LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep S truma
1.1 Pengertian
Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar thyroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hyperthyroidisme.
Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar thyroid yang
merupakan benjolan berbatas jelas dengan konsistensi yang berbeda
dengan jaringan thyroid normal tanpa gejala-gejala hyperthyroid (Dorland,
2002).
1.2 natomi Thyroid
!elenjar thyroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah
kanan dan kiri trakea dan diikat bersama oleh secarik jaringan thyroid yang
disebut isthmus thyroid dan yang melintas trakea di sebelah depannya,
isthmus thyroid masing-masing berbentuk lonjong berukuran panjang 2,"-
" cm, lebar 1," cm dan berkisar 10-20 gram. !elenjar thyroid sangat
penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggung ja#ab atas
normalnya kerja setiap sel tubuh. !elenjar ini memproduksi hormon
tiroksin ($%) dan triodotironin ($&) dan menyalurkan hormon tersebut ke
dalam aliran darah. $erdapat % atom yodium disetiap molekul $ % dan &
atom yodium pada setiap molekul $ &. 'ormon tersebut dikendalikan oleh
kadar hormon perangsang thyroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipoisis. odium adalah bahan
dasar pembentukan hormon $ & dan $ % yang diperoleh dari makanan dan
minuman yang mengandung yodium.
1
*ambar 2.1 natomi !elenjar Thyroid
2
hormon yaitu tetraiodothyronin ($%) d an triodothyronin ($&). Proses
pembentukan dan pelepasan $& dan $ % dijelaskan sebagai berikut iodine
dari diet dipompa dan dikonsentrasikan dalam sel-sel koloid kelenjar
gondok kemudian iodine mengalami oksidasi dan diikat oleh thyroglobulin
struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut
struma multinodusa.
3
2. /erdasarakan kemampuan menangkap yodium radioakti dikenal &
bentuk nodul thyroid yaitu nodul dingin, nodul hangat dan nodul
panas.
&. /erdasarkan konsistensinya nodul lunak, kistik, keras dan sangat
Padakeras.
status pemeriksaan isik perlu dinilai
1. 3umlah nodul satu ( soliter) atau lebih dari satu ( multipel).
2. !onsistensi lunak, kistik, keras atau sangat keras.
&. 4yeri pada penekanan ada atau tidak.
%. Pembesaran kelenjar getah bening di seki tar thyroid ada atau tidak
ada.
!eganasan umumnya terjadi pada nodul yang soliter dan
konsistensinya keras sampai sangat keras. a ng multiple biasanya tidak
ganas kecuali apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan
lebih keras dari pada yang lainnya. pabila suatu nodul nyeri pada
penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinan terjadi suatu perdarahan
ke dalam kista suatu adenoma atau thyroiditis, tetapi kalau nyeri dan sukar
digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.
4odul yang tidak nyeri, multiple dan bebas digerakkan mungkin
merupakan struma difusa atau hyperplasia thyroid. pabila nodul multiple
tidak nyeri tetapi tidak mudah ada kemungkinan itu suatu keganasan.
danya limadenopati mencurigakan suatu keganasan dengan anak sebar.
Pada umumnya pasien struma nodusa datang berobat karena
keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. ebagian kecil pasien,
khususnya yang dengan struma nodusa besar, mengeluh adanya gejala
mekanis, yaitu penekanan pada esophagus atau trakea. Diagnosis
ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dangan keadaan
euthyroid.
1.5 Patoisiologi
6mur, temperature, iklim $idak diketahui !elainan system en9im
neksi kekurangan iodium didalam kelenjar thyroid
Hypothyroidisme Deisiensi mekanisme
8ingan peningkatan iodide
4
enjadi molekul tiroksin
rangsangan TSH
olekul diyodotironin
pembesaran kel.thyroid;
$% $&
STRUMA 47D6
Pengaturan umpan balik 'ormon
4egati dr sekresi TSH : Penekanan kelenjar
metabolik tidak
/ekerja langsung pada
kti thyroid
Tirotrophypofisis
Penyempitan trakea
eningkatkan
! gangguan <iksasi pada trakea
pelepasan TSH
citra diri
usah menelan
embesarkan kelenjar
! ketidakseim-
thyroid ! perubahan nutrisi
bangan pola jalan
5
antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. *ejala
hyperthyrodisme adalah penambahan berat badan, sensiti terhadap
udara dingin, demensia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban,
konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, menstrumasi berlebihan,
difusa toksik dan struma nodusa toksik. stilah difusa dan nodusa
lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma
difusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. 3ika tidak
diberikan tindakan mdis sementara, nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan ( struma
multinoduler toksik ). Struma difusa toksik merupakan
hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon
thyroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit grave (gondok
eksoftalmik>exophtalmi$goiter), be ntuk tiroktosikosis yang paling
banyak ditemukan diantara hyperthyroidisme lainnya. Perjalanan
penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diidap
6
selama bebulan-bulan. ntibodi yang berbentuk reseptor TSH
beredar dalam sirkulasi darah, mengaktikan reseptor tersebut dan
menyebabkan kelenjar thyroid hiperakti.
eningkatnya kadar hormon thyroid cenderung
7
tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam
nodul.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik,
berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi
pemeriksaan ini pasien diberi 4al peroral dan setelah 2% jam secara
otograik ditentukan konsentrasi yodium radioakti yang ditangkap
oleh thyroid.
Dari hasil sidik thyroid dapat dibedakan & bentuk, yaitu
1. 4odul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang
dibandingkan sekitarnya. 'asil ini menunjukkan ungsi yang
rendah.
2. 4odul panas bila penangkapan yodium lebi h banyak dari pada
sekitarnya. !eadaan ini memperlihatkan aktiitas yang berlebihan.
&. 4odus hangat bila penan gkapan yodium sama den gan sekitarnya.
ni berarti ungsi nodul sama dengan bagian thyroid yang lain.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas
atau jinak.
1.A.2 Pemeriksaan ultrasonograi (6 *)
Dengan pemeriksaan 6* dapat dibedakan antara yang padat,
cair dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan
dengan pasti apakah suatu nodul ganas atau jinak. !elainan-kelainan
yang dapat didiagnosis dengan 6* ialah
1. !ista kurang lebih bulat, seluruhnya hyperkoid, sonolusen,
dindingnya tipis.
2. Adenoma>nodul padat iso atau hyperkoid, kadang-kadang disertai
halo yaitu suatu lingkaran hypokoid di sekelilingnya.
&. !emungkinan karsinoma nodul padat, biasanya tanpa halo.
%. Thyroiditis hypokoid, difus, meliputi seluruh kelenjar.
8
Pemeriksaan ini dibandingkan pemeriksaan sidik thyroid lebih
menguntungkan karena dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu
persiapan, lebih aman, dapat dilakukan pada orang hamil atau anak-
anak, dan lebih dapat membedakan antara yang jinak dan ganas.
1.A.&/iopsi
/iopsi
iniaspirasi jarum
dilakukan halus pada keadaan yang mencurigakan
khusus
suatu keganasan. /iopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri,hamper tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. !erugian pemeriksaan
dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negatie palsu karena
lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positi palsu karena salah interpretasi
oleh ahli sitologi.
1.A.% $ermograi
$ermograi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran
suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai &ynami$
Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan
yang mencurigakan suatu keganasan. 'asilnya disebut panas
o
apabilaperbedaan panas dengan sekitarnya B0,@ C dan dingin apabila
0, @ oC. pada penelitian les dkk. Didapatkan bah#a pada yang
ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitie dan
spesiik bila dibandingkan dengan pemeriksaan lain.
1.A." Petanda tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin
($g) serum. !adar $g serum normal antara 1,"-&0 ng>ml, pada
kelainan jinak rata-rata &2& ng>ml, dan pada keganasan rata-rata %2%
ng>ml.
!hususnya pada penegakan diagnosis keganasan, menurut *obien,
ketepatan diagnosis gabungan biopsi, 6* dan sidik thyroid adalah
@A?.
1.@ Penatalaksanaan
1.'.1 Strume$tomi
Strume$tomi dilakukan pada struma yang besar dan menyebabkan
keluhan mekanis. Strume$tomi juga diindikasikan terhadap kista
thyroid yang tidak mengecil setelah dilakukan biopsi aspirasi jarum
halus. 4odul panas dengan diameter B 2," mm dilakukan operasi
karena dikha#atirkan mudah timbul hyperthyroidisme.
9
1.@.2 (-tiroksin selama %-" bulan
Preparat ini diberikan apabila terhadap nodul hangat, lalu
dilakukan pemeriksaan sidik thyroid ulang. pabila nodul mengecil
maka terapi diteruskan namun apabila tidak mengecil atau bahkan
10
1. Hipoparathyroidisme, gejala hypokalsemi akut akibat
pengangkatan kelenjar parathyroid (12-=2 jam post op) berupa
carpo pedal syndrom sampai laryngospasme.
2. ,neumothoraks, kemungkinan terjadi akibat eksplorasi leher.
11
&. *aya hidup dan kebiasaan merokok, minum alkohol atau
penggunaan obat-obat rekreasional (heroin, metametamin,
kokain).
%. 8i#ayat penyakit keturunan dan penyakit menular pada keluarga.
12
2) uskultasi dada selain untuk mendengarkan bunyi naas
tambahan, juga untuk mendeteksi bunyi abnormal
jantung.
2. engetahui status isik praan estesi yang dikla siikasikan oleh
13
a. engurangi kecemasan.
b. engurangi nyeri.
c. engurangi kebutuhan obat-obat anestesi.
d. engurangi sekresi saluran naas.
e. enyebabkan amnesia.
. engurangi kejadian mual-muntah pasca operasi.
g. embantu pengosongan lambung, mengurangi produksi asam
lambung atau meningkatkan p' asam lambung.
h. encegah releH-releks yang tidak d iinginkan
7bat-obatan yang sering dipakai antara lain
1) edasi
/en9odia9epin pilihan yang baik perioperati sedasi.
i. Dia9epam, dosis 0,1-0,2 mg>kg//.
ii. ida9olam, dosis 0,0=-0,1 mg>kg//.
2) nalgesik
nalgesik yang sering digunakan adalah analgetik opioid
karena merupkan golongan analgesik yang paling kuat dan bekerja
dengan baik bersama-sama obat sedati. 7pioid pilihan untu
preedikasi antara lain
i. Pethidin, dosis 1-2 mg>kg//.
ii. +entanyl, dosis1-" mg>kg//.
Dan disarankan untuk menghindari penggunaan morphine karena
merupakan termasuk Histamin release.
&) nti !olinergik
Pada operasi -stmolobe$tomy+ anti kolinergik diberikan
bertujuan untuk mengurangi sekresi ludah, sehingga isualisasi
saat intubasi menjadi lebih baik. elain itu, anti kolinergik
diperlukan untuk mencegah aspirasi. 7bat yang digunakan adalah
*likopirolat karena tidak menyebabkan takikardi seperti sulas
14
ntiemetik diberikan dengan tujuan untuk menghambat mual
dan muntah. ntiemetik yang dapat digunakan antara lain
i. 7ndansetron
enghambat reseptor serotonin pada sistem sara serebral dan
15
2.2.2 nestesi umum inhalasi inhalasi sungkup muka, inhalasi pipa
endotrakea (PF$) naas spontan, inhalasi pipa endotrakea
(PF$) naas kendali.
2.2.& nestesi imbang.
16
terjadi. Pupil dilatasi sebagai tanda peningkatan tonus simpatis.
tadium 2 adalah stadium yang berisiko tinggi.
&. tadium & disebut juga stad ium pembedahan ( surgi$al anesthesia),
dibagi atas empat plana, yaitu
Plana
Plana 1
2 mata
relekberputar,
kornea dankemudian teriksasi.
relek laring hilang.
Plana & dilatasi pupil, relek cahaya hilang.
Plana % kelumpuhan otot interkostal, pernaasan menjadi
abdominal dan dangkal.
Pada stadium ini skeletal akan relaks, pernaasan menjadi teratur.
Pembedahan dapat dimulai.
%. tadium % merupakan stad ium oerdosis obat anestetik. nestesi
menjadi terlalu dalam. $erjadi depresi berat semua sistem tubuh,
termasuk batang otak. tadium ini letal.
2.2." 7bat-7bat nestesi 6mum
nestesi umum diberikan dengan obat-obat anestetik inhalasi atau
intraena atau kombinasi keduanya.
1. 7bat-obat anestesi intraena
a. ida9olam
*olongan ben9odia9epine mempunyai a#itan yang sangat cepat dan
eek amnesia retrograde, anti kejang, hypnosis dan sedati. ula
kerja 2 menit (<) sampai 1" menit (>oral), durasi kerja 2," jam.
Dimetabolisme di hepar, hasil metabolisme masih akti dan
17
Dosis nduksi 1-2," mg > kg // <.
Pemeliharaan "0-200 mg > kg // > menit, inus.
edasi 2"-100 mg > kg // > menit, inus.
c. 7pioid
ang termasuk
8eseptor golongan
opioid ini petidin,
mu, kappa, delta, morin,
sigma. entanil, suentanil.
katan opioid-reseptor
menghambat tanggapan pre dan post sinaptik terhadap rangsang
nosiseptik sehingga menimbulkan analgesia.
+armakokinetik #aktu paruh distribusi "-20 menit
1) orin kelarutan dalam lemak ren dah, sukar le# at sa#ar ota k
sehingga omset lambat, durasi panjang.
2) +entanil, suentanil kelarutan dalam lemak tinggi.
etabolisme di hati Petidin metabolit akti, entanil dan
suetanil hasil metabolit tidak akti.
Fkskresi le#at ginjal dan empedu, morin tanpa diubah.
+armakodinamik
a) P sedasi dan analgesia, dosis tinggi menyebabkan
amnesia dan hilang kesadaran, menurunkan aliran darah dan
laju metabolisme otak, menurunkan C obat anestesia
inhalasi.
&) Petidin kontraktilitas miokardium ditekan, laju jantung
meningkat, pelepasan histamin menyebabkan tekanan darah
menurun, tahanan askular sistemik menurun, morin laju
jantung berkurang, dilatasi ena, releks simpatis berkurang,
pelepasan histamin.
+entanil, suentanil K morin
a) istem Pernaasan menekan laju naas akibat penekanan
pusat naas di batang otak.
b) istem *astrointestinal memperlambat pengosongan
lambung, peristaltik menurun , konstraksi otot sfingter oddi
menyebabkan nyeri kolik.
c) 6kuran pupil men gecil ( miosis) akibat stimulasi nukleus
edinger/estphal. ual dan muntah akibat stimulasi
langsung pada J $hemore$eptor trigger 0oneE di otak.
18
d. !etorolac
!etorolac tromethamine adalah suatu analgetik non narkotik. 7bat
ini merupakan obat anti inlamasi nonsteroid yang menunjukkan
aktiitas antipiretika yang lemah dan anti inlamasi. !etorolac
1) iat isik gas anest etika lemah, bentuk gas tidak ber #arna,
tidak berbau dan tidak iritati, tidak mudah terbakar, tidak
19
bereaksi dengan sodalime, koeisien partisi darah atau gas
0,%5, C 10".
2) 6ptake dan eliminasi sangat cepat dibandingkan anestetik
inalasi lain, oleh karena koeisien partisi darah atau gas
rendah (0.%5).
&) Fliminasi melalui ekshalasi.
%) +armakodinamik
a) P anal gesia MC tin ggi (10%) harus dikombinasi
dengan anestetik lainN
b) istem kardioaskular menekan miokardium (ringan),
tekanan darah dan laju jantung tidak berubah,
meningkatkan tekanan askuler paru.
c) istem pernaasan, menekan pernaasan (sangat ringan).
Penggunaan klinis kombinasi 42772 K =0?&0?I
50?%0?I "0?"0?.
b. soluran
1) tatus isik isomer enluran, bentuk cair, bau merangsang,
tidak mudah meledak, tekanan uap 2"0, koeisien partisi darah
> gas 1,%, C 1,2 ol ?.
2) +armakodinamik
a) !ardioaskular menyebabkan depresi jantung minimal,
curah jantung dipelihara meningkatkan laju jantung, aliran
darah perier, menurunkan tahanan askular sistemik,
menurunkan tekanan darah dan merupakan asodilator
arteri koroner atau J$oronary steal syndromeE.
b) Pernaasan menyebabkan iritasi jalan naas,
bron$hodilator.
P aliran darah otak dan tekanan intrakramial tetap,
gambaran FF* tidak berubah.
20
'ati-hati pada pasien penyakit jantung koroner dan
hipoolenik berat.
2.2.5 ntubasi $rakea
ntubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal
1. $ujuan
Pembersihan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan
naas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah
pemberian entilasi dan oksigenisasi.
2. ndikasi
$indakan resusitasi, tindakan anestesi, pemeliharaan jalan
naas dan pemberian entilasi mekanis jangka panjang.
&. Peralatan
a. Garingoskop
da dua jenis laringoskop, yaitu
1) )lade lengkung ( Ma$intosh). /iasa digunakan pada
21
blade tidak diletakkan pada alekula tetapi diteruskan
melampaui batas ba#ah epiglotis. Fpiglotis diangkat
langsung dengan blade untuk menampilkan laring. $eknik
ini biasa digunakan pada bayi dan anak karena
22
8umus di atas merupakan perkiraan dan harus
disediakan pipa 0," mm lebih kecil dan lebih besar. 6ntuk
anak yang lebih kecil dapat diperkirakan dengan melihat
kelingkingnya.
23
d. Pemasangan pipa endotrakeal. Pipa dimasukkan dengan
tangan kanan melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa
tepat mele#ati pita suara. /ila perlu sebelum memasukkan
pipa, asisten diminta untuk menekan laring ke posterior
". !omplikasi
24
!omplikasi tindakan intubasi trakea dapat terjadi saat
dilakukannya tindakan laringoskopi dan intubasi, selama pipa
endotrakeal dimasukkan, dan setelah ekstubasi.
a. !omplikasi tindakan laringoskopi dan intubasi
1) alposisi intubasi esophagus, intubasi endobronkial,
malposisi laryngeal $uff.
2) $rauma jalan naas kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah,
atau mukosa mulut, cedera tenggorok, dislokasi
mandibula, dan diseksi retrofaringeal.
&) *angguan releH hypertensi, takikardia, tekanan
intra$ranial meningkat, tekanan intrao$ular meningkat,
dan spasme laring.
%) alungsi tuba perorasi $uff.
b. !omplikasi pemasukan pipa endotrakeal
1) alposisi ekstu basi yang terjadi sendiri, intubasi ke
endobronkial, malposisi laryngeal $uff.
2) $rauma jala n naas inlamasi dan ulserasi mukosa,
serta ekskoriasi kulit hidung.
&) alungsi tuba obstruksi.
c. !omplikasi setelah ekstubasi
1) $rauma jalan naas edema dan stenosis (glottis,
subglotis, atau trakea), suara serak>parau (granuloma
atau paralisis pita suara), malungsi dan aspirasi laring.
2) *angguan releH spasme laring.
2.2.= $erapi Cairan Perioperasi
$erapi cairan perioperasi meliputi pemberian cairan
rumatan>pemeliharaan (maintenan$e), defi$it cairan karena puasa , dan
defi$it cairan saat operasi. 'al-hal yang perlu diperhitungkan untuk
penggantian cairan ini adalah
1. $erapi cairan rumatan
aat pasien tidak makan terjadi penurunan jumlah cairan dan
elektrolit dalam tubuh sebagai akibat ekskresi urin, sekresi
gastrointestinal, keringat dan invisible lost dari kulit dan saluran
pernaasan. !ebutuhan ini disebut kebutuhan cairan rumatan
(maintenan$e).
!ebutuhan cairan rumatan
$abel 2.1 !ebutuhan cairan rumatan.
/erat 3umlahcairan
10 kgpertama &ml>kg//>jam
25
10kgkedua 2ml>kg//>jam
10 kg selanjutnya 1 ml>kg//>jam
26
'ilangnya cairan ini terutama berkaitan dengan ukuran luka dan
perluasan daerah operasi. 6ntuk penggantian cairan ini, tindakan
operasi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kerusakan jaringan.
$abel 2.& $ranslokasi
$ingkat
7perasi kerusakan jaringan
kecil !ebutuhan
0-2 cairan tambahan
ml>kg//>jam
7perasisedang 2-%ml>kg//>jam
7perasibesar %-Aml>kg//>jam
27
belakang menutupi jalan naas, laringospasme, edema epiglotis,
muntahan atau elot di jalan napas atau serangan asma.
elain itu, terjadi apnea bisa disebabkan karena proses sentral
akibat cedera kepala, obat-obat anestesi yang digunakan aatau
28
tentukan status cairan, cek ital sign, cek perusi jaringan, cek
kandung kemih kemungkinan distensi akibat sumbatan, cek katheter
mungkin tertekuk dan beri cairan yang cukup.
". )o/el (sistem gastrointestinal)
29
ering di sebabkan karena hipoksia, hipotensi, nyeri atau akibat
eek dari ketamin.
&. 4yeri
Pengelolaan nyeri pasca bedah yang baik akan memberi rasa
nyaman pasien. 7leh karenanya untuk pengelolaan nyeri post operasi
sering digunakan analgetik seperti golongan 4 ( Anti -nflamator
%on Steroid) !etorolac 10-&0 mg <.
%. ual untah
ering terjadi pada post anestesi umum yang menggunakan
opioid, bedah abdomen, keadan hipotensi pada regional anestesi.
Penanganannya dengan pemberian metoclopramide 0,1 mg>kg // <
dan 7ndansentron 0,0"L0,1 mg > kg // <.
". enggigil ( shivering)
$erjadi akibat suhu ruangan yang dingin, cairan inus yang
dingin, cairan irigasi yang dingin, bedah abdomen yang luas dan lama.
Diberikan terapi petidin 10-&0 mg i untuk de#asa (0," mg > kg //).
elama berada di re$overy room dilakukan penilaian tingkat pulih
sadar sebagai dasar kriteria pemindahan pasien kembali ke ruangan,
dengan menggunakan skala alderete score.
30
$abel 2.% kala Pulih adar Dari nestesi
!aria"le Item S#or
ktiitas ampu menggerakan ekstremitas sendiri 2
sesuai perintah
ampu meggerakan 2 ekstremitas atau 1
sesuai perintah
$idak mampu menggerakan ekstremitas 0
dengan sendiri ataupun perintah
Pernapasan ampu bernapas dalam dan batuk 2
esak dan pernapasan sedikit terbatas 1
pnea 0
irkulasi $ekanan darah 20 ? tekanan darah 2
preanestesi 1
$ekanan darah R 21 L %@ ? tekanan darah
preanestesi 0
$ekanan darah S "0 ? tekanan darah
preanestesi
!esadaran adar penuh 2
/ila dibangunkan atau dipanggil 1
$idak berespon 0
Tarna kulit erah mudah, saturasi B @2 ? dengan 7 2 2
atau ruangan
saturasi Pucat, icterik atau saturasi B @2 ? dengan 7 2
1
nasal
ianosis, saturasi @2 ? dengan 7 2 nasal
0
Pasien dipindahkan bila total alderete core B A dan tidak ada salah satu
kriteria 0 (nol).
31
$. Konsep Asu%an Kepera&atan Perianestesi
$.1 Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan pada periode preoperatif. Data
diperoleh dengan #a#ancara langsung dengan pasien dari rekam medik
dan dari hasil pemeriksaan penunjang. Pengkajian perlu dilakukan untuk
mengetahui masalah pasien mulai /1 L /5 serta masalah psikososial.
Pengkajian dia#ali dengan konirmasi identitas pasien dilakukan
dengan menanyakan langsung pada pasien dan mencocokkan pada
dokumen rekam medis. elanjutnya dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
tanda-tanda ital meliputi tekanan darah, nadi dan respiration rate.
!emudian dilanjutkan dengan pengkajian per sistem.
&.2 Diagnosa !epera#atan dan nterensi
&.2.1 Pre anestesi.
1. 8isiko cidera berhubungan dengan transfer dan transport
pasien.
$ujuan elama transfer dan transport, pasien tidak mengalami
cedera.
!riteria 'asil
1 Pasien tidak terjatuh ketika dipindahkan dari brankar ruangan
ke brankar kamar operasi. Pasien tida k terjatuh keti ka
dipindahkan dari brankar kamar operasi ke meja operasi.
2 Pasien tid ak ter jatuh ketika dipindahkan dari meja op erasi ke
brankar pulih sadar.
& Pasien tidak terjatuh selama operasi.
% 3alur dan selang yang terhubung dengan pasien aman.
nterensi
1 /erikan kea manan pada pas ien dengan mem asang pagar pada
tempat tidur.
2 tabilkan dengan bai k bran kar maupun mej a operasi #ak tu
memindahkan pasien.
& Pindahkan pasien seca ra bers amaan de ngan minimal & orang
(logroll).
% ntisipasi ger akan, jal ur dan sela ng yan g terhubung den gan
32
" mankan pasien di meja operasi dengan memasang sab uk
pengaman sesuai dengan kebutuhan dan jelaskan perlunya
restrain.
5 Fkstremitas diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat
33
% etting tidal volume , frekuensi rate dan minute volume sesuai
kebutuhan pasien.
" onitor perubahan tidal volume dan frekuensi rate pasien.
5 onitor saturasi dan tanda ital lainnya secara periodik.
= Gakukan pengecekan suara naas, jantung melalui pre$ordial.
nterensi
1 6kur dan catat cairan masuk dan cairan keluar.
2 Gakukan pe nghitungan balan$e cairan tiap jam.
& onitor $D, 4, P secara periodik.
% Palpasi denyut nadi perifer.
" /erikan cairan sesuai kebutuhan pasien.
5 Pasang jalur akses intraena tambahan apabila diperlukan.
= /erikan transfusi darah apabila dibutuhkan.
&.2.& Post anestesi.
1 Pola naas tidak eekti berhubungan dengan aspirasi dampak
sekunder pembedahan serta obat obat anestesi.
$ujuan selama pera#atan, pola naas pasien menjadi eekti.
!riteria hasil
1 +rekuensi naas 12-15 H>mnt.
2 4aas esikuler O>O.
& -nspirasi 2 kspirasi K 1 2.
% kspansi dada simetri.
" Penggunaan otot bantu naas (-).
5 Pernaasan cuping hidung (-).
nterensi
1 /ersihkan sekret pada jalan naas.
2 /erikan posisi yang menunjang patensi jalan naas.
& /erikan 7 2 masker 10 lpm.
%
3 Pantau
Pantau irama, ritme,
perubahan kedalaman
saturasi dan usaha naas.
dan tanda-tanda hypoventilasi.
2 Hypotermia berhubungan dengan paparan lingkungan,
medikasi yang menyebabkan vasodilatasi.
34
$ujuan selama pera#atan di 88, hypotermi pasien teratasi.
!riteria hasil
1 uhu tubuh pasien &5," oC L &=,2oC.
2 4adi dan tekanan darah dalam rentang normal.
nterensi
1 /erikan selimut hangat.
2 /erikan cairan hangat.
& onitor suhu minimal setiap 2 jam.
% onitor $D, 4, 88 periodik.
" !olaborasi pemberian medika mentosa.
DA'(AR PUS(AKA
Carpenito,G.3.,2000, Diagnosa!epera#atanplikasipadaPraktek!linis,alihbahasa
$im P! 64PD Fdisi-5, F*C, 3akarta.
undaru '. 200% /uku jar lmu Penyakit Dalam. 3ilid edisi ketiga.Penerbit
35
*aya /aru. 3akarta.
6niersity 7T., 4C and 47C Project., 1@@1, 4ursing outcome
Classiications, Philadelphia, 6
36