Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh
kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-
400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada
7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan
7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia.
Ada 3 hal yang harus diketahui tentang ileus obstruktif, ialah :
1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi
untuk mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga
abdomen tetap merupakan hal yang sulit.
3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik
khas yang dapat mendukungnya.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus
dengan cara yang sebaik - baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang
bekerja dalam satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal.
2. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
3. Mencegah laparotomi negatif.
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan
waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi
dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien (Sabiston, 2009).
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang devinisi obstruksi
ileus, etiologi, patofisioligi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan intestinal pada ileus, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan derajat kesembuhan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ileus obstruktif ?
2. Apa saja anatomi fisiologi dari ileus obstruktif?
3. Apa saja klasifikasi dari ileus obstruktif? ?
4. Apa sajakah penyebab/etiologi dari ileus obstruktif ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ileus obstruktif?
6. Apa tanda dan gejala/manifestasi klinis dari ileus obstruktif?
7. Apa saja komplikasi dari ileus obstruktif ?
8. Bagaimana woc dari ileus obstruktif ?
9. Apa saja data fokus dari penyakit ileus obstruktif?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari ileus obstruktif ?
11. Apa saja diagnosa keperawatan dari penyakit ileus obstruktif?
12. Bagaimana rencana asuhan keperawatan untuk penyakit ileus
obstruktif ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan
Keperawatan dengan Kasus Ileus Obstruktif.
2.Tujuan Khusus
Secara khusus Asuhan Keperawatan dengan Ileus Obstruktif :, ini
disusun supaya :
Perawat dapat mengetahui tentang definisi, anatomi fisiologi
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi,woc,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan ileus
obstruktif.
Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
ileus obstruktif
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan ileus obstruktif
pada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007).
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Guyton, 2009).
Ileus obstruktif adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran
normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2009).
Ileus obstruktif merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional
(Iin Inayah, 2008 ).

2.2 Anatomi Fisiologi


Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu:
a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,
bibir dan pipi.
b) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah
belakang bersambung dengan faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam
abdomen ke lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara
lain:
a) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak
disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah notura minor.
c) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal
membentuk spinkter pilorus.
d) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari
osteum kordi samapi pilorus.
e) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari
sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior.
5. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ).Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
Latinduodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
"lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
Mukosa usus halus adalah permukaan epitel yang sangat halus
melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan penernaan
dan absorpasi
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

6. Usus besar/interdinum mayor


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi.Panjangnya 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas
7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum
sampai ke hati, panjangnya 13 cm
c. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang 6 cm.
d. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang 28 cm.
e. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya 25 cm.
f. Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf
"S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
g. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
7. Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar. (Drs. Syaifuddin, hal 87-92).

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi, antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/ sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah),
antara lain karena atresia usus dan neoplasma
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren. Seperti hernia strangulasi, intususepsi,
adhesi, dan volvulus.
(Manif, 2008)

2.4 Etiologi
Penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:
1) Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi
oleh peristaltic. misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis,
striktur, perlekatan, hernia dan abses.
2) Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Misalnya: amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson.
Adapun penyebab terjadinya ileus obstruktif pada usus halus antara lain
(Manif, 2008):
1. Hernia inkarserata
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dar i rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga
atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen
dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase
makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma
ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal
ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau
di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi
kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal.

2.5 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-
mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat
profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam
lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri
sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang
berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan
yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan
kematian. (Pice and Wilson, hal 404)

2.6 Manifestasi Klinis


1. Nyeri tekan pada abdomen
2. Muntah
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta,
2009, hal 318).

2.7 Komplikasi
1.Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
4.Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2007, hal 1122)
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. (Doenges, Marilyn E, 2009)

2.10 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi
untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu
mengobati atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneumatau
dimasukkan obat khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan
dapat membantu bernafas lebih mudah dan merasa lebih nyaman. Cairan
dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda infeksi atau
masalah lainnya
4. Tindakan Bedah :
Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada
perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma


(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan
sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat.
Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau
cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari
stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung
pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi
tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus
setelah sembuh.

b. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung


penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti
hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah
herniotomi.
c. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas
daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam
usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).
Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi
gejala sebelum operasi.
BAB III
ASKEP TEORITIS

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya
terjadi pada semua umur, terutama dewasa laki laki maupun perempuan)
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Nyeri pada perut
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat BAB dan flatus
dalam beberapa hari)
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit hernia, divertikulum.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan yeyenum.
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum:
Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi
meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg)
b) Pemeriksaan fisik
1. kulit (integumen)
Inspeksi : turgor kulit menurun, pucat, tidak ada
sianosis
Palpasi : tidak ada edema
. 2. Abdomen (gastrointestinal)
Inspeksi : tampak mengembang atau buncit
Palpasi : teraba keras, adanya nyeri tekan
Perkusi : hipertimpani
Auskultasi : bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.
3. Jantung (kardiovaskular)
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada edema
Auskultasi : tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ
II terdengar normal
4. Paru-paru (respirasi)
Inspeksi : dada simetris, pernapasan meningkat
24x/mnt
Auskultasi : sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan
tidak ada ronchi
5. Ekstremitas(muskuloskeletal)
Inspeksi :badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri.
4. Pola aktivitas
Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.
Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus
karena peristaltik usus menurun/ berhenti.
Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan
muntah.
Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1 Ds: Tekanan intralumen Nyeri
- Klien mengatakan meningkat
sakit pada abdomen
Do:
- Wajah nampak
meringis
- Bising usus
>12x/mnt
- TTV meningkat:
(TD >120/80
mmHg,
N:>100x/mnt,
S:>38oC,
RR:>20x/mnt
- P: nyeri karena
tekanan intralumen
- Q: nyeri seperti
tertusuk
- R: nyeri di bagian
kuadran kanan bawa
- S: skala nyeri 7
- T: nyeri kolik
(hilang timbul)
2 DS: Kehilangan cairan Gangguan
- pasien mengatakan berlebih ketidakseimbangan
sering haus elektrolit
DO:
- TTV tidak stabil
(TD >120/80
mmHg,
N:>100x/mnt, S:
>38oC,
RR:>20x/mnt)
- Mata cowong
- Turgor kulit turun
- Membran mukosa
bibir kering
3 DS: Mual, muntah Ketidakseimbangan
- klien mengatakan nutrisi kurang dari
tidak nafsu untuk kebutuhan tubuh
makan
DO:
- BB klien turun
(BB<45 kg, TB 165
cm)
- Hb<12
- konjungtiva anemis
- Diet tinggi serat

3.3 Diagnosa keperawatan :


1.Nyeri b/d peningkatan tekanan intralumen
2.Gangguan keseimbangan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan NOC (Tujuan) NIC (Intervensi)
Nyeri b/d peningkatan Tidak ada tanda- Observasi tingkat
tekanan intralumen tanda nyeri nyeri
Skala nyeri (0-3). Pantau status
Ekspresi wajah abdomen tiap 4
rileks. jam
TTV dalam batas Dorong ambulasi
normal (TD: dini dan hindari
110/70-120/80 duduk yang lama
mmHg, N: 80- Pertahankan klien
100x/mnt, RR: 16- pada posisi semi
20x/mnt, fowler
S: 36,5-37,5 oC) Pertahankan
Bising Usus puasa sampai
normal (5- bising usus
12x/menit) kembali, distensi
abdomen
berkurang dan
flatus keluar
Ajarkan teknik
relaxasi dan
distraksi
Kolaborasi:
Berikan analgesik
sesuai indikasi
dan evaluasi
keefektifannya
2. Gangguan keseimbangan TTV dalam batas Observasi TTV
elektrolit b/d kehilangan normal. kaji turgor
cairan berlebih TD: 110/70-120/80 kulit,kelembaban
mmHg membran mukosa
N: 80-100x/mnt (bibir, lidah)
RR: 16-20x /mnt Observasi intake
S: 36,5-37,5oC dan output
Turgor kulit Berikan cairan
normal (<2 detik) tambahan
Membran mukosa intravena sesuai
bibir basah indikasi
Kolaborasi:
pemberian cairan
parenteral,
transfusi sesuai
indikasi
3. BB meningkat atau Anjurkan
normal sesuai pembatasan
umur aktivitas selama
Nafsu makan fase akut
meningkat Anjurkan istirahat
Px tidak sebelum makan
mengalami mual, Tingkatkan diet
muntah oral baik cairan
maupun makanan
rendah residu
Konsultasi
dengan ahli gizi
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai
indikasi: Antimetik,
mis: proklorperazin
(Compazine).
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007).
Etiologi Ileus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
Mekanis dan fungsional/ non-mekanis.
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus itu sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau funsional.
Manifestasi klinis pada ileus Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi
(sulit BAB), Distensi abdomen, BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan
flatus.
Pemeriksaan diagnostik meliputi: rontgen thorax, Rontgen Abdomen,
Pemeriksaan sinar x, Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit
dan jumlah darah lengkap), Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting
untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.
Asuhan keperawatan: Pengkajian, diagnosa dan rencana asuhan
keperawatan

4.2 Saran
Diharapakan mahasiswa keperawatan mampu mengetahui pengertian
dan penyebab dari penyakit Ileus Obstruktif,serta mampu meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada penyakit Ileus Obstruktif. Selain itu juga,
keperawatan haruslah memahami dan menjelaskan secara rinci mengenai tujuan
medis, tata cara yang akan di lakukan dan resiko yamg akan mungkin terjadi.

Anda mungkin juga menyukai