Anda di halaman 1dari 8

IRIGASI

QUIZ

diajukan guna memenuhi Tugas Matakuliah Irigasi

Disusun oleh :
Kelompok 2 TEP-A
1. Achmad Romeli 151710201106

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1. Jelaskan Apa yang dimaksud dengan Sistem Irigasi, komponen irigasi dan
jenis-jenisnya. Jelaskan peran penting lembaga pengelolaan irigasi (nilai 10)

Irigasi merupakan salah satu faktor yang amat menentukan suksesnya pertanian
sebab tanpa pengairan yang cukup, sebagian besar tanaman yang menjadi
komoditas pertanian tidak akan tumbuh subur dan siap dipanen. Irigasi memegang
peran sangat penting sebab tanaman yang membutuhkan pengairan cukup tidak
hanya membutuhkan supply air pada awal penanaman atau masa-masa tertentu
saja, akan tetapi pada seluruh periode.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan
irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :

a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian.

b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan
dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian pemberian dan penggunaannya.

c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.

d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Petani indonesia memiliki beragam jenis sistemm irigasi. Secara lebih rinci,
berikut adalah penjelasan dari beberapa di antara jenis jenis irigasi :

1. Irigasi Permukaan

Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia.
Tekniknya adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai,
menggunakan bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas. . Metode
pemberian air dengan irigasi permukaan memiliki tiga cara yakni sistem basin,
border, dan furrow.

1. Irigasi Permukaan Sistem Basin

Irigasi permukaan sistem basin memiliki petak basin yang rata (level) dan dibatasi
oleh tanggul-tanggul kecil di sekelilingnya. Air bergerak dari pintu pemasukan air
ke ujung basin oleh energi potensial genangan air itu sendiri. Prosedur desain
irigasi genangan:
1. Menentukan layout petak yang meliputi,lokasi sumber air, bentuk lahan
biasanya mengkuti topografi, Bentuk bentuk segi empat, dan Ukuran lahan
(panjang dan lebar)

2. Menentukan kebutuhan irigasi

3. Menentukan waktu ilfiltrasi

4. Menentukan debit irigasi

5. Menentukan waktu pemberian air irigasi

2. Irigasi Permukaan Sistem Border

Irigasi permukaan sistem border ini sepintas hampir sama dengan sistem basin
yaitu dibagi-bagi menjadi petak-petak kecil yang dikelilingi oleh tanggul kecil
dimana air irigasi ditampung untuk memenuhi kebutuhan tanaman didalamnya.
Perbedaan dari sistem border dan basin terdapat dua perbedaan.

1. Border umumnya memiliki kemiringan lahan seragam dari saluran irigasi ke


arah saluran petak border. Sedangkan pada petak basin, elevasi adalah datar
(level) ke segala arah.

2. Border umumnya memiliki karakteristik bentuk memanjang dan agak sempit


jika dibandingkan dengan basin.

3. Irigasi Permukaan Sistem Furrow

Irigasi permukaan sistem furrow adalah jenis irigasi yang paling banyak
digunakan untuk tanaman yang tersususun baris (row crops). Pada sistem furrow,
air tidak lagi membasahi seluruh permukaan tanah tetapi mengalir pada kanal
yang kecil (furrow) diantara baris tanaman.

Kelebihan dari irigasi sistem furrow adalah mengurangi kehilangan akibat


evaporasi, mengurangi pelumpuran tanah berat dan mempercepat pengolahan
tanah setelah peberian air. Irigasi furoow cocok digunakan pada tanaman yang
mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air. Sistem irigasi ini membutuhkan
tenaga kerja yang lebih besar untuk mengoperasikannya bila dibandingkan dengan
irigasi sistem basin.

2. Irigasi Bawah Permukaan

Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada
lapisan tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar
menggunakan pipa bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya
kapiler, lengas tanah berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Dengan demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan
memberinya asupan nutrisi sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan
dan dapat memaksimalkan fungsi akar menopang tumbuhan.

3. Irigasi dengan Pancaran

Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena
memang baru dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air
dari sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi
sasaran, ujung pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah
sehingga muncul pancaran air layaknya hujan yang pertama kali membasahi
bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.

4. Irigasi Pompa Air

Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air
dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau
saluran. Jika sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya
tidak surut pada musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa
di-backup dengan jenis irigasi ini.

5. Irigasi Lokal

Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa
yang dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area
tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan
prinsip gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.

6. Irigasi dengan Ember atau Timba

Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang
mengairi lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut
air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara
manual pada lahan pertanian yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan,
jenis ini kurang efektif karena memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu
yang lama. Namun demikian, jenis yang demikian masih menjadi pilihan sebagian
petani utamanya petani di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk
membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.

7. Irigasi Tetes

Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian


menggunakan selang atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan
tertentu. Dengan pengaturan yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk
tetesan dan langsung pada bagian akar tanaman. Teknik yang demikian
dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar sehingga tidak perlu membasahi
lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan yang berlebih. Kelebihan
irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan air, menghindari
akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di masa-masa
awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman.
Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah
sehingga dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses
penanamannya.

Komponen irigasi adalah sebagai berikut

a. Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah


permukaan),
b. Kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi
lahan),
c. Kondisi biologis tanaman,
d. Aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi)
2. Jelaskan apa pengaruh antara pemanasan global, pertaniandanirigasi? (nilai 10)

Jawab :

Pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi yang disebabkan oleh timbunan
gas-gas rumah kaca seperti Karbon dioksida, metana, nitrat oksida dan
klorofluorokarbon (CFC) di atmosfer. Adanya pemanasan global akan berdampak
pada perubahan iklim dan hal ini akan berpengaruh pada sektor pertanian berupa
perubahan musim tanam (pola tanam) dan pada irigasi (ketersediaan air).
Perubahan iklim global berpengaruh terhadap temperatur suhu, kelembaban
relatif, lama penyinaran matahari,curah hujan, dan debit sungai. Tingginya
intensitas curah hujan setelah terjadinya perubahan iklim akan berdampak
terhadap fluktuasi debit sungai pada musim hujan dan kemarau. Naiknya suhu
permukaan bumi menyebabkan terjadinya kekacauan pola musim. Dimana cuaca
yang tidak menentu membuat para petani sulit dalam memperkirakan waktu untuk
mengelola lahan dan memanen. Ancaman bencana yang paling sering terjadi
seperti banjir, kekeringan, dan angin puting beliung. Akibat adanya banjir dan
kekeringan maka akan menyebabkan petani gagal panen Hal ini akan memiliki
dampak serius terhadap produktivitas pertanian, dan ketahanan pangan nasional.
Oleh karena itu perlu adanya perencanaan pengelolaan irigasi yang sistematis.
Sehingga dapat mengoptimalkan proses pengalokasian air untuk sektor pertanian.
Sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
3. Menurut klasifikasi iklim oldeman,

a. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki klasifikasi Iklim D dan E

b. Provinsi Sulaiwesi utara memiliki klasifikasi iklim C

c. Provinsi Jawa Tengah memiliki klasifikasi iklim A danB(nilai 20)

Berikan rekomendasi untuk pengembangan pertanian pada masing-masing


provinsi pada poin a,b,dan c dalam rangka ketahanan pangan nasional

Jawab:

a. Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tipe klasifikasi iklim D dan E

Provinsi Nusa Tenggara Barat memilki klasifikasi iklim D dan E, sehingga daerah
ini merupakan wilayah dengan jumlah bulan basah berturut-turut sebanyak tiga
hingga empat dan dengan jumlah bulan kering sebanyak dua. Berdasarkan
klasifikasi iklim oldeman tipe D maka wilayah ini dapat tanam padi umur pendek
satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan fluks radiasi surya
tinggi, waktu tanam padi palawija cukup. Pada penanaman padi, dapat
meningkatkan produksi dengan ketepatan waktu penanaman. Wilayah dengan
jumlah bulan kering minimal sebanyak maksimal dua, maka tanaman yang cocok
ditanam dalam kurun waktu satu tahun yaitu satu kali padi dan satu kali palawija.
Selain itu peningkatan produksi dapat dilakukan dengan perencanaan dan
pengelolaan sistem irigasi yang baik. Adapun pengembangan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan pada wilayah ini dapat
dilakuakan dengan langkah yaitu memilih jenis tanaman yang tepat (seperti padi
dan palawija), menerapkan pola tanam yang sesuai (seperti padi-padi-palawija),
memakai bibit unggul untuk hasil yang optimal, ketepatan waktu penanaman
(musim penghujan atau bulan basah, khususnya untuk tanaman padi), mengelola
sistem irigasi dengan baik,

Selain itu Provinsi Nusa Tenggara Barat ini juga termasuk daerah dengan tipe
iklim E yang pada umumnya terlalu kering, Dimana tipe iklim merupakan tipe
dengan jumlah bulan basah berturut-turut maksimal sebanyak tiga dan mungkin
hanya dapat satu kali tanam palawija, itu pun tergantung pada ada tidaknya hujan,
dan cocok untuk tanam padi seperti padi gogorancah. Pengembangan yang dapat
dilakukan pada daerah Nusa Tenggara Barat untuk ketahanan pangan nasional
yaitu dengan menyediakan air dari sistem irigasi yang baik, menanam pada waktu
yang tepat, merawat dan memelihara secara optimal, menggunakan bibit yang
baik dan unggul, memenuhi kebutuhan tanaman baik nutrisi baik itu unsure hara,
pupuk, air, dan cahaya, memilih tanaman yang tepat untuk ditanam (palawija).
b. Provinsi Sulaiwesi utara memiliki klasifikasi iklim C

Provinsi Sulaiwesi utara merupakan provinsi yang memiliki tipe klasifikasi iklim
C dimana dengan jumlah bulan basah berturut turut sebanyak 5 hingga 6, dan
jumlah bulan kering berturut-turut sebanyak maksimal 2 dalam periode 1 tahun.
Sehingga tanaman yang cocok yaitu padi-palawija-palawija. Adapun
pengembangan yang dapat dilakukan untuk daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam
rangka ketahanan pangan nasional yaitu, dengan memilih jenis tanaman yang
tepat, menerapkan pola tanam yang sesuai (seperti padi-palawija-palawija),
memakai bibit yang baik dan unggul, ketepatan pada waktu penanaman
(Misalnya, pada musim penghujan, lebih baik untuk menanam padi),
menggunakan sistem irigasi yang bagus.

Anda mungkin juga menyukai