Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN TUBERKULOSIS
PARU DAN SUSPEC CA PARU DI RUANG SAKURA RSD dr. SOEBANDI
JEMBER

disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Medikal

oleh
Lutfiasih Rahmawati, S.Kep.
NIM 132311101024

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL DAN BEDAH

Nama Mahasiswa : Lutfiasih Rahmwati,S.Kep.


NIM : 132311101023
Tempat Pengkajian : Ruang Sakura
Tanggal : 22 November 2017

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S No. RM : 190565
Umur : 25 tahun Pekerjaan : Kuli Bangunan
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Tanggal MRS : 20 November 2017
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 22 November 2017
Alamat : Gebang, Jember Sumber Informasi : pasien, keluarga
pasien, dan rekam
medis

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik
TB Paru + S. Ca Paru
2. Keluhan Utama:
Saat Pengkajian: Batuk
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan mengalami batuk-batuk, demam, dan mual, lalu
meriksakan diri ke Mantri dan membaik, setelah dua hari batuk dan
demam kambuh, pasien dan keluarga langsung memeriksakan ke rawat
jalan di RS paru. Keluarga mengatakan pasien mendapat obat berwarna
merah, setelah empat hari tiba-tiba pasien sangat lemas, sesak, demam,
menggigil. Keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Puskesmas
dan dirujuk ke RS Soebandi pada tanggal 20 November 2017. Saat
pengkajian tanggal 22 November 2017, pasien mengatakan masih batuk,
saat batuk terasa nyeri di bagian perut hingga dada serta pinggang, agak
mual dan tidak ada muntah, hasil pengukuran TTV TD 90/60 mmHg, RR
24 x/mnt. N 65 x/mnt, T 36,5 C.

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien pernah mengalami thypoid sebelum sakit

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):


Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, dan hal
lainnya.
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan lupa
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien memiliki pola kebiasaan yang baik yaitu ketika sakit selalu
merujuk ke pelayanan kesehatan terdekat. Pasien bekerja sebagai kuli
bangunan yang kesehariannya terpapar dengan debu, asap kapur dan
limbah bangunan lainnya. Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit
mempunyai kebiasaan merokok
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan jika sakit minum obat-obatan yang diberikan
pelayanan kesehatan setempat.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang penah
menderita penyakit TB seperti pasien

Genogram:

Keterangan :

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : garis keturunan

: meninggal dunia : tinggal serumah

: klien

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat adalah dimana seseorang dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Persepsi keluarga
tentang sakit yaitu keadaan dimana tubuh mengalami gangguan seperti
sakit pada tubuhnya. Saat sakit, pasien langsung memeriksakan diri ke
petugas kesehatan, dan tau penyakit yang dialami sekarang
Interpretasi: pasien memiliki persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang
kurang
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit)
- Antropometeri
Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien saat ini adalah sebagai berikut:
IMT = BB/TB2 41/(1,59)2 = 41/2,5 = 16,56.
Ket:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17,0
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 18,4
ringan
Normal 18,5 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Interpretasi: Pasien mengalami penurunan BB setelah sakit dan dalam
kategori IMT kurus dengan kekurangan berat badan ringan / KEK ringan.
- Biomedical sign:
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada Tn. N antara lain:
1) Darah : Hb= 11,2 mg/dL (N=13,5-17,5 gr/dL)
2) SGOT = 53 U/L (10-35 U/L)
3) SGPT = 40 U/L (9-43 U/L)
4) Leukosit = 13,9 109/L (N=4,5-11,0 109/L)
5) Kreatinin serum: 0,7 (0,6-1,3 mg/dL)
6) BUN: 8 (6-20 mg/dL)
7) Urea: 17 (12-43 mg/dL)
Interpretasi: pada pasien ditemukan ada penurunan nilai Hb yang
menandakan anemia, terdapat pula peningkatan nilai leukosit menandakan
terdapat infeksi dan inflamasi pada pasien
- Clinical Sign:
Pasien terlihat lemah, mukosa mulut kering, bibir pecah-pecah,
konjungtiva tidak anemis

- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):


No Pola Nutrisi Sebelum MRS Saat di RS
Makanan
1. Frekuensi makan 3 kali/hari, teratur tiap 3 kali/hari, jam
jam 7 pagi, jam 1 siang menyesuaikan dengan
dan jam 7 malam pembagian makanan dari RS
2 Porsi makan 1 piring/makan Habis 3/4 porsi piring
3 Varian makanan Nasi putih, nasi jagung, Sesuai diit makanan yang
ikan laut, tahu, tempe, diberikan di rumah sakit
telur, sayur-sayuran, (bubur, telur, papaya)
kacang-kacangan, buah.
4 Nafsu makan Baik Kurang
5 Keluhan makan - mual
Minuman
1 Jumlah +/- 1500 ml 4 gelas (+/- 800 ml)
2 Jenis Air putih Air putih
3 Keluhan minum - -
Interpretasi: Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan kuantitas
minum pada saat sakit.
Kebutuhan nutrisi perhari (persamaan Haris Benedict)
Berat badan ideal Tb - 100 = 159-100 = 59 kg
BMR ideal= 88,362 + (13, 297 x BBi dalam kg) + (4,797 x TB dalam cm)
(5,677x umur dalam tahun)
= 88,362 + (13,297 x 59) + (4,797 x 159) (5,677 x 25)
= 88,362 + 784,523 +762,723 141,925
= 1493,683
Kebutuhan kalori = BMR x factor koreksi (bedrest)
= 1493,683 x 1,2
= 1792,42 kkal/hari
Intake nutrisi
- input oral
jumlah kalori tiap porsi makan = 1960 kkal 3x/hari
Balance kalori = intake nutrisi kebutuhan kalori
= 1200-1960
= - 760 kkal
3. Pola eliminasi:
BAK
No Pola eliminasi Sebelum MRS Setelah MRS
1 Frekuensi 5-6 kali/hari 6-7 kali/hari
2 Jumlah 1200 cc 1400 cc
3 Warna Kuning jernih kuning
4 Bau Bau khas urin : Bau khas urin : Amoniak
Amoniak
5 Karakter - -
6 Bj - -
7 Alat bantu - -
8 Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
9 Lain-lain - -
BAB
No Pola eliminasi Sebelum MRS Setelah MRS
1 Frekuensi 1-2 kali/hari 1 kali/hari
2 Jumlah - -
3 Konsistensi Lembek Lembek
4 Warna Kuning Kuning
5 Bau Bau khas feses Bau khas feses
6 Karakter -
7 Bj - -
8 Alat bantu - -
9 Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
Lain-lain - -
Interpretasi: pola eliminasi pasien tidak terganggu
Balance cairan:
Water Metabolisme = 5cc/kgBB/hari = 5x41 = 205 cc
IWL = 2xWM = 2x205 = 410 cc
- Intake cairan:
WM : 205 cc
Infuse : 1000 cc
Injeksi : 70 cc
Minum : 800 cc
Total : 2075 cc
- Output cairan:
Urine : 1400 cc
IWL : 410 cc
Drain : 200 cc
Total : 2010 cc
Balance cairan = + 65 cc
Intake > Output
4. Pola aktivitas & latihan
Pasien ambulasi/ROM dan mobilisasi di tempat tidur, berpindah, makan/
minum dengan mandiri, sedangkan mandi, berpakaian, dan toileting
dibantu oleh keluarga, pasien tampak kurang tidur, nampak kantung mata
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
a. Status Oksigenasi setelah beraktivitas : RR: 24x/menit, pasien dapat
bernapas spontan
b. Fungsi kardiovaskuler setelah beraktivitas : pasien memiliki tekanan
darah 90/60 mmHg dan nadinya adalah 65 x/ menit, CRT< 2 detik
c. Terapi oksigen: Pasien tidak terpasang oksigen
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit
Durasi: 7 jam
Gangguan tidur: tidak ada
Keadaan bangun tidur: segar bugar
Lain-lain: -
Saat sakit
Durasi : 4 jam
Gangguan tidur : batuk, nyeri
Keadaan bangun tidur : kurang segar, masih mengantuk
Lain-lain : -
Interpretasi: Pola istirahat tidur pasien terganggu akibat penyakit yang
dialami.
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi kognitif dan memori:
Pasien tidak mengalami penurunan kognitif dan memori. Pasien dapat
mengenal tempat, waktu dan orang dengan baik. Pasien dapat mengingat
apa yang terjadi pada dirinya.
Fungsi dan keadaan indera:
Indera pasein berfungsi dengan baik dan normal
Interpretasi: Fungsi kognisi dan memori pasien tidak mengalami gangguan
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien mengatakan tidak senang dengan keadaan pasien
saat ini
Identitas diri : pasien mengatakan bahwa pasien adalah kepala keluarga
dan harusnya bisa bekerja untuk mencari nafkah untuk keluarganya
Harga diri : pasien mengatakan keadaan saat ini tidak sesuai dengan
keinginannya.
Ideal diri : pasien menginginkan kondisinya kembali seperti semula
sebelum sakit
Peran diri : pasien mengatakan perannya adalah sebagai suami dan ayah
yang menafkahi keluarganya, saat sakit tidak bisa bekerja sehingga tidak
bisa menjalankan perannya
Interpretasi : pola persepsi diri pasien mengalami gangguan akibat
kondisi sakit yang dialaminya.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas:
Pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan istrinya. System
reproduksi berfungsi sebagaimana mestinya terkait kondisi yang dialami
saat ini.
Interpretasi: tidak terdapat gangguan seksualitas pasien.
9. Pola peran & hubungan
Peran pasien sebagai pencari nafkah terganggu akibat keadaan sakit yang
dialaminya. Hubungan keluarga pasien sangat baik, ditunjukkan dengan
keluarga yang menjenguk dan menjaganya.
Interpretasi : pola peran pasien mengalami gangguan, namun hubungan
dengan keluarga baik.
10. Pola manajemen koping-stress
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita pada anggota
keluarga jika mengalami masalah kesehatan.
Interpretasi: Pasien memiliki manajemen koping-stres yang positif.
11. System nilai & keyakinan
Pasien meyakini bahwa sakit yang dialami saat ini merupakan ujian dari
Allah. Pasien mengatakan bahwa tidak bisa melakukan ibadah wajib
selama sakit. Pasien meyakini bahwa jika ia mengikuti prosedur
pengobatan RS dengan baik dia akan lekas sembuh.
Interpretasi: Sistem nilai dan keyakinan mengalami hambatan

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Komposmentis (EVM=4-5-6), terpasang infus disebelah tangan kanan
Tanda vital:
- Tekanan Darah :90/60 mm/Hg
- Nadi :65 x/mnt
- Frekuensi napas :24 x/mnt
- Suhu :36,6C
Interpretasi :
Berdasaran hasil pengkajian tanda-tanda vital, TD pasien termasuk kategori
Hipotensi.

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
a) Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, distibusi rambut
merata, rambut kusam, rambut tidak mudah rontok, kulit kepala kotor
dan tidak berbau, tidak ada lesi pada kulit kepala
b) Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada kepala
2. Mata
a) Inspeksi: Bentuk mata simetris, bulat, pupil isokor (kanan:3+/kiri:3+),
sklera kemerahan, konjungtiva merah muda. Pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, pasien dapat melihat dengan
jelas
b) Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada mata
c) Pemeriksaan reflek cahaya pada pasien +
3. Telinga
a) Inspeksi: Bentuk telinga simetris, bersih, tidak ada jejas, tidak ada
serumen, tidak ada benjolan. Membran timpani berwarna putih
mengkilat.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada aurikel dan tragus telinga
4. Hidung
a) Inspeksi: Hidung simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada jejas,
tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada hipermukus
b) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada hidung
5. Mulut
a) Inspeksi: Mulut nampak bersih, mukosa bibir kering dan tidak terlihat
sianosis, gigi lengkap dan tampak kotor.
6. Leher
a) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada jejas, tidak
terdapat bendungan vena jugularis
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, pulsasi nadi karotis kuat dan reguler.
Terdapat 3 benjolan kecil dekat leher
7. Dada
Jantung
a) Inspeksi : Bentuk simetris
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi : redup pada ICS 2-5
d) Auskultasi : S1 S2 tunggal
Paru-paru
a) Inspeksi : bentuk dada simetris, terdapat retraksi dada, tidak terdapat
bentuk barrel chest, ekspansi paru simetris
b) Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri teraba
c) Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri dan kanan
d) Auskultasi : vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan ronkhi
paru sebelah kanan dan kiri
8. Abdomen
a) Inspeksi: Abdomen berbentuk simetris, bersih, tidak ada jejas,
bentuknya datar.
b) Auskultasi: bising usus terdengar 12 kali/menit
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
d) Perkusi : Didapatkan bunyi timpani di seluruh lapang abdomen kecuali
di bagian hipokondrium kanan karena terdapat hepar, tidak terdapat
hepatomegali ataupun splenomegaly
9. Urogenital
a) Inspeksi: Pasien dapat merasakan sensasi ingin berkemih, pasien tidak
terpasang alat bantu (kateter)
b) Palpasi: tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan

10. Ekstremitas
Ekstrimitas atas
a) Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada jejas,
pergerakan ekstrimitas bebas. Terpasang infus pada tangan kiri pz
500ml/12 jam dengan 14 tpm.
b) Palpasi: akral hangat, tidak terdapat nyeri tekan
Ekstremitas bawah
a) Inspeksi: ada edema pada ekstremitas bawah, tidak ada benjolan,
tidak ada luka
b) Palpasi: akral hangat, tidak terdapat nyeri tekan

Kekuatan otot:
4444 4444

4444 4444
11. Kulit dan kuku
a) Inspeksi: Kulit warna sawo matang, mukosa kering, tidak ada benjolan,
kuku pendek dan kotor, tidak terdapat clubbing finger, tidak terdapat
luka
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kulit, turgor kulit elastis, CRT < 2
detik.
12. Keadaan lokal
Pasien terbaring lemah di tempat tidur dengan terpasang infus di bagian
tangan kanan,

V. Pemeriksaan Fisik/ sistem


a. Sistem Respirasi (B1/ Breathing) : batuk disertai sedikit dahak, tidak
terdapat sesak, tidak ada penggunaan otot bantu nafas. RR: 20x/menit,
bernafas spontan tanpa bantuan oksigen
b. Sistem Kardiovaskuler (B2/Blood): TD 90/60 mmHg, denyut jantung
reguler, tidak ada suara jantung tambahan S1 S2 tunggal.
c. Sistem neurologi (B3/ Brain)
1) Tingkat kesadaran/: Pasien terlihat komposmentis
E: buka mata spontan (4)
V: pasien dapat berbicara dan merespon pembicaraan dengan baik
(5)
M: pasien dapat menggerakan kedua tangan dan kedua kakinya
sesuai perintah
(4-5-6)
Saraf saraf cranial
1) Nervus I (Olfactorius) : pembau (hidung): sesuai dengan objek
2) Nervus II (Opticus) : Penglihatan: mata sesuai dengan objek
3) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : tidak ada gangguan
- Gerakan kelopak mata : tidak ada perbedaan ka-ki
- Pergerakan bola mata : mengikuti objek
- Pergerakan mata ke bawah & dalam: tidak ada gangguan
4) Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori: tidak ada gangguan
- Refleks dagu: normal
- Refleks cornea: normal
5) Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : wajah simetris saat tersenyum
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan: refleks hisap dan rooting
dalam keadaan baik
6) Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : mengikuti sumber suara
7) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : normal
- Refleks muntah : tidak terkaji
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :tidak terkaji
- Suara : mengikuti sumber suara
8) Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan :normal
- Mengangkat bahu: normal
9) Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : mampu menjulurkan lidah
d. Sistem perkemihan (B4/Bladder): BAK (+) 7x/hari 200 cc, tidak
menggunakan alat bantu/ kateter, warna kuning, bau amoniak
e. Sistem Gastrointestinal (B5/Bowel): mukosa bibir kering, makan (+)
tidak habis 3/4 porsi piring, BAB (+) 1 kali/hari, warna kuning,
konsistensi lembek, bau khas feses
f. Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6/Bone):
ekstremitas bawah: akral hangat, tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, dapat digerakkan secara mandiri
ekstremitas atas: akral hangat, tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, dapat digerakkan secara mandiri, tangan kanan terpasang
infus
Kekuatan otot:
4444 4444

4444 4444
VI. Terapi

No. Jenis Farmakodinamik dan Dosis dan Indikasi dan Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
Terapi Farmakokinetik Rute Keperawatan
Pemberian
1. Natrium Eksresi tubuh terutama melalui 500 cc/24 Indikasi : untuk kondisi yang Edema jaringan pada Atur tetesan
klorida ginjal. Sebuah natrium sedikit jam mengarah pada pembatasan asupan penggunaan volume besar 2. Observasi
0,9% diekskresikan dalam keringat Rute : a. (biasanya paru-paru), respon pasien
dan kotoran. intravena Dispepsia untuk keracunan penggunaan dalam jumlah
b. besar menyebabkan akumulasi
Muntah, diare natrium
c.
Kolera
d.
Luka bakar yang luas
e.
Hiponatremia atau chloropenia
Kontraindikasi:
a. Hipokalemia, hipechloremia,
hipernatremia
b. Ekstraseluler hiperhidrasi, asidosis
c. Edema paru, edema serebral
d. Gangguan peredaran darah yang
menimbulkan ancaman edema
otak dan paru-paru
e. Penunjukan kortikosteroid dosis
tinggi.
2. Ceftriaxone Ceftriaxone merupakan 3 x 1 gram Indikasi: 1. Gangguan pencernaan : 1. Memantau
golongan sefalosporin. Rute: infeksi-infeksi berat dan yang diare, mual, muntah, efek samping
Ceftriaxone mempunyai melalui disebabkan oleh bakteri gram stomatitis, glositis. obat
spektrum luas dan waktu intravena positif maupun gram negatif yang 2. Reaksi kulit : dermatitis, 2. Meminimalka
paruh eliminasi 8 jam. resisten atau kebal terhadap pruritus, urtikaria, n komplikasi
Ceftriaxone efektif terhadap antibiotika lain (Infeksi saluran edema, eritema
mikroorganisme gram pernapasan, Infeksi saluran kemih, multiforma, dan reaksi
positif dan gram negatif. Infeksi gonore, Sepsis, Meningitis, anafilaktik.
Ceftriaxone juga sangat Infeksi tulang dan jaringan lunak, 3. Hematologi : eosinofil,
stabil terhadap enzim beta Infeksi kulit). anemia hemolitik,
laktamase yang dihasilkan trombositosis,
oleh bakteri. Kontraindikasi: leukopenia,
Hipersensitif terhadap Ceftriaxone granulositopenia.
atau sefalosporin lainnya. 4. Gangguan sistem syaraf
pusat : sakit kepala.
5. Efek samping lokal :
iritasi akibat dari
peradangan dan nyeri
pada tempat yang
diinjeksi.
6. Gangguan fungsi ginjal :
untuk sementara terjadi
peningkatan BUN.
7. Gangguan fungsi hati :
untuk sementara terjadi
peningkatan SGOT atau
SGPT.
3. Metilpredni Metilprednisolon 2 x 62,5 Indikasi: Dosis tinggi untuk periode 1. Memantau
solon merupakan kortikosteroid gram lama dapat terjadi efek samping
dengan kerja intermediate Rute: Asma bronkial, Berillosis, penurunan sekresi obat
yang termasuk kategori Intravena Sindrom Loeffler (pneumonitis endogeneous 2. Meminimalka
adrenokortikoid, kortikosteroid dengan n komplikasi
antiinflamasi dan eosinofil atau sindrom menekan pelepasan
imunosupresan. Sebagai hipereosinofil), Pneumonia kortikotropin pituitary
adrenokortikoid, aspirasi, Sarkoidosis simptomatik, insufisiensi
metilprednisolon berdifusi Tuberkulose paru-paru yang adrenokortikal sekunder.
melewati membran dan tersebar atau fulminant
membentuk komplek (pengobatan tambahan): diberikan
dengan reseptor sitoplasmik bersamaan dengan kemoterapi anti
spesifik. Komplek tersebut tuberkulosa yang sesuai, Bronkitis
kemudian memasuki inti asmatik akut dan kronik, Edema
sel, berikatan dengan DNA, pulmonari nonkardiogenik
dan menstimulasi rekaman (disebabkan sensitivitas protamin):
messenger RNA (mRNA) Hemangioma, obstruksi saluran
dan selanjutnya sintesis nafas pada anak: pengobatan
protein dari berbagai enzim sebaiknya diberikan dalam injeksi,
akan bertanggung jawab Pneumonia, pneumosistitis carinii,
pada efek sistemik yang berhubungan dengan sindrom
adrenokortikoid. immunodefisiensi yang diperoleh
Bagaimanapun, obat ini (pengobatan tambahan), Pada
dapat menekan penderita AIDS atau yang
perekaman mRNA di mengidap infeksi HIV yang
beberapa sel (contohnya: terkena pneumonia pneumocystis,
limfosit). Penyakit paru-paru, obstruksi
kronis (yang tidak dapat dikontrol
dengan teofilin dan -adrenergik
agonis), Status asmatikus.
Kontraindikasi:

Infeksi jamur sistemik dan


hipersensitivitas terhadap bahan
obat, Bayi prematur, Pemberian
jangka lama pada penderita ulkus
duodenum dan peptikum,
osteoporosis berat, penderita
dengan riwayat penyakit jiwa,
herpes, Pasien yang sedang
diimunisasi.
4. Nebul Per dosis terukur : Pengobatan bronkhospasme yang efek ditingkatkan oleh - Gemetar pada
Combiven Ipratropium Bromida 21 berhubungan dengan penyakit adrenergik lainnya, derivat otot skelet,
g, Salbutamol sulfat 120 penyumbatan paru kronis sedang xantin, antikolinergik, dan berdebar, sakit
g. sampai berat pada pasien yang kortikosteroid. kepala, pusing,
memerlukan lebih dari satu aksi dikurangi oleh - gugup, mulut
bronkhodilator bloker. kering, iritasi
tenggorokan,
retensi urin
5. Pulmicort Pulmicort adalah sebuah 2x1 (12 Indikasi: pusing, Memonitor
obat yang digunakan untuk jam) Asma bronkhial berdebar, kemungkinan
mengatasi penyakit Pengobatan bronkhospasme yang mual, efek samping
gangguan saluran berhubungan dengan penyakit radang dan iritasi pada pemberian obat
pernapasan. Pulmicort adala penyumbatan paru kronis sedang tenggorokan dan serak
h sebuah obat yang sampai berat pada pasien yang
merupakan kombinasi anti memerlukan lebih dari satu
radang dengan obat yang bronkhodilator.
melonggarkan saluran Kontraindikasi :
napas. Hipersensivitas
VII. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
a. Pemeriksaan Lab
No Jenis Nilai normal Hasil
pemeriksaan (rujukan) (hari/tanggal)
nilai Satuan 22-11-17 23-11-17 24-11-17
Hematologi Lengkap
1. Hb 13,5-17,5 gr/dL 11,2
3
2. Trombosit 150 450 10 /L 506
3. Leukosit 4,5 - 11 103/L 13,9
4. Hematokrit 41-53 % 33,0
Faal Hati
5. SGOT 10-35 U/L 53
6. SGPT 9-43 U/L 40
Gula Darah
7. GDS <200 mg/dL 89
Faal Ginjal
8. Kreatinin 0,6 1,3 mg/dL 0,7
9. BUN 6 20 mg/dL 8
10. Urea 12-43 mg/dL 17
b. Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Jember, 22 November 2017


Pengambil Data,

(Lutfiasih Rahmawati, S.Kep.)


NIM 132311101024
ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH


1 DS: faktor predisposisi Ketidakefektifan
- pasien (kontak inhalan, gizi bersihan jalan nafas
mengatakan batuk tidak keluar buruk, lingkungan)
dahak
M. tuberculosis
DO: masuk (basil sampai
- Pemeriksa di alveoli)
an fisik paru
- Rh -/- Proses peradangan
- RR: 24
x/menit Akumulasi sekret di
- Hasil foto bronkus
thoraks
- Tampak Obstruksi jalan
fibroinfiltrat dan konsolidasi di nafas
kedua paru
- Terapi Ketidakefektifan
nebulizer combivent dan Bersihan jalan nafas
pulmicort
2 DS: faktor predisposisi Ketidakseimbangan
- pasien (kontak inhalan, gizi nutrisi: kurang dari
mengatakan masih mual buruk, lingkungan) kebutuhan tubuh
- keluarga
mengatakan pasien makan habis M. tuberculosis
3/4 porsi piring masuk (basil sampai
di alveoli)
DO:
- Pasien Proses peradangan
tampak lemah dan kurus
- IMT: Akumulasi sekret di
16,56: kategori kurus bronkus
- Tampak
makanan tersisa 3/4 porsi piring batuk, reflek fagal,
- mukosa mual, skret tertelan,
bibir kering hcl meningkat,
- balance metabolisme
kalori -760 kkal meningkat

nafsu makan
menurun

BB menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. DS: Hiperplasia kelenjar Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada protat
perut hingga dada dan pinggang
- PQRST Penyempitan lumen
uretra
P: nyeri memberat saaat batuk
Q: nyeri seperti tertusuk Menghambat aliran
R: perut, dada, dan pinggang urin
S: skala nyeri 5
T: terjadi sewaktu-waktu saat Peningkatan tekanan
saat batuk dengan durasi intra vesikal
kurang lebih 5 menit
DO: Kontraksi otot
- Klien terkadang tampak suprapubik
meringis
Meragsang
- TD 90/60 mmHg, nadi
nosiseptor
65x/menit, RR 24 x/menit.
Persepsi nyeri

Pengeluaran
mediator nyeri

Nyeri dipersepsikan
menjalar ke dada

Nyeri akut
4 DS: faktor predisposisi Gangguan pola tidur
- Pasien (kontak inhalan, gizi
mengatakan durasi tidur 4 jam, buruk, lingkungan)
terbangun karena batuk dan nyeri,
keadaan bangun tidur : kurang M. tuberculosis
segar, masih mengantuk masuk (basil sampai
DO: di alveoli)
- pasien
tampak kurang tidur, nampak Proses peradangan
kantung mata
- pasien Akumulasi sekret di
nampak lemas bronkus

Batuk

Sering terbangun
ketika tidur

Gangguan pola tidur


5 DS: M. tuberculosis Defisit Perawatan
- Pasien masuk (basil sampai Diri : Makan
mengatakan mual di alveoli)
DO: Akumulasi sekret di
- Pasien bronkus
tampak lemah
- Mukosa Suplai O2 menurun
bibir kering
- Makanan
nampak sisa porsi Kelemahan umum

Kelemahan untuk
membasuh tubuh

Defisit Perawatan
Diri : Makan
6 DS: M. tuberculosis Defisiensi
- Pasien masuk (basil sampai pengetahuan
mengatakan hanya tau sakit yang di alveoli)
dialami
Proses peradangan
DO:
- pasien Kavitasi kuman
tampak gelisah dan tidak tahu
tentang penyakitnya Iritasi bronkus
- pasien
tidak tau penyebab sakit yang Pembuluh darah
dialami pecah

Hemaptoe

Kurang pengetahuan
tentang penyakit

Tidak segera ke
pelayanan kesehatan

Defisiensi
pengetahuan
7 DS: TB Paru Hambatan
- Pasien religiositas
mengatakan bahwa tidak bisa Hemaptoe
melakukan ibadah wajib selama
sakit Hospitalisasi
DO:
- Tampak Tidak bisa
pasien tidak bisa menjalankan menjalankan ibadah
ibadah sholat 5 waktu
Hambatan
religiositas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas):


No Diagnosa Tanggal Tanggal Keterangan
perumusan pencapaian
1 Ketidakefektifan Bersihan jalan 22 November
nafas berhubungan dengan 2017
obstruksi jalan napas,
akumulasi sekret, batuk tidak
efektif
2 Nyeri akut berhubungan 22 November
dengan agen cidera biologis 2017
3 Ketidakseimbangan nutrisi 22 November
kurang dari kebutuhan tubuh 2017
berhubungann dengan intake
nutrisi inadekuat
4 Gangguan pola tidur 22 November
berhubungan dengan proses 2017
penyakit
5 Defisit Perawatan Diri : makan22 November
berhubungan dengan kelemahan 2017
6 Defisiensi Pengetahuan 22 November
berhubungan dengan 2017
kurangnya informasi
7 Hambatan religiositas 22 November
berhubungan dengan 2017
penyakit, hospitalisasi
Lampiran 12
PERENCANAAN KEPERAWATAN

HARI/
DIAGNOSA
NO TANGGAL/ NOC NIC
KEPERAWATAN
JAM
1 Rabu/ 22-11 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Monitor Pernafasan
2017/ 20.00 napas berhubungan diharapkan pola nafas klien efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor TTV
WIB dengan hiperventilasi 2. Monitor tingkat,
ditandai dengan pasien No Indikator Awal
Tujuan irama, kedalaman
1 2 3 4 5
mengatakan sesak 1 Frekwensi pernapasan napas
napas, pasien terkihat 2 Irama pernapasan 3. Catat pergerakan
3 Kepatenan jalan napas
sesak napas, pasien 4 Suara asukultasi napas dada, kesimetrisan.
tampak menggunakan 5 Pernapasan cuping 4. Buka jalan napas
hidung
otot bantu pernapasan, teknik head up.
pasien menggunakan Status pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas 5. Posisikan pasien
Indikator Awal 1 2 3 4 5
O2 6 lpm simple Penggunaan
semifowler untuk
mask, RR: 27x/menit otot bantu memaksimalkan
pernafasan ventilasi.
Keterangan: 6. Monitor pernapasan
1. Deviasi berat dari kisaran normal cupping hidung
2. Deviasi cukup dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal Terapi Oksigen
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 7. Ajarkan pasien untuk
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal melakukan napas dalam
8. Kolaborasi pemberian
terapi oksigen
2 Rabu/ 22-11 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Manajemen Nyeri (1400)
2017/ 20.00 berhubungan dengan jam, nyeri pasien berkurang dan dapat mengontrol 1. Lakukan pengkajian
WIB mekanisme nyeri dengan kriteria hasil : nyeri secara
peradangan ditandai No Indikator Awal
Tujuan
komprehensif
dengan pasien 1 2 3 4 5
2. Observasi adanya
mengatakan nyeri 1 Mengenali kapan nyeri
terjadi petunjuk nonverbal
pada bagian prostat 2 Menggunakan tindakan

dan dada kanan dan


pengurangan (nyeri) mengenai
tanpa analgesik
kiri P: BPH dan 3 Melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan
terkontrol
peradangan Q: seperti 4. Melaporkan nyeri 3. Observasi tanda-
menurun
tertusuk-tusuk, perih tanda vital.
Keterangan:
R: epigastrikprostat 4. Kolaborasi dengan
1. Keluhan ekstrime
dan dada S: Skala 6 T: tim medis dalam
saat digerakan 2. Keluhan berat
pemberian analgesic
3. Keluhan sedang
Terapi Relaksasi
4. Keluhan ringan
5. Ciptakan lingkungan
5. Tidak ada keluhan
yang tenang
6. Dorong pasien
dengan posisi yang
nyaman dengan
pakaian longgar
7. Ajarkan relaksasi
napas dalam dan
kompres hangat
3. Rabu/ 22-11 Ketidakseimbangan NOC: NIC
2017/ 20.00 nutri kurang dari nutrition status: foof and fluid intake Nutrition Management
WIB kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x 24 jam diharapkan 1. Kaji status nutrisi
berhubungann dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari pasien
intake yang inadekuat kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Jaga kebersihan
1. Adanya peningkatan selera makan mulut, anjurkan
2. Status gizi asupan makanan dan cairan memenuhi untuk selalu
balance kalori melalukan oral
3. Mukosa bibir lembab hygiene.
3. Delegatif pemberian
nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan
pasien : diet pasien
TKTP.
4. Berian informasi
yang tepat terhadap
pasien tentang
kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai.
5. Anjurkan pasien
untuk mengkonsumsi
makanan tinggi zat
besi
CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


hiperventilasi
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Rabu/22 Jam: 20.00 WIB
November S: Pasien mengatakan masih batuk
2017 O:
18.00 1. Memonitor TTV 1. Pasien tampak masih sesak
18.10 2. Mengkaji keluhan sesak nafas, 2. Pasien tidak menggunakan terapi
termasuk kegiatan yang oksigen
meningkatkan atau memperburuk 3. RR: 24 x/menit, N: 65x/mnt
sesak 4. Pergerakan dada simetris
18.15 3. Memonitor tingkat, irama kedalaman 5. Keluar sedikit dahak berwarna
dan usaha nafas. bening
18.20 4. Memposisikan pasien fowler untuk A: Ketidakefektifan pola napas teratasi
memaksimalkan ventilasi. sebagian
18.30 5. Melakukan kolaborasi nebulizer P: Lanjutkan intervensi
pulmicort dab combivent
6. Mengajarkan pasien untuk batuk
18.45
efektif
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Kamis/23 Jam: 20.00 WIB
November S: Pasien mengatakan masih batuk
2017 O:
08.00
1. Memonitor tingkat, irama kedalaman 1. Pasien tampak batuk
dan usaha nafas. 2. RR: 26 x/menit
2. Memposisikan pasien fowler untuk 3. Pergerakan dada simetris
08.15
memaksimalkan ventilasi. A: Ketidakefektifan pola napas teratasi
3. Mengukur TTV sebagian
12.00
4. Mengajarkan pasien untuk P: Lanjutkan intervensi
12.15
melakukan batuk efektif
Jumat/24 Jam: 23.00 WIB
November S: Pasien mengatakan masih batuk
2017 O:
21.00
1. Memonitor tingkat, irama kedalaman 4. Pasien tampak batuk
dan usaha nafas. 5. RR: 24 x/menit
2. Memposisikan pasien fowler untuk 6. Pergerakan dada simetris
21.15
memaksimalkan ventilasi. A: Ketidakefektifan pola napas teratasi
3. Mengukur TTV sebagian
21.00
4. Mengajarkan pasien untuk P: Lanjutkan intervensi
21.15
melakukan batuk efektif
5. Menganjurkan pasien meminum air
hangat
Diagnosa : Nyeri akut
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Rabu/22 Jam: 20.00 WIB
November S: Klien mengatakan nyeri pada perut
2017 hingga dada dan pinggang
15.00 - PQRST
1. Mengkolaborasi dengan tim P: nyeri memberat saaat batuk
medis dalam pemberian Q: nyeri seperti tertusuk
18.00 analgesik R: perut, dada, dan pinggang
18.15 2. Mengukur tanda-tanda vital. S: skala nyeri 5
3. Melakukan pengkajian nyeri T: terjadi sewaktu-waktu saat saat batuk
18.20 secara komprehensif dengan durasi kurang lebih 5 menit
4. Mengbservasi adanya petunjuk O:
nonverbal mengenai 1. Pasien tampak meringis
ketidaknyamanan 2. TD: 90/60 mmHg
18.25 5. Mendorong pasien dengan posisi N: 65 x/ menit
yang nyaman dengan pakaian RR: 24 x/menit
longgar 3. Pasien bisa melakukan napas dalam dan
18.30 6. Mengajarkan relaksasi napas kompres hangat
dalam dan kompres hangat A: Nyeri akut napas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Kamis/23 Jam: 20.00 WIB
November S: Pasien mengatakan masih nyeri di daerah
2017 prostat namun nyeri dada sudah
10.00 menghilang
1. Melakukan pengkajian nyeri P: BPH
secara komprehensif dengan Q: seperti tertusuk-tusuk, perih
mengevalusai kualitas nyeri klien R: Prostat
10.15 2. Mendorong pasien dengan posisi S: Skala 5
yang nyaman dengan pakaian T: Saat kaki diangkat
longgar
3. Mengajarkan relaksasi napas O:
10.20 dalam dan kompres hangat 1. Pasien tampak meringis
4. Mengukur tanda-tanda vital. 2. TD: 90/50 mmHg
12.00 N: 96 x/ menit
RR: 26 x/menit
3. Pasien bisa melakukan napas dalam
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Jumat/24 Jam: 23.00 WIB
November S: Pasien mengatakan masih nyeri di daerah
2017 prostat namun nyeri dada sudah
21.00 1. Melakukan pengkajian nyeri menghilang
secara komprehensif dengan P: BPH
mengevalusai kualitas nyeri klien Q: seperti tertusuk-tusuk, perih
21.15 2. Mendorong pasien dengan posisi R: Prostat
yang nyaman dengan pakaian S: Skala 5
longgar T: Saat kaki diangkat
21.20 3. Mengajarkan relaksasi napas
dalam dan kompres hangat O:
21.30 4. Mengukur tanda-tanda vital. 1. Pasien tampak meringis
2. TD: 90/50 mmHg
N: 96 x/ menit
RR: 24 x/menit
3. Pasien bisa melakukan napas dalam
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Diagnosa : Ketidakseimbangan nutri kurang dari kebutuhan tubuh


WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Rabu/22 Jam: 20.00 WIB
November S: pasien mengatakan mual
2017 O:
15.00 1. Mengkaji status nutrisi pasien - Pasien tampak lemah dan kurus
18.00 2. Menjaga kebersihan mulut, anjurkan - IMT: 16,56: kategori kurus
untuk selalu melalukan oral hygiene. - Makanan tersisa porsi
18.15 3. Melakukan Delegatif pemberian nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien : A: Masalah ketidakseimbangan
diet pasien TKTP. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
18.20 4. Memberikan informasi yang tepat belum teratasi
terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai. P: Lanjutkan intervensi
18.25 5. Menganjurkan pasien untuk minum air
hangat
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Kamis/23 Jam: 14.00 WIB
November S: pasien mengatakan mual sedikit
2017 O:
10.00 1. Mengkaji status nutrisi pasien - Pasien tampak lemah dan kurus
10.15 2. Menjaga kebersihan mulut, anjurkan - IMT: 16,56: kategori kurus
untuk selalu melalukan oral hygiene. - Makanan tersisa porsi
10.20 3. Melakukan Delegatif pemberian nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien : A: Masalah ketidakseimbangan
diet pasien TKTP. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
12.00 4. Memberikan informasi yang tepat belum teratasi
terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai. P: Lanjutkan intervensi
12.15 5. Menganjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi zat besi
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
Jumat/24 Jam: 23.00 WIB
November S: pasien mengatakan masih
2017 sedikitmual
21.00 1. Mengkaji status nutrisi pasien O:
21.15 2. Menjaga kebersihan mulut, anjurkan - Pasien tampak lemah dan kurus
untuk selalu melalukan oral hygiene. - IMT: 16,56: kategori kurus
21.20 3. Melakukan Delegatif pemberian nutrisi - Makanan tersisa porsi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien :
diet pasien TKTP. A: Masalah ketidakseimbangan
21.30 4. Memberikan informasi yang tepat nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi belum teratasi
yang tepat dan sesuai.
5. Menganjurkan pasien untuk P: Lanjutkan intervensi
mengkonsumsi makanan tinggi zat besi

Anda mungkin juga menyukai

  • csd,j fn
    csd,j fn
    Dokumen1 halaman
    csd,j fn
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • Asdhjhu
    Asdhjhu
    Dokumen1 halaman
    Asdhjhu
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • ,NJLBVN, M
    ,NJLBVN, M
    Dokumen18 halaman
    ,NJLBVN, M
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • JBNNJKM
    JBNNJKM
    Dokumen29 halaman
    JBNNJKM
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • MBJL LK
    MBJL LK
    Dokumen28 halaman
    MBJL LK
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • Hjbigyu
    Hjbigyu
    Dokumen3 halaman
    Hjbigyu
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • RPS ASIIN Biostatistik
    RPS ASIIN Biostatistik
    Dokumen2 halaman
    RPS ASIIN Biostatistik
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • Audjamnbcksj
    Audjamnbcksj
    Dokumen7 halaman
    Audjamnbcksj
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat
  • KXCN, Ojsdiljkv
    KXCN, Ojsdiljkv
    Dokumen14 halaman
    KXCN, Ojsdiljkv
    Uphie Luphy
    Belum ada peringkat