Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PERCOBAAN POLA ALIRAN

A. TEORI DASAR
Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan
bentuknya secara continue atau terus-menerus bila terkena tekanan atau gaya
geser walaupun relatif kecil atau bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir,
kata fluida mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat
mengalir. Sebaliknya, batu dan benda-benda yang tidak termasuk fluida tidak
dapat dikategorikan sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir
secara terus-menerus. Aliran fluida bisa dibedakan menjadi aliran tunak
(steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow) yang dibedakan
berdasarkan waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran terbuka dikatakan
tunak (steady) bila kedalaman aliran tidak berubah atau dapat dianggap
konstan selama suatu selang waktu tertentu. Aliran dikatakan tak tunak
(unsteady) bila kedalamannya berubah sesuai dengan waktu. Sebagian besar
persoalan tentang saluran terbuka umumnya hanya memerlukan penelitian
mengenai perilaku aliran dalam keadaan tunak. Namun bila perubahan
keadaan aliran sesuai dengan waktu ini, merupakan masalah utama yang
harus diperhatikan, maka aliran harus dianggap bersifat tak tunak. Misalnya,
banjir dan gelombang yang merupakan contoh khas untuk aliran tak tunak,
taraf aliran berubah segera setelah gelombang berlaku, dan unsur waktu yang
menjadi hal yang sangat penting dalam perancangan pengendali. Hukum
kontinuitas bagi aliran tak tunak memerlukan pertimbangan akibat pengaruh
waktu. Persamaan kontinuitas untuk aliran kontinu tak tunak ini harus
mencakup unsur waktu sebagai suatu variabel. Aliran fluida juga bisa
dibedakan menjadi aliran seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied
flow) yang dibedakan berdasarkan ruang sebagai kriteria. Aliran saluran
terbuka dikatakan seragam bila kedalaman air sama pada setiap penampang
saluran. Suatu aliran seragam dapat bersifat tunak atau tak tunak tergantung
apakah kedalamannya berubah sesuai dengan perubahan waktu. Aliran
seragam yang tunak (steady uniform flow) merupakan jenis pokok aliran yang
dibahas dalam dalam saluran terbuka. Kedalaman aliran tidak berubah selama
suatu waktu tertentu yang telah diperhitungkan. Penetapan bahwa suatu aliran
bersifat seragam tak tunak (unsteady uniform flow) harus dengan syarat
bahwa permukaan air berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar dasar
saluran. Jelas bahwa hal ini merupakan suatu keadaan yang praktis tidak
mungkin terjadi. Sebab itu istilah aliran seragam di sini selanjutnya hanya
dipakai untuk menyatakan aliran seragam yang tunak. Aliran disebut berubah
(varied) bila kedalaman air berubah di sepanjang saluran. Aliran berubah
dapat bersifat tunak maupun tak tunak. Karena aliran seragam tak tunak
jarang terjadi, istilah aliran tak tunak selanjutnya khusus dipakai untuk
aliran tak tunak yang berubah. Aliran berubah dapat dibagi-bagi lagi menjadi
berubah tiba-tiba (rapidly varied) dan berubah lambat laun (gradually
varied). Aliran disebut berubah tiba-tiba bila kedalamanya berubah tiba-tiba
juga disebut sebagai gejala setempat (local phenomenon), contohnya adalah
loncatan hidrolik dan penurunan hidrolik.Kecepatan aliran didalam tabung
aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar berbanding terbalik
dengan luas penampangnya. Aliran subkritis, aliran kritis, dan aliran
superkritis dapat diketahui melalui nilai bilangan Froude (F). Adapun rumus
untuk mencari bilangan Froude yaitu:


= (2.1)

Dimana:
F = Bilangan Froud
V = Kecepatan aliran (/)

23
g = Percepatan gravitasi (/ 2 )
H = Tinggi aliran ()

Bilangan Froude tersebut membedakan jenis aliran menjadi tiga jenis


yakni: Aliran kritis, subkritis dan superkritis (Queensland Department of
Natural Resources and Mines, 2004). Ketiga jenis aliran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Aliran kritis : jika bilangan Froude sama dengan 1 (Fr = 1) dan
gangguan permukaan (contoh, riak yang terjadi jika
sebuah batu di lempar ke dalam sungai) tidak akan
bergerak/menyebar melawan arah arus.
2. Aliran subkritis : jika bilangan Froude lebih kecil dari 1 (Fr < 1). Untuk
aliran subkritis, kedalaman biasanya lebih besar dan
kecepatan aliran rendah (semua riak yang timbul
dapat bergerak melawan arus). Kecepatan air lebih
kecil dari kecepatan gelombang hulu aliran
dipengaruhi pengendali hilir.
3. Aliran superkritis : jika bilangan Froude lebih besar dari 1 (Fr > 1). Untuk
aliran superkritis kedalaman relatif lebih kecil dan
kecepatan relatif tinggi (segala riak yang ditimbulkan
dari suatu gangguan adalah mengikuti arah arus).
Energi spesifik aliran pada penampang tertentu sebagai total energi
pada penampang yang dihitung dengan menggunakan dasar saluran sebagai
titik duga. Energi spesifik dibagi menjadi 2, yaitu energi spesifik yang berada
dihulu dan energi spesifik yang berada dihilir. Adapun rumus tinggi energi
spesifik yang berada di hulu bisa didapatkan dengan rumus:


= + (2.2)

24
Dimana:
E1 = Tinggi energi spesifik di hulu ()
H1 = Tinggi muka air di hulu ()
V = Kecepatan aliran (/)
g = Percepatan gravitasi (/ 2 )

Untuk mencari tinggi energi spesifik di hilir dapat dicari dengan


menggunakan rumus:


= + (2.3)

Dimana:
E2 = Tinggi energi spesifik di hilir ()
H2 = Tinggi muka air di hilir ()
V = Kecepatan aliran (/)
g = Percepatan gravitasi (/ 2 )

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan percobaan dalam praktek hidrolika ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat aliran air berdasarkan jenis saluran dan
bangunan air.
2. Untuk mengetahui kondisi aliran air yang terjadi (kritis, super kritis dan
sub kritis).

C. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Alat hidrolika
2. Replika bendung

25
3. Tabung pitot
4. Jangka sorong/alat pengukur berupa penggaris
5. Klemp penjepit
6. Lilin/malam
7. Kamera

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menempatkan replika bendung di hulu yang telah dipakaikan lilin/malam
pada saluran air
2. Menyalakan alat hidrolika
3. Membiarkan sebentar agar air naik melewati replika bendung
4. Mengukur dimensi saluran yang akan digunakan sebagai saluran
percobaan
5. Mencatat tinggi air tabung pitot di hulu (hpitot 1) dan hilir (hpitot 2), hpitot ini
yang akan digunakan untuk mencari kecepatan
6. Mengamati pola aliran yang terjadi secara telit dengan menggunakan
kamera video
7. Mencatat data yang diperlukan dalam praktikum ini (H1, H2, hp1, hp2, B1,
B2)
8. Mengulangi prosedur diatas untuk 5 replika bendung berbeda.

E. DATA PENGAMATAN DAN DATA PERHITUNGAN


1. Data Pengamatan
Tabel 2.1 Data Pengamatan (Terlampir)

26
2. Data Perhitungan
a. Percobaan I
Diketahui :
Tinggi muka air di hulu (H1) = 19 cm = 0.1900 m
Tinggi muka air di hilir (H2) = 2.5 cm = 0.0250 m
Lebar Saluran di hulu (B1) = 10.53 cm = 0.1053 m
Lebar Saluran di hilir (B2) = 10.6 cm = 0.1060 m
hpitot 1 = 1.0 cm = 0.0100 m
hpitot 2 = 4.3 cm = 0.0430 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9.8 m/s2

Ditanya :
Kecepatan Aliran di hulu (V1) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hulu (E1) = ?
Froud 1 (F1) = ?
Kecepatan Aliran di hilir (V2) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hilir (E2) = ?
Froud 2 (F2) = ?

Jawab :

1) V1 = 2. . 1
= 2 9.8 0.01
= 0.443 /
1 2
2) E1 = 1 +
2

0.4432
= 0.190 +
2 9,8
= 0.2

27
1
3) F1 =
1
0.443
=
9.80.190
= 0.324 < 1 (subkritis)
4) V2 = 2. . 2
= 2 9.8 0.043
= 0.918 /
2 2
5) E2 = 2 +
2

0.9182
= 0.025 +
2 9,8
= 0.068
2
6) F2 =
2
0.918
=
9.80.025
= 1.855 > 1 (super kritis)

b. Percobaan II
Diketahui :
Tinggi muka air di hulu (H1) = 19.2 cm = 0.1920 m
Tinggi muka air di hilir (H2) = 2.5 cm = 0.0250 m
Lebar Saluran di hulu (B1) = 10.34 cm = 0.1034 m
Lebar Saluran di hilir (B2) = 9.16 cm = 0.0916 m
hpitot 1 = 0.7 cm = 0.0070 m
hpitot 2 = 6.5 cm = 0.0650 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9.8 m/s2

28
Ditanya :
Kecepatan Aliran di hulu (V1) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hulu (E1) = ?
Froud 1 (F1) = ?
Kecepatan Aliran di hilir (V2) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hilir (E2) = ?
Froud 2 (F2) = ?

Jawab :

1) V1 = 2. . 1
= 2 9.8 0.007
= 0.37 /
1 2
2) E1 = 1 +
2

0.372
= 0.192 +
2 9,8
= 0.199
1
3) F1 =
1
0.37
=
9.80.192
= 0.324 < 1 (subkritis)
4) V2 = 2. . 2

= 2 9.8 0.065
= 1.1287 /

29
2 2
5) E2 = 2 +
2

1.12872
= 0.025 +
2 9,8
= 0.09
2
6) F2 =
2
1.1287
=
9.80.025
= 2.28 > 1 (super kritis)

c. Percobaan III
Diketahui :
Tinggi muka air di hulu (H1) = 19.8 cm = 0.1980 m
Tinggi muka air di hilir (H2) = 1.7 cm = 0.0170 m
Lebar Saluran di hulu (B1) = 10.55 cm = 0.1055 m
Lebar Saluran di hilir (B2) = 10.52 cm = 0.1052 m
hpitot 1 = 0.6 cm = 0.0060 m
hpitot 2 = 8.7 cm = 0.0870 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9.8 m/s2

Ditanya :
Kecepatan Aliran di hulu (V1) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hulu (E1) = ?
Froud 1 (F1) = ?
Kecepatan Aliran di hilir (V2) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hilir (E2) = ?
Froud 2 (F2) = ?

Jawab :

30
1) V1 = 2. . 1
= 2 9.8 0.006
= 0.343 /
1 2
2) E1 = 1 +
2

0.3432
= 0.198 +
2 9,8
= 0.204
1
3) F1 =
1
0.343
=
9.80.198
= 0.246 < 1 (subkritis)
4) V2 = 2. . 2
= 2 9.8 0.087
= 1.3058 /
2 2
5) E2 = 2 +
2

1.30582
= 0.017 +
2 9,8
= 0.104
2
6) F2 =
2
1.3058
=
9.80.017
= 3.199 > 1 (super kritis)

31
d. Percobaan IV
Diketahui :
Tinggi muka air di hulu (H1) = 18.8 cm = 0.1880 m
Tinggi muka air di hilir (H2) = 1.5 cm = 0.0150 m
Lebar Saluran di hulu (B1) = 9.23 cm = 0.0923 m
Lebar Saluran di hilir (B2) = 10.55 cm = 0.1055 m
hpitot 1 = 0.8 cm = 0.0080 m
hpitot 2 = 7.8 cm = 0.0780 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9.8 m/s2

Ditanya :
Kecepatan Aliran di hulu (V1) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hulu (E1) = ?
Froud 1 (F1) = ?
Kecepatan Aliran di hilir (V2) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hilir (E2) = ?
Froud 2 (F2) = ?

Jawab :

1) V1 = 2. . 1
= 2 9.8 0.008
= 0.396 /
1 2
2) E1 = 1 +
2

0.3962
= 0.188 +
2 9,8
= 0.196

32
1
3) F1 =
1
0.396
=
9.80.188
= 0.292 < 1 (subkritis)
4) V2 = 2. . 2
= 2 9.8 0.078
= 1.2364 /
2 2
5) E2 = 2 +
2

1.23642
= 0.015 +
2 9,8
= 0.093
2
6) F2 =
2
1.2364
=
9.80.015
= 3.225 > 1 (super kritis)

e. Percobaan V
Diketahui :
Tinggi muka air di hulu (H1) = 12 cm = 0.1200 m
Tinggi muka air di hilir (H2) = 2.5 cm = 0.0250 m
Lebar Saluran di hulu (B1) = 8.97 cm = 0.0897 m
Lebar Saluran di hilir (B2) = 10.55 cm = 0.1055 m
hpitot 1 = 1.0 cm = 0.0100 m
hpitot 2 = 7.5 cm = 0.0750 m
Percepatan Gravitasi (g) = 9.8 m/s2

33
Ditanya :
Kecepatan Aliran di hulu (V1) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hulu (E1) = ?
Froud 1 (F1) = ?
Kecepatan Aliran di hilir (V2) = . ?
Tinggi Energi Spesifik di hilir (E2) = ?
Froud 2 (F2) = ?

Jawab :

1) V1 = 2. . 1
= 2 9.8 0.01
= 0.443 /
1 2
2) E1 = 1 +
2

0.4432
= 0.12 +
2 9,8
= 0.13
1
3) F1 =
1
0.443
=
9.80.12
= 0.408 < 1 (subkritis)
4) V2 = 2. . 2
= 2 9.8 0.0080
= 1.2124 /

34
2 2
5) E2 = 2 +
2

1.21242
= 0.025 +
2 9,8
= 0.1
2
6) F2 =
2
1.2124
=
9.80.025
= 2.449 > 1 (super kritis)

35

Anda mungkin juga menyukai