Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang pada umumnya
sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan
operasi. Berdasarkan hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10%
yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria.1
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.2
Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang paling sering ditemukan
yaitu sekitar 50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis sekitar
15%. Berdasarkan data di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria
dan 2% penduduk wanita menderita hernia inguinal di dalam hidupnya, dengan
hernia inguinal indirek yang sering terjadi. Insidens hernia inguinal pada bayi dan
anak-anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi
kiri 20-25% dan bilateral 15%.1
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada
anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang
dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban
berat, batuk-batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan lain-lain.1
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan
operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah
herniotomi.2

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1. Identifikasi
Nama : Ny. Ns
Umur/ TTL : 72 tahun/ 30 Juni 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Muara Enim
MRS : 8 September 2017

2.2. Anamnesis (Tanggal 8 September 2017 pukul 17.00 WIB)


Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kanan yang dapat masuk kembali apabila
pasien berbaring sejak 1 tahun SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 tahun yang lalu, os mengaku timbul benjolan sebesar telur ayam
di lipat paha kanan. Benjolan timbul saat os sedang bekerja, mengedan, batuk
dan berjalan. Benjolan masuk kembali apabila pasien berbaring. Nyeri pada
benjolan (-). Mual (-), muntah (-), perut kembung (-), demam (-). Flatus (+).
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Os belum berobat.
Sejak 1 minggu SMRS, os mengaku benjolan sebesar telur ayam timbul
kembali di lipat paha kanan dan kirinya saat os melakukan pekerjaan sehari-
hari. Benjolan tidak bertambah besar. Nyeri pada benjolan (-). Mual (-),
muntah (-), perut kembung (-), demam (-). Flatus (+). BAB dan BAK tidak
ada kelainan. Sulit buang air besar (-), sulit buang air kecil (-). Pasien berobat
ke poliklinik RSUD Rabain Muara Enim.

2
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat operasi sebelumnya disangkal
2. Riwayat penyakit dengan batuk menahun disangkal
3. Riwayat sakit batu saluran kemih disangkal
4. Riwayat konstipasi disangkal
5. Riwayat alergi disangkal
6. Riwayat darah tinggi (-)
7. Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : TB 160 cm
BB 80 kg
IMT Overweight
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 C
Kepala : Normocephali
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi (-), statis, sela iga tidak melebar
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-), sela iga normal

3
Perkusi : sonor, nyeri ketok (-), batas paru hepar normal
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status lokalis
Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan

Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Regio Inguinalis Dextra


Inspeksi : Tidak tampak benjolan, warna sama dengan sekitar,
transluminasi (-)
Palpasi : Teraba benjolan, permukaan rata, batas atas tidak tegas,
konsistensi kenyal, mobile, ukuran 4x2x2 cm, massa
dapat dimasukkan kembali ke dalam rongga perut, valsava test (+), zieman test
(+) di jari telunjuk, finger test teraba benjolan di samping jari telunjuk.

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (4 Oktober 2017)
Hemoglobin : 13,2 g/dL (12-16 g/dl)
Hematokrit : 38,8 % (36-48%)
Leukosit : 8.760/ mm3 (5.000-10.000/ mm3)

4
Trombosit : 598.000 /ul (150.000-400.000 /ul)
Hitung jenis leukosit
Basofil :0 (0-1)
Eosinofil : 21 (1-3)
Netrofil segmen : 48 (50-70)
Limfosit : 21 (20-40)
Monosit : 10 (2-8)
Glukosa Sewaktu : 99 mg/dL (<200 mg/dL)
Clotting Time : 4 menit (1-7 menit)
Bleeding Time : 8 menit (5-15 menit)

5. Diagnosis Banding
a. Hernia inguinalis medialis dextra reponible
b. Lipoma inguinalis dextra
c. Hidrokel kanalis Nuck

6. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponibel

7. Penatalaksanaan
Edukasi
IVFD Asering gtt XX/menit
Pro hernioraphy elektif
Diet nasi biasa

8. Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Functionam : Bonam

5
FOTO PRE-OP

Tampak lateral abdomen pasien

Tampak anteroposterior regio abdomen pasien

Pemeriksaan fisik zieman test

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.1,2,3 Terdapat beberapa
poin penting dalam hernia, yaitu defek atau bagian yang lemah dari dinding
rongga, kantung hernia, isi hernia dan cincin hernia yaitu daerah penyempitan
kantung hernia akibat defek tersebut. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh, sebagian besar defek melibatkan dinding
abdomen khususnya daerah inguinal.2,5,6,7,8
Hernia inguinalis adalah kondisi dimana lemak intraabdominal atau
bagian dari intestinum menonjol melewati defek atau bagian lemah dari otot
abdomen bagian bawah.9

3.2. KLASIFIKASI HERNIA


1. Menurut lokasinya1-6 :
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi di lipatan paha
Hernia umbilikus adalah di pusat
Hernia femoralis adalah di paha

2. Berdasarkan klinis hernia dibedakan menjadi1,2,3,4,6:


Hernia reponibilis, yaitu hernia yang isinya dapat keluar masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke
perut. Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
Hernia irreponibilis, yaitu hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk
baik secara spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia inkarserata, yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali ke
rongga abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong hernia terperangkap. Secara klinis hernia inkarserata lebih

7
dimaksudkan pada hernia ireponibilis untuk gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut hernia strangulata.

3. Berdasarkan gambaran dari luar dibedakan menjadi 2,6:


Hernia eksterna, terjadinya dapat terlihat dari luar
Hernia interna, terjadinya tidak dapat terlihat dari luar

4. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas2:


Hernia kongenital adalah hernia yang terjadi pada saat bayi berada
dalam kandungan dan menetap sampai bayi lahir
Hernia acquisita adalah hernia yang terjadi akibat faktor peningkatan
tekanan intra abdomen

5. Hernia interna sering terdiagnosa secara kebetulan atau ada penyulit


seperti inkarserata. Lokasi terjadinya hernia interna adalah6:
Foramen bochdalek, yaitu lubang pada diafragma bagian
posterolateral yang terjadi akibat keterlambatan penutupan lipatan
pada praperitoneal.
Foramen morgagni, yaitu lubang di retro sternal diafragma.
Merupakan celah kongenital
Foramen winslowi atau melalui omentum yang lupa tertutup.
Foramen obturatoria

6. Jenis hernia lainnya1,2,4 :


Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang
terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior
Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke
scrotum secara lengkap
Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli

7. Menurut nama penemunya 4:


Hernia petit, yaitu hernia di daerah lumbosakral

8
Hernia spigelli, yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis
diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus
abdominalis bagian lateral
Hernia richter, yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit

3.3. ANATOMI
Anatomi Daerah Inguinalis
Diperlukan pengertian secara komprehensif mengenai anatomi lipat
paha agar dapat secara tepat memilih dan menggunakan berbagai pilihan
hernioraphy. Sebagai tambahan, hubungan antar otot, aponeuroses, fascia,
saraf, pembuluh darah, dan struktur cord sprematik dari regio inguinal harus
dikuasai guna menurunkan insidensi kekambuhan dan mencegah komplikasi.7
Inguinal dan femoral dibagi oleh garis yang menghubungkan SIAS
dan symphisis. Bila terjadi di atas garis adalah hernia inguinalis dan bila
terjadi di bawah garis adalah hernia femoralis (Gambar 1).5

Gambar 2.1. Anatomi Regio Inguinal 5

Ligamentum inguinalis pouperti menghubungkan SIAS dengan


tuberculum pubicum. Ligamentum ini merupakan akhir dari M.obliquus
abdominis externus yang melengkung. Sebelum melengkung, akan menjadi
aponeurosis yang menjadi atap dari canalis inguinalis. Inguinal diperdarahi
oleh a.epigastrika inferior yang merupakan cabang dari a.illiaca eksterna.2
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara

9
cincin internal dan eksternalKanalis inguinalis mengandung salah satu vas
deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-
serat otot cremaster, pleksus pampiniformis (berasal dari kumpulan vena
spermatica), arteri testicularis, nervus ramus genital, nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik dan prosesus vaginalis.7
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus
dibagian superficial. Dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal
(pouperti) dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses
abdominis. Dinding cepal dari kanalis inguinalis di bangun oleh Aponeurosis
oblique internal dan musculoaponeurosis transversus abdominis. Dasar
kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi
maupun bedah.7

Gambar 2.2. Diagram Nyhus's classic parasagittal dari


region midinguinal 7

10
Gambar 2.3. Anatomi Inguinal Canal dalam Gambaran Pelvis7

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari


trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran
rectus dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati
trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang
muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirek.2,7,8

Gambar 2.4. Anatomi Inguinal dari Prespektif Posterior 7

11
Sehingga berdasarkan pintu masuk hernia inguinalis dibedakan
menjadi1-6:
1. Hernia inguinalis medialis, yaitu hernia yang melalui trigonum
hasselbach. Batas trigonum hasselbach bagian lateral adalah vasa
epigastrika inferior, medial oleh pinggir otot rectus, inferior oleh ligamen
inguinalis pouperti, dan bagian superior diabatasi oleh falx inguinalis.
Trigonum hasselbach akan lemah pada dasarnya bila berusia lanjut,
sehingga hampir 100% terjadi pada orang berusia lanjut. Jarang terjadi
inkarserata karena ukuran trigonum ini lebih besar dan terdiri dari
jaringan otot yang lunak. Bentuk hernia bulat, dan bila berdiri kelihatan
menonjol dan bila tidur langsung hilang.

Gambar 2.5. Segitiga Hesselbach's

2. Hernia inguinalis lateralis, yaitu hernia yang melalui 2 pintu sebelum


dilihat dari luar yaitu anulus inguinalis internus dan eksternus. Terjadi
pada anak sampai orang tua. Sering terjadi inkarserata karena anulusnya
kecil dan terdiri dari jaringan fibrous. Bentuk hernia seperti tabung
karena dalam bundel spermatikus.

12
]
Gambar 2.6. Anatomi dari struktur
preperitoneal pada inguinal sebelah
kanan7

3.4. EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha.2,3,6 Di berbagai negara di dunia, hernia
inguinal lebih sering terjadi 8 hingga 20 kali daripada hernia femoral.
Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh kali daripada wanita dan
sekitar 55% hernia inguinal terjadi pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari hernia
inguinal adalah hernia inguinal indirek. Hernia bilateral empat kali lebih
sering terjadi pada hernia direk daripada hernia indirek. Setiap tahun, sekitar
85.000 reparasi hernia inguinal dilakukan di Inggris dan 750.000 kasus di
Amerika.5,7,8,10

3.5. ETIOLOGI
Hernia inguinal disebabkan oleh multifaktorial. Predisposisi keluarga
juga diduga memiliki peranan pada terjadinya hernia inguinal.8 Berikut faktor
yang diduga menjadi pencetus terjadinya hernia inguinal 17
1. Lemahnya dinding rongga perut, baik bawaan maupun didapat

13
2. Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-
tempat tertentu.
b. Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia
mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan
beberapa bulan (01 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui
defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
3. Aquisial
Hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi yang dapat mengakibatkan
distensi dinding abdomen. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK, sering mengangkat
benda berat, sering latihan fisik berat dan pasien dengan riwayat
batuk lama
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya
yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR
c. Akibat dari pembedahan sebelumnya. Kelemahan otot dinding perut
antara lain dapat terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n.
illiofemoralis setelah appendektomi.
d. Penyakit yang melemahkan dinding perut
e. Merokok. Merokok dapat menyebabkan kerusakan metabolisme
kolagen yang dapat mengakibatkan formasi hernia dan
mengakibatkan metastase emfisema
f. Diabetes mellitus

14
3.6. PATOFISIOLOGI
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui
kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.11
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila
kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada
orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup. Namun, karena daerah ini merupakan
locusminoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin
yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas
akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas dan
kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2,5
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi priadan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.

15
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya
usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama
kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis.2,5,6,8
2. Hernia Inguinalis Direkta (medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita)
disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung
(direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini
sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani,
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis
ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi.10
3. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar
melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis.
Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita.2,10
Hernia inguinalis indirek kongenital terjadi bila processus
vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga
tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan
mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.2,9,10
Hernia inguinalis indirekta akuisita (didapat) terjadi bila
penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus
vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-

16
waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia
tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.2,10

3.7. DIAGNOSIS
a. Gejala
Banyak pasien hernia tidak menunjukan gejala hingga pasien
menyadari adanya pembengkakan di daerah lipat paha. Beberapa pasien
menunjukan gejala nyeri yang timbul mendadak dan bertambah berat
ketika mengangkat benda berat. Beberapa pasien mengeluh sensasi
tarikan, terutama pada hernia inguinal indirek, sensasi tersebut menjalar
ke skrotum. Seiring dengan bertambah besarnya hernia, pasien akan
mengeluhkan sensasi tidak nyaman atau nyeri yang menyebabkan
pasien harus berbaring untuk mengurangi nyeri tersebut. Secara umum,
hernia direk menunjukkan lebih sedikit gejala daripada hernia indirek
dan jarang mengakibatkan inkarserata ataupun strangulata.10
b. Pemeriksaan Fisik
Pada hernia inguinal inkarserata, pemeriksaan fisik inspeksi
ditemukan benjolan di lipat paha yang tidak menghilang meski telah
berbaring. Pada hernia lateralis umumnya benjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan medialis tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk
bulat.1,2,3 Pada palpasi, jika titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum
pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan dan terjadi
penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia
inguinalis medialis. Jika titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum
pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan dan teraba
benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai
hernia inguinalis lateralis. Jika titik tengah antara kedua titik tersebut di
atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan dan teraba benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.16 Pada perkusi

17
bisa didapatkan perkusi perut kembung dan auskultasi terdengar
hiperperistaltis akibat obstruksi usus.2,8,9
a) Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5,
dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti
hernia ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.12

Gambar 2.7. Pemeriksaan Finger Test 12

b) Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring, bila ada benjolan


masukkan dulu, hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan,
penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia
ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4
hernia femoralis.12

Gambar 2.8. Pemeriksaan Ziemen test 12

18
c) Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti hernia
inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia
inguinalis lateralis.12

Gambar 2.9. Pemeriksaan Thumb test 12

3.8. DIAGNOSIS BANDING


Tabel 1. Diagnosis Banding Hernia Inguinalis
Hernia Tumor Hidrocele Orchitis Torsio Limfadenitis
Inguinalis Testis Testis
Benjolan + + + + + +
Nyeri +/- +/- - + + +
Demam - - - + - +
Mual & muntah +/- - - - - -
Transluminasi - - + - - -
Phren test - - - - + -
Valsava test + - - - - -
Finger test + - - - - -

3.9. TATALAKSANA
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional
hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioraphy.5
Herniotomi prinsipnya adalah pengikatan pintu hernia, lalu
memotongnya. Sedapat mungkin kantong hernia dipotong sampai melewati
pintu hernia, lalu pintu dirapatkan dengan jahitan sehingga pada tempat ini

19
membentuk jaringan fibrostik. Meskipun telah dijahit daerah ini masih rawan
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya hernia lagi karena jahitan
terlepas. Untuk mencegah berulangnya hernia maka diusahakan dengan
teknik operasi yang baik, menghindari faktor yang dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan intra abdominal.5
Hernioraphy merupakan gabungan herniotomi dan plasty (menutup
pintu). Pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena anulus externus dan
internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan lokus
minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada hernioplasty
dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.5
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama.7
a. Kelompok 1: Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan
Shouldice) melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus
abdominis ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus, fascia
transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis,
celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar
kanalis spinalis di rekonstruksi.
b. Kelompok 2: Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus)
dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga
ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian
diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara
teknik ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari
bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan
kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional
atau anastesi umum.

20
c. Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek,
tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh
ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia Gambar 10. Hasil yang baik diperoleh
dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%.
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang
penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi, pengalaman yang luas dengan mesh hernia
telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.
Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.

Gambar 2.10. Lichtenstein Tension-Free Repair With Mesh2

d. Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal
pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan
potongan mesh yang besar di region inguinal diatas peritoneum. Teknik

21
ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan
fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal
untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera
selama operasi.

Gambar 2.11. Total Extraperitoneal (TEP)7

22
BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang perempuan, usia 72 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama
benjolan pada lipat paha kanan yang dapat masuk kembali apabila pasien berbaring.
Pada anamnesis diketahui 1 tahun SMRS, penderita mengeluh timbul benjolan
pada lipat paha kanan ukuran sebesar telur ayam. Benjolan masih dapat masuk
kembali ke dalam rongga perut. Benjolan muncul bila pasien berdiri dan
menghilang saat pasien berbaring. Benjolan pada lipat paha kanan yang masih dapat
masuk kembali ke dalam rongga perut menunjukan manifestasi hernia inguinal
reponibel. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh benjolan keluar menunjukkan
kejadian berulang dicetuskan faktor predisposisi berupa terlalu banyak bekerja
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien tidak mengeluh mual, muntah menunjukkan tidak
adanya obstruksi yang merupakan tanda hernia inkarserata. Perut kembung (-)
menunjukan bahwa tidak ada gangguan pasase isi usus.

Pada pemeriksaan regio abdominal didapatkan datar, lemas, timpani, dan


bising usus (+) normal. Pada pemeriksaan inspeksi regio inguinalis dextra, tidak
ditemukan benjolan, warna sama dengan sekitar. Pada palpasi didapatkan teraba
benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, ukuran 4 x 2 x 2 cm, dan dapat
masuk kembali ke dalam rongga abdomen. Valsava test (+), Zieman test (+) di jari
telunjuk menunjukkan hernia merupakan hernia inguinal medialis. Hernia
dipikirkan karena benjolan bersifat kenyal, dan batas atas tidak jelas, yang dapat
dicurigai sebagai massa usus. Lokasi benjolan dilipat paha, dapat dipikirkan suatu
lipoma atau hidrokel dari kanal Nuck.

Pada hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium) tidak didapatkan kelainan.


Nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada regio inguinal. Pada kasus hernia inguinalis dengan
strangulasi dapat ditemukan leukositosis dengan shift to the left. Selain itu,
pemeriksaan kadar elektrolit darah juga didapatkan normal yang menandakan tidak
adanya ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah yang dialami pasien
(dehidrasi).

23
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis medialis dextra
reponibel. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi operatif
selektif, yaitu hernioraphy.

Prognosis pada pasien ini baik secara vitam maupun functionam adalah
bonam karena tidak dijumpai adanya komplikasi dan tanda-tanda obstruksi usus.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, Mansjoer, dkk., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica


Aesculpalus, FKUI, Jakarta.
2. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC,
2004; h.700-18
3. Oswari. (2005). Bedah dan Perawatannya, Ed. ke-4, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Schwartz. et al. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed. 6. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC, 2000.
5. Cheek C, Kingsnorth A. Inguinal and Femoral Hernias. In: Butcher I. Oxford
Textbook of Surgery. 2th ed. England: Oxford University Press, 2002; P 35.1
6. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
7. Malangoni, MA, Rosen MJ. Hernias. In: Acosta J, Adams Jr CA, Alarcon LH,
et al. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed. Canada : Elsevier, 2008; P 44.1-
15
8. Zinner, M J, Ashley SW. Maingots Abdominal Operations. 11thed. New
York: Mc.Graw Hill, 2007; P.5.1-5.12
9. US Department of Health and Human Service. Hernia Inguinalis. In: National
Institute of Health. Nasional Digestive Disease.
http://www.digestive.niddk.nih.gov, 2010.
10. Doherty, GM. Current diagnosis and treatment. 13th ed. New York: Mc.Graw
Hill, 2009; P.32.1
11. Ganong, WF. Review of Medical Physiology.21th ed. New York: Mc.Graw
Hill, 2003.
12. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006

25

Anda mungkin juga menyukai