Tabel 1.2. Ciri-ciri seri magma yang berasosiasi dengan tatan tektonik khusus (Wilson 1989).
Tepi Lempeng Dalam Lempeng
Bagian Bagain
Tataan
Konvergen Divergen tengah tengah
Tektonik
(Destruktif) (Konstruktif) lempeng lempeng
Samudera benua
Roman Bususr Pegunungan Kepulauan Jalur
Muka kepulauan, tengah samudera regangan
Gunung tepi benua samudera,pusat benua,
Api aktif pemekaran provinsi
banjir-basal
belakang busur
benua
Ciri-ciri Tholeit Tholeit Tholeit Tholeit
Seri Kapur Alkali - - -
Magma Alkali - Alkali Alkali
Kisaran Basal dan Basal dan Basal dan
Basal
SiO2 lebih Asam lebih Asam lebih asam
Tabel 1.3. Kecepatan global magmatisme pada Masa Kenozoikum (McBirney, 1984).
Kecepatan (km3/tahun)
Lokasi
Batuan gunung api Batuan Plutonik
Tepi Lempeng
3 18
Konstruktif
Tepi Lempeng
0,4 – 0,6 2,5 – 8,0
Destruktif
Bagian tengah
0,03 – 0,1 0,1 – 1,5
lempeng benua
Bagian tengah
0,3 – 0,4 1,5 – 2,0
lempeng samudera
Total Global 3,7 – 4,1 22,1 – 29,5
Pada dasarnya distrubusi magma tampak berhubungan denga tegasan tektonik didalam
kerak maupun dimantel bagian atas seperti yang digambarkan oleh Ringwood (1969; Gambar
1.1). lingkungan tegasan ekstensif seperti punggungan samudera, cekungan tepi lautan dan
regangan benua dicirikan oleh seri magma tholeit, atau dalam hal ini diregangan benua dicirikan
oleh vulkanisme bimodal yang meliputi seri magma tholeit dan seri magma alkali. Jalur
subduksi/penekukan diasosiasikan dengan dominasi tegasan kompresif yang menghasilkan seri
magma kapur alkali. Daerah dengan tegasan minor (kompresif atau ekstensif) seperti cekungan
samudera adalah daerah kraton/atau inti benua dicirikan oleh seri magma tholeit atau seri magma
alkali.
Telah dijelaskan dimuka bahwa sebagian besar pembentukan magma berlangsung pada
batas lempeng litosfer seperti yang sering dijumpai di punggungan tengah samudera, busur
kepulauan dengan bagian tepi benua aktif yang merupakan batas-batas persentuhan lempeng.
Namun demikan pembentukan magma juga berlangsung secara terpisah-pisah menempati bagian
tengah lempeng yaitu pusat-pusat magmatisme yang bersumber dari hot spot. Seperti yang
ditunjukkan gambar 1.1. diatas, bahwa lokasi hotspot terletak didekat punggungan samudera,
bagian tengah lempeng samudera dan berada pada lempeng-lempeng benua. Berdasarkan hal itu
maka diperkirakan magma yang membentuk kerak samudera dipunggungan tengah samudera
berasal dari peluburan bagian paling atas astenosfer, sedangkan yang membangun pulau-pulau
samudera (Hawaii) berasal dari peluburan bahan dibagian dalam mantel bumi.
Definisi Magma
Secara sederhana magma didefinisikan sebagai material induk pembentuk batuan beku
atau disebut sebagai zat batuan yang mencair. Magma dicirikan oleh komposisi didominasi silika
(SiO2), bersuhu tinggi dan mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dibawah ini diberikan
beberapa definisi magma dari penelitian terdahulu sebagai berikut:
Magma adalah batuan kental pijar yang berada didalam bumi yang sudah dilontarkan
kepermukaan bumi (MacDonald, 1972).
Magma adalah meterial silikat cair, termasuk didalamnya kristal dan gas yang terletak dibawah
permukaan bumi (Flint, 1977).
Magma adalah suatu substansi alamiah yang secara keseluruhan atau sebagian berupa bahan
kental pijar yang pada proses pendingan membeku membentuk batuan beku tersusun oleh kristal
atau gelas (Williams dan McBirney, 1979).
Magma adalah larutan atau cairan yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak
(mobile), bersuhu tinggi antar 900o C – 1100o C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi
bagian bawah hingga mantel bagian atas (Alzwar dkk., 1988).
Magma adalah batuan pijar yang terdiri dari tiga atau lebih komponen lelehan cairan silikat,
kristal padat dan gelembung gas. Magma yang membeku didalam bumi akan menghasilkan
batuan intrusi atau batuan plutonik, sedangkan lava adalah magma yang membeku dipermukaan
bumi (Grove, 2000).
Magma adalah campuran padat (kristal dan fragmen batuan) multifase bersuhu tinggi, larutan
silikat atau karbonatit dan gas kaya H-O-C-S-Cl atau larutan yang terbentuk sebagai akibat
peleburan sebagian atau keseluruhan sumber material induk (Spera, 2000).
Definisi magma tersebut menggambarkan adanya sifat fisik magma dan sifat kimia
magma. Sifat fisik magma berhubungan dengan magma sebagai bahan cair kental pijar,
mengandung gas, dan bersuhu tinggi, oleh sebab itu magma mudah bergerak dan arah
pergerakannya mempunyai kecendrungan menuju arah permukaan bumi membentuk gunung api.
Bila mana magma membentuk jauh didalam permukaan bumi (deep seated intrusion)
membentuk batuan beku dalam atau batuan plutonik, sedangkan magma yang membentuk
didekat permukaan (sub volcanic intrusion; shallow magma intrusions and hypabyssal intrusions)
atau didalam tubuh gunung api sampai membeku dipermukaan bumi mebentuk batuan intrusi
dangkal atau batuan gunung api.
Sifat mudah bergeraknya magma atau mudah mengalirnya magma berkaitan dengan
viskositas/kekentalan magma artinya magma yang mempunyai viskositas tinggi tidak mudah
mengalir dan relatif cepat membeku, sedangkan magma yanga mempunyai vikositas rendah akan
mudah mengalir dan relatif lambat membeku. Viskositas lava tergantung pada komposisi
(terutama SiO2 dan kandungan gas yang terlarut didalamnya) dan tergantung pada temperatur.
Magma berkomposisi basal (kurang dari 50% SiO2) adalah cepat mengalir/mudah mengalir,
sedangkan magma yang mempunya komposisi riolit (mengandung > 70% SiO2) adalah sangat
pekat (viskositas tinggi) sehingga mengalir sangat lambat dan pergerakannya sukar dideteksi.
Sifat kekentalan yang tinggi tersebut membuat gelembung gas sulit untuk keluar. Hal yang
terakhir ini berkaitan dengan letusan kuat yang menghasilkan abu gunug api.
Sifat magma yang mempunyai suhu tinggi hingga mencapai 1400oC (Macdonald, 1972)
berhubungan dengan komposisi magma yaitu mulai dari magma berkomposisi basal sampai
magma berkomposisi riolit. Magma berkomposisi basal mempunyai suhu paling tinggi (1000 oC -
1400oC) dibanding magma berkomposisi lebih asam (misal magma riolit = 850oC).
Sifat kimia magma menunjuk pada pengertian komponen yang dikandung magma yaitu
terdiri dari bahan cair, padat dan gas. Komponen tersebut sering dikenal sebagai bahan volatil
dan non volatil. Mason (1958) menyebutkan bahwa bahan volatil berupa unsur atau senyawa
kimia yang mempunyai titik lebur rendah sehingga mudah larut dalam larutan magma atau
hilang pada pembekuan, sedangkan bahan non volatil berupa unsur atau oksida logam dan
metaloid yang dikelompokkan kedalam unsur utama (major elements), unsur jejak (trace
elements) dan unsur tanah jarang (rare earth elements). Didalam unsur utama membentuk
senyawa oksida (major oxides) yang jumlahnya sangat berlimpah (± 99%) berupa SiO2, TiO2,
Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O3, K2O dan P2O5 dengan satuan persen berat
(weight percent). Lebih kurang satu persen membentuk unsur jejak atau unsur tanah jarang atau
unsur lain. Unsur jejak terdiri dari Ni, Sr, Ba dan V dengan satuan hitung ppm (part per million),
sedangkan unsur tanah jarang terdiri dari Mo, Ir, Eu dan Sm dengan satuan hitung ppb (part per
billion).
Magma primer adalah magma yang terbentuk pertama kali didalam bumi atau pada jalur
Moho. Magma primer juga sering disebut sebagi magma primitif karena magma tersebut
berkomposisi ultra basa dengan unsur-unsur penyusun utama berupa Fe, Mg, Ni dan Cr,
termasuk didalamnya unsur Si dan O. Kedua magma tersubut sering juga disebut sebagai magma
induk karena magma ini merupakan induk dari magma-magma turunan yang dihasilkannya
sebagai akibat proses diferensiasi magma. Dipihak lain Basaltic Volcanism Study Project (1981)
menerangkan bahwa magma primer adalah suatu cairan magma yang berkomposisi basal yang
belum berubah komposisinya semenjak terbentuk didaerah sumber sebagai akibat peleburan.
Magma induk adalah induk dari mana magma-magma basal yang lebih terubah serta magma
turunan lainnya dapat dihasilkan. Magma primitif adalah magma primer atau magma induk yang
mempunyai perbandingan tinggi Mg / (Mg + Fe) dan Ca / (Ca + Na), serta unsur-unsur
kompatibel (Ni, Cr, Co) yang melimpah. Perbandingan nilai Mg ini sering disebut nomor
magnesium (Mg number, simbol Mg#) dan berguna untuk mengetahui tingkat ke-primitif-an
suatu magma atau batuan beku. Semakin tinggi nilai magnesium yang dipunyai batuan beku
maka semakin tinggi pula tingkat ke-primitif-an magma pembentuknya. Artinya komposisi
mineral yang terkandung pada batuan beku tersebut mendekati komposisi mantel bumi yang
berupa peridotit.
Komposisi Magma
Secara umum bauan beku disusun oleh enam kelompok mineral seperti olivin, piroksen,
amfibol, mika, feldspar dan kuarsa. Kita ketahui bahwa batuan beku merupakan hasil pembekuan
langsung magma baik didalam bumi maupun diatas permukaan bumi, jadi komposisi magma
dapat diketahui dari studi batuan beku. Contoh terbaik magma dipermukaan bumi adalah lava.
Unsur-unsur yang terkandung didalm mineral-mineral penyusun batuan beku adalah Si (silikon),
Al (Aluminium), Ca (Kalsium), Na (Sodium), K (Potasium), Fe (Besi), Mg (Magnesium), H
(Hidrogen), O (Oksigen), unsur-unsur ini selalu diekspresikan dalam ion oksida sebagai SiO2,
Al2O3, dst., oleh sebab itu unsur-unsur ini merupakan unsur-unsur terpenting didalam magma
sehingga unsur ini sering dipakai para ahli sebagai komponen pembanding untuk klasifikasi
batuan magma.
Secara mendasar komposisi kimia dan mineralogi daerah sumber mengendalikan
kelebihan kimiawi btuan magma (gambar 1.2). komposisi unsur-unsur utama dan jejak
ditentukan oleh jenis proses peleburan dan derajat peleburan sebagaian, walaupun komposisi
peleburan dapat dimodifikasi dalam jumlah besar selama menuju permukaan bumi (Rollinson,
1993). Daerah sumber merupakan ciri khas terbaik dengan komposisi isotop radiogeniknya
karena perbandingan isotop tidak berubah selama proses peleburan sebagian dan proses-proses
dapur magma. Komposisi sumber sendiri adalah fungsi dari proses-proses pencampuran yang
ada didalam daerah sumber.
Gambar 1.2. Diagram alir yang memperlihatkan proses-proses penting yang mengedalikan
komposisi batuan beku (Rollinson, 1993)
Dari gambar diatas dapat diketahhui bahwa batuan magma disaring terlebinh dulu
melelui dapur magma sebelum perpindahannya ke permukaan bumi atau dekat permukaan bumi.
Proses-proses dalam dapur magma sering merubah komposisi kimia magma primer produk
peleburan sebagian sumber melalui fraksinasi kristal, pencampuran magma, kontaminasi, atau
pencampuran dinamis beberapa proses-proses tersebut. Selanjutnya kemungkinan batuan beku
secara kimiawi berubah kerena pelepasan gas atau karena interaksinya dengan cairan yang dapat
mempengaruhi kimia isotop stabil.
Flint (1977) menjelaskan bahwa komposisi magma hasil analisis kimia memnjukkan
kisaran 45% berat dan sampai 75% berat SiO2. Hanya sedikit lava yang komposisi SiO2
mencapai serendah 30% berat dan setinggi 80% berat, tetapi variasu ini terbentuk apabila magma
terasimilasi oleh fragmen batuan sedimen dan batuan malihan atau ketika diferensiasi magma
sehingga menyebabkan komposisi magma berubah.
Berdasarkan analisis kimia tersebut didapt tiga jenis magma (gambar 1.3) yaitu:
Magma mengandung sekitar 50% SiO2 membentuk batuan beku basal, diabas dan gabro.
Magma mengandung sekitar 60% SiO2 membentuk batuan beku andesit dan diorit.
Magma mengandung sekitar 70% SiO2 membentuk batuan beku riolit dan granit.
Selain komposisi senyawa SiO2, pada gambar juga memperlihatkan bahwa batuan beku
basal/gabro didominasi oleh mineral yang berkomposisi Al2O3, FeO, MgO, dan CaO, sedangkan
batuan riolit/granit didominasi oleh mineral yang mempunyai komposisi Al2O3, Na2O3, dan
K2O.
Gambar 1.3. Memperlihatkan kisaran komposisi (persen berat) jenis batuan beku dan
dibedakan menjadi tiga kelompok utama jenis magma yang ada dibumi (Flint, 1977).
Seluruh batuan beku yang terdapat didalam kerak bumi (kombinasi samudera dan benua)
diperkirakan 80 % terbentuk dari magma basal, 10 % dari magma andesit dan 10 % dari magma
riolit. Sementara itu Chernicoff dan Venkatakrishnan (1995) menyebutkan bahwa bumi mula-
mula terdiri dari mineral-mineral dasar silikon-oksiden. Silikat tersebut merupakan penyusun
utama batuan beku yang terbagi kedalam empat kelompok komposisi utama yang didasarkan
pada perbandingan komposisi kandungan silika-nya dan unsur lain. Batuan beku dan magma
dikelompokka sebagai ultra mafi, mafik, menengah, dan felsik (tabel 1.4).
Dipihak lain Peccerillo dan Taylor (1976) membagi magme berdasarkan kandungan SiO2
(tabel 1.5). dan kombinasi antara SiO2 dan K2O (gambar 1.4). komposisi kombinasi
menunjukkan adannya afinitas magma K-rendah (low-K series) atau sering disebut Tholeiite, K-
menengah rendah (calc-alckaline series), K-menengah tinggi (high-K calc alkaline series), dan
K-tinggi (shoshonite series). Pada gambar 1.4. dapat dijelaskan bahwa terdapat beragam
komposisi batuan beku seperti; andesit tholeiit, andesit kapur alkali dan andesit shosonit,
begitupun juga untuk komposisi batuan beku yang lain. Sebagai contoh andesit tholeiit berarti
batuan beku volkanik yang disusun oleh silika sebesar 57 -63 % berat dan berasal dari magma
dengan kandungan potasium rendah (K < 0,2 % berat).
Tabel 1.4. Komposisi batuan beku (Chernicoff dan Venkatakkrishnan, 1995)
Suhu Pada
Kandunga Unsur Viskositas Pembekuan
Jenis Produk Batuan
n Silika Utama Magma Kristal
Komposisi Beku
(%) Lain Relatif Pertama
(oC)
Granit
Felsik > 70 Al, K, Na Tinggi 600 – 800 (plutonik), Riolit
(volkanik)
Diorit
Al, Ca,
(plutonik),
Menengah 60 Na, Fe, Menengah 800 – 1000
Andesit
Mg
(volkanik)
Gabro
Al, Ca, 1000 –
Mafik 40-50 Rendah (plutonik), Basal
Fe, Mg 1200
(volkanik)
Peridotit
Ultra Mg, Fe, Sangat (plutonik),
< 40 > 1200
Mafik Al, Ca Rendah Komatit
(volkanik)
Tabel 1.5. Jenis magma dan komposisi magma (Peccerillo dan Taylor, 1976).
Jenis Magma SiO2 (%) Komposisi Magma
> 69 Riolit
Asam > 63
63 – 69 Dasit
57 – 63 Andesit
Menengah 53 – 63
53 – 57 Andesit Basal
Basa < 53 < 53 Basal dan Pikrit
Gambar 1.6. Panas menyebabkan atom-atom padat bergetar sampai beberapa ikatan kimia
menjadi lemah dan hancur yang kemudian terjadi peleburan.
Perbandingan mekanisme antara tahap peleburan batuan dan tahap kristalisasi batuan
ditunjukkan oleh gambar 1.7. dalam contoh tersebut kristalisasi awal terjadi pada temperatur
sekitar 1225o C terbentuk mineral olivin, sedangkan peleburan awal terjadi pada temperatur
1100o C meleburkan mineral piroksin, yang kemudian diikuti oleh plagioklas dan olivin.
Perkembangan magma primer dari menuju permukaan bumi dari pemisahan kedalaman
yang beragam atau berkisar lebih besar dari pada 100 km sekurang-kurangnya 50 km dalam
tataan tektonik yang berbeda, magma akan mulai mebeku dan akhirnya mengkristal. Pembekuan
magma ini terjadi pada suhu yang spesifik (gambar 1.8) yaitu dikenal sebagai suhu dimana
terjadi awal kristalisasi (liquidis) dan suhu di akhir kristalisasi (solidus). Liquidus dan solidus
tergantung pada tekanan dan keduannya subparalel dalam ruang P – T. Wilson (1989)
menyebutkan bahwa secara umum diperkirakan thap awal menyerupai garis kenaikan adiabatik
dan oleh sebab itu diberikan lereng P – T pada liquidus, magma basal mungkin tidak mengkristal
hingga merekan mencapai kedalaman kerak bumi. Bagaimananpun juga, magma primer pikrit
mengkristal sejumlah olivin dalam perjalanannya ke permukaan bumi.
Gambar 1.7. Memperlihatkan perbandingan antara tahap peleburan batuan dan kristalisasi batuan
pada setiap perubahan temperatur. Sebagai contoh mineral olivin, piroksen dan plagioklas.
Gambar 1.8. Skema yang memperlihatkan magma basal naik menuju permukaan bumi yang
berhubungan dengan selang kristalisasi. Magma primer jalur A membentuk dapur magma
porfiritik dan magma primer jalur B membentuk batuan hipabasal atau plutonik (Wilson, 1989).
Pertannya mendasar bagaimana magma dengan komposisi berbeda dapat terbentuk?.
Beberapa magma mafik akan bergenerasi pada daerah yang dalam dikerak bumi bagian bawah
atau mantel bagian atas karena peleburan bumi dari batuan ultra mafik. Mineral yang mempunyai
titik lebur rendah akan melebur lebih awal dan mineral yang mempunyai titik tinggi tidak
melebur. Bila kedudukannya lebih dalam lagi didalam kerak maka berbagai batuan akan melebur
secara sempurna, menghasilkan magma dan komposisi magma yang sama. Namun, ketika
magma membeku, akan menghasilkan mineral yang spesifik pada suhu yang spesifik pula sesuai
dengan aturan kristalisasi mineral penyusun batuan beku. Aturan kristlaisasi ini dapat dilihat
pada fractional crystallization atau differentiation. Dari magma yang ditunjukkan oleh Norman
Levi Bowen (1928; Kushiro, 1979).
Fraksionasi kristal adalah proses pemisahan kristal dari suatu kristalisasi magma karena
grafitasi, baik yang melayang ataupun yang tenggelam (atau beberapa proses lain). Menurut
Condie (1982) proses inilah yang membuat larutan magma menjadi lebih asam atau
meningkatnya kandungan SiO2 dan kaya alkali. Rollinson (1993) menyebutkan bahwa
fraksionasi kristal merupakan proses utama didalam evolusi batuan beku, dan seringkali
menyebabkan kecenderungan yang tampak pada diagram variasi bataun beku. Secara normal
penggabungan frasionasi mineral ditunjukkan oleh kehadiran fenokris. Jika kecendrungan pada
diagram variasi dikontrol oleh komposisi fenorkis maka hal ini mungkin dapat disimpulkan
bahwa kimia batuan dikendalikan oleh fraksionasi kristal. Sementara itu Huang (1962)
mendefinisikan fraksionasi kristal sebagai proses dimana magma menghasilkan bagian yang
berbeda karena pemisahan kristal dari larutan didalam suatu pendinginan magma, sedangkan
Middlemost (1985) menyatakan bahwa fraksionasi kristal adalah proses diferensiasi magma yang
penting karena proses ini dapat menghasilkan seri larutan sisa yang mempunyai komposisi
berbeda dibandingkan dengan magma induknya. Beberpa penjelasan yang telah disebutkan
sebelumnya ini memberikan gambaran yang kita sebut sebagai magma akibat kristalisasi adalah
perubahan komposisi yang terjadi didalm magma karena pemisahan mineral-mineral yang
terbentuk lebih dulu dari cairan sisa.
Fraksionasi magma merupakan pemisahan magma menjadi dua bagian (fraksi) yang lebih
kecil dalam material asam melalui peleburan sebagian dan atau kristalisasi sebagian. Dua bagian
yang lebih kecil tersebut dapat dijelaskan sebagian massa yang berbeda komposisi, berbeda
dengan material asal, dipisahkan melalui gravity settling atau pergerakan larutan ke arah atas
(gambar 1.9). untuk menghasilkan suatu fraksionasi kristal dibutuhkan suatu mekanisme alami
yaitu mekanisme yang dapat memisahkan kristal dari magma atau memisahkan kristal tersebut
sehingga tidak lagi bereaksi dengan magma. Gambar tersebut memperlihatkan mekanisme
batuan induk yang berkomposisi mafik (A) berupa basal/gabro menjalani fraksionsi
menghasilkan sisa padat yang berkomposisi ultra mafik (B) berupa peridotit, dan larutan
berkomposisi intermediet (C) berupa anadesit/diorit, sementara larutan intermediet masih
mejalani frakasionasi menghasilkan sisa padat berkomposisi mafik (D) berupa basal/gabro, dan
larutan berkomposisi felsik (E) riolit/granit. Tampak pula pada gambar bahwa larutan sisa
mempunyai komposisi lebih asam dibandingkan dengan sisa endapan yang terbentuk terlebih
dahulu dan demikian seterusnya hingga sampai pada titik dimana unsur-unsur berat Mg-Fe
penyusunnya habis dan tinggal unsur-unsur ringan (K, Al, Na) yang membentuk batuan beku
yang berkomposisi lebih asam. Bandingkan dengan persentase komposisi pada gambar 1.4.
Gambar 1.10. Lava berbentuk tali (kiri) , lava yang ujungnya runcing-runcing (kanan) (sumber;
google.com)
Block lava atau lava bongkah merupakan istilah yang diterpakan untuk segala jenis lava
yang mempunyai permukaan yang kasar berbongkah-bongkah. Kedalamnya juga termasuk lava
Aa. Bentuk bongkah yang terjadi karna permukaanya yang cepat membeku sedangkan bagian
dalamnya masih bergerak karena panas yang agak kental. Sifat hal lainnya yang terdapat pada
beberapa jenis lava basaltis adalah kehadiran lubang-lubang dari bekas kandungan gas yang
keluar pada saat lava membeku. Gas yang terlarut didalam magma akan naik kebagian atas dari
magma pada saat mendingin dan kemudian meninggalkan lubang-lubang (vesicles) sebesar
kacang pada bagian permukaan lava. Basalt yang mempunyai lubang-lubang dalam jumlah yang
cukup banyak disebut skoria.
Lava basaltis pada saat membeku juga sering membentuk struktur seperti tiang (gambar
1.11). dengan penampang segi lima (columnar jointing). Apabila keluarnya lava basalt
berlangsung dibawah laut (submarine), lava akan membeku membentuk struktur mebulat lonjong
dengan permukaan yang licin seperti permukaan gelas akibat proses pendinginan yang cepat, dan
cembung tetapi dengan dasar yang mendatar. Lava yang mengalir kemudian diatasnya, akan
mengikuti permukaan membulat yang telah ada dibawaahnya. Disamping bentuknya menyerupai
tumpukkan-tumpukkan bentuk lonjong dengan permukaan yang membulat, juga penampangnya
mempunyai struktur rekahan radial sebagai akibat perenggangan.
Ciri khas lainnya dari lava bantal adalah adanya sedimen yang mengisi ruang diantara
bentuk lonjongnya, yaitu endapan laut yang terperangkap pada saat lava mengalir dan membeku.
Gambar 1.11. Lava bantal (kiri), lava segi lima/columnar jointing (kanan) (sumber;
google.com).
Lava Andesit
Lava ini mempunyai susunan antara basaltis dan riolitis, atau intermediate. Lava andesitis
yang mempunyai sifat fisik kental, tidak mampu mengalir jauh dari pusatnya. Pada saat
membeku, seperti halnya lava basaltis juga dapat membentuk struktur Aa, kekar tiang dan
struktur bantal. Tetapi jarang sekali terbentuk struktur pahoe-hoe.
Lava Riolit
Karena magmajenis ini sifatnya sangat kental, jarang sekali dijumpai sebagai lava, karena
sudah membeku dibawah permukaan karena telah terjadi erupsi.
GEOKIMIA MAGMA
Magma adalah bahan pijar bersifat cair liat, bersuhu tinggi (900-1400o C) yang terbentuk
didalam bumi. Batuan beku terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma berasal
dari peleburan sebagian bahan selubung bumi bagian atas atau pada jalur Moho (Mohorovicic
discontinuity) magma yang pertama kali terbentuk disebut magma primer atau bisa juga disebut
magma primitif karena berkomposisi ultara basa, dengan unsur penyusun utama Fe, Mg, Ni, dan
Cr, selain Si dan O. Magma primer atau magma primitif juga disebut magma induk karena
merupakan induk daripada magma-magma turunan yang dihasilkannya sebagai akibat proses
diferensiasi magma.
Didalam buku Volcanism Study Project (1981) dijelaskan bahwa magma primer adalah
suatu cairan magma yang berkomposisi basal yang belum berubah semenjak terbentuk
disumbernya akibat peleburan (a primary magma is a liquid of basaltic composition since it was
generated in its source region by melting). Magma induk adalah suatu magma darimana magma-
magma basal yang lebih terubah serta magma turunan lainnya dapat dihasilkan (a parental
magma is a magma from which more evolved basalts and other magmatic derivatives can be
resulted). Magma primitif adalah magma primer atau magma induk yang mempunyai
perbandingan tinggi pada Mg / (Mg + Fe) dan Ca / (Ca + Na), serta unsur-unsur kompatibel yang
berlimpah (a primitif magma is primary or parental magmas having greater Mg / (Mg + Fe) and
Ca / (Ca + Na) and compatible elements abundances). Termasuk unsur-unsur kompatibel disini
adalah Ni, Cr dan Co. Tabel 2.1. menyuguhkan komposisi kimia yang dipandang sebagai magma
primer.
Perbandingan Ma / (Mg + Fe) disebut juga nomor magnesium (Mg number, dengan kode
Mg#). Nilai nomor Mg ini sangat berguna untuk mengetahui tingkat kepremitifan suatu magma
atau batuan beku. Semakin tinggi nilai nomor magnesium maka semakin tinggi pula tingkat
keprimitifannya, sehingga mendekati komposisi selubung bumi yang berupa peridotit. Untuk
menghitung nomor-nomor magnesium itu dilakukan langkah-langka sebagai berikut:
Persen berat MgO dari suatu hasil analisa kimia dibagi dengan berat molekul MgO sebesar 40,32
untuk mendapatkan proporsi Mg.
Tabel 2.1. Komposisi kimia magma primer menurut Bronto (1989), Nicholls dan Whitford
(1976), Tatsumi dkk. (1983; basal kaya alumina dan basal olivin), Frey dkk., (1974), serta
Langmuir dkk., (1977). Besi total sebagai FeO*. Mg# = nomor magnesium.
1 2 3 4 5 6
50,0 – 49,4 –
SiO2 49,39 49,71 49,7 49,1
49,0 49,1
TiO2 0,8 – 0,7 1,0 – 0,9 0,85 0,74 0,72 0,62
16,4 – 18,0 –
Al2O3 15,70 14,97 16,4 16,5
15,1 17,2
FeO* 8,3 – 9,2 9,5 – 9,7 9,76 10,57 7,89 8,78
MgO 10,0 -12,5 8,4 – 10,3 12,5 13,03 10,1 10,3
10,9 –
CaO 10,2 – 9,7 9,43 9,0 13,0 12,4
11,7
Na2O 2,4 – 1,9 2,8 – 2,6 2,33 1,56 1,98 1,92
K2O 0,4 – 0,3 0,3 – 0,3 0,34 0,28 0,01 0,07
Ni (ppm) 119 – 193 200 232
Cr (ppm) 418 – 711 479 410
Mg# 69 – 75 64 - 68 71,4 71,37 71,7 69,9
Proporsi Fe didapat dengan membagi persen berat FeO dengan berat molekul FeO (71,85).
Nomor magnesium dihitung berdasarkan rumus 100 % x Mg / Mg + Fe.