Shalat Wudhu
Sebelum kita mengerjakan shalat, sudah pasti terlebih dahulu kita melakukan wudhu. Shalat
wudhu merupakan shalat sunnat yang bisa kita kerjakan setelah melakukan wudhu, sebelum kita
melaksanakan shalat (shalat yang sebenarnya ingin kita lakukan, misalnya; kita ingin shalat
maghrib.
Setelah berwudhu kita bisa mengerjakan sunat wudhu sebanyak 2 rakaat, baru mengerjakan
Shalat Maghrib). Nabi Muhammad SAW bersabda:
Barang siapa yang berwudhu, lalu mengerjakan shalat dua rakaat tidak lalai (dengan khusyu)
dalam keduanya, maka diampuni dosa-dosa yang sudah lewat. (HR. Abu Dawud).
Dikecualikan bagi khortib mesjid yang akan shalat atau berkhutbah pada shalat Jumat, pengurus
mesjid, atau seorang imam yang akan melaksanakan shalat wajib, serta setelah iqamah (menurut
Ibnu Hajar dalam Subulus Salam; 1/30).
Dilakukan sebanyak dua rakaat, pelaksanaannya sebagaimana shalat sunnat lainnya, hanya
berbeda dalam lafaz niatnya saja. Adapun lafaz niat shalat Tahiyatul Masjid adalah;
3. Shalat Dhuha
Merupakan shalat sunat yang dikerjakan pada sekitar jam 7 pagi, waktu dimana matahari terbit
atau naik sekitar 7 hasta sampai terasa panas menjelang Dzuhur. Sebaiknya dikerjakan pada
seperempat kedua hari atau sekitar pukul 9 pagi. Boleh dikerjakan sendiri maupun berjamaah.
Shalat Dhuha dilakukan dalam satuan 2 kali rakaat untuk satu kali salam. Jumlah rakaatnya ada
8, namun adapula yang mengatakan boleh 12 rakaat, atau tidak ada batasan.
4. Shalat Rawatib
Shalat Rawatib merupakan shalat sunnat yang biasa dikerjakan sebelum atau sesudah shalat
wajib. Seluruhnya berjumlah 22 rakaat, dengan rincian sebagai berikut:
Shalat Subuh: 2 rakaat sebelum (qabliyah) dan tidak ada shalat sesudahnya (badiyah).
Shalat Dzuhur: 2 rakaat qabliyah, 2 atau 4 rakaat badiyah.
Shalat Ashar: 2 rakaat qabliyah, tidak ada badiyah.
Shalat Maghrib: tidak ada qabliyah, 2 rakaat badiyah.
Shalat Isya: 2 rakaat qabliyah, 2 rakaat badiyah.
5. Shalat Tahajud
Shalat Tahajud merupakan shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam hari. Dikerjakan
dalam satuan 2 rakaat untuk satu kali salam. Dikerjakan apabila telah terbangun dari tidur dan
sudah mengerjakan shalat Isya.
Dilaksanakan di awal malam yakni antara waktu Isya sampai sekitar pukul 10 malam (sepertiga
pertama malam), atau dikerjakan pada tengah malam, antara pukul 10 sampai pukul 1 dini hari
(sepertiga kedua malam), dan paling utama apabila dikerjakan pada akhir malam, antara pukul 1
dini hari sampai menjelang Shalat Subuh (sepertiga akhir malam).
Dilakukan sama seperti kita mengerjakan shalat biasanya. Jumlah rakaat rakaatnya minimal 2
rakaat untuk 2 kali salam dan tidak ada maksimal bilangan rakaat karena dilakukan sebanyak
yang mampu kita bisa kerjakan.
6. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah dikerjakan dengan tujuan untuk memperoleh petunjuk dari Allah SWT,
terutama dalam keadaan bingung atau ragu-ragu dalam memilih satu keputusan diantara banyak
pilihan. Bisa dikerjakan kapan saja (siang atau malam) dan bisa dilakukan sendiri. Sangat utama
apabila dikerjakan dalam waktu seperti shalat Tahajud karena insya Allah pada jam tersebut kita
bisa lebih khusyu.
7. Shalat Hajat
Jika kita memiliki maksud, tujuan, keperluan, dan sangat berharap bahwa apa yang kita inginkan
dapat dikabulkan oleh Allah SWT maka kita bisa mengerjakan shalat sunnat untuk meminta
hajat kepada Allah, yakni Shalat Hajat. Shalat ini tidak hanya terbatas pada keinginan kita
semata tetapi juga bisa untuk hubungan antar sesama manusia.
Dengan kata lain, cara termudah dan tercepat untuk mengadu kepada Allah SWT adalah melalui
shalat Hajat. Boleh dikerjakan kapan saja, asalkan bukan pada waktu yang dilarang, misalnya
setelah shalat subuh. Paling utama dikerjakan pada malam hari, pada sepertiga malam terakhir.
Shalat Hajad dikerjakan paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat dengan ketentuan
satu kali salam setiap 2 rakaat.
8. Shalat Taubat
Shalat sunnat ini dikerjakan dengan tujuan untuk meminta ampunan kehadirat Allah SWT atas
dosa (atau merasa berbuat dosa) dan kemudian sadar bahwa apa yang telah ia kerjakan itu adalah
salah sehingga harus memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat untuk tidak melakukan
kesalahan itu lagi. Minimal dikerjakan 2 rakaat, dan maksimal dikerjakan 4-6 rakaat dengan
ketentuan satu kali salam setiap 2 rakaat.
9. Shalat Gerhana
Seperti namanya, shalat ini dilakukan saat terjadi gerhana, baik gerhana matahari maupun
gerhana bulan dan diikerjakan sebanyak dua rakaat. Waktu mengerjakan adalah mulai dari
terjadinya gerhana bulan/gerhana matahari, sampai bulan terbit kembali (nampak utuh) atau
sampai matahari terlihat kembali.
Shalat gerhana bulan disebut shalat khusuf, sedangkan shalat gerhana matahari disebut shalat
kusuf. Shalat sunnat gerhana dikerjakan dengan tujuan ibadah, terutama karena kejadian gerhana
adalah jarang terjadi.
Ada dua pendapat mengenai cara mengerjakan shalat sunnat gerhana ini. Pendapat pertama, ada
ulama yang mengatakan bahwa cara pengerjaannya sama seperti shalat sunnat biasanya yakni
satu kali salam setiap lepas 2 rakaat.
Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa pengerjaan berbeda, yakni; dikerjakan dengan 2
rakaat dengan setiap rakaat ada 2 kali ruku dan 2 kali sujud. Pendapat yang kedua inilah yang
lebih banyak dipilih oleh ulama (mayoritas).
Shalat Tasbih dikerjakan 4 rakaat; jika dikerjakan pada siang hari maka cukup dengan satu kali
salam, jika dikerjakan pada malam hari dengan dua kali salam (dua rakaat untuk satu salam).
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun
dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai
berikut:
a. Berjamaah
b. Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
d. Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
e. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua.
Atau surat Ala dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
f. Imam menyaringkan bacaannya.
g. Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jumat
h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul
Adha tentang hukum-hukum Qurban.
i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
j. Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya."
(HR. Muttafaq Alaihi).
8. Salam
Rasullah saw pernah melaksanakan shalat ghaib tatkala Raja Najasy dari Habsyah (Afrika)
meninggal. Hal itu kemudian diteladani kaum muslimin. Shalat ghaib biasanya dilakukan
menjelang shalat Jumat di beberapa masjid.