Anda di halaman 1dari 17

Di dalam perjalanan hidup ini, kejujuran dapat diibaratkan sebuah kartu indentitas yang dapat diandalkan, walaupun berada

ditempat manapun senantiasa disambut dengan hangat apabila diri kita memiliki sifat jujur. Orang yang jujur, walaupun
berada di tempat manapun, pada waktu apapun, akan dengan tulus hati menghadapi segala masalah, tidak ada
penyesalan, tidak ada rasa takut, dapat hidup dengan tenang, rileks dan aman.

Di dalam kehidupan ini jika tidak ada rasa jujur, seperti hidup di dalam lingkungan kejahatan, seperti menghirup udara yang
tercemar, seperti berada di cuaca yang berawan tidak ada sinar matahari, seluruh alam kelihatannya penuh kejahatan dan
jebakan, setiap melangkah maju setapak harus sangat berhati-hati.

Apabila tidak ada rasa jujur, akan seperti sebuah gunung yang gersang. Jangankan tumbuh sebatang pohon, sebatang
rumputpun susah tumbuh. Gunung yang seperti itu walaupun sangat besar dan tinggi, sama sekali tidak akan menarik
karena tidak ada pemandangan yang cantik yang bisa memikat orang.

Oleh sebab itu, orang yang licik, hatinya senantiasa mengandung rasa iri, berpikiran picik, bersamaan dengan itu hatinya
tidak tenang, selalu merasa takut, di dalam sanubarinya kehilangan ketenangan, kedamaian, keharmonisan, juga tidak
akan memiliki barang yang paling berharga didunia ini yaitu cinta kasih dan rasa persabahatan yang setia, seumur hidupnya
tidak dapat dengan gagah perkasa menghadapi kehidupan ini.

Orang yang jujur jika menjumpai kesulitan, senantiasa dihadapi dengan rasa bahagia, walaupun menghadapi kesulitan
apapun, akan mendapat rasa simpati dari orang lain. Ada orang yang menolong, ada yang membantu, ada yang
memperhatikan .

Orang yang picik, walaupun menghadapi kebahagiaan, akan merasa sengsara, walaupun setenar apapun, akan ditertawai
orang lain, dicaci maki, dikucilkan, dipermalukan, dan dipermainkan orang lain.(Erabaru/hui)

Kejujuran
Oleh: Albert Hendra Wijaya

Arti jujur

Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai
kenyataan dan kebenaran".

Mukadimah
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan
tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi
perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun
muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan
sebagainya.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan
yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri
sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,

Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa
kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai
seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan
membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai
seorang pendusta.
Definisi Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan
yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada
pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang
berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai
seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama
berlaku juga pada pelaku bidah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi
beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang
yang munafik.

Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak
akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah
mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab,
kecuali kejujurannya (kebenarannya).

Allah berfirman,

Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. (QS. al-Maidah: 119)
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa
Keutamaan Jujur
. (QS. az-Zumar: 33)
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan
mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi,

Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.


Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.

Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik
sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai
derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.

Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari
Nabi, beliau bersabda,

Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat
penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika
mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka
akan terhapus keberkahannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dan ini merupakan bukti yang nyata kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah
dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena
merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya
kebahagian dunia dan akherat.

Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan
merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau
lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.

Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan
kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji
sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan
kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab,
memerintah (kepada yang maruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi
Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya
merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh
dari riya mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya,
puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan
kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah.
Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah
seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya.
Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan
sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.

Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist
yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.(QS.
at-Taubah: 119)
Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka
pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar. (QS. al-Maidah: 119)
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara
mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah
(janjinya). (QS. al-Ahzab: 23)
Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS.
Muhammad: 21)
Nabi bersabda, Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran,
(mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.
Macam-Macam Kejujuran
1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia,
maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang
yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya
telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.
2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, Jikalau Allah memberikan kepadaku
harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah. Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi
adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah:
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka
di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun
tidak merubah (janjinya). (QS. al-Ahzab: 23)
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian
karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka,
setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling,
dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS. at-Taubah: 75-76)
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal
batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah
akan berfirman, Inilah hambaku yang benar/jujur.
5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan
pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak
kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan
orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang
yang benar. (QS. al-Hujurat: 15)
Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia
memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya
lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap
kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah
satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.

Khatimah
Orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal
tersebut. Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas
kebenaran sebagaimana firman Allah,
Dan katakanlah (wahai Muhammad), Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula)
aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong. (QS. al-Isra: 80)
Allah juga mengabarkan tentang Nabi Ibrahim yang memohon kepada-Nya untuk dijadikan buah tutur yang baik.

Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. (QS. asy-Syuara: 84)
Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Allah. Ia akan sampai kepada-
Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat
kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa
mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Allah berfirman,

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai
kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah: 177)
Di sini dijelaskan dengan terang bahwa kebenaran itu tampak dalam amal lahiriah dan ini merupakan kedudukan dalam
Islam dan Iman. Kejujuran serta keikhlasan keduanya merupakan realisasi dari keislaman dan keamanan.

Orang yang menampakkan keislaman pada dhahir (penampilannya) terbagi menjadi dua: mukmin (orang yang beriman)
dan munafik (orang munafik). Yang membedakan diantara keduanya adalah kejujuran dan kebenaran atas keyakinannya.
Oleh sebab itu, Allah menyebut hakekat keimanan dan mensifatinya dengan kebenaran dan kejujuran, sebagaimana firman
Allah,

(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang
benar. (QS. al-Hasyr: 8)
Lawan dari jujur adalah dusta. Dan dusta termasuk dosa besar, sebagaimana firman Allah,

Kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran: 61)
Dusta merupakan tanda dari kemunafikan sebagaimana yang disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda,

Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila
diberi amanah dia mengkhianati. (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kedustaan akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Bahaya
kedustaan sangatlah besar, dan siksa yang diakibatkannya amatlah dahsyat, maka wajib bagi kita untuk selalu jujur dalam
ucapan, perbuatan, dan muamalah kita. Dengan demikian jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan
mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa para pendusta.Waallahu Alam.
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran
ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang
yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,
agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas
mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. az-Zumar: 32-35)
Referensi:
1. Makarimul-Akhlaq, karya Syakhul-Islam Ibn Taimiyah ; cet. Ke-1. 1313 ; Dar- alkhair, Bairut, Libanon.
2. Mukhtashar Minhajul-Qashidin, karya Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy, Maktabah Dar Al-Bayan, Damsiq, Suria.
3. Mukhtarat min Al-Khutab Al-Mimbariah, karya Syaikh Shalih ibn Fauzan ; cet. Ke 1, Jamiayah Ihya At-Turats Al-
Islamy.
4. Syarh Riyadhus As-Shalihin, karya Syaikh Mahammad ibn Shalih Al-Utsaimin ; cet 1 ; Dar- Wathan, Riyadh, KSA.
(Diambil dari majalah Fatawa)
***

Artikel www.muslim.or.id

Sikap Jujur Salah Satu Sikap Hindari Korupsi


Sebagai orang beragama harus yakin dan meyakini bahwa hidup di dunia ini akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Karena itu, sebagai umat Islam sepatutnya memiliki kesadaran
moral yang terpadu dengan kesadaran sosial. Selain itu. sikap Jujur dalam menjalani hidup ini harus
ditegakkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sebab sikap jujur itu merupakan salah satu upaya
yang bisa menghindari korupsi. Korupsi terjadi diantaranya karena si pelaku itu tidak jujur ter-hadap diri
sendiri.

Dengan demikian maka individu Muslim akan rae nemukan jatidirinya dan fitrah kemanusiaan sebagai
mahlukyang siap mengabdi ke hadirat-Nya.Dalam rangka pengabdian Islam memberi tuntunan bagi setiap
Muslim untuk hidup jujur, ikhlas, mampu menahan diri dan mengendalikan emosi, mematuhi hukum, hidup
tertib dan berdisiplin tinggi dan penuh dedikasi.Sikap jujur yang harus dijalankan bagi umat Islam itu sudah
diajarkan ketika ibadah puasa. Ibadah puasa itu bagi umat Islam menuntun untuk hidup jujur, tulus,
menahan diri dan mengendalikan emosi, mematuhi hukum dengan hidup tertib dan berdisiplin tinggi, penuh
dedikasi serta menghayati persamaan dan kebersamaan dalam hidup.

Salah satu sikap mulia yang melekat dengan pribadi Nabi Muhammad SAW adalah kejujuran dan
tanggungjawab. Berkat dua hal itulah. Muhammad diganjar dengan julukan Al Amin oleh masyarakat
setempat, baik pengikutnya maupun yang memusuhinya.Jujur, berani menanggung risiko, dan
bertanggungjawab itulah warisan mulia kepemimpinan Nabi yang mestinya diteladani para pemimpin
bangsa ini. Menemukan kejujuran saja misalnya, sudah sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Padahal, kejujuran saja belum cukup untuk menjadi modal bagi pemimpin.

Fakta sulitnya menemukan kejujuran itu berbanding terbalik dengan anjuran meneladani sikap dan
perbuatan Nabi. Di mimbar -mimbar dengan ceramah-ceramah maupun dalam tulisan selalu terdengar para
pemimpin dan penganjur mengajak kita mencontoh sikap dan perilaku Nabi Muhammad.Akan tetapi yang
kita jumpai sikap tidak jujur sering ditemukan, bahkan karena tidak Jujur itu korupsi menjadi-jadi di
berbagai Uni kehidupan. Ini menunjukkan bahwa kejujuran masih terus dikalahkan kepentingan sempit
yang bersifat jangka pendek.

Entitas terkaitBerkat |Fakta |Ibadah |Islam |Jujur |Korupsi |Menemukan |Muhammad |Muslim
|Nabi |Sikap |Uni |Al Amin |Nabi Muhammad SAW |Sikap Jujur Salah Satu Sikap Hindari Korupsi
|Ringkasan Artikel Ini
sikap Jujur dalam menjalani hidup ini harus ditegakkan dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, sebab sikap jujur itu merupakan salah satu upaya yang bisa menghindari korupsi.
Dalam rangka pengabdian Islam memberi tuntunan bagi setiap Muslim untuk hidup jujur, ikhlas,
mampu menahan diri dan mengendalikan emosi, mematuhi hukum, hidup tertib dan berdisiplin
tinggi

edikasi. n emosi
Jumlah kata di Artikel : 328
Jumlah kata di Summary : 87
Ratio : 0,265

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk
keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

Pada dasarnya, sikap dan sifat dasar yang dibutuhkan dalam organisasi sangatlah relatif. Tergantung dari apa jenis
organisasi, tujuan, tradisi dalam organisasi, kapasitas orang didalam organisasi, dan lainnya.
Namun, secara garis besar, beberapa hal berikut berlaku secara umum dikebanyakan organisasi. Organisasi komersial
ataupun non komersial. Organisasi pemerintah, maupun organisasi non pemerintah.
Apa saja? mari kita lihat :

Kejujuran
Kata pepatah lama : Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Di organisasi juga tentunya. Jujur dalam
berorganisasi misalnya jujur saat mengemukakan pendapat, laporan, jujur masalah uang,dan jujur dalam menilai kinerja.
Jujur berkaitan dengan masalah moralitas, realita, dan fakta. Maka, masalah kejujuran pada dasarnya berangkat dari hati
nurani seseorang. Tidak jarang, banyak orang dalam organisasi berbuat dan berkata tidak jujur untuk menutupi sesuatu.
Misalkan, seorang auditor sedang mengaudit keuangan sebuah perusahaan. Dalam penyelidikan dia menemukan banyak
kejanggalan dan kecurangan. Namun karena diimingi uang, atau mungkin karena mendapat ancaman dari perusahaan
yang bersangkutan, akhirnya dia memanipulasi data penyelidikan.
Atas kepentingan tertentu dalam organisasi, terkadang kita dipaksa oleh keadaan untuk berbuat tidak jujur. Kadang ada
kesempatan mendapatkan keuntungan dari ketidakjujuran yang kita buat. Kadang kita terpaksa berbuat tidak jujur karena
alasan-alasan tertentu yang menurut kita baik
Banyak orang melakukan pembenaran dengan mengatakan atau berpegang pada istilah bohong untuk kebaikan itu tak
masalah sehingga dengan mudah mereka berbuat atau berkata tidak jujur.
Dalam sebuah sumber agama tertentu, disebutkan Katakanlah yang sebenarnya, walaupun itu pahit bagimu. Disini kita
melihat apakah sebenarnya memang dibenarkan adanya bohong untuk kebaikan? padahal sebenarnya bohong itu sendiri
adalah hal yang buruk.
Namun, dalam kondisi tertentu memang efek dari kejujuran bisa lebih pahit daripada jika kita berbohong. Disinilah kita
dituntut berani mengemukakan kebenaran dengan jujur

Loyalitas
Loyalitas mengacu pada kesetiaan pada organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan hal-hal lain yang sifatnya
herois. Loyalitas akan menggerakkan motor-motor organisasi untuk tetap bekerja meski dalam kondisi yang tidak
menguntungkan, kondisi kekurangan, atau kondisi-kondisi buruk lainnya.
Pada kasus-kasus tertentu, suatu organisasi dapat bertahan karena memiliki anggota-anggota yan loyal. Padahal, secara
program organisasi tersebut bisa dikatakan tidak bergerak sama sekali
Ada banyak hal yang membuat orang menjadi loyal pada sebuah organisasi. Kebanyakan orang menjadi loyal karena telah
memahami seluk beluk organisasi itu, masalah, tantangan yang dihadapi organisasi dalam kaitannya dengan tujuan
organisasi itu, atau karena telah lama berorganisasi disitu.
Anggota yang loyal, ibarat seorang pejuang yang rela tetap semangat berperang dalam kondisi perut lapar, amunisi dan
senjata kurang, walaupun pasukan diambang kekalahan.
Salah satu contoh loyalitas yang cukup sempurna diperlihatkan dalam sebuah film epik berjudul 300 (three hundred) yang
mengisahkan peperangan antara pasukan perang Sparta (Yunani) dibawah pimpinan Leonidas melawan pasukan Persia
dibawah pimpinan Xerxes.

Komitmen dan tanggungjawab


Jika loyalitas berkerabat dengan kesetiaan, maka komitmen dan tanggungjawab tidak demikian. Komitmen dan
tanggungjawab lebih mengarah pada kesepakatan atau janji yang telah dibuat.
Lebih dalam lagi, komitmen dan tanggungjawab dapat diartikan

memegang teguh amanat, kesepakatan, janji, tugas yang telah dibuat atau diterima (diucapkan ataupun dituliskan)

dan menyelesaikannya dengan bersungguh-sungguh dengan semaksimal mungkin (mengerahkan kemampuan maksimal

untuk mencapai tujuan atau tugas tersebut).


Tanpa loyalitas sekalipun orang dapat berkomitmen dan bertanggung jawab. Bahkan tanpa ikatan emosional dengan
organisasi tersebut sekalipun. Namun pada umumnya, komitmen dan tanggungjawab yang kuat tercipta dari hubungan
internal, emosional, dan kekeluargaan yang kuat, meski tidak selalu akur
Kesepakatan yang dimaksud dapat berupa kesepakatan dari diri sendiri dengan diri sendiri, kesepakatan antar individu,
ataupun kesepakatan antar lembaga/organisasi
Kesepakatan dari diri sendiri pada diri sendiri mengacu pada pertentangan pribadi (batin) seseorang. Dimana biasanya
selalu ada pro dan kontra didalam diri seseorang atau suatu yang dipikirkan atau akan dilakukan, lalu terjadi kesepakatan
damai dan memunculkan komitmen serta batasan-batasannya (atau tidak terbatas sama sekali). Dari komitmen ini
kemudian lahirlah tanggungjawab untuk mewujudkan komitmen tersebut
Kesepakatan antar individu maupun antar lembaga adalah kesepakatan atara satu pihak dengan lainnya. Baik dikemukakan
secara tertulis maupun lisan. Namun dewasa ini, kebanyakan kesepakatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum adalah kesepakatan tertulis.
Kekeluargaan dan rasa saling memiliki
Kekeluargaan atas suatu organisasi berawal dari rasa nyaman yang ditimbulkan didalam internal organisasi tersebut.
Kemudian muncullah rasa memiliki. Kekeluargaan dan rasa memiliki ini merupakan proses sebab akibat yang sangat erat.
Keduanya saling mempengaruhi.
Keduanya berakibat pada rasa nyaman antar anggota didalam organisasi tersebut, dan akhirnya mempengaruhi pula ikatan
emosional, kinerja, dan lain-lain.
Jika seorang anggota organisasi telah merasa memiliki atas suatu organisasi, maka dia takkan segan berbuat banyak untuk
organisasinya, bahkan tanpa pamrih. Hal ini mungkin karena anggota tersebut melakukannya atas dasar pengabdian,
bukan sekedar tugas atau mengerjakan program
Pada umumnya kekeluargaan dan rasa memiliki ini tercipta karena intensitas interaksi dan komunikasi yang banyak.
Sesama anggota sering bertemu, berdiskusi, bersenang-senang, berkegiatan, berbagi suka duka, lama kelamaan akan
terpupuklah kekeluargaan dan rasa memiliki yang kuat
Kekeluargaan dan rasa memiliki dikalangan anggota organisasi memungkinkan munculnya kecintaan pada organisasi
tersebut. Bisa dibayangkan, jika seseorang sudah cinta, maka apa saja mungkin dia lakukan, bahkan dengan dasar dan
alasan yang tidak rasional sekalipun
Namun, sifat kekeluargaan dan rasa memiliki ini bisa muncul setelah seseorang masuk dalam organisasi dan / atau
berpartisipasi didalamnya. Banyak juga non anggota yang berpartisipasi aktif dalam sebuah organisasi. Mereka-mereka ini
sering disebut Simpatisan atau orang yang bersimpati.

Kemauan untuk berkembang


Hal ini sangat penting, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi organisasi yang bersangkutan.
Dunia sangat dinamis, begitu juga dengan manusia. Selalu terjadi perubahan baik cepat ataupun lambat. Baik itu
perubahan pola, prinsip, cara, dan lain-lain
Kemauan untuk berkembang menunjukkan keterbukaan pada hal-hal baru yang masih asing. Hal ini juga menunjukkan
bahwa dalam diri seorang anggota itu atau organisasi itu, ada keinginan untuk selalu meningkatkan kualitasnya, sehingga
yang dihasilkan organisasipun meningkat baik kualitas ataupun kuantitasnya,
Hampir semua organisasi membutuhkan anggota yang punya sifat ini. Namun, terkadang ada juga organisasi tertentu,
entah disadari atau tidak, atau memang disengaja, membiarkan anggotanya atau organisasinya tetap statis/monoton. Tentu
setiap organisasi punya tujuannya sendiri-sendiri
Efeknya pada organisasi sangat signifikan, dengan memiliki anggota organisasi atau organisasi yang mau berkembang,
organisasi tersebut berpotensi untuk bertahan lama, berjalan beriringan dengan jaman, selalu sesuai dengan kebutuhan,
atau bahkan melampaui capaian pada jamannya.

Cara berkomunikasi yang efektif dan efesien


Disadari atau tidak, komunikasi yang efektif dan efisien ini menjadi kunci kesuksesan di hampir semua aspek dalam
organisasi.
Seorang teknisi ingin menjelaskan alat-alat dan gunanya pada saat presentasi di masyarakat, dengan apa? Tentu dengan
komunikasi yang baik dan pas. Seorang manajer ingin menjelaskan rencana-rencananya, dengan apa? Diam? Tak
mungkin. Tentu dengan komunikasi
Seringkali terjadi, yang membuat suatu produk tidak laku dimasyarakat bukan karena produk itu jelek, tetapi karena
penyampaiannya pada masyarakat yang tak efektif dan efisien.
Sering kali dalam organisasi, kita menjelaskan panjang lebar tentang konsep yang kita buat, tetapi ditolak oleh segenap
hadirin. Mengapa? Ternyata karena penyampaian kita tidak ditangkap atau dimengerti secara maksimal oleh pendengar.
Ironis bukan, rencana yang telah kita buat secara sangat matang dalam hal teknis, malah gagal atau ditolak karena kita
tidak mampu menyampaikannya pada resipien (penerima informasi)?
*************************
Pada umumnya anggota-anggota organisasi yang telah mapan dan dewasa mengetahui betapa pentingnya beberapa hal
diatas dalam sebuah organisasi. Organisasi besar biasanya punya tradisi khusus untuk terus
menyampaikan/mentransformasikan hal-hal penting di organisasinya kepada anggota-anggota baru.
(sumber: enviroleeb.wordpress.com)
Pengertian Jujur
28/03/2010 OLEH JALIUS HR 9 KOMENTAR
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah
tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya
tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang
makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan
dengansuatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut.
Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada perobahan (sesuai
dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja apa yang ada pada diri sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan
atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang serta yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga
dapat mengenai benda, sifat dari benda tersebut atau bentuk maupun model. Fenomena yang teramati boleh saja yang
berupa suatu peristiwa, tata hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan
apa saja yang terjadi.
Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau
fenomena. Misalnya sesorang mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan. Kalau
memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu bersikapjujur. Dengan kata
lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini jujur berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang
disampaikan dengan realisasi (fenomena).
Mungkin kita pernah melihat atau memperhatikan Tukang bekerja. Dia bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam
pedoman kerja (tertulis atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni 3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang
tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia membuat perbandingan yang lain yakni 3 : 6, Peristiwa ini jelas
memperlihatkan si Tukang tidak mengikuti ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si
Tukang tidak bersikap jujur. Dalam kasus ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan informasi yang ada
dengan fenomena (tindakan yang dilaksanakan ).
Kejujuran juga bersangkutan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau
menyampaikan informasi, bahwa .orang pertama sekali yang sampai ke Benua Amerika adalah Cristofer
ColombusPadahal menurut sejarah yang berkembang, sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah sampai
kesana armada Laksmana Cheng ho. Artinya apa, tidak ada pengakuan. Dalam hal ini kita juga melihat persoalan
kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.
Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuahsikap yang
selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap
seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.
Demikian saja untuk sementara, kalau ada yang kurang tolong beri tambahan dan kalau ada yang keliru tolong diperbaiki.
Banyak Maaf, wassalam.
Lubuk Buaya, Maret 10
Jalius.HR

1. Integritas
Definisi: Jujur, berperilaku konsisten serta berpegang teguh pada prinsip
kebenaran untuk menjalankan apa yang dikatakan secara bertanggung jawab

Indikator Perilaku:Memperlakukan orang lain dengan bermartabat, hormat, dan


adil. Komitmen terhadap kewajiban dan janji. Dapat dipercaya, jujur dan tulus
dalam setiap tindakan. Berpegang teguh kepada kebenaran meskipun harus
melawan arus. Konsisten dalam tindakan dengan melakukan yang
dikatakan/diyakini. Menjaga etika bisnis dalam mencapai hasil pekerjaan yang
terbaik
Perilaku Jujur Sejak Dini Awal Anti Korupsi

indosiar.com, Jakarta - Sejumlah siswa SMA dari berbagai wilayah Jakarta dan Bekasi Selasa (02/12/08)
pagi mengikuti apel bersama dalam rangka Gerakan Aksi Langsung Anti Korupsi Sejak Dini (Galaksi).
Upacara ini dipimpin oleh Jaksa Agung, Hendarman Supandji di Lapangan Hijau Kejagung, Jakarta Selatan.

Para siswa yang hadir dalam Apel Anti Korupsi di Kejagung ini mengenakan kaos yang bertuliskan tentang
kejujuran. Jaksa Agung mengatakan, para generasi muda ini diharapkan dapat mengedepankan makna
kejujuran dalam setiap tindakannya dan terus dibawa hingga tumbuh menjadi pemimpin di masa depan.

Di sela - sela acara ini Jaksa Agung juga meresmikan salah satu bagian bentuk dari anti korupsi yakni
warung kejujuran. Warung ini untuk menanamkan kejujuran kepada generasi muda. Rencananya Kejaksaan
Agung bekerjasama dengan Depdiknas akan mendirikan sekolah anti korupsi di Jakarta. Dibuatnya warung
kejujuran ini telah menuai respon posisif sebelumnya bagi siswa SMA N 2 Bekasi, seperti yang dirasakan
oleh salah satu siswa sekolah tersebut Mutiara dan kawan-kawannya.

Perilaku jujur memang harus dipupuk sejak dini, sehingga akan melahirkan manusia-manusia anti korupsi
dalam bentuk apapun.

. (Herman Worotikan/Sup)

07

KEJUJURAN

Pada tahun keenam Hijriyah, Abu Sufyan berniaga ke Syam. Di sana ia mendapat undangan khusus dari
Kaisar Heraclius untuk berdiskusi seputar sifat Muhammad SAW serta ajaran yang didakwahkannya.

Abu Sufyan yang saat itu belum memeluk Islam serta masih memusuhi Islam dan kaum Muslimin, dengan
tegas menjelaskan sifat dan akhlak mulia Rasulullah SAW. Muhammad SAW adalah sosok manusia yang jujur
tanpa pernah sekalipun berdusta.

Muhammad SAW mengajak manusia untuk mengesakan Tuhan dan berbudi pekerti luhur. Demi Allah, jika
bukan karena aku khawatir orang-orang akan menjuluki diriku sebagai seorang pendusta, niscaya aku akan
berdusta tentang Muhammad.' (HR Al-Bukhari).

Rasulullah SAW memang terkenal sebagai orang yang jujur dan berakhlak mulia. Semenjak kecil beliau sudah
menyandang julukan al-Amin yang artinya tepercaya. Abu Jahal yang selama hidupnya memusuhi Islam dan
kaum Muslimin yang bahkan sempat mau membunuh Rasulullah SAW pernah mengatakan, Kami tidak
mendustakanmu, wahai Muhammad (karena kami tahu bahwa engkau adalah orang yang jujur). Kami hanya
mendustakan agama yang engkau dakwahkan.'

Allah SWT berfirman, Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu membuatmu sedih.
(Namun ketahuilah) Sesungguhnya mereka tidak mendustakanmu, akan tetapi orang-orang zalim itu
mendustakan ayat-ayat Allah.' (QS Al-Anam [6]: 33).

Suatu hari seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW. Apakah seorang Mukmin akan berdusta?'
Dengan tegas Rasulullah SAW menyatakan tidak. Kemudian beliau membaca ayat 105 Surat An-Nahl (16).
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan adalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itu adalah orang-orang pendusta.'

Dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman, meyakini eksistensi Allah SWT dan pengetahuan-Nya atas
semua amal perbuatan manusia. Seseorang yang berdusta menganggap bahwa Allah SWT tidak ada, atau
Allah SWT ada tetapi tidak mengetahui kedustaan yang dilakukannya.

Sebab, salah satu tanda kemunafikan adalah kedustaan. Dia adalah munafik walaupun dia melakukan shalat
dan berpuasa, serta menyangka bahwa dirinya beriman.' (HR Muslim).

Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kejujuran akan membawa kebaikan, dan
kebaikan akan mengantarkan orang ke dalam surga. Tidaklah seseorang selalu berkata jujur atau berusaha
untuk selalu jujur, sehingga Allah mencatatnya sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, kedustaan akan
membawa kedurhakaan, dan kedurhakaan akan menjerumuskan orang ke neraka. Dan tidaklah seseorang
selalu berdusta atau berusaha menutupi kedustaannya dengan kedustaan yang lain, kecuali Allah akan
mencatatnya sebagai seorang pendusta.' (HR. Muttafaq Alaih dari Ibn Masud).

TENTANG SAYA

R. CEPY RAMANDHA BK

VIEW MY COMPLETE PROFILE

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Tuhan menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan
menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur
dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Seseorang yang senantiasa jujur akan selalu berusaha untuk
jujur. Jujur adalah keselarasan antara ucapan dengan kenyataan. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan
keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada
pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat pamer tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur
karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan di dalam batinnya.
Demikian juga seorang munak tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan
dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang
yang beriman, sedangkan lawannya adalah dusta, yang merupakan salah satu sifat orang yang munak.
Dengan kejujurannya, seseorang akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat darisegala
keburukan.Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah. Dalam kehidupan sehari-hari bukti yang nyata
kitadapati seorang yang jujur dalam berjual beli dengan orang lain,rezekinya lancar-lancar saja, orang lain
berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut
mendapatkan kemulian karena berteman dengannya.Tidaklah kita dapati pada seorangyang jujur, melainkan
orang lain senang dengannya, memujinya.Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda
denganpendusta, temannya sendiripun tidakmerasa aman, apalagi musuh ataulawannya. Dan, konon tak ada
satupun teori tentang managemen, maupunkepemimpinan di level apapunyang tidak menempatkan
kejujuransebagai persyaratan utama komitmenseseorang. Lebih lebih dalam duniapendidikan, sebagaimana
yangdilakukan oleh Al Hikmah, kejujuranmerupakan hal yangterpenting dalamorganisasi. Dengan
managemenberbasis kejujuran, diyakini akanmengundang keberkahan Allah SWT.Dan dengan keberkahan itu
makasemua visi, misi dan tujuan Al Hikmahakan bisa diwujudkan. Nur Hidaya

Anda mungkin juga menyukai