Anda di halaman 1dari 20

SISTEM SARAF OTONOM

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Makin tinggi makhluk hidup berkembang, makin besar

kebutuhan akan sistem penghantar informasi, sistem koordinasi, dan

sistem pengaturan, disamping kebutuhan akan organ pemasok dan

organ ekskresi. Pada hewan dan manusia juga terdapat system saraf

dan kelenjar endokrin yang membentuk hormone. Pada manusia,

system saraf, khususnya otak, mempunyai kemampuan berfungsi

yang jauh lebih berkembang daripada system saraf makhluk hidup

lain.

Secara umum, sistem saraf dibedakan atas 2 golongan

fungsional utama yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Sistem saraf somatik kerjanya berhubungan dengan fungsi yang sadar

dan dipengaruhi oleh kehendak seperti gerak badan, sikap tubuh, dan

gerakan pernapasan.

SSO dapat bekerja sendiri, tidak dipengaruhi secara langsung

oleh kendali kesadaran, dan kerja utamanya berhubungan dengan

fungsi organ-organ dalam tubuh seperti jantung, aliran darah,

pencernaan, ekskresi, seks, dan lain-lain proses yang penting dalam

kehidupan. Obat-obat otonom adalah obat-obat yang bekerja

mempengaruhi SSO atau mempengaruhi resektor-reseptor otonom

pada sel-sel efektor yang dikontrol oleh SSO.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Pengembangan obat-obat untuk mengobati penyakit yang

memerlukan modifikasi fungsi kontrol otonom dapat dibedakan atas

obat yang bekerja di sistem saraf perifer dan yang bekerja di SSHP.

Pemberian obat-obat untuk saraf harus dilakukan dengan teliti karena

efeknya yang sangat fatal bagi tubuh. Oleh karena itu, pengetahuan

tentang obat-obat khususnya obat-obat SSO harus dikuasai oleh

seorang farmasis.

I.2. Maksud dan Tujuan

I.2.1. Maksud dan Percobaan

Mengetahui dan memahami efek obat-obat simpatik dan

parasimpatik terhadap mencit (Mus musculus).

I.2.2. Tujuan Percobaan

Mengetahui efek obat yang bekerja pada sistem saraf

otonom baik simpatis maupun parasimpatis seperti pilokarpin,

atropine, adrenalin, dan propranolol pada hewan coba mencit

(Mus musculus)

I.3. Prinsip Percobaan

Percobaan efek farmakologis obat yang bekerja pada Sistem

Saraf Otonom dengan melihat respon berupa diare, salvias, urinasi,

tremor, piloereksi, steub, vasodilatasi, vasokontriksi, bronkodilatasi,

bronkokontriksi, dan sekresi keringat.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum

Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin

mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem

endokrin mengirimkan sinyal kepada jaringan targetnya melalui

hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem

saraf menghantarkannya melalui serabut-serabut saraf yang berakhir

pada organ efektor, dan efek khusus akan timbul akibat pelepasan

substansi neuromediator. (2)

Secara umum dikatakan bahwa sistem simpatis dan para

simpatis memperlihatkan fungsi yang antagonistic. Bila yang satu

menghambat suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi tersebut.

Contoh yang jelas adalah midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf

simpatis dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis. (2)

Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan

simpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil kedua sistem

tersebut. Inhibisi salah satu sistem oleh obat maupun akibat

denervasi menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi oleh

sistem yang lain. Tidak pada semua organ terjadi antagonisme ini,

kadang-kadang efeknya sama, misalnya pada kelenjar liur sekresi liur

dirangsang baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
sekret yang dihasilkan berbeda kualitasnya; pada perangsangan

simpatis liur kental sedangkan pada perangsangan para simpatis liur

lebih encer. (5)

Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi

penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa,

penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmitter atau

mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus, akibatnya adalah

dipengaruhinya fungsi obat polos dan organ, jantung, dan kelenjar.

(11)

Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai

berikut :

1. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf orthoaimpatik, yakni :

- Simpatomimetika (andrenergika) yang meniru efek dan

perangsangan saraf simpatik oleh misalnya noradrenalin

efedrin, isoprenalin,d an amfetamin.

- Simpatolitika (adrenolitika) yang justru menekan saraf simpatik

atau melawan efek adrehergika, umpamanya alkaloda sekale

dan propranolol.

2. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis, yakni :

- Parasimpatomimetika (kolonergika) yang merangsang organ-

organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek

perangsangan dengan asetilkolin, misalnya pilokarpin dan

fisostigmin.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
- Parasimpatolitika (antiolinergika) justru melawan efek-efek

parasimpatomimetika misalnya alkaloid belladonna,

propantelin, dan mepenzolat.

3. Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls

dalam sel-sel ganglion simpatik dan parasimpatik. (11)

Klasifikasi saraf otonom berdasarkan pada molekul transmitter

dari ujung bauton dan variokositas mereka. Sejumlah besar serat

saraf perifer sistem otonom menyintesis dan mengeluarkan

asetilkoline (serat kolinergik) mereka bekerja dengan cara

mengeluarkan asetil kolin. Hampir semua saraf eferen yang keluar

sistem saraf pusat adalah kolinergik. Sebagai tambahan, semua serat

pasca ganglionik parasimpatik adalah kolinergik dan hanya beberapa

serat pasca ganglionik simpatis yang kolinergik. Sebagian besar serat

pasca ganglionik mengeluarkan norepinefrin (noradrenalin). Serat

seperti ini disebut serat non adrenergic, mereka bekerja dengan cara

melepaskan norepinefrin. (9).

Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara

keseimbangan dalam organisme (sistem dunia dalam). Sistem ini

mengatur fungsi-fungsi yang tidak dibawah kesadaran dan kemauan :

Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung

dan khususnya melalui penyempitan pada pelebaran pembuluh-

pembuluh darah.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Pernapasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi

pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkus.

Peristaltik saluran cerna. Tonus semua otot polos dari midal kandung

empedu, ureter, kandung kemih, uterus, dan lain-lain.

Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, dan

kelenjar-kelenjar lain. (12).

Dua faimili kolinoreseptor, ditandai dengan reseptor muskarinik

dan nikotinik, dapat dibedakan diantara keduanya berdasarkan

perbedaan afinitasnya terhadap zat yang meniru asetilkolin (obat

kolinomimetik). (11)

A. Reseptor Muskarinik

Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat

pula muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur

beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik menunjukkan

afinitas yang lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan studi

ikatan, maka telah ditemukan beberapa subkelas reseptor

muskarinik seperti M1, M2, M3. (7)

B. Reseptor Nikotinik

Reseptor ini, selain mengikat asetikoloin, dapat pula

mengenal nikotin, tetapi afiritas lemah terhadap muskarin. Tahap

awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun setelah

itu akan menyekat reseptor itu sendiri. Reseptor nikotinik ini

terdapat di dalam sistem saraf pusat (SSP), medulla adrenalis,

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
ganglia otonom, dan sambungan neuromaskular. Obat-obat yang

bekerja nikotinik akan memacu reseptor nikotinik yang terdapat di

dalam jaringan tadi. (7)

Obat-obat sistem saraf otonom dibagi menjadi 5 bagian

utama yaitu :

1. Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini

menyerupai efek yang ditimbulkan dari aktivitas susunan saraf

parasimpatis.

2. Simpatomimetik atau adrenergic yang efeknya menyerupai

efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis.

3. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis.

4. Simpatolitik atau penghambat adrenergic menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis.

5. Obat ganglion merangsang atau menghambat penerusan

impuls di ganglion. (7)

Salah satu jenis obat parasimpatomimetik adalah obat

antikolinesterase. Hampir semua kerja antikolinesterase dapat

diterangkan dengan adanya asetilkolin endogen. Hal ini

disebabkan oleh tidak terjadinya hidrolisis asetilkolin yang

biasanya terjadi sangat cepat, karena enzim yang diperlukan diikat

dan dihambat oleh antikolinesterase. Setelah denervasi saraf

kalinergik pasca ganglion, fisostigmin dan antikolinesterase lain

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
tidak dapat bekerja karena ujung-ujung saraf ini tidak dapat

memproduksi asetikolin lagi.(11)

Obat antikolinergis bekerja menyekat reseptor muskarinik,

yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Selain

itu, obat ini menyekat sedikit perkecualian neuron yang juga

kolinergis, seperti saraf simpatis yang menuju ke kelenjar keringat.

Bertentangan dengan obat agonis kolinergis yang kegunaan

terapeutisnya terbatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat

menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis karena obat

ini tidak menyekat reseptor nikotinik maka obat anti muskarinik ini

sedikit atau tidak mempengaruhi sambungan saraf otot rangka

atau ganglia otonom.(11)

Kerja obat adrenergic dapat dibagi dalam 7 jenis : (1)

perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh dara kulit dan

mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat; (2)

penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan

pembuluh darah otot rangka; (3) perangsangan jantung dengan

akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi; (4)

perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan,

peningkatan kewaspadaan aktivitas psikomotorik, dan

pengurangan nafsu makan; (5) efek metabolic, misalnya

peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan

penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak; (6) efek

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin renin, dan

hormon hipofisis, dan (7) efek prasinaptik dengan akibat

hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE

dan Ach (secara fisiologis, efek hambatan lebih penting). (1).

Beberapa contoh penghambat adrenergic adalah (1) derivat

haloalkolamin, (2) derivate imidazolin; dan (3) alkaloid ergot.

Sebagai beta-halo-etilamin tersier, obat-obat ini dalam suasana

netral atau basa dalam darah akan kehilangan gugus beta-halo-

etilamin dan membentuk cincin etilenimonium yang reaktif, tidak

stabil, dan dapat mengadakan interaksi dengan adrenoreseptor

alfa melalui ikatan-ikatan lemah yaitu ikatan hidrogen, ikatan ion,

dan lain-lain. Pada stadium awal, alfa bloker ini masih dapat

digeser dari reseptor yang didudukinya oleh alfa-bloker lain atau

obat alfa adrenergic. Jadi hambatan masih bersifat reverasibel

dan kompetitif. Kemudian cincin etilenimonium ini pecah dan

membentuk ion karbonium yang sangat reaktif yang akan

membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan adreno reseptor

alfa. Mekanisme kerja ini menyebabkan obat ini mula kerjanya

lambat meskipun telah dilakukan pemberian secara intravena.

Karena itu, golongan obat ini disebut alfa bloker yang

nonkompetitif dan kerjanya panjang, disamping kerjanya yang non

selektif pada reseptor alfa maupun alfa. (1).

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Obat-bat pirasimpatomimetik secara klinik digunakan

untuk : (1) Pengobatan glaucoma, suatu penyakit mata yang

ditandai dengan bengkaknya mata bagian bawah karena ada

cairan yang disebabkan oleh tingginya tekanan air mata (2)

pengobatan miastenia gravis, penyakit kelemahan otot, (3)

penyakit alzhemeir yaitu defisiensi kolinergik dan (4) pengobatan

atoni otot polos saluran cerna, antara lain sukar defikasi.

Sedangkan parasimpatolitik secara klinik digunakan untuk

pengobatan parkinsonisme, obat masuk mabuk perjalanan,

midriasis pada pengobatan mata, obat diare, dan obat tukak

lambung. (1)

II.2. Uraian Hewan Coba

II.2.1. Karakteristik Hewan Coba

a. Mencit (Mus musculus) (5)

- Berat badan dewasa - jantan : 20-40 g

- betina : 25-40 g

- Mulai dikawinkan - jantan : 50 hari

- betina :50-60 hari

- Siklus birahi : 4-5 hari

- Produksi anak : 8/bulan

- Lama kehamilan : 19-21 hari

- Tidal volume : 0,09-0,23

- Detak jantung : 325-780/menit


TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU
SISTEM SARAF OTONOM
- Volume darah : 76-80 mg/kg

- Tekanan darah : 113-147/81-106

mmHg

- Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL

- Cholesterol : 26-82 mg/dL

- Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL

- Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL

- Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL

II.2.2. Klasifikasi Hewan Coba

a. Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

II.3. Uraian Bahan

1. Cendokarpin (11)

Nama resmi : Pilocarpini Hydrochloridum

Nama lain : Pilokarpin Hidroklorida

RM/BM : C11 H16H2O2.HCl / 224,72


TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU
SISTEM SARAF OTONOM
RB : H H
CH2 CH2
N HCl
CH2

O N
O
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih :

tidak berbau : rasa agak pahit. Hidrogkopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air : mudah larut

dalam etanol (95%), P : sukar larut dalam

kloroform P : praktis tidak larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Parasimpatomimetikum : Miotikum

farmakodinamik : Pilokarpin terutama menyebabkan

ransangan terhadap kelenjar keringat,

kelenjar air mata, dan kelenjar ludah.

Produksi keringat dapat mencapai 3 liter.

Efek terhadap kelenjar keringat ini terjadi

karena perangsangan langsung (efek

muskarinik) dan sebagian karena

perangsangan ganglion (efek nikotinik).

Suatu kekhususan dari kelenjar keringat

adalah bahwa secara anatomi kelenjar ini

termasuk dalam sistem simpatik, tetapi

neurotransmiternya asetilkolin. Ini yang

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
menjelaskan terjadinya hiperhidrosis oleh zat

kolinergik.

2. Atropin (11)

Nama resmi : Atropin Sulfas

Nama lain : Atropin Sulfat

RM/BM : C25H46H2O6H2SO4H2O / 694,85

Khasiat : Parasimpatolitikum

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih,

tidak berbau, sangat pahit.

Farmakodinamik : Pada susunan saraf Atropin merangsang

medulla oblongata, dan pusat lain di otak.

Pada mata menghambat M. Ciliaris lensa

mata, sehingga menyebabkan midriasis.

Pada saluran nafas, mengurangi sekret

hidung, mulut, faring dan bronkus. Pada

sistem karduovaskular dapat menyebabkan

frekuensi jantung berkurang mungkin

disebabkan vagus.

Farmakokinetik : - Ketersediaan biologik : kecil, pada

pemberian oral absorban 85%.

- Volum distribusi : 31 / kg

- Ikatan protein plasma : 2,5 jam

- Waktu paruh plasma : 2,5 jam

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
- Dieliminasi oleh ginjal dalam keadaan tidak

diubah sampai 50%, sisanya mengalami

demethylari dan glukuronidin di dalam hati

kemudian diekresi oleh ginjal.

RB : -

Dosis : Oral : 3x0,25 1,0 mg sekali, 10 mg sehari

Premedikan : 20 menit sebelum pemberian

narkose 0,5 1,0 SC atau

i.m.

Mata : 1-3 x 1 tetes 0,5 atau 1%

larutan.

3. Adrenalin (11)

Nama resmi : Epinephirium

Nama lain : Adrenalin

RM/BM : C9H13O33 / 183,21

RB : OH
CH-CH2-NH-CH3

OH
OH

Pemerian : Serbut hablur, renik putih atau kekuningan

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Farmakodinamik : Mengetahui reseptor obat jantung dan

jaringan konduksi. Merupakan dasar efek

intropik dan knotropik positif pada jantung.

Farmakokinetik : Ketersediaan biologik : hanya diberikan

parental

Volume distribusi : 0,31 / kg

Ikatan protein plasma : tidak diketahui

Waktu paruh : 1-2 menit

Dosis : Dalam 10 mg 0,9% NaCl diberikan secara

intra vena perlahan-lahan.

Khasiat : Simpatomimetikum

4. Propranolol (11)

Nama resmi : Propranol Hydrochloridum

Nama lain : Propranol Hidroklorida

RM/BM : C16H21NO2HCl / 295,81

RB : OH
OCH2-CHCH2-NHCH(CH3)2

.HCl

Pemerian : Serbut hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau, rasa pahit.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut

dalam kloroform, praktis tidak larut dalam

eter.

Farmakodinamik : Propranolol menghambat secara kompetitif

efek adrenergic juga memiliki aktivitas

stabilisasi. Pada metabolit propranolol

menghambat glikogenolisis di sel hati dan

otot rangka sehingga mengurangi efek

hipertensi.

Farmakokinetik : Ketersediaan biologik : 40%

Volume distribusi : 41 / kg

Ikatan protein plasma : 93%

Waktu paruh : 4 jam

Diabsorpsi di saluran cerna

Diekskresi di ginjal

Dosis : - Biasanya diawali dengan 2 x 4 Ommg/hari

- Pada gangguan ritma jantung 0,5 setiap 2

menit sampai dosis sebesar 0,1 mg/gk

Kegunaan : Sampel

Khasiat : Simpatomimetik

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
II.4. Uraian Sediaan

1. Cendo carpine (11)

Komposisi : Tiap 5 tetes mengandung pilokarpin HCl1%,

2%, 4%.

Indikasi : Antiglukoma dan miotikum

Kontraindikasi : -

Produksi : Ethica

Nama paten lain : Adrenal, epicarpine

Efek samping : Gangguan SSP, Aritmia jantung, edema paru

2. Cendotropin (11)

Komposisi : Antropin sulfat 45 mg

Indikasi : Sebagai midriatikum, spasmodik saluran

cerna, keracunan organofosfat dan oftalmik

Kontraindikasi : Penderita jantung dan penderita glukoma,

sudut sempit serta penderita hipertensi.

Nama paten lain : Atrovent, aptitrop

Efek samping : Bradikardi, retensi urin, midriasis

3. Adrenalin (11)

Komposisi : Adrenalin 1 mg/ml

Indikasi : Glukoma kronik, asma bronchial, ulticoria

Kontraindikasi : Vasodilatasi pada penderita yang mendapat

alfa broker

Nama paten lain : PV Carpine, opticas, Pimplex (konimex)

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
Efek samping : Pillokarpin dapat mencapai otak dan

menimbulkan gangguan SSP, merangsang

keringat dan salvias yang berlebihan.

4. Propranolol

Komposisi : Propranolol hidroklorida

Indikasi : Hipertensi, Angina pectoris, Infark miokard,

migren

Kontraindikasi : Syok kardiogenik, badikardia simus dan blok

jantung, asma bronchial, gagal jantung

kongestif

Produksi : Indofarma Indonesia

Nama paten lain : Blocard, Inderal, Farmadral, Prestoral

Efek samping : Gagal jantung, Bradiaritmia, bronkospasme,

gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat.

II.5. Prosedur Percobaan

1. Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok

2. Kelompok I, mencit diberikan pilokarpin, 7,5 mg/70 kg BB per oral

3. Kelompok II, mencit diberi atropine sulfat 0,5 mg/70 kg BB per oral

4. Kelompok III, mencit diberikan atropine sulfat 0,5 mg/70 kg BB per

oral, mencit kemudian diberi pilokarpin 7,5 mg/kg BB per oral

5. Kelompok IV, mencit diberi adrenalis 0,2 mg/kg BB secara

intraperitonial.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
6. Kelompok V, mencit propranolol 30 kg/BB per oral kemudian

dilanjutkan dengan pemberian adrenalin 0,2 mg / kg BB

7. Pengamatan dilakukan setelah mencit disuntik dengan obat-obat

tersebut meliputi pengamatan pupil mata, diare, tremer, kejang,

warna daun telinga, grooming, dan sebagainya.

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU


SISTEM SARAF OTONOM
BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1. Alat yang digunakan

- Jarum suntik

- Spoid oral + kanula

- Erlenmeyer 50 ml

- Gelas ukur 5 ml

- Lumpang + alu

- Labu takar 10 ml, 50 ml

- Papan datar (plat form)

- Gelas piala 50 ml, 500 ml

- Mixer

- Timbangan

III.1.2. Bahan yang digunakan

- Anderenalin bitartas (Adrenalin)

- Propanolol

- Cendocarpine

- Atropin sulfat

- Air suling

- Na-CMC 1%

TAUFIK ARFAH (150240143) HASBI KUNNU

Anda mungkin juga menyukai

  • 04 Model Kompartemen Satu Terbuka
    04 Model Kompartemen Satu Terbuka
    Dokumen21 halaman
    04 Model Kompartemen Satu Terbuka
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Kadar Sari @li
    Kadar Sari @li
    Dokumen23 halaman
    Kadar Sari @li
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Farmako Ocha
    Farmako Ocha
    Dokumen23 halaman
    Farmako Ocha
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Mikroskop
    Mikroskop
    Dokumen7 halaman
    Mikroskop
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Uji MikRosKopik
    Uji MikRosKopik
    Dokumen20 halaman
    Uji MikRosKopik
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat
  • Otonom
    Otonom
    Dokumen33 halaman
    Otonom
    Fauzia Ningrum Syaputri
    Belum ada peringkat