Makalah Buk Sere Io
Makalah Buk Sere Io
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007).
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Guyton, 2009).
Ileus obstruktif adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran
normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2009).
Ileus obstruktif merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional
(Iin Inayah, 2008 ).
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi, antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/ sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah),
antara lain karena atresia usus dan neoplasma
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren. Seperti hernia strangulasi, intususepsi,
adhesi, dan volvulus.
(Manif, 2008)
2.4 Etiologi
Penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:
1) Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi
oleh peristaltic. misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis,
striktur, perlekatan, hernia dan abses.
2) Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Misalnya: amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson.
Adapun penyebab terjadinya ileus obstruktif pada usus halus antara lain
(Manif, 2008):
1. Hernia inkarserata
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dar i rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga
atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen
dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase
makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma
ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal
ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau
di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi
kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal.
2.5 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-
mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat
profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam
lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri
sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang
berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan
yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan
kematian. (Pice and Wilson, hal 404)
2.7 Komplikasi
1.Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
4.Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2007, hal 1122)
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. (Doenges, Marilyn E, 2009)
2.10 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi
untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu
mengobati atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneumatau
dimasukkan obat khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan
dapat membantu bernafas lebih mudah dan merasa lebih nyaman. Cairan
dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda infeksi atau
masalah lainnya
4. Tindakan Bedah :
Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada
perut.
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya
terjadi pada semua umur, terutama dewasa laki laki maupun perempuan)
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Nyeri pada perut
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat BAB dan flatus
dalam beberapa hari)
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit hernia, divertikulum.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan yeyenum.
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum:
Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi
meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg)
b) Pemeriksaan fisik
1. kulit (integumen)
Inspeksi : turgor kulit menurun, pucat, tidak ada
sianosis
Palpasi : tidak ada edema
. 2. Abdomen (gastrointestinal)
Inspeksi : tampak mengembang atau buncit
Palpasi : teraba keras, adanya nyeri tekan
Perkusi : hipertimpani
Auskultasi : bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.
3. Jantung (kardiovaskular)
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada edema
Auskultasi : tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ
II terdengar normal
4. Paru-paru (respirasi)
Inspeksi : dada simetris, pernapasan meningkat
24x/mnt
Auskultasi : sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan
tidak ada ronchi
5. Ekstremitas(muskuloskeletal)
Inspeksi :badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri.
4. Pola aktivitas
Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.
Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus
karena peristaltik usus menurun/ berhenti.
Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan
muntah.
Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.
4.1 Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007).
Etiologi Ileus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
Mekanis dan fungsional/ non-mekanis.
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus itu sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau funsional.
Manifestasi klinis pada ileus Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi
(sulit BAB), Distensi abdomen, BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan
flatus.
Pemeriksaan diagnostik meliputi: rontgen thorax, Rontgen Abdomen,
Pemeriksaan sinar x, Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit
dan jumlah darah lengkap), Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting
untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.
Asuhan keperawatan: Pengkajian, diagnosa dan rencana asuhan
keperawatan
4.2 Saran
Diharapakan mahasiswa keperawatan mampu mengetahui pengertian
dan penyebab dari penyakit Ileus Obstruktif,serta mampu meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada penyakit Ileus Obstruktif. Selain itu juga,
keperawatan haruslah memahami dan menjelaskan secara rinci mengenai tujuan
medis, tata cara yang akan di lakukan dan resiko yamg akan mungkin terjadi.