S DENGAN TUBERKULOSIS
PARU DAN SUSPEC CA PARU DI RUANG SAKURA RSD dr. SOEBANDI
JEMBER
oleh
Lutfiasih Rahmawati, S.Kep.
NIM 132311101024
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S No. RM : 190565
Umur : 25 tahun Pekerjaan : Kuli Bangunan
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Tanggal MRS : 20 November 2017
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 22 November 2017
Alamat : Gebang, Jember Sumber Informasi : pasien, keluarga
pasien, dan rekam
medis
Genogram:
Keterangan :
: klien
10. Ekstremitas
Ekstrimitas atas
a) Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada jejas,
pergerakan ekstrimitas bebas. Terpasang infus pada tangan kiri pz
500ml/12 jam dengan 14 tpm.
b) Palpasi: akral hangat, tidak terdapat nyeri tekan
Ekstremitas bawah
a) Inspeksi: ada edema pada ekstremitas bawah, tidak ada benjolan,
tidak ada luka
b) Palpasi: akral hangat, tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan otot:
4444 4444
4444 4444
11. Kulit dan kuku
a) Inspeksi: Kulit warna sawo matang, mukosa kering, tidak ada benjolan,
kuku pendek dan kotor, tidak terdapat clubbing finger, tidak terdapat
luka
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kulit, turgor kulit elastis, CRT < 2
detik.
12. Keadaan lokal
Pasien terbaring lemah di tempat tidur dengan terpasang infus di bagian
tangan kanan,
4444 4444
VI. Terapi
No. Jenis Farmakodinamik dan Dosis dan Indikasi dan Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
Terapi Farmakokinetik Rute Keperawatan
Pemberian
1. Natrium Eksresi tubuh terutama melalui 500 cc/24 Indikasi : untuk kondisi yang Edema jaringan pada Atur tetesan
klorida ginjal. Sebuah natrium sedikit jam mengarah pada pembatasan asupan penggunaan volume besar 2. Observasi
0,9% diekskresikan dalam keringat Rute : a. (biasanya paru-paru), respon pasien
dan kotoran. intravena Dispepsia untuk keracunan penggunaan dalam jumlah
b. besar menyebabkan akumulasi
Muntah, diare natrium
c.
Kolera
d.
Luka bakar yang luas
e.
Hiponatremia atau chloropenia
Kontraindikasi:
a. Hipokalemia, hipechloremia,
hipernatremia
b. Ekstraseluler hiperhidrasi, asidosis
c. Edema paru, edema serebral
d. Gangguan peredaran darah yang
menimbulkan ancaman edema
otak dan paru-paru
e. Penunjukan kortikosteroid dosis
tinggi.
2. Ceftriaxone Ceftriaxone merupakan 3 x 1 gram Indikasi: 1. Gangguan pencernaan : 1. Memantau
golongan sefalosporin. Rute: infeksi-infeksi berat dan yang diare, mual, muntah, efek samping
Ceftriaxone mempunyai melalui disebabkan oleh bakteri gram stomatitis, glositis. obat
spektrum luas dan waktu intravena positif maupun gram negatif yang 2. Reaksi kulit : dermatitis, 2. Meminimalka
paruh eliminasi 8 jam. resisten atau kebal terhadap pruritus, urtikaria, n komplikasi
Ceftriaxone efektif terhadap antibiotika lain (Infeksi saluran edema, eritema
mikroorganisme gram pernapasan, Infeksi saluran kemih, multiforma, dan reaksi
positif dan gram negatif. Infeksi gonore, Sepsis, Meningitis, anafilaktik.
Ceftriaxone juga sangat Infeksi tulang dan jaringan lunak, 3. Hematologi : eosinofil,
stabil terhadap enzim beta Infeksi kulit). anemia hemolitik,
laktamase yang dihasilkan trombositosis,
oleh bakteri. Kontraindikasi: leukopenia,
Hipersensitif terhadap Ceftriaxone granulositopenia.
atau sefalosporin lainnya. 4. Gangguan sistem syaraf
pusat : sakit kepala.
5. Efek samping lokal :
iritasi akibat dari
peradangan dan nyeri
pada tempat yang
diinjeksi.
6. Gangguan fungsi ginjal :
untuk sementara terjadi
peningkatan BUN.
7. Gangguan fungsi hati :
untuk sementara terjadi
peningkatan SGOT atau
SGPT.
3. Metilpredni Metilprednisolon 2 x 62,5 Indikasi: Dosis tinggi untuk periode 1. Memantau
solon merupakan kortikosteroid gram lama dapat terjadi efek samping
dengan kerja intermediate Rute: Asma bronkial, Berillosis, penurunan sekresi obat
yang termasuk kategori Intravena Sindrom Loeffler (pneumonitis endogeneous 2. Meminimalka
adrenokortikoid, kortikosteroid dengan n komplikasi
antiinflamasi dan eosinofil atau sindrom menekan pelepasan
imunosupresan. Sebagai hipereosinofil), Pneumonia kortikotropin pituitary
adrenokortikoid, aspirasi, Sarkoidosis simptomatik, insufisiensi
metilprednisolon berdifusi Tuberkulose paru-paru yang adrenokortikal sekunder.
melewati membran dan tersebar atau fulminant
membentuk komplek (pengobatan tambahan): diberikan
dengan reseptor sitoplasmik bersamaan dengan kemoterapi anti
spesifik. Komplek tersebut tuberkulosa yang sesuai, Bronkitis
kemudian memasuki inti asmatik akut dan kronik, Edema
sel, berikatan dengan DNA, pulmonari nonkardiogenik
dan menstimulasi rekaman (disebabkan sensitivitas protamin):
messenger RNA (mRNA) Hemangioma, obstruksi saluran
dan selanjutnya sintesis nafas pada anak: pengobatan
protein dari berbagai enzim sebaiknya diberikan dalam injeksi,
akan bertanggung jawab Pneumonia, pneumosistitis carinii,
pada efek sistemik yang berhubungan dengan sindrom
adrenokortikoid. immunodefisiensi yang diperoleh
Bagaimanapun, obat ini (pengobatan tambahan), Pada
dapat menekan penderita AIDS atau yang
perekaman mRNA di mengidap infeksi HIV yang
beberapa sel (contohnya: terkena pneumonia pneumocystis,
limfosit). Penyakit paru-paru, obstruksi
kronis (yang tidak dapat dikontrol
dengan teofilin dan -adrenergik
agonis), Status asmatikus.
Kontraindikasi:
nafsu makan
menurun
BB menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. DS: Hiperplasia kelenjar Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada protat
perut hingga dada dan pinggang
- PQRST Penyempitan lumen
uretra
P: nyeri memberat saaat batuk
Q: nyeri seperti tertusuk Menghambat aliran
R: perut, dada, dan pinggang urin
S: skala nyeri 5
T: terjadi sewaktu-waktu saat Peningkatan tekanan
saat batuk dengan durasi intra vesikal
kurang lebih 5 menit
DO: Kontraksi otot
- Klien terkadang tampak suprapubik
meringis
Meragsang
- TD 90/60 mmHg, nadi
nosiseptor
65x/menit, RR 24 x/menit.
Persepsi nyeri
Pengeluaran
mediator nyeri
Nyeri dipersepsikan
menjalar ke dada
Nyeri akut
4 DS: faktor predisposisi Gangguan pola tidur
- Pasien (kontak inhalan, gizi
mengatakan durasi tidur 4 jam, buruk, lingkungan)
terbangun karena batuk dan nyeri,
keadaan bangun tidur : kurang M. tuberculosis
segar, masih mengantuk masuk (basil sampai
DO: di alveoli)
- pasien
tampak kurang tidur, nampak Proses peradangan
kantung mata
- pasien Akumulasi sekret di
nampak lemas bronkus
Batuk
Sering terbangun
ketika tidur
Kelemahan untuk
membasuh tubuh
Defisit Perawatan
Diri : Makan
6 DS: M. tuberculosis Defisiensi
- Pasien masuk (basil sampai pengetahuan
mengatakan hanya tau sakit yang di alveoli)
dialami
Proses peradangan
DO:
- pasien Kavitasi kuman
tampak gelisah dan tidak tahu
tentang penyakitnya Iritasi bronkus
- pasien
tidak tau penyebab sakit yang Pembuluh darah
dialami pecah
Hemaptoe
Kurang pengetahuan
tentang penyakit
Tidak segera ke
pelayanan kesehatan
Defisiensi
pengetahuan
7 DS: TB Paru Hambatan
- Pasien religiositas
mengatakan bahwa tidak bisa Hemaptoe
melakukan ibadah wajib selama
sakit Hospitalisasi
DO:
- Tampak Tidak bisa
pasien tidak bisa menjalankan menjalankan ibadah
ibadah sholat 5 waktu
Hambatan
religiositas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/
DIAGNOSA
NO TANGGAL/ NOC NIC
KEPERAWATAN
JAM
1 Rabu/ 22-11 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Monitor Pernafasan
2017/ 20.00 napas berhubungan diharapkan pola nafas klien efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor TTV
WIB dengan hiperventilasi 2. Monitor tingkat,
ditandai dengan pasien No Indikator Awal
Tujuan irama, kedalaman
1 2 3 4 5
mengatakan sesak 1 Frekwensi pernapasan napas
napas, pasien terkihat 2 Irama pernapasan 3. Catat pergerakan
3 Kepatenan jalan napas
sesak napas, pasien 4 Suara asukultasi napas dada, kesimetrisan.
tampak menggunakan 5 Pernapasan cuping 4. Buka jalan napas
hidung
otot bantu pernapasan, teknik head up.
pasien menggunakan Status pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas 5. Posisikan pasien
Indikator Awal 1 2 3 4 5
O2 6 lpm simple Penggunaan
semifowler untuk
mask, RR: 27x/menit otot bantu memaksimalkan
pernafasan ventilasi.
Keterangan: 6. Monitor pernapasan
1. Deviasi berat dari kisaran normal cupping hidung
2. Deviasi cukup dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal Terapi Oksigen
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 7. Ajarkan pasien untuk
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal melakukan napas dalam
8. Kolaborasi pemberian
terapi oksigen
2 Rabu/ 22-11 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Manajemen Nyeri (1400)
2017/ 20.00 berhubungan dengan jam, nyeri pasien berkurang dan dapat mengontrol 1. Lakukan pengkajian
WIB mekanisme nyeri dengan kriteria hasil : nyeri secara
peradangan ditandai No Indikator Awal
Tujuan
komprehensif
dengan pasien 1 2 3 4 5
2. Observasi adanya
mengatakan nyeri 1 Mengenali kapan nyeri
terjadi petunjuk nonverbal
pada bagian prostat 2 Menggunakan tindakan