Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya.
Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000
jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh
dan dapat menyebabkan kanker.

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di
Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa
Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba
menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok
mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok
untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17
para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-
negara Islam.

Menurut riset 51,1 persen rakyat Indonesia adalah perokok aktif, tertinggi di ASEAN dan
sangat jauh bedanya dengan negara-negara tetangga, misalnya: Brunei Darusallam 0,06% dan
Kamboja 1,15%. Pada tahun 2013, 43,8% perokok berasal dari golongan lemah, 37,7% perokok
hanya memiliki ijazah SD, petani, nelayan dan buruh mencakup 44,5% perokok aktif. 33,4%
perokok aktif berusia di antara 30 hingga 34 tahun. Bagusnya hanya 1,1% perempuan Indonesia
adalah perokok aktif, walaupun tentunya perokok pasif akan lebih banyak.

Jumlah konsumen rokok di Indonesia adalah salah satu yang terbanyak di dunia.
Perkembangan rokok yang pesat di Indonesia merupakan dampak dari lemahnya peraturan dari
pemerintah untuk melarang rokok di Indonesia. Hal ini menjadi surga bagi industri-industri
rokok dunia. Ironisanya saat ini justru rokok sedang menjamur di Indonesia, sementara negara
asal perusahaan rokok terbesar tengah berusaha menguranginya.

Pesatnya industri rokok di Indonesia juga faktor dari kurangnya pendidikan tentang rokok
di Indonesia. Kebanyakan pecandu rokok di Indonesia awalnya hanya ingin mencoba rokok
tanpa berniat menjadi perokok aktif, namun hal itu berubah setelah beberapakali mencoba rokok,
zat adiktif yang terkandung dalam rokok membuat pencoba rokok tersebut ketagihan dan secara
tak sadar menjadi perokok aktif yang merokok secara rutin.

Tetapi di samping efek buruk dari rokok, pada realitanya seringkali kita dapati orang-
orang yang malahan dapat melakukan hal-hal besar dan bersifat positif ketika ia merokok.
Mungkin rokok saat ini masih mustahil untuk dihapuskan di Indonesia, karena terlanjur sistem
pengawasan dari pemerintah yang kurang terhadap rokok. Kita tidak bisa serta merta
menyalahakan perokok atas polusi udara yang mereka sebabkan. Selain itu area-area khusus
merokok pun masih kurang jelas batasnya, sehingga banyak perokok-perokok yang masih leluasa
merokok di area umum yang seharusnya sudah bebas rokok. Peraturan hanyalah peraturan tanpa
ada realisasi yang jelas dan baik.

Hal inilah yang menyebabkan penulis merasa prihatin sehingga ikut berpartisipasi dalam
sosialisasi bahaya merokok bagi kesehatan paru-paru manusia. Partisipasi ini dilakukan dalam
wujud penulisan karya tulis. Diharapkan dengan penulisan karya tulis ini dapat mengungkapkan
pengaruh rokok terhadap kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hal
ini. Penulisan ini dikemas dalam karya tulis yang berjudul Bahaya Merokok bagi Kesehatan
Paru-Paru Manusia.

Anda mungkin juga menyukai