Anda di halaman 1dari 28

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan puji
syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah PKN ini dengan tepat. Salam dan salawat selalu tercurah
kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah
menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PKN) adalah mata pelajaran yang dirancang
untuk membekali siswa dengan keimanan dan akhlak mulia sebagai mana di arahkan oleh
falsafah hidup bangsa indonesia yaitu pancasila. Melalui pembelajaran pkn, siswa di persiapkan
untuk dapat berperan sebagai warga negara yang efektif dan bertanggung jawab.
Indikator:

1. Menjelaskan ketentuan konstitusi keuangan Negara


2. Menjelaskan mekanisme pengelolahan keuangan Negara berdasarkan UUD NRI tahun
1945
3. Menguraikan sumber-sumber keuangan Negara
4. Menjelaskan asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara
5. Mengidentifikasi tugas pejabat Negara yang mendapatkan pelimpahan pengelolaan
keuangan Negara
6. Menjelaskan peran bank Indonesia menurut UUD NRI tahun 1945
7. Menjelaskan ketentuan UUD NRI tahun 1945 yang mengatasi tentang badan pemeriksa
keuangan (BPk)
8. Mengidentifikasi tugas dan kewenangan BPK menurut undang-undang
9. Menguraikan proses pemilihan anggota BPK menurut undang-undang
10. Menjelaskan karakteristik kekuasaan kehakiman menurut UUD NRI tahun 1945
11. Mengidentifikasi tugas dan kewenangan kekuasaan kehakiman menurut UUD NRI tahun
1945

Jawaban:

1. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan negara merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan
negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar, apabila keuangan negara
tidak stabil atau terganggu. Oleh karena kedudukannya yang amat penting ini, keuangan
negara diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab
VII sebagaimana dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini
Ketentuan Mengenai Keuangan Negara dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

No Pasal Isi Pasal


1. 23 (1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama
Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
2. 23 A Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang
3. 23 B Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-
undang
4. 23 C Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-
undang
5. 23 D Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang
Dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

a) Mekanisme penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menuntut


akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Hal ini dikarenakan
APBN merupakan salah satu unsur penting untuk kepentingan pembangunan nasional
dan ada bagian-bagian yang berkaitan dengan pembangunan daerah, pembahasannya
dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
b) APBN merupakan gambaran utuh tentang pelaksanaan dan tanggung jawab pengelolaan
keuangan negara yang ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .
c) Pemerintah tidak boleh memaksakan berlakunya ketentuan bersifat kewajiban material
yang mengikat dan membebani rakyat tanpa disetujui terlebih dahulu oleh rakyat itu
sendiri melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat. Berkaitan dengan pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa, diharapkan DPR memperjuangkan
kepentingan dan aspirasi rakyat dan agar kepentingan dan aspirasi rakyat menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan.
d) Peredaran dan nilai mata uang harus berada di dalam kontrol pemerintah.
e) Permasalahan keuangan negara tidak hanya diatur dalam undang-undang dasar saja,
tetapi diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang derajatnya di bawah
undang-undang dasar. Misalnya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan sebagainya.
f) Negara mempunyai bank sentral yang mempunyai tugas dan kewenangan tertentu yang
ditetapkan oleh undang-undang.

Kemudian, apa saja yang menjadi sumber keuangan negara? Sumber keuangan negara
Republik Indonesia meliputi beberapa hal berikut.
a. Pajak
b. Retribusi
c. Keuntungan BUMN/BUMD
d. Denda dan Sita
e. Pencetakan Uang
f. Pinjaman
g. Sumbangan, Hadiah, dan Hibah
h. Penyelenggaraan Undian Berhadiah

2. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara terutama Pasal 6 Ayat (1) disebutkan bahwa Presiden selaku
Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian
dari kekuasaan pemerintahan. Ketentuan pasal tersebut menunjukkan bahwa Presiden
Republik Indonesia bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan keuangan negara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan negara.
Dalam Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara diuraikan bahwa Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1):

a) dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
b) dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
c) diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
d) tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan
dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Presiden mendelegasikan kekuasaan dalam pengelolaan keuangan negara ini kepada


Menteri Keuangan, Menteri dan Pimpinan Lembaga Negara, serta Kepala Daerah
(gubernur, bupati atau walikota). Dengan demikian, dalam pelaksanaannya, tidak akan
terjadi pemusatan kekuasaan pengelolaan keuangaan negara hanya di tangan Presiden.

3. Keuangan negara adalah hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
negara serta pengatuhnya terhadap perekonomian. Seluruh sumber penerimaan dan
pengeluaran diperhitungkan oleh pemerintah secara cermat dan teliti serta bertanggung
jawab, yang semuanya disusun dalam APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara). APBN adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci mengenai kondisi
keuangan negara yang mencakup penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber
keuangan negara meliputi 6 hal, yaitu:
Pajak
Pajak merupakan salah satu pos penerimaan negara yang utama. Pajak merupakan
hak pungutan resmi pemerintah berdasarkan undang-undang. Pajak itu dikenakan
kepada wajib pajak, yaitu individu, kelompok, maupun suatu badan usaha yag
wajib membayar pajak kepada pemerintah. Pajak berperan sangat penting karena
pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang dapat menjamin
kelangsungan pembangunan sosial. Wajib pajak yang telah ikut serta dalam
membayar pajak berarti mereka telah membantu pemerintah dalam menyukseskan
pembangunan nasional.

Retribusi
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah berdasarkan undang-
undang yang berlaku. Pembayar retribusi ini merupakan pihak yang telah
menerima manfaat atas fasilitas pemerintah, seperti retribusi pasar, retribusi
parkir, dan jenis retribusi lainnya. Pajak dan retribusi berbeda dalam hal
penerimaan manfaat. Jika dalam retribusi, pembayar retribusi dapat merasakan
manfaat secara langsung, namun pembayar pajak tidak dapat merasakan
manfaatnya secara langsung dan tidak semua orang dapat menikmati hasil
pemanfaatan pajak secara merata.

Keuntungan BUMN
BUMN adalah perusahaan negara yang mengelola sumber daya yang strategis dan
menguasai hajat hidup banyak orang. Sebagai perusahaan negara, BUMN
memiliki kewajiban utama dalam melayani kepentingan umum dan kadangkala
BUMN pun dapat memperoleh laba dari hasil kegiatannya. Laba tersebut
merupakan salah satu penerimaan negara karena BUMN adalah milik negara.
Apabila suatu BUMN mampu bekerja secara efektif dan efisien, maka BUMN
dapat memperoleh laba yang besar sehingga secara otomatis meningkatkan
penerimaan negara pula.

Pinjaman dan Hibah (Bantuan)


Setiap negara memiliki sumber penerimaan, akan tetapi apabila dari penerimaan
tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi negara, maka dapat
mengajukan pinjaman berupa investasi maupun pinjaman dari dalam atau luar
negeri. Pinjaman yang diperoleh pemerintah merupakan utang yang nantinya
harus dibayar kembali beserta bunganya sedangkan hibah atau bantuan biasanya
didapat dari negara lain dan tidak perlu dikembalikan.

Penjualan Kekayaan Negara


Suatu negara memiliki sumber daya yang menjadi kekayaan negara. Kekayaan
tiap negara tidaklah sama, sehingga Anda pernha mendengar bahwa adanya
negara yang kelebihan atau kekurangan sumber daya. Oleh karena itu, kekayaan
negara berupa barang tambang, hasil hutan, hasil pertanian, dsb. dapat dijual ke
negara lain untuk memperoleh tambahan penerimaan negara. BUMN umumnya
adalah pihak yang melakukan penjualan kekayaan negara.

Penerimaan Bea dan Cukai


Bea dan cukai adalah pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
barang-barang tertentu yang masuk atau yang keluar dari suatu negara. Dengan
demikian, bea dan cukai terkait dengan kegiatan ekspor dan impor. Oleh karena
itu, barang-barang tertentu yang masuk atau keluar suatu wilayah negara
diharuskan membayar sejumlah biaya yang dapat disetarakan sebagai pajak tidak
langsung.
4. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang terdiri dari:

a) Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode anggaran untuk suatu
tahun tertentu, mulai dari 1 Januari 31 Desember.
b) Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
c) Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
d) Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
e) Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara, khususnya pengelolaan
keuangan negara harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
f) Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam pengelolaan keuangan
negara. Oleh karena itu, sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus
profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan
Pengguna Anggaran/Barang.
g) Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber daya yang tersedia secara
proporsional terhadap hasil yang akan dicapai.
h) Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan
keuangan negara dalam setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan anggaran, pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
i) Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, artinya
pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan
oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).

Asas-asas umum tersebut diperlukan juga untuk menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip


pemerintahan daerah, sehingga dengan dianutnya asas-asas umum tersebut dalam paket
Undang-undang di bidang keuangan negara, selain dapat mewujudkan pengelolaan keuangan
negara yang bebas korupsi dan kolusi, efektif dan efisien serta transparan dan akuntabel, juga
diharapkan dapat memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. A. Presiden
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. (Pasal 6 UUNo. 17/2003). Pada
dasarnya Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan atas pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan
B. Menteri Keuangan

Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;


Menyusun RAPBN dan Rancangan Perubahan APBN
Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan,
Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam UU;
Melaksanakan fungsi bendahara umum negara
Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggunganjawaban pelaksanaan
APBN;
Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiskal berdasarkan UU.

C. Menteri/Pimpinan Lembaga

Menyusun rancangan anggaraan kementerian/lembaga yang dipimpinannya;


Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran,
Melaksanakan anggaran kememterian/lembaga;
Melaksanakan pemungutan ONBP dan menyetorkannya ke kas negara,
Mengelola piutang dan utang yang menjadi yanggungjawab kementerian
negara/lembaga,
Mengelola barang milik negara
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negasra/lembagala,
Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggunggjawabnya berdasarkan UU.

D. Gubernur/Bupati/Walikota

Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD,


Menyusun RAPBD dan Rancangan Perubahan APBD,
Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Perda;
Melaksanakan fungsi Bendahara umum daerah,
Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.

E. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) Daerah

Menyusun RKA-SKPD
Menyusun DPA-SKPD
Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan
Menandatangani SPM
Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya
Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah

F. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (KSKPD),


Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (KSKPD), selaku PPA/PBD, mempunyaqi tugas :

Menyusun anggaran SKPD yang dipimpinanya,


Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya,
Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak,
Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD,
Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD,
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD
G. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Daerah (PPTK-SKPD)
PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapakegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. PPTK ditunjuk oleh
pejabat pengguna anggaran/barang dan kuasa pengguna anggaran/barang untuk
melaksanakan program dan kegiatan. Penunjukkan PPTK didasarkan atas pertimbangan
kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, rentang kendali dan
pertimbangan obyektif lainnya. PPTK memiliki tugas untuk mengendalikan pelaksanaan
kegiatan, melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan menyiapkan dokumen
anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan yang mencakup dokumen
administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan
pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peundang-undangan.
H. Bendahara
UU No. 17 Tahun 2003 pasal 35 ayat 2 menyatakan bahwa bendahara adalah setiap orang
yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar dan atau mengeluarkan uang/barang
negara dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa
Keuangan. Demikian juga UU No.1 Tahun 2004 pasal 1 menyatakan bahwa bendahara
adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah
menerima, menyimpan, membayar dan/atau mengeluarkan uang/surat berharga/barang-
barang milik negara/daerah. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang
diangkat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan yang meliputi kegiatan menerima, menyimpan,
membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang keperluan belanja
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor.satuan kerja
kementerian negara, lembaga/pemerintah daerah.
I. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
PPK mempunyai tugas :
1. Menetapkan organisasi pelaksana anggaran yang berada dibawah wewenangnya untuk
membantu danbertanggungjawab atas pelaksanaan program/kegiatan yang ada dibawahnya;
2. Menyusun rencana dan jagwal pelaksanaan program bersangkutan;
3. Menyusun dan menetapkan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) yang berisi rincian paket-
paket kegiatan beserta jadwal pelaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan DIPA, Petunjuk Pelaksanaan, dan ROK.
4. Menentapkan paket-paket pekerjaan serta ketentuan mengenai kewajiban penggunaan
produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan usaha bagi usaha kecil dan koperasi kecil,
LSM, dan masyarakat setempat.
5. Menentapkan panitia pengadaan barang/jasa;
6. Menentapkan Tim pelaksana.
7. Menetapkan HPS, jadwal tata cara dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan;
8. Menetapkan dan mengesahkan pemenang penyedia barang/jasa , SPK, surat perjanjian kerja,
berita acara kemajuan pekerjaan berita acara serah terima pekerjaan, dan berita acara persejutuan
pembayaran;
9. Menyiapkan dokumen dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia
barang/jasa;
10. Menandatangani paket integritas sebelum pelaksanaan pedngadaan barang/jasa dimulai;
11. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak calon penyedia barang/jasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
12. Membuat dan menyampaikan SPP kepada pejabat penguji dan perintah pembayaran (selaku
pejabat penerbit SPM);
13. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan perjanjian/kontrak yangm
menjadi tanggungjawabnya;
14. Menandatangani laporan pelaksanaan dan penyelesaian pengadaan barang/jasa sesuai
ketentuan yang berlaku;
15. Melaporkan dan mengusulkan penyelesaian permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program/kegiatan kepada KPA;
16. Wajib menyelenggaraan pembukuan atas uang yang dikelolanya dan penatausahaan barang
yang dikuasainya, serta membuat laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan
barang yang dikuasainya kepada KPA;
17. Dalam melaksanakan tugasnya memperhatikan arahan KPA;
18. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang.jasa kepada KPA;
19. Bertanggungjawab dan menyampaikan laporan-laporan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
20. Bertanggungjawab atas penyelesaian dan pelaksanaan program dan kegiatan tepat pada
waktunya;
21. Bertanggungjawab baik dari segi mkeuangan maupun fisik/substansi atas program dan
kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan DIPA kepada KPA.

J. Pejabat Penguji dan Perintah Membayar


Pejabat penguji dan perintah membayar mempunyai tugas:

Bersama dengan pejabat pebgeluaran anggaran belanja menyusun dan menetapkan


Rencana Operasional Kegiatan;
Meneliti dengan saksama DIPA dean petunjuk pelaksanaan yang telah disyahkan, apabila
terdapat kekeliruan redaksi, perhitungan biaya, volume, perubahan lokasi,, waktu, serta
harga agar segera mengajukan revisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Menguji kebenaran material, surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen atas pengajuan SPP dari
Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja;
Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang
bersangkutan;
Membebankan pembayaran atas beban APBN;
Menerbitkan dan menandatangani surat perintah membayar (SPM-UP, SPM-GU, SPM-
TU) dan surat perintah membayar langsung (SWPM-LS) yang akan diajukan kepada
KPPN dan menetapkan pembayaran yang diperlukan sebagai beban sementara atau
sebagai beban tetap;
Bertanggungjawab kepada Kuasa Pengguna Anggaran.

K. Pejabat Pemungut Penerimaan Negara


Pejabat pemungut penerimaan negara mempunyai tugas:
Mengelola penerimaan negara dalam sistem anggaran pendapatan dan belanja negara;
Mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya;
Melaksanakan pengawasan penerimaan pelayanan jasa;
Melaksanakan koordinasi dan pengendalian penyelenggaraan jasa;
Melaporkan hasil penerimaan negara setiap akhir bulan kepada KPA;
Melaksanakan tertib administrasi keuangan sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
Dalam melaksanakan tugasnya memperhatikan arahan KPA dan bertanggungjawab
kepada KPA.

L. Panitia Pengadaan Barang/Jasa;


Panitia Pengadaan Barang/jasa mempunyai tugas:

Menyusun jadwal dan, menetapkan cara pelaksanaan pengadaan barjas, dan


menetukan lokasi pengadaan sesuai dengan permintaan Pejabat Pengeluaran
Anggaran Belanja;
Menyusun dan menyiapkan HPS;
Menyiapkan dokumen pengadaan;
Mengumumkan pengadaan barjas melalui media dan papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum;
Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa baik melalui prakualifikasi maupun pasca
kualifikasi
Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
Mengusulkan calon pemerang kepada Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja;
Menandatangani fakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barjas;
Melakukan prakualifikasi untuk pengadaan barang/jasa yang ditetapkan dengan cara
penunjukkan langsung dan pemilihan langsung;
Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pejabat Pengeluaran
Anggaran Belanja;
Bertanggungjawab kepada Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja.
Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan itu adalah:

6. Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut
untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini
mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai
aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat,
akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja le. mbaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasiSeperti halnya di
negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem
keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan.
Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan
serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas
sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement)
dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong
kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan
secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia
dan rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta
dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius
dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan
risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang
bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara
lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran,
Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial
dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada
stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan
instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.
Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam
sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR
merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis
guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR
mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya
diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat
diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih
memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai
LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam
penyediaan likuiditas tersebut.
7. Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan
Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang
berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan
hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan
dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua
instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih
menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas
Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia.
8. tugas dan kewenangan BPK menurut undang-undang

No Nama Lembaga Dasar


Negara Hukum Tugas dan Wewenang
1 Majelis Pasal 2 UUD 1. Mengubah serta menetapkan UUD.
Permusyawarata 1945 & Pasal 3 2. Melantik Presiden serta Wakil Presiden
n Rakyat UUD 1945 berdasarkan hasil Pemilu dalam sidang
paripurna MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan
Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya setelah Presiden dan atau Wakil
Presiden diberikesempatan untuk
menyampaikan penjelasan di dalam sidang
paripurna MPR.
4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden
apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari.
6. Memilih Presiden serta Wakil Presiden
apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon
presiden serta wakil presiden yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang paket calon presiden serta wakil
presidennya meraih suaraterbanyak pertama
serta kedua dalam pemilihan sebelumnya,
sampai habis masa jabatannya selambat-
lambatnya dalam waktu 30 hari.
7. Menetapkan peraturan tata tertib serta kode
etik MPR.
2 Dewan Pasal 20 ayat (1) 1. Membentuk undang-undang yang dibahas
Perwakilan dan (2) UUD dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
Rakyat 1945, Pasal 22 bersama
ayat (2) UUD 2. Membahas dan memberikan atau tidak
1945, Pasal 23 memberikan persetujuan terhadap peraturan
ayat (2) UUD pemerintah pengganti undang-undang
1945, Pasal 22D 3. Menerima dan membahas usulan Rancangan
ayat (3) UUD Undang-Undang (RUU) yang diajukan oleh
1945, Pasal 22E DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi
ayat (2) UUD daerah, hubungan pusat dan daerah,
1945, Pasal 24B pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
ayat (3) UUD daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
1945, Pasal 24A sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
ayat (3) UUD berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
1945,Pasal 14 dan daerah dan mengikutsertakan dalam
ayat (2) UUD pembahasannya dalam awal pembicaraan
1945, Pasal 11 tingkat I
ayat (2) UUD 4. Mengundang DPD untuk melakukan
1945 pembahasan RUU yang diajukan oleh DPR
maupun oleh pemerintah sebagaimana
dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan
tingkat I
5. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan RUU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama dalam awal
pembicaraan tingkat I
6. Membicarakan APBN bersama presiden
dengan memperhatikan pertimbangan DPD
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil
pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama
8. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan
dengan memperhatikan pertimbangan DPD
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil
pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
10. Mengajukan, memberikan persetujuan,
pertimbangan / konsultasi, dan pendapat
11. Menyerap, menghimpun, menampung dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat
12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya
yang ditentukan dalam Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
undang-undang
13. Membentuk UUD yang dibahas dengan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama
peraturan pemerintah pengganti UUD
menerima dan membahas usulan RUU yang
diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dalam pembahasan
14. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
15. Melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan UU, APBN,serta kebijakan
pemerintah
16. Memilih anggota BPK dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
17. Membahas dan menindaklanjuti hasil
pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan Negara yang disampaikan oleh BPK
18. Memberikan persetujuan
kepada Peresiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota.
19. Membentuk Undang-Undang yang dibahas
dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
20. Memberikan pertimbangan kepada Presiden
dalam pemberian amnesti dan abolisi
21. Memberikan pertimbangan kepada Presiden
dalam hal mengangkat duta besar dan
menerima penempatan duta besar negara lain
22. Memilih anggota BPK dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
23. Membahas dan menindaklanjuti hasil
pemeriksaan atas pertanggung jawaban
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
24. Memberikan persetujuan
kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial
25. Memberikan persetujuan calon hakim agung
yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
26. Memilih tiga orang hakim konstitusi dan
mengajukannya kepada Presiden untuk
diresmikan dengan keputusan Presiden

3 Dewan Pasal 22D ayat 1. Mengajukan kepada DPR Rancangan


Perwakilan (1), (2), (3) UUDUndang-Undang yang berkaitan dengan
Daerah 1945, Pasal23F otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
ayat (1) UUD pembentukan dan pemekaran, dan
1945 penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya
serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. DPR kemudian
mengundang DPD untuk membahas RUU
tersebut..
2. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas
RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama
3. Memberikan pertimbangan kepada DPR
dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan.
4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.
5. Menerima hasil pemeriksaan keuangan
negara dari BPK untuk dijadikan bahan
membuat pertimbangan bagi DPR tentang
RUU yang berkaitan dengan APBN
4 Presiden Pasal 4 ayat (1) 1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD 1945, Pasal UUD
5 ayat (1) dan (2 2. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas
UUD 1945), Angkatan Darat (AD),Angkatan Laut (AL),
Pasal 11 ayat (1) dan Angkatan Udara (AU)
UUD 1945, Pasal3. Mengajukan Rancangan Undang-Undang
12 UUD 1945, (RUU) kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 13 ayat (1) (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan
UUD 1945, Pasal pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
14 ayat (1) dan serta mengesahkan RUU menjadi UU.
(2) UUD 1945, 4. Menetapkan peraturan pemerintah pengganti
Pasal undang-undang (dalam kegentingan yang
15 UUD 1945, memaksa)
Pasal 16 UUD 5. Mengangkat dan memberhentikan menteri-
1945, Pasal 17 menteri
ayat 2 UUD 6. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan
1945, Pasal 20 perjanjian dengan negara lain dengan
ayat (2) UUD persetujuan DPR
1945, Pasal 24A 7. Membuat perjanjian internasional lainnya
ayat (3) UUD dengan persetujuan DPR
1945, Pasal 24C 8. Menyatakan keadaan bahaya
ayat (3) UUD 9. Mengangkat duta dan konsultan. Dalam
1945 mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
10. Menerima penempatan duta negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
11. Memberi grasi, rehabilitasi dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung
12. Memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR
13. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda
kehormatan lainnya yang diatur dengan UU
14. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) yang dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)
15. Menetapkan hakim agung dari calon yang
diusulkan oleh Komisi Yudisial (KY) dan
disetujui DPR
16. Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang
diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah
Agung
17. Mengangkat dan memberhentikan anggota
Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
5 Mahkamah Pasal 24 ayat (2) 1. Mengadili pada tingkat kasasi
Agung UUD 1945, Pasal2. Menguji peraturan perundang-undangan
24A ayat (1) dibawah undang-undang terhadap undang-
UUD 1945, Pasal undang
24C ayat (3) 3. Memberikan pertimbangan hukum kepada
UUD 1945 presiden dalam hal permohonan grasi dan
rehabilitasi.
4. Mengajukan tiga orang anggota
hakim konstitusi

6 Mahkamah Pasal 24C ayat 1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama


Konstitusi (1) san (2) UUD dan terakhir yang keputusannya bersifat final
1945 untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewewenangan lembaga Negara yang
kewewenangannya diberikan oleh UUD1945,
memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan
Umum.
2. Wajib memberi keputusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
3. Menguji undang-undang terhadap UUD
19451.
4. Memutus sengketa kewenangan antar
lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945.
5. Memutus pembubaran partai politik
6. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
7 Komisi Yudisial Pasal 24A ayat
1. Mengawasi perilaku hakim
(3)) UUD 2. Mengusulkan nama calon hakim agung.
1945,Pasal 24B
ayat (1) UUD
1945
8 Badan Pemeriksa1. Pasal 23E, 23F,1. Berwenang mengawasi dan memeriksa
Keuangan 23G Undang- pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
undang dasar daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
1945 pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
2. Undang-undang ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
Republik 2. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
Indonesia nomor pengawas internal departemen yang
15 tahun 2006 bersangkutan ke dalam BPK.
tentang badan
pemeriksa
keuangan sebagai
pengganti
undang-undang
republik
Indonesia nomor
5 tahun 1973
tentang badan
pemeriksa
keuangan.
3. Undang-undang
republik
Indonesia nomor
15 tahun 2004
tentang
pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan negara.
4. Undang-undang
republik
Indonesia nomor
1 tahun 2004
tentang
perbendaharaan
negara.
5. Undang-undang
republik
Indonesia nomor
17 tahun 2003
tentang keuangan
negara.
9 Bank Indonesia Pasal 23D 1. Melaksanakan dan menetapkan kebijakan
Undang-Undang moneter
Dasar 1945 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank-bank

9. Dalam hal pemilihan anggota BPK, tidak ada proses checks and balances antara lembaga
legislatif dan eksekutif. Tidak seperti pemilihan pejabat negara lainnya, di mana ada
keterlibatan lembaga presiden (pemerintah) dan DPR. Dalam hal pemilihan anggota
BPK, tidak ada proses checks and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif. Tidak
seperti dalam pemilihan pejabat negara lainnya, di mana ada keterlibatan lembaga
presiden (pemerintah) dan DPR. Memang ada keterlibatan DPD. Tetapi DPD hanya
sebatas memberi rekomendasi yang dengan mudahnya dapat diabaikan oleh DPR.
Artinya, kewenangan ada di tangan DPR sepenuhnya. Model inilah yang rentan
disalahgunakan. Apalagi, faktanya, proses seleksi pejabat publik di DPR selalu tidak
transparan. Proses fit and proper test selama ini hanya sebagai ajang transaksi politik.
Bahkan, tak jarang, proses itu menjadi ajang transaksi suap. Pertimbangan pemilihan
calon juga sering kali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Terkadang DPR justru memilih
calon yang berkualitas dan berintegritas rendah. Alasan-alasan politis lebih mendominasi
daripada pertimbangan kompetensi dan integritas. Politisasi inilah yang seharusnya
dihindari dalam pemilihan anggota BPK, karena BPK bukanlah lembaga politik. BPK
adalah lembaga negara yang bebas dan mandiri yang tidak boleh diintervensi oleh
lembaga lain. Anggota BPK merupakan jabatan strategis. Betapa tidak, anggota BPK
punya kewenangan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK
juga berperan besar dalam pemberantasan korupsi, karena berwenang melakukan audit
investigasi ihwal penyimpangan keuangan negara yang berdampak pada kerugian negara.
Hasil audit BPK sangat menentukan pengungkapan berbagai kasus korupsi kelas kakap,
misalnya kasus Century, Hambalang, dan kuota impor sapi. Namun, sayangnya,
mekanisme seleksi anggota BPK di DPR sangat mengkhawatirkan. Prosesnya
berlangsung tertutup, tidak partisipatif, dan tidak serius. Kesalahan paling fatal DPR
adalah meloloskan calon yang pernah tersangkut kasus korupsi. Padahal telah jelas dan
tegas dinyatakan dalam UU BPK bahwa mereka yang pernah dijatuhi pidana penjara
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 5 tahun atau lebih tidak
boleh menjadi calon. Lolosnya calon yang pernah terlibat korupsi jelasmenunjukkan
ketidakseriusan DPR dalam melakukan seleksi.

10. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia. Kekuasaan kehakiman di Indonesia dilaksanakan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer,
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
11. A . MPR
Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD Tahun 1945
adalah:

1. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;


2. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;
3. memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar;
4. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya;
5. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon Presiden dan calon
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
berakhir masa jabatannya.
6.

B. DPR
DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk UU. DPR
mempunyai fungsi legislasi anggaran, dan pengawasan. Diantara tugas dan wewenang
DPR adalah ;
1. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.
3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah.
6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuanagan
negara yang disampaikan oleh BPK.
7. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
8. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak
meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak
kepada kehidupan bermasyarakat da bernegara. Dan DPR juga memilik hak angket, yakni
melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang undangan. Dan menyatakan pendapat diluar institusi,
anggota DPR juga memilikimhak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.

C. DPD (Dewan Perwakilan Daerah

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem
ketatanegaraan RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Setelah UUD 1945 mengalami
amandemen lembaga ini tercantum, yakni dalam Bab VII pasal 22 C dan pasal 22 D.
Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu
(lihat kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan
dari organisasi-organisasi kemasyarakatan.
Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan


otonomidaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta
penggabungan
2. daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.
3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas tadi, serta
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk ditindaklanjuti. DPD ini
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

D. Presiden
Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya dapat
dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7 UUD
1945 hasil amendemen).
Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:

Presiden sebagai Kepala Negara

Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara (pasal 10 UUD 1945).

2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).

3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).

4. Mengangkat duta dan konsul.

5. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.

6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.

Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai


berikut.

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR.

3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.


4. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

E. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Sesuai dengan fungsinya sebagai badan pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya
lebih dekat menjalankan fungsi parlemen, karena itu hubungan kerja BPK dan parlemen
sangatlah erat. Bahkan BPK bisa dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR, terutama
dalam mengawasi kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan soal keuangan, dan
kekayaan negara. BPK adalah lembaga negara yanag mempunyai wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan
lembaga yang bebas dan mandiri. BPK mempunyai tugas dan wewenang yang sangat
strategis, karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan
anggaran serata keuangan negara yaitu :
1. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada DPR, DPRD, dan DPD.
2. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
3. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.
Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni :
1. Fungsi Operatif : yaitu melakukan pemeriksaan , pengawasan, dan penelitian atas
penguasaan dan pengurusan keuanga negara.
2. Fungsi Yudikatif : yaitu melakukan tuntutan perbendeharaan dan tuntutan ganti rugi
terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.
3. Fungsi Rekomendatif : yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
pengurusan keuangan negara.

F. MahkamahAgung
Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Agung
dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas pertimbangan untuk memberikan jaminan
konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai tugas dan wewenang:
1. mengadili pada tingkat kasasi;
2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang
3. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
G. Mahkamah Konstitusi
Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di bidang kekuasaan
kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar;
3. memutus pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting
dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan
kewenangannya sebagaimana yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan
Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham negara hukum dalam
UUD
1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada
undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar.
Hal itu sesuai dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai puncak dalam
tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pengujian undang-undang
terhadap UUD 1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam rangka menjaga prinsip
konstitusionalitas hukum.

H. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnnya.
Dibentuknya komisi yudisial dalam struktur kehakiman di Indonesia, dalah agar warga
masyarakat diluar lembaga struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam
proses pengangkatan , penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta
prilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan
yang maha esa. Dalam menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan
terhadap :
1. Hakim Agung dan Mahkamah Agung.
2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada dibawah
mahkamah agung, seperti peradilan umum,agama, militer, dan badan peradilan lainnya.
3. Hakim Mahkamah Konstitusi.

TUGAS PKN
ANDI ARU ANA
XII IPS 2

SMA NEGERI 8 BULUKUMBA


TAHUN AJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai