasarkan hal di atas, kami ingin mengangkat judul CRS kami dengan judul

Skizofrenia paranoid.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama

dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai

pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang

keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik

yang bizzare (perilaku aneh). Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan

kenyataan, sering kali ia masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan

halusinasi. Orang-orang yang menderita skizofrenia umumnya mengalami

beberapa gejala episode akut, diantara setiap episode mereka sering mengalami

gejala yang tidak terlalu parah namun tetap sangat mengganggu kehidupan

mereka. Komorbiditas dengan penyalahgunaan zat merupakan masalah utama

bagi para pasien skizofrenia, terjadi pada sekitar 50 persennya.

Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau

disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler (Maramis,

2009) membagi gejala gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok :

1) Gejala gejala primer:

a) Gangguan proses berpikir

b) Gangguan emosi

c) Gangguan kemauan

d) Autisme

3
2) Gejala gejala sekunder

a) waham

b) halusinasi

c) gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain

2.2. Jenis-jenis Skizofrenia

Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi beberapa

jenis. Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang

terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas,

gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat

digolongkan ke dalam satu jenis.

2.2.1. Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30 tahun. Permulaannya

mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit

sering dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri,

agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Pada skizofrenia tipe ini

waham dan atau halusinasi harus menojolm sedangkan gangguan afektif serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol.

2.2.2. Skizofrenia Herbefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-

kanakan sering terdapat pada skizofrenia herbefrenik, waham dan halusinasinya

4
banyak sekali. Pada skizofrenia tipe ini diperlukan pengamatan kontinu selama 2

atau 3 bulan untuk memastikan gambaran yang khasnya memang bertahan.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta proses pikir umumnya menonjol.

2.2.3. Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut

serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

katatonik atau stupor katatonik.

Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:

a) Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik,

seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu

yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.

b) Bila diganti posisinya penderita menentang.

c) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam

mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

d) Terdapat grimas dan katalepsi.

2.2.4. Skizofrenia tak terinci

Skizofrenia tipe ini memenuhi kriteria untuk diagnosis skizorenia. Namun,

tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia paranoid, herbefrenik, dan

katatonik. Tidak memenuhi untuk kriteria skizofrenia residual dan depresi paska

skizofrenia.

2.2.5. Depresi Paska Skizofrenia

Depresi paska skizofrenia diteggakan jika pasien sudah menderita skizofrenia

selama paling tidak 12 bulan. Gejala mungkin masih tetap ada, tetapi tidak

5
menonjol. Gejala depresif menonjol sesuai dengan kriteria depresi dan telah ada

dalam waktu paling sedikit selama 2 minggu.

2.2.6. Skizofrenia Simplex

Gejalanya sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada

jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan

proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

ditemukan.

2.2.7. Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala

negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor,

penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri

dan fungsi sosial.

2.3. Manifestasi Klinis Skizofrenia

Gejala-gejala yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam

beberapa hal penting pikiran, persepsi, dan perhatian. Rentang masalah orang-

orang yang didiagnosis menderita skizofrenia sangat luas, meskipun dalam satu

waktu pasien umumnya mengalami hanya beberapa dari masalah tersebut.

Dalam hal ini akan diuraikan beberapa simptom-simptom utama skizofrenia

dalam tiga kategori. Simptom positif, simptom negatif, dan simptom

disorganisasi.

6
1. Simptom positif. Mencakup halhal yag berlebihan dan distorsi, seperti

halusinasi dan waham, simptomsimptom ini, sebagian terbesarnya,

menjadi ciri episode akut skizofrenia.

a. Delusi (waham), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan

semacam itu merupakan simptomsimptom positif yang umum pada

skizofrenia.

b. Halusinasi, para pasien skizofrenia seringkali menuturkan bahwa dunia

tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak nyata bagi

mereka. Dan distorsi persepsi yang paling dramatis adalah halusinasi

yaitu dimana pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari

lingkungan.

c. Simptom negatif.

Simptomsimptom negatif skizofrenia mencakup berbagai devisit

behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar dan

asosiolitas. Simptomsimptom ini cenderung bertahan melampaui suatu

episode akut dan memiliki afek parah terhadap kehidupan para pasien

skizofrenia.

2.4. Pedoman Diagnostik

Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda; atau- Thought insertion or withdrawal : isi

7
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau

isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);

dan - Thought roadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.

b) Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau - Delusion of influence : waham tentang

dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau -

Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap sesuatu kekuatan dari luar. Delusional perception: pengalaman

inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,

biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c) Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien,

Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara).

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

8
e) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

h) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emocional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku

pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri

sendiri (self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

9
2.5. Penatalaksanaan Skizofrenia

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan

pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa

jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik

yang benar-benar cocok bagi pasien. Contoh obat antipsikotik antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Mellaril (thioridazine)

3. Navane (thiothixene)

4. Prolixin (fluphenazine)

5. stelazine (trifluoperazine)

6. Thorazin (chlorpromazine)

7. Trifalon (perphenazine)

10
BAB 3

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. V

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 35 tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Payakumbuh

II. Riwayat Psikiatri

Keterangan / anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis

2. Alloanamnesis dengan : Kakak kandung

Pasien datang atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai)

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Polisi

d. Jaksa / Hakim

e. Dan lain-lain

11
A. Sebab Utama

Pasien tampak kaku, tidak mau makan dan minum, serta tidak bisa tidur dan

semakin parah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

B. Keluhan Utama

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSJ HB Saanin pada tanggal 15 Mei 2017 diantar oleh

keluarga. Pasien tampak kaku, tidak mau makan dan minum serta pasien tidak

bisa tidur dan semakin parah sejak 4 hari yang lalu. Pasien sebelumnya telah

tampak kaku, sering melamun dan berbicara sendiri sejak 2 tahun yang lalu, dan 4

hari yang lalu pasien mulai tidak mau makan, minum dan tidak bisa tidur. Gejala

pada pasien ini bermula sejak 2 tahun yang lalu sejak anak pasien meninggal dan

kemudian ditinggal pergi oleh suami pasien, setelah itu pasien mulai menunjukkan

gejala sering ketawa ketawa dan ngomong sendiri. Selama 2 tahun ini pasien

dibiarkan sama keluarga di rumah dan melakukan pengobatan kampung karena

keluarga pasien percaya bahwa pasien sedang diguna guna dan selama

pengobatan tidak ada perbaikan.

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien sering seperti sedang

berbicara dengan orang lain, dan juga pasien tampak takut dengan orang orang

disekitarnya. 2 minggu yang lalu pasien mulai menunjukkan perilaku yang aneh

seperti pasien sering duduk dan menatap sesuatu tanpa bergerak dan

mempertahankan posisi tersebut dalam waktu yang cukup lama. Pasien tampak

seperti patung dan pasien merasa marah jika di ganggu posisinya.

12
D. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien pernah menunjukkan gejala serupa seperti berbicara sendiri dan

ketawa ketawa sendiri pada 7 tahun yang lalu, pada saat itu pasien

tampak gelisah, marah marah ndak mengganggu orang sekitar tanpa

sebab. Keluarga pasien beranggapan bahwa pada saat itu pasien di guna

guna karena ada orang yang cemburu dengan pasien , dan pasien dibawa

berobat ke dukun kampung, dan keluarga mengaku setelah itu pasien ada

perbaikan dan bisa beraktivitas seperti biasa lagi.

2. Riwayat Gangguan Medis

Pasien tidak ada menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dan tidak ada

riwayat trauma pada kepala.

3. Riwayat Penggunaan Rokok, Alkohol dan Napza

Tidak ada riwayat penggunaan rokok, alkohol dan NAPZA pada pasien.

E. Riwayat Keluarga

a) Identitas Orang Tua

Identitas Orang Tua / Pengganti Keterangan


Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku Bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
Umur 80 tahun 70 tahun
Alamat Payakumbuh Payakumbuh
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - -

13
b) Sifat / Perilaku orang tua kandung
1. Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya / diragukan)
1. **Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-),
Tak suka bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (+),
Penjudi (-), Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-),
Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-),
Tidak bertanggung jawab (-).
2. Ibu (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya / diragukan)
2. **Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-),
Tak suka bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-),
Penjudi (-), Peminum (-), Pencemas (+), Penyedih (-), Perfeksionis (-),
Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (+),
Tidak bertanggung jawab (-).
Ket: ** diisi dengan tanda (+) atau (-)

c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke-4
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/Pr(47 th) 2. Lk/Pr( 43 th) 3. Lk/Pr (40 th) 4. Pasien 5.Lk/Pr (30
th)

e) Gambaran sikap / perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan


pasien dengan terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang
dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/perilaku
pada orang tua*
Saudara Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan
Ke- perilaku saudara (akrab/biasa/kurang/tidak
peduli)
1 Biasa dan Baik Biasa
2 Biasa dan Baik Biasa
3 Biasa dan Baik Biasa
5 Biasa dan Baik Biasa

14
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan

tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*

No. Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan


Pasien dan tingkah laku (akrab/biasa/kurang/tidak
peduli)
1. Ibu Biasa dan Baik Biasa
2. Saudara Biasa dan Baik Biasa
Ket: Untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik

(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s:

Anggota Kebiasaan-
Penyakit Jiwa Penyakit Fisik
Keluarga kebiasaan
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
Saudara 2 - - -
Saudara 3 - - -
Saudara 5 - - -
Kakek - - -
Nenek - - -

Skema Pedigree

h) Riwayat tempat tinggal yang didiami pasien

No Rumah Tempat Tinggal Keadaan Rumah


1. Rumah orang tua Nyaman
i) Dan lain-lain

15
F. Gambaran Seluruh Faktor-faktor dan Mental yang bersangkut paut

dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit

(premorbid) yang meliputi:

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.


- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : tidak terganggu
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik :-
- Minum ASI :-
- Usia mulai bicara :-
- Usia mulai jalan :-
- **Sukar makan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), pika ( ),
gangguan hubungan ibu-anak ( ), pola tidur baik ( ), cemas terhadap
orang asing sesuai umum ( ), cemas perpisahan ( ), dan lain-lain...
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai
pada masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari ( ), ngompol ( ), BAB
di tempat tidur ( ), night terror ( ), temper tantrum ( ), gagap ( ), tik ( ),
masturbasi ( ), mutisme selektif ( ), dan lain.lain.
d) Toilet training
Umur :-
Sikap orang tua* :-
Perasaan anak untuk toilet training ini : -
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : **demam tinggi disertai mengigau ( ),
kejang-kejang ( ), demam berlangsung lama ( ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( ), dan lain-lain.
f) Tempramen sewaktu kanak-kanak : **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
g) Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA


Umur 6-12 tahun 12-15 tahun -
Prestasi* Baik Baik -
Sedang Sedang
Kurang Kurang
Aktivitas sekolah* Baik Baik -
Sedang Sedang
Kurang Kurang

16
Sikap terhadap teman* Baik Baik -
Kurang Kurang
Sikap terhadap guru* Baik Baik -
Kurang Kurang
Kemampuan khusus (bakat) - - -
Tingkah laku Sedang Sedang -

h) Masa remaja: **Fobia (-), Masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-),
gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
i) Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
j) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Mimpi basah (-)
- Awal pengetahuan tentang seks (-)
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
k) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal : Rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun
(-), apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: Bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (+), dan lain-
lain.

l) Ciri kepribadian sebelumnya / gangguan kepribadian (untuk aksis II)


Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap
pujian maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-),
sering melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami
pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan
sendiri (+)

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan


berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi
(-), tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan
orang lain (-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan
bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan
terhadap motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu

17
patologik (-), hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan
afektif (-)

Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-),
ilusi berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila
bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tak
acuh (-)

Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas


seksual berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang
merugikan (-), melibatkan dirinya secara berlebihan
dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan
kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu
berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-), pesimis (-),
putus asa (-), insomnia (-), hipersomnia (-), kurang
bersemangat (-) rasa rendah diri (-), penurunan aktivitas
(-), mudah merasa sedih dan menangis (-) dan lain-lain

Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi


dirinya(-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal
yang sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-),
dependen (-), dan lain-lain

Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),


preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan
perhatian dan pujian yang terus menerus (-) hubungan
interpersonal yang eksploitatif (-), merasa marah, malu,
terhina, dan rendah diri bila dikritik (-), dan lain-lain

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang
amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli pada
norma-norma, peraturan dan kewajiban seseorang (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas (-),
impulsif (-), sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal untuk perlaku yang membuat pasien
konfil dengan masyarakat (-)

Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak


stabil (-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan

18
(-), gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-),
tidak tahan untuk berada sendirian (-), tindakan
mencederai diri sendiri (-), rasa bosan kronik (-), dan
lain-lain

Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa


dirinya tidak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah
dari orang lain(-), tidak menarik atau lebih rendah dari
orang lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang
lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi yang
berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena
takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak (-)

Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),


preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan
daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme
(-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala
(-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan
agar orang lain mengikuti persis caranya melakukan
sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan
sosial (-), dan lain-lain

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-


hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-),
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung
jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan
tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

m) Stressor psikososial (Axis IV)


Perkawinan (+)
n) Pernah suicide (-) kemungkinan sebab suicide (-)
o) Riwayat pelanggaran hukum (-)
p) Riwayat agama
Pasien beragama Islam
q) Persepsi dan harapan keluarga
Berharap pasien dapat sembuh dan bisa seperti biasa lagi.

19
r) Persepsi dan harapan Pasien
-

G. Grafik Perjalan Penyakit

Tahun 2016, 1 tahun Tahun 2017 bulan


yang lalu pasien marah- April, pasien
marah Karena kecewa putus minum
dengan perlakuan obat Karena
pacarnya yang tidak kecewa terhadap
peduli kepada pasien, pacarnya yang
pasien di rawat selama menikah dengan
1 bulan dan rajin lelaki lain.
minum obat.

III. Status Internus

Keadaan umum : sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : teraba kuat, teratur, frekuensi 84x/menit
Nafas : abdominothorakal, teratur, simetris, frekuensi 18x/menit
Suhu : 36.5 0C
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 55 kg
Sistem respiratorik
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Sistem kardiovaskuler

20
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan khusus : tidak ditemukan kelainan

IV. Status Neurologikus

GCS : 15 (E4V5M6)
Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), tremor (-)
Tanda-tanda efek samping pyramidal
Tremor tangan : (-)
Akatisia : (-)
Bradykinesia :-
Cara berjalan : normal
Keseimbangan : baik
Rigiditas : (-)
Kekuatan motoric : baik
Sensorik : baik
Reflex : reflex fisiologis (patella +), reflex patologis
babinsky (-)

V. Status Mental

A. Keadaan Umum

1. Kesadaran / sensorium : composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran


terkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain
2. Penampilan :

21
Sikap tubuh : biasa (-), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (+),
gelisah (-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+)
cara berpakaian : rapi (-), biasa (-), tak menentu (+), sesuai dengan
situasi (-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
kesehatan fisik : sehat (-), pucat (-), lemas (+), apatis (+), telapak
tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (+)
3. Kontak psikis

Dapat dilakukan (-), tidak dapat dilakukan (+), wajar (-), kurang
wajar (-), sebentar (-), lama (-)
4. Sikap

Kooperatif (-), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda


(-), bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayang
(-), selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-),
curiga (-), pasif (+), dan lain-lain

5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : biasa (-), sempoyongan (-), kaku (+), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (+), stupor
katatonik (+), rigiditas katatonik (+), posturing katatonik (+), cerea
fleksibilitas (+), negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-),
mannerisme (-), otomatisme (-), otomatisme perintah (-), mutisme
(-), agitasi psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-),
somnabulisme (-), akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-),
hipoaktivitas (-), mimikri (-)
Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea
(-), distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),
konvulsi (-), seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara

Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat

22
Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap (-),
afasia (-), bicara kacau (-).

C. Emosi

Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak


adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi(-), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (+), afek yang labil (-).

2. Mood
mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood
depresi (hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-),
hipomania (-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada
harapan (-).

3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah(-), kontrol impuls (-).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia (+), hiperfagia (-), insomnia (+), hipersomnia (-), variasi diurnal
(-), penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis
(-), bulimia (-).

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu,


( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran / Proses Pikir (thinking)

Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)


Mutu proses pikir (jelas/tajam)

23
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental (-), psikosis (+), tes realitas (terganggu/ tidak),
gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-),
dereisme (-), berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi
(-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment
(-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran


Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
Delusi/ waham
waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham
nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (-), waham referensi (-), though of
withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of insertion (-),
though of control (-), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-),
waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia
fantastika (-), waham agama.
Idea of reference.....
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-),
fobia (-).., noesis (-), unio mystica (-).

E. Persepsi

Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (+), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon (-).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)

F. Mimpi dan Fantasi

24
Mimpi :-
Fantasi :-

G. Fungsi Kognitif dan Fungsi Intelektual

1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),


orientasi personal (baik/ terganggua), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) (-), distractibilty (-), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate
(-). Amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).

H. Discriminative Insight

Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement

Judgement tes : terganggu


Judgement sosial : terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Khusus lainnya

Rutin
Anjuran
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / Petugas Sosial lainnya

(tulisan dan gambar di halaman belakang)

25
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Telah diperiksa pasien Tn. IR umur 27 tahun, agama islam, suku minang.

Pasien telah dikenal menderita Skizofrenia Paranoid sejak tahun 2016 dan dirawat

di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin. Pasien dirawat selama 1 bulan di bangsal

RSJ. Kemudian keadaan pasien membaik. Setelah itu pasien di tinggal menikah

oleh pacarnya yang sudah pacaran selama 3 tahun dan berhenti minum obat 1

bulan yang lalu. Pasien merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Pasien juga

marah dan kecewa terhadapat pacarnya. Pasien merasa pacarnya ditakdirkan

hidup bersama dia. Sejak saat itu pasien mengurung diri di kamar, marah-marah,

mudah tersinggug, tidak mau keluar dari kamar, dan menyendiri. Pasien sering

mengeluh melihat bayangan pacar nya pada malam hari dan pasien juga

mendengar suara pacarnya.

Riwayat gelisah ada. Riwayat cemas ada. Riwayat menyendiri ada. Riwayat

kehilangan minat untuk keluar rumah ada. Riwayat rasa mudah lelah ada. Riwayat

kurang percaya diri ada.

Pemeriksaan status mental didapatkan pasien laki-laki dengan penampilan

cukup rapi sesuai gender, sikap kooperatif, psikomotor normaktif, verbalisasi

jelas, kontak psikis dapat dilaukan, orientasi baik, afek appropriate sesuai mood,

mood hipotim, proses pikir koheren, isi pikir waham ada, persepsi halusinasi

auditorik dan visual ada, dan daya ingat tidak terganggu. Dari pemeriksaan status

neurologis tidak ditemukan kelainan.

IX. Formulasi Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit, dan pemeriksaan pada

pasien, ditemukan adanya waham dan penurunan mood. Dengan demikian,

26
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu

gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis, pasien merasa kecewa terhadap dirinya sendiri sejak

3 minggu sebelum masuk rumah sakit, keluarga pasien mengeluhkan pasien sering

menyendiri. Pasien marah dan kecewa terhadap pacarnya, pasien sudah pacaran

sejak 3 tahun yang lalu. Sejak saat itu, pasien mengurung diri didalam kamar, suka

marah-marah, mudah tersinggung, tidak mau keluar dari kamar, dan sering

menyendiri. Pasien percaya bahwa pacarnya hanya ditakdirkan hidup bersama dia.

Pada pasien ini tidak ditemukan riwayat trauma kepala, stroke, dan gangguan

organic yang berpengaruh pada gangguan kejiwaan sehingga diagnosis gangguan

mental organic disingkirkan(F00-F09). Tidak ditemukan pemakaian alohol dan

NAPZA sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19). Ditemukan gejala psikotik pada pasien

berupa halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan perilaku depresi berupa riwayat

menyendiri ada. Riwayat kehilangan minat untuk keluar rumah ada. Riwayat rasa

mudah lelah ada. Riwayat kurang percaya diri ada. Riwayat nafsu makan menurun

ada. Riwayat pasien suka menangis sendiri tidak ada, sehingga dapat didiagnosis

dengan skizoafektif tipe depresi

Dari riwayat kepribadian pasien didapatkan ciri kepribadian yang tidak ada

retardasi mental. Karena pasien didiagnosis setelah umur 18 tahun maka pada

aksis II tidak ada diagnose.

Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang cukup bermakna

seperti hipertensi, DM penyakit jantung, dan penyakit umum medis lainnya

sehingga axis III pada pseien ini tidak ada diagnosis.

27
Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang meyebabkan perubahan

perilaku pada pasien adalah masalah percintan yang berkaitan dengan lingkungan

sosial, sehingga pada axis IV diagnosisnya adalah masalah lingkungan sosial.

Pada axis V, pasien memiliki gejala sedang (moderate), disabilitas sedang,

sehingga berdasarkan penilaian GAF saat ini pasien berada pada nilai 60-51.

X. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizoafektif tipe depresi


Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah lingkungan sosial
Aksis V : GAF 60-51

XI. Diagnosis Banding Axis I

Skizoafektif tipe campuran

XII. Daftar Masalah

A. Organobiologik : tidak ada


B. Psikologis
Mood : hipotim
Afek : appropriate
Halusinasi : auditorik (+), visual (+)
Waham : ada
Kecurigaan : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
C. Lingkungan dan psikososial : tidak ada

XIII. Penatalaksanaan

A. Farmakoterapi
Risperidon 2 mg 2 x 1 tab
Lorazepam 2 mg 1 x 1 tab
B. Psikoterapi
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif

28
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan masalah secara
terarah.

XIV. Anjuran Terapi

Amitriptyline

XV. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

Quo ad sanactionam : bonam

29
BAB 4

DISKUSI

Telah datang seorang pasien Tn. IR umur 27 tahun ke Rumah Sakit Jiwa Prof.

HB. Saanin pada tanggal 17 April 2017 dengan diagnosis Depresi pasca

skizofrenia. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik dan

pemeriksaan psikiatri.

Berdasarkan anamnesis pasien telah dikenal menderita Skizofrenia Paranoid

sejak tahun 2016 dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin. Pasien

dirawat selama 1 bulan di bangsal RSJ. Kemudian keadaan pasien membaik.

Setelah itu pasien di tinggal menikah oleh pacarnya yang sudah pacaran selama 3

tahun dan berhenti minum obat 1 bulan yang lalu. Pasien merasa kecewa terhadap

dirinya sendiri. Pasien juga marah dan kecewa terhadapat pacarnya. Pasien merasa

pacarnya ditakdirkan hidup bersama dia. Sejak saat itu pasien mengurung diri di

kamar, marah-marah, mudah tersinggug, tidak mau keluar dari kamar, dan

menyendiri. Pasien sering mengeluh melihat bayangan pacar nya pada malam hari

dan pasien juga mendengar suara pacarnya.

. Pasien di rawat 1 bulan tahun lalu, kemudian pulang dan sebulan lalu sempat

putus obat. Berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan diagnosis axis I pada

pasien ini adalah skizoafektif tipe depresi.

Pada riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu pasien tidak

didapatkan adanya gangguan kepribadian sehingga pada aksis II tidak ada

diagnosis. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang cukup

bermakna, sehingga aksis III pada pasien ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini

30
terdapat masalah percintaan yang berhubungan dengan masalah lingkungan sosial

sehingga masalah lingkungan sosial menjadi diagnosis aksis IV. Pada aksis V,

pasien mengalami gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang, maka pasien

berdasarkan penilaian GAF saat ini pasien berada pada nilai 60-51.

31
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Hadisukanto, Gitayanti. 2010. Buku Ajar Psikiatri.


Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kaplan, Sadock, Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri
Klinis Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara, 2010
Larson, Molly K., Walker, Elaine F., and Compton, Michael T. 2010. Early Signs,
Diagnosis And Therapeutics Of The Prodromal Phase Of Schizophrenia And
Related Psychotic Disorders. Volume 10, Issue 8, pages 1347-1359
Maramis, Willy dan Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Edisi 2. Jakarta: Airlangga University.
Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT.
Nuh Jaya, 2003
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2014.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Dikutip pada tanggal 09 April 2015 dari
:http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas
2013.PDF

32

Anda mungkin juga menyukai