Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin


meningkat dan kompleks serta sulit dipenuhi secara individual dan
keterbatasan sumber daya mewarnai perkembangan kehidupan manusia
dewasa ini. Hal ini mendorong manusia melakukan kerjasama, baik secara
individual maupun secara organisasi. Itu sebabnya dikatakan bahwa dunia
modern adalah dunianya kerjasama sebab tanpa melakukan kerjasama setiap
individu, organisasi bahkan negara dan pemerintahan tidak akan dapat
mempertahankan negara ini. Meskipun aktivitas kerjasama sudah ada sejak
adanya peradapan manusia namun, pada zaman sekarang ini bentuk
kerjasama tersebut semakin menunjukan kompleksivitas dan menyangkut
hampir semua aspek kehidupan dan memerlukan sistem administrasian yang
kompleks pula.
Ada kecenderungan dalam masyarakat luas di Indonesia, bahwa
administrasi dipersepsikan dalam pengertian yang sempit sebagai aktivitas-
aktivitas kantor, urusan surat-menyurat yang sering juga di sebut dengan
tata usaha. Tetapi pada kajian ilmiah menunjukkan bahwa administrasi
memiliki cakupan arti yang luas, yaitu sebagai proses, sebagai fungsi dan
sebagai institusi dari tiap kegiatan kerjasama. Secara definitif juga dengan
tegas dinyatakan bahwa administrasi adalah organisasi dan manajemen dari
setiap kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Demikian pula dalam penyelenggaran suatu negara dan
pemerintahan tentu saja diperlukan suatu sistem administrasi yang sangat
kompleks yang sering disebut dengan Administrasi Negara. Sejalan dengan
perkembangannya istilah Negara digantikan dengan Publik untuk
menekankan bahwa administrasi tersebut bertujuan untuk pelayanan publik.
Untuk itu komunikasi antara pemerintah negara dengan masyarakat harus
terjalin dengan baik agar nantinya bisa membangun negara ini untuk lebih
baik ke depanya.

B MASALAH
Ada beberapa maslah yang akan di jabarkan dalam makalah ini
antara lain sebagai berikut :
1 Bagaimana sejarah perkembangan administrasi publik di Indonesia ?
2 Mengapa administrasi negara berubah menjadi administrasi publik ?
3 Bagaimana pelayanan publik yang ada di Indonesia ini ?

4 Apa usaha yang harus di lakukan agar hubungan administrasi dapat


berjalan dengan lancar ?

C MANFAAT
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa administrasi sangat kita
butuhkan dalam kelancaran hubungan ketatanegaraan. Melihat masalah-
masalah dari administrasi publik itu maka dapa di ambil beberapa manfaat
antara lain sebagai berikut :
1 Mengetahui seperti apa administrasi itu berkembang di negara kita ini.
2 Melihat perbedaan antara administrasi negara dan administrasi publik.

3 Membandingkan bagaimana pelayanan publik yang di rasakan oleh


masyarakat.
4 Supaya kita lebih berfikir kritis dalam memahami administrasi di negara
ini.

D TUJUAN
Selain adanya manfaat yang kita peroleh, ada juga beberapa tujuan
yang menyertai manfaat tersebuat antara lain sebagai berikut :

1 Mengingatkan kita kapan administrasi itu berlangsung dan mengapa


masih tetap berlangsung sampai sekarang.
2 Mengetahui mengapa administrasi negara itu bisa berubah menjadi
administrasi publik.
3 Agar kitamerasakan sendiri bagaiman pelayan publik itu berlangsung.

4 Agar kita semua dapat membantu mencari cara penyelesai dari masalah-
masalah administrasi yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

1 SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI


Sistem politik yang demokratis menghasilkan perubahan
pemerintahan yang sangat sering dan dalam administrasi terjadi
penyalahgunaan wewenang. Ini disadari oleh politisi manapun karena itu,
melawan praktik mereka sendiri. Berbagai pemerintahan dari partai manapun
berusaha melakukan perbaikan sistem adminstrasi dari tahun ke tahun yang
salah satu bernilai rasional. Penyimpangan praktik administrasi ditandai
dengan menurunnya kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, kecermatan dan
semangat kerja yang dengan mudah tertumpangi oleh korupsi disebabkan
oleh beberapa sebab.
Pertama, situasi transisi menciptakan ketidaknyamanan dan
ketidakamanan kerja, sehingga kebanyakan pegawai menyelamatkan diri
sendiri. kedua, pejabat yang duduk di dalam birokrasi kebanyakan adalah
pejabat lama yang sebelumnya merupakan pegawai Hindia Belanda, yang
berorientasi bukan kepada prestasi melainkan askripsi. Dan ketiga, masih
sangat sedikitnya jumlah profesional modern yang dapat ditarik ke dalam
birokrasi. Memang praktik administrasi kolonial Belanda sejak Daendels
(sekitar 1810) telah dapat disebut sebagai administrasi negara modern.Tetapi
tidak banyak orang Indonesia yang bekerja di dalamnya apalagi memegang
jabatan pimpinan dan lebih dari itu mereka cenderung mempertahankan gaya
patrimonial yang askriptif. Sementara itu organisasi pergerakan nasional yang
pertama pada awal abad ke-20 seperti Boedi Oetomo dan Muhammadiyah
serta organisasi pergerakan berikutnya seperti Syarekat Dagang Islam dan
Partai Komunis Indonesia tentunya juga sudah mengenal adminstrasi modern
itu, tetapi ketika negara Indonesia terbentuk tidak dijumpai tenaga terdidik
dalam jumlah yang memadai di bidang ini.
Hal itu disadari sepenuhnya oleh pemerintah sehingga setelah RI
dalam kondisi relatif normal sukses memenankan pengakuan
internasional.Pemerintah mulai berusaha memecahkan penyebab yang ketiga,
yakni kelangkaan tenaga profesional di bidang administrasi negara. Sejak
1951 hingga 1955 diperkenalkanlah ilmu administrasi negara modern jauh
lebih belakangan dibanding pengenalan ilmu hukum dan ekonomi serta
teknik dan kedokteran yang telah dimulai sejak 1900. Ilmu administrasi yang
diintrodusir pada paruh pertama tahun 1950 ini berorientasi ke Amerika
Serikat, yang dipandang lebih praktis dan pragmatis dibanding sistem
administrasi kolonial Belanda yang bersifat legalistik. Pengenalan di bidang
akademik itu berlangsung berbarengan dengan usaha rasionalisasi organisasi
pemerintah Pusat oleh Kabinet Wilopo yang berumur sekitar 15 bulan.
Kabinet berikutnya yang dipimpin Ali Sastroamidjojo (berumur
dua tahun, 1 Agustus 1953 hingga 12 Agustus 1955) mempunyai program
yang antara lain menyusun aparatur pemerintah yang efisien serta pembagian
tenaga yang rasional dengan mengusahakan perbaikan taraf kehidupan
pegawai dan memberantas korupsi dan birokrasi. Terlihat dari visi kedua
kabinet di awal RI yang baru ini, bahwa sistem administrasi hendaklah
disusun secara rasional,sederhana,mudah dan tidak birokratis.Dimana para
pegawainya yang sejahtera dapat bekerja secara efisien dan tidak
memungkinkan terjadinya korupsi. Visi seperti ini terus dibawa pada masa-
masa berikutnya, ditambah dengan peningkatan kemampuan pegawai.
Instabilitas politik dan ketidaknetralan birokrasi merupakan dua isu
penting yang hendak dikoreksi oleh Presiden RI ke-dua, Soeharto, yang
memerintah sejak Juli 1966 dan resmi mulai Maret 1968. Sekalipun
sesungguhnya Indonesia di era Soekarno telah mencoba mempraktikkan dua
sistem ekonomi politik yang saling bertolak-belakang dengan liberal pada
awalnya dan etatis pada akhirnya. pemerintahan Soeharto dalam diskurs
publiknya selalu menonjolkan buruknya liberalisme era Soekarno tentu saja
untuk melegitimasi etatisme dalam modelnya. Pada tahun 1967 dibentuklah
secara berturut-turut tiga buah tim yaitu tim penyusun daftar susunan pegawai
dan peralatan, tim pembantu Ketua Presidium Kabinet Ampera dan tim
Penertiban Aparatur Administrasi Pemerintah (Tim PAAP).
Menyederhanakan prosedur administrasi dengan menggolongkan perusahaan
negara ke dalam tiga bentuk sesuai dengan besarnya kapitalpemerintah di
dalamnya dan mengurangi kontrol negara terhadap perusahaan
negara.Selanjutnya, dibentuk pula Tim Pemberantasan Korupsi.
Terlihat pada visi administrasi baik pemerintahan Soekarno-Hatta
maupun Soeharto di atas bahwa pemerintah Indonesia sejak awal telah
meyakini ide-ide administrasi yang rasional, tidak nepotis, tidak berbelit-belit
dan tidak korup. Namun berbeda dengan visi fase bernegara yang masih
sangat muda pada era Soekarno terbukti tidak mampu menahan nepotisme
yang berakibat pada korupsi. Bahkan usaha rasionalisasi militer yang
dirancang oleh AH Nasution dan Hatta menghasilkan resistensi yang meletus
sebagai pemberontakan di beberapa daerah. Pada era Soeharto selama 32
tahun pemerintahannya penyempurnaan administrasi sesungguhnya menjadi
salah satu program yang dipertahankannya. Tetapi stabilitas politik yang
cenderung monolitik memungkinkan berlangsungnya pemekaran birokrasi
yang hampir tak terkontrol. Akibatnya sama saja dengan era sebelumnya
terjadilah korupsi.
Pada tahun ketiga pemerintahan-transisionalnya Soeharto
mengangkat seorang menteri negara untuk penyempurnaan dan pembersihan
aparatur negara (MENPAN) yang sekaligus menjadi ketua dari Proyek
Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintahan. Proyek ini,
yang dikenal dengan nama Proyek 13.Pada 1969 diganti menjadi Sektor
Aparatur Pemerintah (Sektor P) yang bertugas menyempurnakan aparatur
pemerintah agar mampu melaksanakan rencana pembangunan lima tahun
(Repelita) dengan baik suatu sistem perencanaan negara yang diterapkan
sejak 1969 hingga setidaknya 1999. Melihat program-programnya, visi dari
MENPAN sangat menyeluruh.Mencakup dua program besar yakni organisasi
dan personalia dengan sasaran baik pemerintah Pusat, pemerintah Daerah,
perusahaan negara maupun perwakilan RI di luar negeri.
Kemudian pada lima tahun berikutnya, tepatnya sejak 1977
diberlakukan apa yang operasi tertib untuk menindak mereka yang
melakukan korupsi khususnya pemerasan dan pungutan liar. Sama dengan
sebelumnya, kebijakan Menpan diarahkan pada semua aspek administrasi
baik kelembagaan, kepegawaian,ketatalaksanaan dan pengawasan.Reformasi
administrasi dapat terwujud dalam lima bentuk yaitu munculnya inisiatif,
proses administrasi yang menjadi sederhana, berkurangnya
pengaturan,berkurangnya prosedur yang berlebihan, dan hubungan birokrasi
kepada publik sebagai pelayan dan bukan sebaliknya. Dari sudut pandang lain
istilah reformasi administrasi menunjuk pada peristiwa perubahan struktur
dan prosedur dan akibatnya teknik dan budaya administrasi guna
menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya.
Perubahan administrasi yang dipilih pemerintah-pemerintah di
nusantara merespon perkembangan lingkungan sosial, politik dan
ekonominya. Perubahan administrasi dapat dikatakan dimulai pada awal abad
ke-19, ketika pemerintahan Raffles berusaha memodernisasikan
administrasinya sesuai dengan zaman.Munculnya negara bangsa dan
terjadinya revoluasi industri di Eropa dengan segenap nilainya rasional,
analitik, serba tertulis dan efisien. Ketika kemerdekaan melepaskan
keterkekangan yang lama, mekarlah demokrasi politik yang ironisnya
melahirkan nepotisme lalu direspons dengan rasionalisasi administrasi.
Ketika kemudian pemerintah berhasil menguasai sistem politik, mereka
mengundang masuknya modal asing dan melancarkan program pengurangan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Untuk itu digunakanlah model
administrasi pembangunan. Namun ketika dana pemerintah berkurang,
mereka mengurangi perannya melalui proses deregulasi dan debirokratisasi.
Ini berlanjut terus hingga ketika dirasakan perlunya mempersiapkan diri
menghadapi globalisasi perdagangan dan melesatnya teknologi informasi
dirasakan perlunya mempertegas modernisasi administrasi lagi. Terakhir,
ketika demokrasi terbatas selama pemerintahan pembangunan mulai
dirasakan terlalu pengap, diusulkanlah perubahan administrasi dalam
bentuknya reformasi administrasi.
2 ADMINISTRASI NEGARA MENJADI ADMINISTRASI PUBLIK
Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara masih terus
berulang. Upaya mendefinisikan diri Ilmu Administrasi Negara sebagai ilmu
administrasi pemerintahan ternyata tidak berlangsung lama. Dinamika
lingkungan administrasi negara yang sangat tinggi kemudian menimbulkan
banyak pertanyaan tentang relevansi keberadaan Ilmu Administrasi Negara
sebagai administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut terutama ditujukan pada
lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak memadai lagi.
Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu
sempit untuk menjadi lokus Ilmu Administrasi Negara. Kenyataan yang ada
menunjukkan bahwa lembaga pemerintahan tidak lagi memonopoli peran
yang selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah. Saat ini
semakin mudah ditemui berbagai lembaga non-pemerintah yang menjalankan
misi dan fungsi yang dulu menjadi monopoli pemerintah saja. Di sisi yang
lain, organisasi birokrasi juga tidak semata-mata memproduksi barang dan
jasa publik, tetapi juga barang dan jasa privat. Pratikno (2007) juga
memberikan konstatasi yang sama.
Saat ini negara banyak menghadapi pesaing-pesaing baru yang siap
menjalankan fungsi negara, terutama pelayanan publik, secara lebih efektif.
Selain pelayanan publik, dalam bidang pembangunan ekonomi dan sosial,
negara juga harus menegosiasikan kepentingannya dengan aktor-aktor yang
lain, yaitu pelaku bisnis dan kalangan civil society (masyarakat sipil). Secara
lebih tegas di katakana bahwa telah terjadi perubahan paradigma dari
orientasi manajemen pemerintahan yang serba negara menjadi berorientasi ke
pasar (market). Menurut Thoha, pasar di sini secara politik bisa dimaknai
sebagai rakyat atau masyarakat (public). Fenomena menurunnya peran negara
ini merupakan arus balik dari apa yang disebut Grindle sebagai too much
state, di mana negara pada pertengahan 1980-an terlalu banyak melakukan
intervensi yang berujung pada jeratan hutang luar negeri, krisis fiskal, dan
pemerintah yang terlalu sentralistis dan otoriter.
Dwiyanto (2007) menyebut setidaknya ada empat faktor yang
menjadi sebab semakin menurunnya dominasi peran negara, yaitu:

1 Dinamika ekonomi, politik dan budaya yang membuat kemampuan


pemerintah semakin terbatas untuk dapat memenuhi semua tuntutan
masyarakat.

2 Globalisasi yang membutuhkan daya saing yang tinggi di berbagai sektor


menuntut makin dikuranginya peran negara melalui debirokratisasi dan
deregulasi.

3 Tuntutan demokratis mendorong semakin banyak munculnya organisasi


kemasyarakatan yang menuntut untuk dilibatkan dalam proses perumusan
kebijakan dan implementasinya.
4 Munculnya fenomena hybrid organization yang merupakan perpaduan
antara pemerintah dan bisnis.
Berbagai fenomena tersebut menimbulkan gugatan di antara para
mahasiswa maupun ilmuwan Ilmu Administrasi Negara.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kata negara dalam Ilmu
Administrasi Negara menjadi terlalu sempit dan kurang relevan lagi untuk
mewadahi dinamika Ilmu Administrasi Negara di awal abad ke-21 yang
semakin kompleks dan dinamis. Utomo menyebutkan bahwa dalam
perkembangan konsep Ilmu Administrasi Negara telah terjadi pergeseran titik
tekan dari negara yang semula diposisikan sebagai agen tunggal yang
memiliki otoritas untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan publik
menjadi hanya sebagai fasilitator bagi masyarakat. Dengan demikian istilah
public administration tidak tepat lagi untuk diterjemahkan sebagai
administrasi negara, melainkan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi
administrasi publik. Sebab makna kata publik di sini jauh lebih luas
daripada kata negara. Publik di sini menunjukkan keterlibatan institusi-
institusi non-negara baik di sektor bisnis maupun civil society di dalam
pengadministrasian pemerintahan.
Konsekuensi dari perubahan makna public administration sebagai
administrasi publik di sini adalah terjadinya pergeseran lokus Ilmu
Administrasi Negara dari yang sebelumnya berlokus pada birokrasi
pemerintah menjadi berlokus pada organisasi publik, yaitu birokrasi
pemerintah dan juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang terlibat
menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal penyelenggaraan
pelayanan publik maupun pembangunan ekomomi sosial maupun bidang-
bidang pembangunan yang lain.

3 PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan publik yang berkualitas dan pantas, telah menjadi
tuntutan masyarakat seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat
yang lebih demokratis. Peran pemerintah sebagai governor dan regulator
harus memberikan peluang kepada warga masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Regulasi
pelayanan publik yang masih tersebar dalam banyak peraturan yang sifatnya
sektoral, menjadikan pelayanan publik di Indonesia berada pada kondisi yang
belum managable. Kondisi ini menggugah kita untuk mengkaji lebih dalam
dengan tujuan membentuk suatu hukum regulasi yang lebih memenuhi
harapan, yang lebih responsif dan partisipatif.
Standar Pelayanan Publik yang bervariasi sehubungan dengan
kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakat di masing-masing wilayah
penelitian yang berbeda.Hukum administrasi negara bidang pelayanan publik
diselenggarakan berdasar komitmenbersama penyelenggara dan masyarakat
dalam model partisipasi. Hukum administrasinegara bidang pelayanan publik
dikonstruksi oleh masyarakat dan penyelenggarapelayanan publik dalam
forum partisipasi dan pelibatan para pihak.Berdasarkan pada analisa diatas,
disertasi ini menyarankan perlunya mengatur pelayanan publik dengan suatu
regulasi yang tanggap pada tuntutan masyarakat daerah.
Konstruksi hukum dan standar pelayanan yang disusun secara
konstruktif dan lebihresponsif, dengan mengundang partisipasi masyarakat,
dipandang perlu untuk diproseslebih lanjut, sehingga tidak lagi berwujud
penetapan normatif yang sentral, melainkansudah berupa kontrak pelayanan
antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat.Kontrak Pelayanan untuk
kepentingan publik seperti itu amat mendesak untuk segeradiwacanakan, dan
disimpulkan, sehingga dapat dipakai sebagai sumber hukum yang materiil
dalam mengkonstruksi hukum untuk pelayanan publik.Model kontrak
pelayanan secara teoretik dan konseptual mencerminkan adanya hukumyang
tidak hanya responsif akan tetapi juga progresif dan demokratik.
Menurut undang-undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi
pemerintahan itu sendiri. Perlayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan
hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak
dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan dan administrasi publik.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan
publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan
publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan
yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga
negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya
untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk
serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi
pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan
bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian
pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang dan jasa atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.Penyelenggara pelayanan publik atau Penyelenggara merupakan setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.Atasan satuan kerja Penyelenggara merupakan pimpinan satuan kerja
yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang
melaksanakan pelayanan publik.
Masyarakat merupakan seluruh pihak baik warga negara maupun
penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum
yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Standar pelayanan merupakan tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur. Maklumat pelayanan merupakan pernyataan tertulis
yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam
standar pelayanan.
Sistem informasi pelayanan publik atau sistem informasi
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan
informasi. Di lanjutkan dengan mekanisme penyampaian informasi dari
penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan
Latin, tulisan dalam huruf braile, bahasa gambar, dan bahasa lokal serta
disajikan
secara manual ataupun elektronik. Mediasi merupakan
penyelesaian sengketa pelayanan publik antarpara pihak melalui bantuan,
baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui mediator yang dibentuk oleh
ombudsman. Ajudikasi merupakan proses penyelesaian sengketa pelayanan
publik antarpara pihak yang diputus oleh ombudsman.
Menteri merupakan menteri dimana kementerian berada yang
bertanggung jawab pada bidang pendayagunaan aparatur negara.
Ombudsman merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun perseorangan
yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja

4 USAHA DALAM HUBUNGAN ADMINISTRASI


Kondisi administrasi negara Indonesia saat ini, belum sepenuhnya
berorientasi pada kepentingan publik. Hal ini dapat kita nilai dari banyaknya
kritik yang dialamatkan pada instansi pemerintah, entah itu mengenai
manajemennya, pelayanannya, ataupun organisasinya. Semua kritik dan
keluhan yang disampaikan kebanyakan bermuara pada aparatur yang
bertugas, mulai dari tingkat atas sampai bawah.
Di tengah era keterbukaan, arus informasi yang beredar dan masuk
dalam arena publik, akan begitu cepat mendapat respon dari masyarakat, baik
positif atau pun negatif. Respon positif, merupakan ukuran keberhasilan
administrasi publik dalam menjalankan kinerjanya, respon negatif
melambangkan ketidakberhasilan administrasi publik dalam menjalankan
amanat yang diembannya. Respon-respon yang disampaikan oleh publik,
dalam sekejap dapat beredar di mana-mana, entah di surat kabar, televisi,
radio, atau pun alat komunikasi lain seperti handphone misalnya. Sehingga
kesalahan ataupun ketidaknyamanan yang dirasakan rakyat akibat kinerja
yang buruk dari intansi pemerintah.
Selanjutnya Arie Soelendro mengatakan, ada dua faktor penting
yang terkait dengan kondisi administrasi negara saat ini. Pertama, faktor
sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan menyangkut tatanan, elemen-
elemen dari system administrasi, prosedur atau mekanisme kerja
peralatan, sarana dan prasarana pelayanan publik. Pengembangan
sistem administrasi perlu mendapat perhatian yang besar. Hal ini disebabkan
begitu pentingnya pembangunan dan pengembangan sistem, baik dari segi
kelembagaannya, prosedur, mekanisme koordinasi dan sinkronisasi, yang
harus ditujukan pada pembangunan tata kepemerintahan yang baik.
Oleh karena itu, pembangunan sistem administrasi baik dalam
skala mikro maupun makro perlu diarahkan pada terciptanya good
governance. Sejalan dengan itu, perbaikan administrasi negara tidak lepas
dari perbaikan di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Semua
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan kepemerintahan yang baik
harus diwujudkan. Prasyarat itu antara lain, penciptaan iklim yang
memprioritaskan mekanisme pasar yang berkeadilan, kepastian hukum,
pemakaian praktek-praktek yang terbaik di bidang administrasi, menyediakan
sistem insentif yang sepadan agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan
sehat, serta membuka partisipasi publik dalam merumuskan kebijakan publik.
Kedua, faktor manusianya sebagai pelaku yang menjalankan sistem
administrasi tersebut. Bertahun-tahun lamanya pendekatan yang dipakai
dalam sistem administrasi pemerintahan adalah command and control,
perencanaan terpusat, kewenangan dan pembagian kekuasaan yang juga
terpusat, serta budaya pelaku pejabat pemerintah yang lebih superior terhadap
masyarakat yang dilayani. Walaupun sudah banyak anjuran dan himbauan
dari ara pejabat tinggi pemerintahan bahwa pejabat pemerintah dan pegawai
negeri adalah abdi negara, namun demikian ternyata tidak mudah untuk
mengubah dengan cepat pejabat pemerintah dan pegawai negeri untuk supaya
benar-benar berorientasi melayani masyarakat. Jika mungkin bahkan lebih
jauh lagi instansi pemerintah bukan hanya melayani saja tetapi lebih memberi
kewenangan kepada masyarakat untuk mengatur dan menolong dirinya
sendiri.
Usaha-usaha dalam menciptakan salah satu fungsi administrasi
publik sebagai suatu jenis jasa pelayanan yang berorientasikan kepada pasar
perlu diperkenalkan. Iklim yang memungkinkan pelayanan yang dilakukan
oleh suatu instansi pemerintah bersaing dengan pelayanan yang dilakukan
swasta juga perlu diciptakan. Usaha-usaha ini memang masih dianggap
sebagai ancaman bagi para pegawai negeri dan pejabat pemerintahan, dari
pada sebagai peluang perbaikan kondisi administrasi pemerintahan saat ini.
Kebijakan yang telah digariskan oleh Presiden dalam berbagai kesempatan
bahwa diperlukan peran masyarakat yang lebih besar dalam melakukan
pembangunan perlu didukung oleh semua pihak. Kebijakan realokasi sumber
daya manusia dan sumber daya lainnnya untuk menciptakan kondisi pasar
yang sehat agaknya perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN
Administrasi publik merupakan pertanggung jawaban suatu
kebijakan dan program pemerintahan kepada masyarakat. Pembina dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pimpinan lembaga negara,
pimpinan kementerian, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian,
pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis, dan pimpinan lembaga
lainnya terhadap pimpinan lembaga negara dan pimpinan lembaga komisi
negara atau yang sejenis yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi yang tinggi, segala kegiatan dan tindakan
harus dilaksanakan dengan pertimbangan dan perhitungan yang rasional.
Administrator publik memainkan peranan yang terbatas dalam perumusan
kebijakan publik dan pemerintahan mereka hanya bertanggung-jawab
mengimplementasikan kebijakan publik.
DAFTAR PUSTAKA

Pamudji, S., Tanpa Tahun, Ekologi Administrasi Negara, MPA Bumi Aksara.
Thoha, Miftah, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontenporer, Kencana.
Henry, Nicholas, Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta,
1995.

Utomo, Warsito, Dinamika Administrasi Publik, Pustaka Pelajar:


Yogyakarta,2003

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178743-fungsi-fungsi-
administrasi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kehendak-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
berupa makalah dari mata kuliah Ilmu Administrasi dengan judul Peran
Administrasi Dalam Melayani Publik.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu
Aministrasi serta kerabat-kerabat yang telah membantu memberikan saran dan
motivasi saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini saya dapat membagikan pengetahuan
serta memberikan suatu pemikiran yang baru dalam administrasi yang
dijabarkan dalam suatu sistem perwakilan. Bilamana dalam makalah ini ada
terdapat kekurangan, sekiranya dapat menjadi bahan koreksi yang dapat
membantu mahasiswa maupun mahasiswi untuk lebih mempelajari tentang
administrasi.
MAKALAH
PERAN ADMINISTRASI DALAM MELAYANI PUBLIK

DISUSUN OLEH
HERLINA GRASIELA ALAMSYAH
17081105061

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOISIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2017

Anda mungkin juga menyukai