Chapter II (1) .Output
Chapter II (1) .Output
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan
Undang No. 1 Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003) menerangkan bahwa keselamatan
kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat
sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
kegiatan-kegiatan yang bersifat mencegah atau membangun dari seluruh anggota tim
kesehatan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi
para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya
kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan
serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
mungkin.
pegawai/tenaga kerja.
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
1994).
Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat
tersebut. Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada
penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk
dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja.
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
suatu pekerjaan atau bekerja hakikatnya merupakan sumber kepuasan manusia yang
paling mendasar, katalis sosial dan sekaligus juga pelengkap status serta martabat
manusia.
Bila konsep tersebut dikaitkan dengan perubahan global pada berbagai sektor
dan perkembangan teknologi dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa upaya untuk
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap
kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih
faktor yakni:
logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme) dan ssosial budaya
beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing
atau gejala sesak napas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan.
Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak
mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat
pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan
kerjanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih
yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit
umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar
kesehatan pada sektor industri saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Total health of all at work).
Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan
kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya, dan tujuan dari
atau keterampilannya.
pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial
pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja,
akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan,
baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa alternatif usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan
lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau
pekerja. Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para
sebagai berikut:
5) Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk menghindari
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental
b) Faktor kerja/lingkungan
penyalahgunaan.
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: faktor lingkungan dan
faktor manusia.
a) Lingkungan kerja
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan
mengoperasionalkan mesin.
a) Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
b) Kapasitas kerja
c) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun
psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja,
alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan
lingkungan kerja.
Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak
tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi
3. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih yang
sukar ditetapkan
Masalah yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu
beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa
(Simajuntak, 1994):
c) Menganalisa dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi pengusaha dan
e) Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi mereka yang
inspeksi secara regular, serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi
bencana atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian
a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko
b. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko
c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko
perusahaan menengah
seseorang akibat melakukan suatu pekerjaan atau ditimbulkan oleh lingkungan kerja
(Simajuntak, 1994).
Kecelakaan dan penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat
2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit.
4) Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat pula terjadi karena kondisi dan
lingkungan kerja yang tidak aman, misalnya dalam bentuk ledakan, kebakaran, dan
perawatan sebelumnya.
atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata
dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak
c) Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh
ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja
produktif.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (Silalahi,
1995):
1) Faktor biologis
kelembaban.
4) Faktor fisiologis
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat
WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja (Depkes RI, 2006):
bronkhogenik.
Timbul karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan
23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot,
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik.
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.
Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi
kelainan kulit.
c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
kecelakaan.
dan lainnya.
keracunan.
5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan
lainnya.
mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan
tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam- macam,
yakni: (a) substitusi, (b) ventilasi umum, (c) ventilasi keluar setempat, (d) isolasi, (e)
pendidikan kesehatan.
perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan:
c. Membandingkan penerapan
d. Meninjau sebab-akibat
kesehatan kerja.
yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan
visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
2. Perencanaan
a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi
dilaksanakan.
keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah
untuk melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan
pasar.
3. Penerapan
adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai
pengendalian resiko.
seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada
karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi
e. Tenaga ahli K3
dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.
yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir
tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.
7. Pelaporan
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
manusia
perdagangan global
5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait
Kandungan senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya
Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi empat golongan,
yaitu senyawa parafin, naftena, aromatik, dan olefin. Senyawa parafin merupakan
penyusun utama minyak bumi yang kandungannya mencapai 30-60 %. Menurut Hadi
(2004), minyak bumi mengandung senyawa nitrogen 0-0.5%, belerang 0-6%, dan
oksigen 0-3.5%. Senyawa belerang yang ada dapat menimbulkan korosi dan
dan hidrogen. Hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat berdampak
buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Minyak bumi dan turunannya
merupakan salah satu contoh dari hirdokarbon yang banyak digunakan oleh manusia
hidrokarbon ringan, hidrokarbon berat, pelumas, dan bahan ikutan dalam hidrokarbon
mencemari lingkungan. Selain itu, proses pengeboran dan pengilangan minyak bumi
juga menghasilkan lumpur minyak dalam jumlah besar. Lumpur minyak merupakan
polutan yang sangat berbahaya, UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999
komponen minyak bumi yang mudah diurai dan yang sukar diurai. Komponen
minyak bumi yang mudah diurai terdiri atas senyawaan alkana yang mudah larut
dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri (Hadi, 2004).
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan
bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan
di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya
dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-
bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8)
dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global
sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan
ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana
yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal
dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara
berturut-turut).
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air
dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam
jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang
signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)".
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi
kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena
membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah
tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam
rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang
jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.
karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang
dapat menimbulkan ledakan. Energi yang terkandung dalam pembakaran satu meter
Penerapan Aspek K3
Bagian PPP:
LK3
Penerimaan
(suplay)
Penimbunan
(storage)
Penyaluran
(distribution)
dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan, yang difokuskan pada:
a. Penerimaan (supply)
b. Penyimpanan (storage)
c. Penyaluran (distribution)