Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GLOMERULONEFRITIS

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi / pengertian
Merupakan reaksi imonologi pada ginjal pada bakteri/virus tertentu
biasanya terjadi akibat kuman sterptokokus, glomelurusnefritis
merupakan peradangan yang terjadi pada glomelurus yang
menyebabkan inflamasi dan kerusakan lengkung kapiler, Pada gloneluri
ginjal di sebabkan oleh bakteri atau virus.Penyakit yang ditandai oleh
inflamasi glomerulus ginjal dengan protein uria eritrosit, lekosit dalam
urin, dan retensi garam, air dan nitrogen dalam derajat yang bervariasi,
disertai pembentukan dan nekrosis epitel berbentuk bulan sabit.
2. Epidemiologi
Pada Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2
:1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian
multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170
pasien yang dirawat di rumah sakit dalam 12 bulan. Pasien terbanyak
dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan
perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8
tahun (40,6%).

3. Penyebab / insiden kasus


- Bakteri streptococus beta hemoliticus golongan A.
- Toksin pada gigitan ular (menyebabkan lesi atau nekrosis pada
ginjal)
4. Patofisiologi terjadinya penyakit

Glomerulonefritis

Infeksi streptococcus

Timbul lesi/nekrosisginjal

Fungsi ginjal abnormal

Gangguan filtrasi
asites

Oedema pada wajah


Gangguan Gangguan
Desakan pada
Eliminasi Penurunan
rongga dada
urine nutrisi

Gangguan Gangguan Komplains


metabolisme citra tubuh paru
Gangguan
Integritas
kulit
Gg. Keseimbangan Sesak nafas
Cairan dan elektrolit

Gangguan pola nafas

5. Klasifikasi
- Glomerulonefritis ringan (terjadi setelah infeksi akut biasanya
di dapatkan protein uria, hematuria, makroskopik komplemen
serum sedikit menurun, lesi yang reversible, fungsi ginjal
normal)
- Glomerulonefritis persisten (terjadi setelah infeksi kronis,
lesinya irreversible, tidak ada hematuria makroskopik, sudah
mencapai gagal ginjal)
6. Gejala klinis
- Hematuria
- Poliguria
- Proteinuria
- Terjadinya udim
- Muntah
- Edema pada wajah
- Hipokalsemia
- Anoreksia
- Oliguria
- Hipertensi

7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Edema pada wajah
- Hematuria
- Asites
- Lemas

Palpasi
- Nyeri tekan
- Distensi abdomen
- Denyut nadi meningkat
- Asites
- Demam
Aukskultasi
- Detak jantung meningkat
- Frekuensi nafas cepat
Perkusi
- Suara pekak pada thoraks

8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
- Urinalisa (protein uria, hematuria, torak granula, torak
eritrosit)
- Darah (BUN, ASTO, C3, hipergama globulinimea (IgG), pH,
Hb, pemeriksaan elektrolit)
- Biakan kuman : swab dari tenggorokan dan titer
antistreptolisin (ASO)
b. Radiology
- Foto thorak (Adanya bendungan pembuluh darah paru, cairan
dalam rongga pleura dan cardiomegal)

9. Diagnosis/Kriteria diagnosis
- Sindrom nefritik akut pada orang dewasa
- Hematuria mikroskopik yang berat pada sindrom nefritik akut
- Proteinuria berat pada sindrom nefritik akut
- Oliguria berat atau anauria
- Penurunan laju filtrasi glomerulus
- Adanya penyakit sistemik

10. Theraphy/ tindakan penanggulangan


- Pemberian obat antibiotik (penicilin untuk membunuh bakteri
streptococus)
- Pemberian diuretik untuk mengurangi edema
- Pemberian antihipertensi
- Diet garam

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
a. Sistem pernafasan
- Frekuensi nafas cepat
- Edema pada paru
b. sistem pencernaan
- Asites
- Distensi abdomen
c. Sistem eliminasi
- Protein uria
- Hematuria
- Oliguria
- Anuria
d. makanan/ cairan
- Mual
- Muntah
- Anoreksia
e. nyeri/ kenyamanan
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri
f. Sirkulasi
- Hipertensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pola nafas Agar pola nafas - mandiri - mandiri
berhubungan dengan kembali normal 1. Awasi frekuensi/ 1. Takipnea, dispnea,
komplain paru menurun dengan kriteria upaya nafas. nafas pendek, dan
yang ditandai dengan evaluasi : Penurunan nafas dangkal
pasien tampak sulit 1. pasien dapat kecepatan infus selama
bernafas. bernafas dengan bila ada dispnea dianalisa diduga
frekuensi normal 2. Auskultasi paru, tekanan
yaitu 16-20/menit. perhatikan diafragmatik
penurunan, tak dari distensi rongga
adanya, atau peritoneal atau
bunyi nafas mungkin
adventisius, menunjukkan
contoh terjadinya
gemericik/mengi/ komplikasi.
ronki. 2.Penurunan area
3. Tinggikan kepala ventilasi
tempat tidur. menunjukkan
Tingkatkan adanya atelektasis,
latihan nafas dimana bunyi nafas
dalam dan batuk. adventisius
menunjukkan
kelebihan cairan,
- kolaborasi tertahannya sekresi
1. Berikan tambahan atau infeksi.
oksigen sesuai indikasi 3. Memudahkan
2. Kaji foto seri dada. ekspansi
dada/ventilasi dan
mobilisasi sekret.
- kolaborasi
1. Memaksimalkan
oksige untuk
penyerapan vaskula,
pencegahan/pengura
ngan hipoksia.
2. Foto dada
menunjukkan terjadi
masalah paru.

2 Gangguan keseimbangan Agar keseimbangan -mandiri -mandiri


cairan dan elektrolit elektrolit kembali 1. Ukur semua sumber 1. Membantu
berhubungan dengan normal dengan pemasukan dan megevaluasi status
gangguan metabolisme kriteria evaluasi : pengeluaran. Lakukan cairan.
tubuh yang ditandai dengan 1. pasien tampak tiap hari
pasien tampak pucat. segar - kolaborasi
1. Awasi pemeriksaan - kolaborasi
laboratorium sesuai 1. Menurun karena
indikasi Hb/Ht. anemia, hemodilusi, atau
2. Awasi pemeriksaan kehilangan darah aktual.
laboratorium elektrolit 2. Ketidakseimbangan
serum dan pH. dapat memerlukan
perubahan dalam cairan
dianalisa atau tambahan
pengganti untuk
mencapai keseimbangan.

3 Gangguan eleminasi urine Agar eleminasi - mandiri - mandiri


berhubungan dengan kembali normal 1. Catat keluaran urin; 1. Penurunan aliran
gangguan filtrasi yang dengan kriteria selidiki urine tiba-tiba dapat
ditandai dengan produksi evaluasi : penurunan/penghentian mengindikasikan
urine pasien tidak normal. 1.eliminasi urine aliran urin tiba-tiba. obstruksi/disfungsi.
kembali normal 2. Observasi dan catat Penurunan haluan urine
sesuai dengan warna urine. Perhatikan berhubungan dengan
frekuensi urine hematuria. distensi abdomen,
normal. - kolaborasi demam, dan keluaran
1. Awasi elektrolit, jernih/cair dari drainase
GDA, kalsium. insisi diduga fistula urine
2. Berikan cairan IV juga memerlukan
sesuai indikasi intervensi cepat.
3. Urine dapat agak
kemerahmudaan, yang
seharusnya jernih sampai
2-3 hari.

- kolaborasi
1.Gangguan fungsi
ginjal pada pasien
dengan saluran usus
meningkatkan risiko
beratnya masalah
elektrolit. Peningkatan
kalsium meningkatkan
risiko pembentukan
kristal/batu,
mempengaruhi aliran
urine dan integritas
jaringan.
2.Membantu
mempertahankan
hidrasi/sirkulasi volume
adekuat dan aliran urine.

4 Gangguan pemenuhan Agar pemenuhan -mandiri -mandiri


nutrisi berhubungan nutrisi kembali 1. Kaji/catat 1. Membantu dalam
dengan gangguan filtrasi normal dengan pemasukan diet. mengidentifikasi
yang ditandai dengan berat kriteria hasil : 2. Berikan makan defisiensi dan kebutuhan
badan pasien menurun 1. berat badan sedikit dan sering. diet.
pasien kembali 3.Berikan pasien/orang 2.Meminimalkan
normal terdekat daftar anoreksia dan mual
makanan/cairan yang sehubungan dengan
diizinkan dan dorong status
terlibat pada pemilihan uremik/menurunnya
menu. peristaltik.
3. Memberikan pasien
- kolaborasi tindakan kontrol dalam
1. Awasi pemeriksaan pembatasa diet.
laboratorium, contoh - kolaborasi
BUN, albumin serum, 1. Indikator kebutuhan
transferin, natrium, dan nutris, pembatasan, dan
kalium kebutuhan/ efektivitas
2. Konsul dengan ahli terapi.
gizi.
2. Menentukan kalori
individu dan kebutuhan
nutrisi dalam
pembatasan dan
mengidentifikasi rute
paling efektif dan
produknya
5 Gangguan integritas kulit Agar integritas kulit - mandiri - mandiri
berhubungan dengan kembali normal 1. Bersihkan dengan air 1. Mempertahankan
oedema pada wajah yang dengan kriteria hasil dan lap kering kebersihan/area kering
ditandai dengan kulit pada : - Kolaborasi membantu untuk
wajah pasien tampak lebam 1. kulit wajah 1. Berikan obat anti mencegah kemudahan
pasien kembali jamur sesuai indikasi. gesekan atau trauma.
normal - kolaborasi
1. Membantu
penyembuhan bila iritasi
peristoma disebabkan
oleh infeksi jamur.
6 Gangguan citra tubuh Agar kepercayaan - mandiri - mandiri
berhubungan dengan diri pasien pulih 1.Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi luas
oedema pada wajah yang kembali dengan pengetahuan pasien masalah dan perlunya
ditandai dengan pasien kriteria hasil : tentang kondisi dan intervensi.
tampak malu 1. pasien tidak malu pengobatan ansietas
memperlihatkan wajahnya untuk sehubungan dengan
memperlihatkan situasi ini.
wajahnya. 2. Perhatikan perilaku 2. Indikator terjadinya
menarik diri, tidak kesulitan menangani
efektif menggunakan stres terhadap apa yang
pengingkaran atau terjadi.
perilaku yang
mengidentifikasi terlalu
mempermasalahkan
tubuh dan funggsinya.
3. beri pasien kegiatan
yang dapat
meningkatkan percaya 3..menambah rasa
diri percaya diri pasien
4. hadirkan pada realita
secara terus-menerus
5. anjurkan keluarga 4..pasien dapat
dan kerabat lainnya beradaptasi dengan
untuk memberikan keadaan sebenarnya.
dukungan 5..pasien merasa berguna
bagi diri sendiri dan
orang lain
EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI

Gangguan pola nafas berhubungan S : pasien tampak bernafas dengan


dengan komplain paru menurun yang lega
ditandai dengan pasien tampak sulit O : nafasnya normal
bernafas. A :masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

Gangguan keseimbangan cairan S : pasien tampak sehat dan


dan elektrolit berhubungan bergairah.
dengan gangguan metabolisme O : pemenuhan cairan dan elektrolit
tubuh yang ditandai dengan pada pasien seimbang
pasien tampak pucat. A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

Gangguan eleminasi urine S : pasien tampak puas setelah


berhubungan dengan gangguan berkemih
filtrasi yang ditandai dengan produksi O : tidak ada hematuria dan anuria
urin pasien tidak normal A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
Gangguan pemenuhan nutrisi S : pasien tampak sehat dan tidak
berhubungan dengan gangguan lemas
filtrasi yang ditandai dengan berat O : tidak lagi terjadi anoreksia pada
badan pasien menurun pasien
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
Gangguan integritas kulit S : pasien tampak puas
berhubungan dengan oedema pada O : kulit pasien kembali normal
wajah yang ditandai dengan kulit A : masalah teratasi
pada wajah pasien tampak lebam P : pertahankan kondisi pasien
Gangguan citra tubuh berhubungan S : pasien merasa percaya diri
dengan oedema pada wajah yang O : tidak ada oedema lagi
ditandai dengan pasien tampak malu A : masalah teratasi
memperlihatkan wajahnya P : pertahankan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


EGC
2. Brunner & Suddarth.2002. Kepeawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
3. Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Salemba
Medika
4. Guyton, arthur C,. Dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC
5. Situs Internet

Anda mungkin juga menyukai