Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara-negara maju seperti Amerika, Perancis, Kanada, Rusia, dan Jepang saat

ini menggunakan uranium sebagai bahan bakar nuklir pada PLTN (Pembangkit

Listrik Tenaga Nuklir). Selain itu uranium juga dapat digunakan sebagai bahan

baku untuk pembuatan senjata pemusnah masal yaitu bom atom. Dibandingkan

dengan minyak dan batubara, energi fisi dari 1 gram uranium setara dengan energi

13,7 barel minyak atau 2,3 ton batu bara yaitu 1 MWd (Mega Watt days) (Riaz,

2010).

Thorium merupakan bahan baku untuk pembuatan bahan bakar nuklir masa

depan sebagai pengganti uranium. Saat ini thorium sudah digunakan sebagai

bahan bakar reaktor riset diIndia, Rusia, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada

(Lacy, 2001). Negara-negara tersebut sedang mengembangkan thorium agar dapat

digunakan sebagai bahan bakar nuklir untuk pembangkit tenaga listrik sebagai

pengganti uranium.

Di Indonesia, uranium dan thorium umumnya terdapat di dalam mineral

monasit. Berdasarkan genesa pembentukannya monasit terbentuk salah satunya

pada granit. Secara tektonik keterdapatan mineral radioaktif dikontrol oleh granit

jalur timah Asia Tenggara yang membentang dari Myanmar, Thailand, Malaysia,

Singapura, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung.Granit jalur timah Asia

|1
Tenggara terbagidalam tiga jalur yaitu jalur utama (Tipe S), jalur barat (Tipe S

dan I), dan jalur timur (Tipe I) (Cobbing drr., 1986) (Gambar 1).

Gambar 1. Penyebaran granit jalur timah Asia Tenggara (Cobbing drr., 1986).

Sebagian besar granit pada daerah Kepulauan Riau merupakan tipe-I non-

stanniferous (tak membawa timah) yang terbentuk dari diferensiasi batuan beku,

kecuali pada Central Belt yang bertipe-S stanniferous (membawa timah) yang

berasal dari pencairan kembali batuan metasedimen (Barber drr., 2005).Mengacu

pada peta geologi regional bersekala 1:250.000, Pulau Singkep termasuk bagian

Central Belt yang bertipe-S stanniferous (membawa timah) dimana terdapat

beberapa granit yaitu granit Muncung dan granit Tanjung Buku (Sutisna drr.,

|2
1994). Granit Muncungdan granit Tanjung Buku telah lama dikenal sebagai

penghasil timah (Jaenudin drr., 2011), maka diduga kuat akan terdapat monasit

pada granit tersebut sehingga granit-granit tersebut berpotensi sebagai sumber

uranium dan thorium. Oleh karena itu penulis ingin mengangkat jurnal ini sebagai

topik dalam penyusunan seminar, yang penelitiannya dilakukakan pada granit

Muncung sebagai acuan prospek atau tidaknya mineral thorium dan uranium di

Pulau Singkep.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan seminar geologi tipe II ini mengkaji atau menelaah

berbagai karakteristik granit Muncung untuk mengindentifikasi keterdapatan

mineral radioaktif nya. Tujuan dari seminar geologiini adalah untuk mengetahui

penilaian prospek uranium danthorium di Pulau Singkep.

1.3 Permasalahan

Berdasarkan maksud dan tujuan dari penyusunan seminar geologi tipe II ini

masalah yang diangkatdalam penelitian adalah bagaimana kondisi umum geologi

daerah Pulau singkepdan sekitarnya, terkait dengan identifikasi keterdapatan

mineral radioaktifpada granit Muncung.

1.4 Perumusan Masalah

Pulau Singkep merupakan daerah yangterletak pada rangkaian granit jalur timah

Asia Tenggara. Granit jalur timah Asia Tenggara terbagi dalam tiga jalur yaitu

|3
jalur utama (Tipe S), jalur barat (Tipe S dan I) dan jalur timur (Tipe I).Pulau

Singkep termasuk dalam jalur utamabagian Central Belt yang bertipe-S

stanniferous (membawa timah), dimana terdapat beberapa granit yaitu granit

Muncung dan granit Tanjung Buku (Sutisna drr., 1994). Granit Muncung dan

granit Tanjung Buku telah lama di kenal sebagai penghasil timah (Jaenudin drr.,

2011), maka diduga kuat akan terdapat monasit pada granit tersebut sehingga

granit-granit tersebut berpotensi sebagai sumber uranium dan thorium.

Inti masalah yang penulis angkat atau dibahas dalam seminar ini adalah :

1. Bagaimana komposisi mineral penyusun dan karakteristik granit

Muncung ?

2. Mineral radioaktif apa yang terdapat pada granit Muncung ?

3. Berapakah kadar uranium dan thorium yang terdapat pada granit

Muncung, apakah daerah penelitian potensial untuk dikembangkan pada

tahap eksplorasi ?

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya berdasarkan analisis petrografi, konsetrat dulang, dan analisis

geokimia batuan menggunankan metode X-Ray Flourescence (XRF). Hasil

analisis tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui komposisi mineral

penyususn dan keterdapatan mineral radioaktif pada granit Muncung sebagai

tahap awal untuk penilaian prospek uranium dan thorium di Pulau Singkep.

|4
1.6 Lokasi Penelitian

Daerah Lokasi penelitian terletak di bagian timur laut Pulau Singkep, secara

administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lingga, Propinsi Kepulauan

Riau (Gambar 2). Posisi geografinya terletak pada koordinat 1042600-

1043100 Bujur Timur dan 02500-03000 Lintang Selatan.

Gambar 2. Lokasi penelitian (kotak hitam) berada di Pulau Singkep,merupakan


bagian dari Kepulauan Riauterletak di bagian timur Pulau Sumatera.

|5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pulau singkep merupakan daerah yang terletak pada rangkaian granit jalur

timah Asia Tenggara yang membentang dari utara ke selatan yaitu dari Myanmar,

Thailand, Malaysia, Singapura, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung. Granit

jalur timah Asia Tenggara terbagi dalam tiga jalur yaitu jalur utama (Tipe S), jalur

timur (Tipe I), dan jalur barat (Tipe S dan I). Cebakan timah primer dan sekunder

terbentuk pada jalur-jalur tersebut. Sebagaian besar granit daerah kajian bertipe-S

yang berasal dari pencairan kembali batuan metasedimen, sedangkan granit

bertipe-I terbentuk dari diferensiasi batuan beku. Granit bertipe-S kaya akan timah

(Barber drr., 2005). Mineral utama yang terkandung di dalam cebakan timah

adalah kasiterit, dan mineral radioaktif ikutannya yaitu, monasit, zirkon, dan

senotim. Sehingga pada granit Muncung berpotensi terdapatnya mineral radioaktif

sebagai tahap awal untuk penilaian prospek uranium dan thorium di Pulau

Singkep.

Dalam membahas suatu objek daerah penelitian, maka terlebih dahulu

diuraikan mengenai karakteristik geologi secara regional dalam hal ini berupa

tataan tektonik, fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi yang berperan di daerah

penelitian.

2.1. Tataan Tektonik

Pulau Sumatera terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan

merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di

|6
sebelah barat Lempeng Eurasia. Kondisi geologi dan struktur Pulau Sumaetra

dikontrol oleh Sistem Sesar Mendatar Sumatera (Sumatera Fault Zone), yang

dipercaya merupakan akomodasi dari gerakan subduksi lempeng samudra Indo

Australia yang menunjam ke bawah lempeng benua Eurasia dengan arah Timur

Laut. Pergerakan sesar mengkanan Sumatera tersebut dikontrol oleh subduksi,

didukung oleh lempeng Eurasia yang dipercaya merupakan amalgamasi dari

banyak mikro-kontinen, serta bidang batas antar blok mikro-kontinen

menyebabkan terjadinya pergerakan sesar (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Tataan tektonik regional Pulau Sumatera (Darman dan Sidi, 2000).

Hamilton (1979) dalam teori tektonik lempeng membagi elemen elemen

struktur Pulau Sumatera dan sekitarnya menjadi zonazona yang pembentukannya

berkaitan dengan sistem subduksi Sumatera itu sendiri. Terdapat tiga zona

(Gambar 2.2), yaitu :

|7
Gambar 2.2. Penamapang melintang memotong Pulau Sumatera berarah barat-
timur (Darman, 2014)

1. Zona Depan Busur, yang meliputi palung subduksi, kompleks prisma akresi

yang sedang berkembang, serta material lantai samudra yang tersingkap dari

lempeng Indo Australia, punggungan depan busur yang muncul dari

permukaan air laut yang membentuk busur kepulauan depan, dan cekungan

depan busur yang berada diantara punggungan depan busur dan busur

volkanik di daratan utama Sumatera.

2. Pegunungan Barisan dan Sistem Sesar Sumaetra. Pegunungan barisan

terdiridari batuan dasar dengan umur Paleozoikum atas yang terangkat serta

terdapat batuan sedimen, batuan vulkanik, batuan yang telah termetamorfosa,

terdeformasi dan diintrusi oleh batuan granit yang berada pada zaman

Mesozoikum, kemudian ditutupi oleh batuan sedimen dan batuan volkanik

yang berumur Kenazoikum. Sistem sesar Sumatera itu sendiri merupaka sesar

mendatar yang memiliki pergerkan mengkanan (dekstral) yang melintang

Barat Laut-Tenggara sepanjang Pulau Sumatera melewati Pegunungan

|8
Barisan. Cekungan Ombilin termasuk ke dalam zona ini.

3. Zona Belakang Busur, memanjang Timur Laut dari Pegunungan Barisan,

menyebrangi Selat Malaka sampai Pantai Timur Tanjung Malay, yang terdiri

dari cekungan sedimen Tersier terbentuk pada Paleogen akibat dari rifting dan

subsidence serta terisi oleh sedimen Neogen hingga Resen.

2.2 Fisiografi

Pulau Sumatera memiliki orientasi baratlaut yang terbentang pada ekstensi

dari Lempeng Benua Eurasia. Pulau Sumatera memiliki luas area sekitar 435.000

km2, dihitung dari 1650 km dari Banda Aceh pada bagian utara menuju

Tanjungkarang pada bagian selatan. Lebarnya mencapai 100-200 km pada

bagianutara dan sekitar 350 km pada bagian selatan. Trendline utama dari pulau

ini cukup sederhana. Bagian belakangnya dibentuk oleh Pegunungan Barisan yang

berada sepanjang bagian barat. Daerah ini membagi pantai barat dan timur.

Lereng yang menuju Samudera Hindia biasanya curam yang menyebabkan sabuk

bagian barat biasanya berupa pegunungan dengan pengecualian 2 embayment

pada Sumatera Utara yang memiliki lebar 20 km. Sabuk bagian timur pada pulau

ini ditutupi oleh perbukitan besar dari Formasi Tersier dan dataran rendah aluvial.

Pada diamond point di daerah Aceh, sabuk rendah bagian timur memiliki lebar

sekitar 30 km, lebarnya bertambah hingga 150-200 km pada Sumatera Tengah dan

Selatan.

Pulau Sumatera terletak di sebelah barat daya Kontinen Paparan Sunda

dan merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia Australia yang

|9
menyusup di sebelah barat Lempeng Sundaland/Lempeng Eurasia. Konvergensi

lempeng menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral

menganan dari sistem Sesar Sumatera.

Van Bemmelen membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi


(Gambar 2.2), yaitu:

1. Zona Pegunungan Barisan.

2. Zona Semangko.

3. Zona Pegunungan Tiga Puluh.

4. Zona Kepulauan Busur Luar.

5. Zona Paparan Sunda.

6. Zona Dataran Rendah dan Berbukit

Zona Peg. Barisan


Zona Semangko
Zona Peg. Tigapuluh
Zona Kep. Busur Luar
Zona Paparan Sunda
Zona Dataran Rendah Dan Berbukit

Gambar 2.3. Zona Fisiografi Pulau Sumatera (van Bemmelen, 1949).

| 10
Secara fisiografis, Pulau Singkep termasuk ke dalam Zona Paparan Sunda

(Sunda Shelf) (van Bemmelen, 1949). Cakupan Paparan Sunda mulai dari Laut

Natuna di bagian utara dan batas bagian selatan dari paparan ini adalah Bangka-

Belitung. Pada paparan ini terdapat dua depresi cekungan sedimen yang memiliki

ketebalan sedimen lebih dari 800 meter, yaitu Depresi Bangka yang memanjang

dengan arah barat laut tenggara (sejajar dengan pantai Sumatera) dan Depresi

Belitung yang memanjang berarah utara-selatan (sejajar dengan pantai barat

Kalimantan). Secara morfologi, pulau-pulau di daerah penelitian dicirikan oleh

perbukitan yang rendah dengan ketinggian antara 50-150 meter di atas permukaan

air laut, perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara 200-500 meter di atas

permukaan laut, dan daerah pegunungan mencapai 1163 meter di atas permukaan

laut. Perbukitan yang lebih kasar terdapat di sekitar ujung barat daya dari Pulau

Lingga, yang tersusun dari batupasir malih dari Formasi Tanjungdatuk, dan granit

terdapat di bagian timur laut dari Pulau Singkep.

2.3 Stratigrafi

Pulau singkep secara regional masuk dalam peta geologi lembar Dabo,

Sumatera dengan skala 1:250.000, dimana batuan tertua berada di Pulau Singkep

adalah Kuarsit Bukit Duabelas (ungu kehitaman) dengan pola penyebaran

baratlaut-tenggara. Batuan ini berumur Karbon sampai Perem, tersingkap di

bagian utara dan tengah Pulau Singkep, terdiri dari kuarsit dengan sisipan filit dan

batusabak. Secara menjari terdapat Komplek Malihan Persing (ungu muda)

| 11
dengan penyebaran yang cukup luas dan hampir terdapat di seluruh Pulau

Singkep. Batuan ini berumur Karbon sampai Perem, terdiri dari perselingan filit,

batusabak dan sekis grafit dengan urat-urat kuarsa.

Batuan sedimen tidak tersingkap di Pulau Singkep, kecuali di Pulau Lingga

dan sekitarnya tersingkap dengan baik Formasi Tanjung Datuk (ungu tua)

berumur Jura Tengah, Formasi Tengkis (kuning tua) berumur Kapur Awal,

Formasi Pancur (kuning kehijauan) berumur Kapur Akhir, Formasi Semarung

(kuning muda) berumur Paleosen Awal dan endapan rawa/gambut (putih)

berumur Kuarter Awal. Secara tidak selaras Formasi Tengkis menutupi Formasi

Tanjung Datuk.

Batuan terobosan tertua di Pulau Singkep terdapat di bagian timurlaut dan

utara Pulau Singkep berupa Granit Muncung (merah tua), terdiri dari granit dan

diorit berumur Trias. Batuan terobosan lainnya adalah Granit Tanjung Buku

(merah muda) terdapat di bagian selatan Pulau Singkep. Granit Tanjung Buku

juga terdiri dari granit dan diorit berumur Jura Tengah sampai akhir Kapur Awal.

Batuan malihan Persing mengalami perlipatan dan pensesaran selama Trias,

diikuti oleh terobosan batuan granit Muncung berumur Trias; kemudian

diendapkan Formasi Tanjungdatuk berumur Jura Tengah di bagian baratdaya

Pulau Lingga. Selama Jura Tengah - Akhir, juga terjadi terobosan batuan granitan

di bagian baratdaya Pulau Singkep. Batuan malihan dan granitan ini tersebar luas

di Pulau Singkep, Pulau Lingga dan pulau-pulau kecil lainnya di sekitar kedua

pulau tersebut.

| 12
Formasi Tengkis, Pancur dan Semarung secara tidak selaras menutupi

Formasi Tanjungdatuk. Formasi ini diduga berumur Kapur. Berdasarkan bukti-

bukti di lapangan, selama Tersier di Pulau Singkep dan Pulau Lingga diduga blok

kraton telah terjadi. Pengendapan selama Holosen dikuasai oleh endapan sungai,

rawa dan endapan pantai.

KETERANGAN
: Endapan rawa

: Granit Muncung
: Granit Tanjung Buku
: Formasi Semarung
: Formasi Pancur
: Formasi Tenkis
: Formasi Tanjung Datuk

: Komplek Malihan
: Kuarsit Bukit Duabelas

Gambar 2.4. Peta geologi lembar Dabo (Sutisna dkk., 1994).

2.4 Struktur Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Dabo (Sutisna dkk., 1994), geologi daerah

penelitian dan sekitarnya termasuk dalam Zonasi Tektonik Sumatera yang

merupakan bagian dari Kerak Benua Asia Tenggara.Pola-pola unsur dan bentuk

struktur di daerah penelitian dan sekitarnya, khususnya di Pulau Lingga terdapat

| 13
pola lipatan regional berarah baratlaut-tenggara, sedangkan arah sesar geser

menunjukan relatif timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara.

2.5 Unsur Radioaktif

Radioaktivitas mula-mula ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1896. Pada

tahun 1898 Pierre Curie dan Marie Curie telah menemukan bahwa Polonium dan

Radium juga memancarkan radiasi-radiasi yang radioaktif. Unsur radioaktif

adalah unsur yang secara spontan memancarkan radiasi. Unsur-unsur ini biasanya

mempunyai nomor atom diatas 83, missal Uranium (nomor atom 92). Unsur-unsur

radioaktif mempunyai perbandingan jumlah neutron dan proton yang tidak

stabil, maka untuk menstabilkan diri, maka unsur tersebut memancarkan radiasi.

Radiasi-radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh elemen-elemen itu

mengandung partikel-partikel sebagai berikut:

1. Sinar-sinar atau partikel-partikel

2. Sinar-sinar atau partikel-partikel

3. Sinar-sinar atau partikel-partikel

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk

memancarkan radiasi menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-

stabil yang memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif. Besarnya radioaktivitas

suatu unsur radioaktif (radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan (l),

yang menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan waktu paro (t). Kedua besaran

tersebut bersifat khas untuk setiap radionuklida. Berdasarkan sumbernya,

radioaktivitas dibedakan atas radioaktivitas alam dan radioaktivitas buatan.

| 14
Peluruhan ialah perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang lain,

atau berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain. Sebuah inti

radioaktif dapat melakukan sejumlah reaksi peluruhan yang berbeda, seperti

peluruhan Alfa, Beta dan Gamma.

a. Peluruhan Partikel Alfa

Partikel alfa () didefinisikan sebagai partikel bermuatan positif pada inti

helium. Partikel alfa tersusun atas dua proton dan dua neutron, sehingga dapat

dinyatakan sebagai atom Helium-4 (He-4). Oleh karena partikel alfa terpecah dari

inti atom radioaktif, partikel ini tidak memiliki elektron. Dengan demikian,

partikel alfa memiliki muatan +2. Partikel alfa () merupakan partikel inti Helium

yang bermuatan positif (kation dari unsur Helium, He2+). Akan tetapi, elektron

pada dasarnya bebas, mudah untuk lepas dan mudah pula untuk didapat. Jadi,

secara umum, partikel alfa () dapat dituliskan tanpa muatan karena akan dengan

cepat mendapatkan 2 elektron dan menjadi atom Helium netral (bukan sebagai

ion). Sebagai contoh, isotop Radon-222 (Rn-222), dapat mengalami peluruhan

dan memancarkan partikel alfa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Dalam hal ini, isotop Radon-222 mengalami peluruhan inti dengan membebaskan

partikel alfa. Isotop baru yang terbentuk pada proses peluruhan ini adalah isotop

baru dengan nomor massa 222 (yang diperoleh dari 226 4) dan nomor atom 84

(yang diperoleh dari 88 2).

| 15
b. Peluruhan Partikel Beta

Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktif yang memancarkan partikel beta

(electron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah electron peluruhan ini

disebut sebagai peluruhan beta minus (-), sementara pada pemancaran positron

disebut sebagai beta plus (+).

1. Peluruhan beta minus

Sebagai contoh :

228
Ra88 228
Ac89 + 0-1

2. Peluruhan beta plus

Sebagai contoh :

230
Pa91 230
Th90 + 0+1

Penangkapan elektron merupakan jenis peluruhan inti yang jarang terjadi.

Dalam peluruhan ini, elektron dari tingkat energi yang lebih dalam (misalkan

| 16
subkulit 1s) akan ditangkap oleh inti atom. Elektron tersebut akan bergabung

dengan proton pada inti atom membentuk neutron. Akibatnya, nomor atom

berkurang satu dan nomor massanya tetap sama.

1p
1
+ -1e
0
0n1
Sebagai contoh, reaksi yang terjadi saat penangkapan elektron pada Polonium-204

(Po-204) sebagai berikut :

84Po
204
+ -1e
0
83Bi
204
+ sinar-X
Perubahan sebuah proton menjadi sebuah neutron dapat terjadi saat penangkapan

sebuah elektron.Isotop dengan perbandingan n/p rendah dapat mengalami

penangkapan elektron (e-). Hal ini terjadi karena reaksi ini menyebabkan jumlah

proton berkurang satu dan jumlah neutron bertambah satu, sehingga menaikkan

perbandingan n/p. Penangkapan elektron pada subkulit 1s menyebabkan

kekosongan pada subkulit 1s. Elektron yang berasal dari subkulit lain dengan

level energi yang lebih tinggi akan turun untuk mengisi kekosongan ini disertai

pembebasan sejumlah energi dalam bentuk sinar X yang tidak tampak.

c. Pemancaran Radiasi Gamma

Partikel alfa () dan partikel beta () mempunyai karakteristik materi.

Keduanya memiliki massa tertentu dan menempati ruang. Namun, karena tidak

ada perubahan massa yang berhubungan dengan pemancaran sinar gamma (),

kita dapat menyatakan bahwa pemancaran sinar gamma () sebagai pemancaran

radiasi gamma (). Radiasi gamma () sangat menyerupai sinar X, yaitu radiasi

dengan energi tinggi dan memiliki panjang gelombang pendek (short wavelength).

Radiasi sinar gamma umumnya disertai dengan pemancaran partikel alfa dan

| 17
partikel beta.Tetapi, biasanya tidak dinyatakan pada persamaan reaksi inti yang

disetarakan.

Melepaskan sejumlah besar radiasi sinar gamma. Isotop ini sering digunakan

untuk pengobatan kanker dengan metode radiasi. Paramedis akan mengarahkan

sinar gamma ke tumor, sehingga sinar tersebut diharapkan dapat merusaknya.

2.5.1 Keterdapatan unsur radioaktif

Kelompok unsur yang terbentuk dari satu nuklida radioaktif yang berturut-

turut memancarkan partikel alfa atau partikel beta. Pada setiap pancaran radiasi

terbentuk atom dari unsur yang berlainan. Kelompok unsur ini dimulai dari unsur

induk yang meluruh terus menerus membentuk atom baru sehingga akhirnya

membentuk atom yang tidak radioaktif.

Ada tiga kelompok unsur keradioaktifan di alam yaitu thorium, uranium,

dan aktinium. Thorium dan uranium diberi nama sesuai dengan nama anggota

yang mempunyai waktu paro terpanjang yaitu berturut-turut 1,39 1010 dan 4,51

109 tahun. Unsur aktinium dimulai dari unsur uranium (U-235) dengan waktu

paruh 7,1 108 tahun yang kadang-kadang disebut aktinouranium.

Dari beberapa unsur radioaktif, unsur yang banyak terdapat dalam lapisan

batuan diantaranya uranium dan thorium. Uranium dan thorium merupakan unsur

kimia metal yang termasuk dalam golongan aktinida dalam tabel periodik unsur.

Uranium digambarkan dengan lambang U dan memiliki nomor atom 92, massa

atom 238,5 bilangan oksidasi yaitu +2, +3, +4, +5, dan +6 dimana +4 dan +6

| 18
merupakan yang paling umum ditemui di alam, sedangkan thorium digambarkan

dengan lambang Th dengan nomor atom 90 dan nomor masa 232,0381 dan

merupakan elemen pada rangkaian actinida dalam tabel sistem periodik (Gambar

3.2). Dalam keadaan murni thorium adalah suatu logam bewarna putih keabu-

abuan.

Gambar 2.5.Tabel Periodik Unsur


(Sumber :www.wordpress.com)

Dengan nomor atom yang berdekatan maka sifat kimia dari kedua unsur ini

hampir sama yaitu ;

1. mudah membentuk senyawa komplek ionik atau netral.

2. mempunyai panjang gelombang yang berdekatan uranium 651.0 nm dan

thorium 665.0.

| 19
3. U+4 terhidrolisis pada pH rendah, uranium stabil pada bilangan oksidasi

(VI) dengan membentuk UO2+2 sedangkan thorium stabil pada bilangan

oksidasi (IV).

4. uranium nitrat dan thorium nitsrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam

beberapa senyawa organik.

Di Indonesia, uranium dan thorium pada umumnya terdapat pada mineral monasit,

zirkon dan xenotim. Berdasarkan genesa pembentukannya monasit terbentuk pada

batuan beku granitik, metamorf, batuan sedimen dan endapan aluvial hasil

pelapukan dari ketiga batuan tersebut.

2.5.2 Genesis Geologinya

1. Pembentukan Pada Batuan Beku

Uranium dapat di temukan di dalam ratusan mineral termasuk dalam mineral

seperti monasit, zirkon, xenotim dan lainya dapat pula ditemukan pada lingkungan

hidrotermal, sedimen dan lingkungan Gunungapi. Menurut Nash (2010)

Volkanisme merupakan penyumbang utama terhadap pembentukan endapan

uranium baik di dekat dengan pusat letusan dan distal sebagai hasil dari endapan

abu gunungapi tersebut (Gambar 2.6). Pada lingkungan gunung api, mineral

uranium terbentuk dari pembekuan magma pada proses diferensiasi magma dalam

pembentukan mineral. Mineral uranium terbentuk bersama dengan mineral

primer namun dengan kuantitas yang sedikit karena struktur kristal yang tidak

sama dengan struktur kristal mineral silikat pada umumnya sehingga uranium

| 20
biasanya hanya terbentuk sebagai komponen tambahan pada mineral-mineral

silikat.

Gambar 2.6. Model Deposite Uranium di lingkungan


Gunungapi (Burrows, 2010).

Menurut Adams dan Gasparini (1970), karena ukuran atom yang besar,

valensi tinggi dan elektronegativitas, uranium dan thorium tidak dapat membentuk

seri isomorfik seperti membentuk mineral utama (seperti kuarsa atau feldspar)

ketika terjadi proses kristalisasi magma sehingga kebanyakan terbentuk pada

mineral aksesoris. Beberapa mineral aksesori yang sering mengandung uranium

dan thorium adalah apatit, sphene, zirkon, allanite, monasit, piroklor, uraninite,

dan xenotim.

Di dalam magma ion (U4+) yang bermuatan besar ionic radii 89 ppm

terbentuk tidak incompability dengan mineral primer lalu terbentuk dalam late

stage diferensisasi magma dalam mineral aksesoris seperti zircon dan allanite.

Granite dan pegmatite merupakan batuan yang terbentuk dari proses perubahan

| 21
magma, memiliki kandungan uranium dan thorium yang lebih banyak

dibandingkan batuan beku mafik atau basa menurut (Bates et.al 1980).

Uranium terbentuk didalam magma bersama-sama dengan mineral thorium,

namun seiring dengan penurunan suhu dan kedalaman magma yang semakin

berkurang membuat mobilitas dari thorium yang semakin berkurang sedangkan

uranium bertambah ataupun tetap seperti sebelumnya, hal ini membuat mineral

uranium terpisah dengan mineral thorium. Sehingga pada beberapa tempat

mineral uranium terkdang tidak ditemukan bersama dengan mineral thorium atau

jumlah keduanya yang bervariabel.

Pada sistem hidrotermal mineral uranium dan thorium berasal dari larutan

hidrotermal hasil pencucian batuan induk yang memiliki kandungan uranium dan

thorium. Lalu larutan masuk ke dalam batuan atau rekahan pada batuan dan

menggantikan mineral pada batuan seperti bijih logam lainya. Uranium dan

thorium memiliki mobilitas yang tinggi, uranium dan thorium juga dapat

teroksidasi menjadi ion yang mudah larut di dalam air yaitu UO22+. Ion ini mudah

terlarut didalam air dan dapat mempercepat perubahan mineral yang terkandung

di dalam batuan. Hasil rubahan tersebut dapat berupa penggantian mineral yang

telah ada didalam batuan dengan ion uranium dan thorium (leaching) ataupun

penambahan kandungan ion uranium dan thorium (enrichment), hal yang

mempengaruhi ini antara lain komposisi material yang dimiliki batuan yang

mengalami kontak dengan fluida, tingkat keasaman (ph) dan kondisi iklim daerah

tersebut.

| 22
2. Pembentukan Pada Lingkungan Sedimen

Dalam lingkungan sedimen (Gambar 2.7) mineral uranium ini terbentuk dari

hasil pelapukan source rock uranium, lalu larut sebagai radionuclides dan masuk

kedalam pengendapan sedimen ataupun masuk pada batuan. Pada batuan sedimen

uranium yang berupa radionuclides masuk ke dalam lapisan batuan dan berikatan

dengan lapisan kation yang ada di dalam batuan contohnya pada clay.

Gambar 2.7. Model deposit U di lingkungan sedimen (Burrows, 2010)

Mineral uranium yang paling umum ditemui adalah uraninite. Uraninite

terbentuk pada suhu yang sedang hingga tinggi di dalam Bumi. Mineral ini

terbentuk pada saat masih berada pada fase larutan atau liquid pada tubuh magma.

Bentuk lain mneral uraninite adalah pitchblende. Pitchblende merupakan hasil

oksidasi dari mineral uraninite. Keduanya memiliki struktur dan sifat yang sama

hanya para ilmuwan membedakannya akibat adanya proses oksidasi yang terjadi

pada mineral pitchblende. Berdasarkan cara keterdapatan uranium dalam batuan

sedimen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu cebakan uranium yang

| 23
akumulasinya terjadi bersamaan dengan pembentukan batuan (singenetik) dan

cebakan yang akumulasinya terjadi setelah pembentukan batuan induknya

(epigenetic).

3. Pembentukan Pada Batuan Metamorf

Pada umumnya keterdapatan mineralisasi pada batuan metamorf berupa

urat-urat silika. Dimana urat-urat silika ini terbentuk oleh proses tektonik berupa

rekahan-rekahan pada batuan yang kemudian di pengaruhi oleh inrusi granit..

Mineralisasi uranium pada batuan kuarsit dijumpai fraktur terbuka dengan isian

mineral opak radioaktif. Keberadaan fraktur terbuka tersebut berperan sebagai

perangkap mineralisasi uranium dan mineral asosiasinya. Sebaran batuan kuarsit

beranomali radioaktivitas tersebut pada umumnya berasosiasi dengan intrusi

granitik. Distribusi mineralisasi uranium dan thorium terdapat dalam bentuk urat

sebagai isian dalam retakan batuan kuarsit. Distribusi mineral radioaktif dalam

batuan pada umumnya tidak merata (spot-spot), semakin dekat dengan tubuh

intrusi biasanya kandungan radioaktivitasnya semakin besar.

Di Music Valley, Amerika, deposit ini dihasilkan oleh batuan gneiss yang kaya

akan mineral biotit. Gneiss yang kaya akan biotit ini banyak mengandung mineral

tanah jarang yaitu xenotim. Di Australia, deposit tipe metamorfik berada di Mary

Kathleen dimana mineralisasi uranium dan thorium berada pada skarn deposit,

mineral tersebut terjadi oleh adanya batuan kalk silikat yang terbentuk karena

adanya fluida magmatik yang bersifat felsik, yang dihasilkan dari intrusi batuan

granitik ke dalam batuan yang bersifat kalkareous. REE yang berada dalam skarn

| 24
juga bisa berasal dari fluida intrusi karbonatit (Long dkk, 2010 dalam Hoatson

dkk, 2011). Di Indonesia sendiri deposit uranium dan thorium pada batuan

metamorf ditemukan di Pegunungan Schwaner Kalimantan. Deposit uranium

berupa urat-urat kuarsa-felspatik pada batuan metamorf Pinoh yang di akibatkan

oleh intrusi granit Sukadana.

2.5.3 Ekstrak Mineral Radioaktif

Kadar uranium dan thorium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu

berkisar antara 0,1 0,3 % atau 1-3 kg tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan

menekan biaya transportasi, maka uranium dan thorium dalam bijih ini perlu

diolah terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk pemekatan

dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam bijih

sehingga dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan

berikutnya. Pengolahan bijih uranium dan thorium dapat dilakukan dengan cara

penggerusan, pelindihan maupun ekstraksi kimia dan pengendapan. Hasil akhir

dari proses pengolahan uranium dan thorium ini adalah diperolehnya endapan

kering berwarna kuning yang disebut pekatan (konsentrat) yang berkadar sekitar

70 %, karena berwarna kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari

1000 ton bijih rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton yellow cake.

Pengolahan uranium dan thorium terdiri dari : pemanggangan, penghancuran,

pemekatan fisis, pelindian asam/basa, dekantasi, pertukaran ion, presipitasi,

filtrasi.

| 25
Pemanggangan

Proses pemanggangan bertujuan untuk membuat senyawa Uranium dan

thorium lebih mudah dilindi, sehinnga thorium dapat diambil sebagai hasil

samping, karena proses pemanggangan ada pengaruh terhadap pemungutan

uranium dan thorium. Pada suhu 350oC U terambil dulu, tapi diatas 350 -500 oC

% U terambil turun, diatas 500oC 800oC dengan asam oksalat thorium mulai

banyak terambil. Selain itu pemanggangan dapat merusak ikatan organik,

sehingga memudahkan pelindian dan memudahkan pengenapan/dekantasi.

Penghancuran

Proses ini bertujuan untuk mereduksi ukuran bijih agar lebih mudah terlindi

(+10 Mesh )

Pemekatan fisis

Bertujuan untuk mengurangi bahan pelindi, mengurangi bahan-bahan yang

tidak membawa U tinggi. Pemekatan fisis bergantung pada tipe bijih,sehingga

dapat dilakukan dengan cara yaitu :

a) Flotasi buih

b) Pengenapan grafitasi

c) Pemilahan dengan meja-alur-getar

d) Pemilahan radioaktif

e) Pemungutan bahan bijih lain yang bernilai ekonomis

Bijih yang telah melalui pemekatan fisis, sudah memiliki grade rata-rata lebih

tinggi.

Pelindian

| 26
Pelindian yang dikenakan dapat berup, pelindian basa / alkali, dengan

Na2CO3, dan pelindian asam, umumnya dengan H2SO4 encer.

Sebagaian besar bijih dapat dikenai lindi asam, tapi bijih dengan konstituen basa,

lebih ekonomis dikenai lindi basa, karena kalau lindi asam, perlu banyak.

Mengingat semua bijih U dan Th dilindi dengan asam sulfat atau dengan

karbonat, maka hasil lindiannya banyak mengandung asam bebas, Fe, Al;

F;Mn;Ca;Ti;Si dan U dalam konsentrasi kecil, oleh karena itu diperlukan cara

seekonomis mungkin. Jadi cara pengendapan langsung umumnya tidak ekonomis

dan layak secara teknis.Cara pertukaran ion ternyata sangat layak. Cara ini bekerja

atas dasar kemampuan resin-penukar anion dalam menyerap anion U dan Th

secara selektif dari lautan asam / basa. Setelah U dan Th terserap cukup banyak,

maka dilakukan pengusiran U dan Th dari resin menggunakan garam tetentu,

supaya bisa dihasilkan U dan Th lebih pekat dan relatif lebih murni. Kemudian

hasil pemekatan ini bisa diendapkan dengan alkali menghasilkan yellow cake

dengan kadar U dan Th yang cukup tinggi.

Selain dengan cara pertukaran ion, pemurnian juga dapat dilakukan dengan proses

ekstraksi pelarut. Cara ini berdasar pada sifat pelarut organik tertentu yang tidak

bercampur dengan air ( eter; ester, amina dll) yang mencapai kesetimbangan dan

punya kemampuan membentuk komplek dengan garam U dan Th Kemudian

kedua fase dibiarkan memisah, maka senyawa logam akan terdistribusi dalam

fase-fase tersebut. Dalam proses ekstraksi larutan mengandung U, Th, dan

pengotor, akan diekstraksi dengan menggunakan alat mixer settler.

| 27
Gambar 2.8. Alat mixer settler

Pengendapan, filtrasi dan pengeringan

Untuk memperoleh U dan Th-Konsentrat, karena umumnya hasil ekstraksi

maupun penukar ion berupa larutan encer. Biasanya U dan Th mengendap

bersama-sama dengan impuritas atau pengotor, tanpa dimurnikan lagi. Tapi sering

juga dilakukan pengendapan selektif dengan cara pengaturan pH. Jadi tujuan

utama proses pengendapan adalah untuk menghasilkan konsentrat padat dari

uranium dan thorium yang terkenal dengan sebutan yellow cake.

| 28

Anda mungkin juga menyukai