Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Sungai (WS) Cimanuk-Cisanggarung meliputi wilayah seluas 7.711


km2, terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain DAS
Cimanuk (3584 km2), DAS Cisanggarung (1325 km2), DAS Cipanas-Pangkalan
(982 km2), serta DAS sungai-sungai kecil yang mengalir ke Laut Jawa sepanjang
Pantura Ciayu (1820 km2).

DAS Cimanuk dengan luas wilayah 3.584 km2, mempunyai curah hujan tahunan
rata-rata 2.800 mm dan potensi air permukaan rata-rata sebesar 7,43 milyar
m3/tahun. Adapun infrastruktur sumber daya air yang telah dibangun di Sungai
Cimanuk, berupa Bendung Rentang dengan sistem irigasinya seluas 90.000 Ha,
terletak di Wilayah Kabupaten Majalengka, Cirebon, Indramayu yang sepenuhnya
tergantung ketersediaan air di Sungai Cimanuk.

Lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah mencapai 110.000 Ha atau sekitar
31% dari luas DAS Cimanuk. Potensi air sungai Cimanuk di Rentang rata-rata
sebesar 4,3 milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya
terbuang ke laut karena belum ada waduk. Sistem irigasi Rentang seluas 90.000
Ha sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (River Runoff),
sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang
mengakibatkan kekeringan. Disamping itu, di wilayah hilir Sungai Cimanuk
(Pantura CIAYU) pada musim kemarau terjadi pula krisis ketersediaan air baku
untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh karena itu, Bendungan
Jatigede perlu segera dibangun guna mengatasi krisis air tersebut, baik untuk
menjamin ketersediaan air irigasi rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura
CIAYU.
Pelaksanaan konstruksi bendungan Jatigede yang perlu selalu diperhatikan adalah
teknik pelaksanaan konstruksi bendung yang didalamnya terkait teknik
pembebasan area konstruksi bendung dari gangguan air (sistem dewatering).
Sering kali pada konstruksi bendungan yang lain, gambar desain bangunan air
(bendung) tidak disertai teknik pelaksanaannya sehingga memaksa kontraktor
pelaksana harus membuat teknik pelaksanaan termasuk pelaksanaan sistem
dewateringnya yang kadang-kadang menggunaan perhitungan yang.diragukan
ketepatannya. Pada umumnya nilai dewatering dalam kontrak selalu dihitung
Lump Sum, dan tidak jarang ternyata setelah pelaksanaan dewatering ini
membengkak. Hal tersebut dikarenakan perencanaan dan gambar konstruksi
pengelak aliran air tidak jelas bahkan tidak ada. Cofferdam dan diversion adalah
konstruksi yang lazim digunakan dalam sistem dewatering. Konstruksi ini sering
tidak dimasukkan dalam RAB tersendiri. Pada hal bisa jadi konstruksi ini cukup
besar biayanya dan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan konstruksi
bendung. Untuk menghindari membengkaknya biaya dewatering, maka keduanya
perlu direncanakan dengan baik.

Dalam proyek bendungan Jatigede, cofferdam dibuat pada dua tempat,


yaitu pada bagian/ sisi hulu (upstream) dan pada bagian hilir (down stream).
Daerah di antara keduanya itulah yang akan dilakukan pekerjaan dewatering
untuk pelaksanaan badan bendungan. Ini berarti bahwa sungai ditutup sepenuhnya
selama proses pelaksanaan proyek bendungan. Oleh karena itu sebelum
cofferdam-cofferdam ini dibangun, harus dipersiapkan terlebih dahulu pengalihan
sungai atau river diversion.

River diversion pada bendungan Jatigede menggunakan sistem tunnel


diversion atau biasa disebut terowongan pengelak. Digunakan sistem terowongan
karena kondisi kanan kiri bendungan yang berbentuk bukit, sehingga untuk
membuat saluran pengelak harus menggunakan terowongan yang menembus
bukit.
Dalam pembangunan konstruksi terowongan pengelak ini diperlukan
metode-metode yang tepat, aman, dan efisien agar didapat hasil yang sesuai.

1.2 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka maksud dari laporan ini adalah
untuk mengetahui metode pelaksanaan, alat-alat yang digunakan, dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pembangunan Jatigede Diversion
Tunnel.
BAB II

DASAR TEORI

Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau gunung.


Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang
terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan
terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki
panjang minimal 0.1 mil, dan yang lebih pendek dari itu lebih pantas disebut
underpass.

Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin transportasi


langsung dari barang atau penumpang atau material lainnya menembus rintangan
alam dan aktifitas manusia. Terowongan dibuat menembus gunung, di bawah
sungai, laut, pemukiman, gedung- gedung atau jalan raya. Berguna untuk sarana
tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas, saluran pembuangan dan lain-lain.

Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya mobil atau
kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, ada pula
terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk mengurangi banjir atau untuk
dikonsumsi, terowongan untuk saluran pembuangan, pembangkit listrik, dan
terowongan yang menyalurkan kabel telekomunikasi. Ada juga terowongan yang
berfungsi sebagai jalan bagi hewan, umumnya hewan langka, yang habitatnya
dilintasi jalan raya. Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai metode
bagi jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat yang aman atau berbahaya,
seperti terowongan di jalur Gaza, dan terowongan Cu Chi di Vietnam yang
dibangun dan dipergunakan ketika perang Vietnam.

Di Inggris, terowongan bawah tanah untuk pejalan kaki atau transportasi


umumnya di sebut subway. Istilah ini digunakan di masa lalu, dan saat ini sering
di sebut underground rapid transit system. Berdasarkan fungsinya, terowongan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Terowongan lalu lintas (traffic) Beberapa penggunaan terowongan untuk
lalu lintas diantaranya:
- Terowongan kereta api, adalah terowongan yang merupakan
terowongan paling penting diantara terowongan lalu lintas.
- Terowongan jalan raya, terowongan yang dibangun untuk kendaraan
bermotor karena pesatnya pertambahan lalu lintas jalan raya
bersamaan dengan berkembangnya industri kendaraan bermotor.
- Terowongan pejalan kaki, terowongan ini termasuk dalam grup
terowongan jalan (road tunnel) tetapi penampangnya lebih kecil, jari
jari belokannya pendek dan kemiringannya besar (lebih besar dari
10%). Terowongan ini biasanya digunakan dibawah jalan raya yang
ramai atau dibawah sungai dan kanal sebagai tempat menyebrang bagi
pejalan kaki.
- Terowongan navigasi, terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-
lintas air di kanal-kanal dan sungaisungai yang menghubungkan satu
kanal atau sungai ke kanal lainnya. Disamping itu juga dibuat untuk
menembus daerah pegunungan untuk memperpendek jarak dan
memperlancar lalu lintas air.

b. Terowongan angkutan diantaranya adalah:


- Terowongan pembangkit tenaga listrik (hydro power), air dialihkan
atau dialirkan dari sungai atau reservoir untuk digunakan sebagai
pembangkit listrik disebuah stasiun pembangkit yang letaknya lebih
rendah. Terowongan ini dapat dikategorikan pada suatu grup utama
berdasarkan kegunaannya.
- Terowongan water supply, terowongan ini hampir sama dengan
terowongan stasiun pembangkit listrik air, perbedaannya hanya pada
fungsi kedua terowongan tersebut. Fungsi dari terowongan penyediaan
air adalah menyalurkan air dari mata air ketempat penyimpanan air di
dalam kota atau membelokkan air ke tempat penyimpanan tersebut.
- Terowongan sewerage water, terowongan ini dibuat untuk membuang
air kotor dari kota atau pusat industri ke tempat pembuangan yang
sudah disediakan.
- Terowongan untuk utilitas umum, terowongan ini biasanya dibuat di
daerah perkotaan untuk menyalurkan kabel listrik dan telepon, pipa gas
dan air, dan juga pipa pipa lainnya yang penting, dibuat dibawah
saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan untuk
memudahkan inspeksi secara kontinyu, pemeliharaan dan perbaikan
sewaktu waktu kalau ada kerusakan.

Berdasarkan lokasinya terowongan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai


berikut:

1. Underwater Tunnels
Terowongan yang dibangun dibawah dasar muka air. Pada umunnya
dibangun dibawah dasar dan sungai atau laut. Perhitungannya lebih
kompleks, selain ada tekanan tanah.juga terdapat tekanan air yang besar.
2. Mountain Tunnels
Terowongan jenis ini adalah salah satu terowongan yang mempunyai
peran penting ketika suatu daerah memiliki topografi yang beragam,
sehingga perlu adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit
maupun gunung.
3. Tunnels at Shallow Depth and Water City Streets
Jaringan transportasi di Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan
Jepang banyak yang menerapkan tipe terowongan ini. Terowongan jenis
ini sangat cocok untuk dibangun di perkotaan. Baik itu untuk transportasi
maupun saluran drainase kota.

Berdasarkan material yang dipakai, Paulus P Raharjo (2004) menjelaskan terdapat


3 jenis terowongan, yaitu:

1. Terowongan Batuan (Rock Tunnels)


Terowongan batuan dibuat langsung pada batuan massif dengan cara
pemboran atau peledakan. Terowongan batuan umumnya lebih mudah
dikonstruksikan daripada terowongan melalui tanah lunak karena pada
umumnya batuan dapat berdiri sendiri kecuali pada batuan yang
mengalami fracture.
2. Terowongan melalui tanah lunak (Soft Ground Tunnels)
Terowongan melalui tanah lunak dibuat melalui tanah lempung atau pasir
atau batuan lunak (soft rock) . Karena jenis material ini runtuh bila digali,
maka dibutuhkan suatu dinding atau atap yang kuat sebagai penahan
bersamaan dengan proses penggalian. Umumnya digunakan shield
(pelindung) untk memproteksi galian tersebut agar tidak runtuh. Teknik
yang umum digunakan pada saat ini adalah shield tunneling Pada
terowongan melalui tanah lunak ini, lining langsung dipasang dibelakang
shield bersamaan dengan pergerakan maju dari mesin pembor terowongan
(Tunnel Boring Machine).
3. Terowongan gali timbun (Cut and Cover Tunnel)
Terowongan ini dibuat dengan cara menggali sebuar trench pada tanah,
kenudian dinding dan atap terowongan dikonstruksikan di dalam galian.
Sesudah itu galian ditimbun kembali dan seluruh struktur berada dibawah
timbunan tanah. (Sumber : Rai Made Astawa Rai : Teknik Terowongan:
1988)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan terowongan yaitu:

a. Lokasi
b. Metode konstruksi
c. Material

Kegunaan rancangan terowongan perlu memperhatikan:

a. Massa batuan yang komplek ; gaya-gaya yang dihasilkan oleh redistribusi


tegangan awal.
b. Sifat-sifat material di sekitar, kemungkinan failure / keruntuhan di struktur
bahan dan kekuatan batuan.
BAB III

DATA TEKNIS

3.1 Lokasi Bendungan

Bendungan Jatigede terdapat di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia.

Gambar 3.1 : lokasi bendungan Jatigede

3.2 Denah Bendungan


Gambar 3.2 : denah rencana bendungan Jatigede

3.3. Manfaat Bendungan


Gambar 3.3 : manfaat bendungan Jatigede

3.4 Data Rencana

- Hidrologi
Luas Catchment Area : 1.462 km2
Volume run-off tahunan : 2,5 x 109 m3

- Waduk
Muka Air (MA) banjir max : El +262
MA operasi max (FSL) : El +260
MA operasi min (MOL) : El +230
Luas permukaan waduk (El +262) : 41,22 km2
Volume gross (El +260) : 980 x 106 m3
Volume efektif (antara El +221 dan +260) : 877 x 106 m3
- Bendungan
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi mercu bendungan : El +265
Panjang bendungan : 1.715 m Lebar mercu bendungan : 12 m
Tinggi bendungan maksimum : 110 m
Volume timbunan : 6,7 x 106 m3

- Spillway Lokasi : at the dam body


Tipe : Gated spillway with chute way
Crest : Lebar 50 m, El. +247
Dimensi radial gates : 4 bh (W=13; H=14,5m)
Q outflow : 4,468 m3 /det (PMF = 11.000 m3 /det)

- Intake Irigasi Lokasi : Di bawah spillway


Irrigation inlet appron : El +204
Tipe : Reinforced concrete conduit
Dimensi condoit : D=4,5 m; L=400 m

- Terowongan Pengelak Lokasi : under the spillway


Inlet level : El +164
Tipe : Circular lined reinforced concrete
Debit rencana (Q100) : 3.200 m3 /det
Dimensi terowongan : D=10 m; L=556 m

- PLTA
Lokasi : Right abutment
Power Inlet appron : El +210
Headrace tunnel : D=4,5 m; L=3.095 m
Design head : 170 m
Tipe turbin : Francis
Kapasitas terpasang : 2 x 55 GWH =110 MW
Produksi rata-rata : 690 GWH/tahun
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Metode Pelaksanaan

Secara garis besar, tahapan konstruksi yang dilakukan pada terowongan


pengelak bendungan Jatigede terbagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Penyelidikan geoteknik

Penyelidikan geoteknik adalah elemen yang sangat penting dalam


perencanaan dan pelaksanaan sebuah terowongan. Dengan data geologi
yang memadai dapat ditentukan desain terowongan yang sesuai, metode
pelaksanaan yang paling optimal, biaya pelaksanaan yang paling rasional
serta persiapan yang sebaik baiknya direncanakan aspek keamanan
pelaksanaan. Biaya pelaksanaan akan sangat berpotensi membengkak
karena kurang tersedianya data geologi.

Secara spesifik tujuan penyelidikan tersebut adalah untuk:

a) Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan


b) Menentukan sifat fisik batuan
c) Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah
d) Memberikan kepastian setinggi tingginya bagi suatu proyek dan
dan memberi wawasan kepada engineer mengenai kondisi yang
mungkin terjadi saat pelaksanaan
e) Mengurangi unsur ketidakpastian bagi kontraktor
f) Meningkatkan keselamatan kerja
g) Memberi pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas
kualitas keputusan di lapangan.

2. Konstruksi galian terowongan


Pada pekerjaan konstruksi galian terowongan pengelak bendungan
Jatigede, dibedakan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:

a. Drilling

Proses drilling adalah proses permesinan untuk membuat lubang


bulat pada benda kerja. Dalam kasus pembangunan konstruksi
terowongan pengelak bendungan Jatigede, fungsi drilling adalah
untuk membuat lubang tembak. Lubang tembak adalah adalah
lubang bor yang nantinya, akan diisi oleh bahan peledak.

Untuk tahap ini, dibantu dengan alat Jumbo Drill.

Gambar 4.1 : alat Jumbo Drill (sumber: jhfletcher.com)

Gambar 4.2 : Jumbo Drill di lapangan (sumber: geotechpedia.com)


Gambar 4.3 : teknik drilling oleh Jumbo Drill (sumber: alamy.com)

b. Charging
Proses charging adalah proses pengisian bahan peledak pada tiap-
tiap lubang yang telah dibuat oleh Jumbo Drill. Pengisian ini
dilakukan secara manual oleh tenaga manusia dengan bantuan
hydraulic boom yang dilengkapi dengan keranjang.

Gambar 4.4 : hydraulic boom dengan keranjang (sumber:


hydrohydraulic.com)
c. Blasting

Blasting adalah proses peledakan bahan-bahan peledak


menggunakan alat peledak semacam dinamit pada sisi-sisi yang
telah terpasang bahan peledak sebelumnya.

Gambar 4.5 : proses peledakan (sumber: denver.cbslocal.com)

Gambar 4.6 : selesai proses peledakan (sumber: tunneltalk.com)

d. Pembuangan material ledakan


Material-material hasil ledakan diangkut dengan bantuan alat
wheel loader dan dump truck menuju tempat pembuangan.

Gambar 4.7 : wheel loader (sumber: Hyundai.eu)

Gambar 4.8 : dump truck (sumber: Wikipedia)

e. Chopping

Chopping adalah melepas atau menggaruk batu-batuan yang masih


tersisa di sekitar terowongan, menggunakan alat back hoe dan
diangkut dengan dump truck.
Gambar 4.9 : back hoe (sumber: dhsdiecast.com)

3. Pemasangan penyangga awal

Pada konstruksi pembangunan terowongan bendungan Jatigede, digunakan


metode blasting untuk pembuatan lubang terowongan. Metode blasting ini
memang dinilai baik dan cepat. Namun, kekurangannya adalah dapat
merusak struktur batuan di sekelilingnya, sehingga perlu untuk dilakukan
penyanggaan di sekelilingnya.

Tujuan utama dari sebuah system penyanggan adalah membuat lubang


tetap stabil dalam semua fase bawah tanah, menjamin keamanan para
pekerja dari berbagai kemungkinan yang berhubungan dengan bawah
tanah, termasuk yang paling diketahui orang awam sebagai runtuhnya
terowongan tambang.

Penyanggaan pada konstruksi pembangunan terowongan pengelak


bendungan Jatigede melalui 4 (empat) tahap, yaitu:

a. Penyanggaan primer
Penyanggaan primer menggunakan besi wire mesh dengan tenaga
manusia secara manual. Sebelum dipasang besi wire mesh, dinding
terowongan terlebih dahulu dipasang primary shotcrete setebal
10cm.
Gambar 4.10 : penyangga wire mesh (sumber: tunnel-online.info)

b. Penyanggaan sekunder

Penyanggaan sekunder menggunakan shotcrete dengan tebal 15


cm. shotcrete secara umum adalah campuran antara
semen,aggregate/kerikil,air ,fibre plastic atau baja, dan semua
admiktur/campuran tambahan. Yang disemprotkan dengan
mengunakan udara bertekanan tinggi. Kata shot/tembak disini
berarti disemprotkan dengan udara bertekanan tinggi sekitar 6000
Psi. Tekanan tinggi diperlukan untuk dapat menyemprotkan beton
dengan berbagai macam campurannya yang sangat liat,
menggumpal dan keras. Alat yang digunakan dalam pekerjaan
shotcrete adalah wet type sprayer.
Gambar 4.11 : pekerjaan shotcrete (sumber: alamy.com)

c. Rockbolt

Rockbolt bisa dikatakan sebagai semacam angkur yang berfungsi


sebagai stabilisasi penyangga dan batuan pada terowongan.
Sebelum rockbolt dipasang, dibuat lubang terlebih dahulu. Apabila
lubang selesai dibuat, dipompakan alat khusus yang bernama grout
pump. Kemudian rockbolt ditekan pada lubang tersebut, kemudian
diberi baji (wedge).

Rockbolt dipasang pada:

Penyangga wire mesh, sepanjang 3 meter


Penyangga shotcrete, sepanjang 6 meter
Gambar 4.12 : grout pump (sumber: tunneltalk.com

Gambar 4.13 : ilustrasi rockbolt (sumber: Wikipedia.com)

Gambar 4.14 : rockbolt


d. Pemasangan steel rib

Steel rib berfungsi sebagai penyangga tambahan yang dipasang di


dinding terowongan. Steel rib dipasang secara manual dengan
bantuan wheel loader.

Gambar 4.15 : steel rib (sumber: jasarollprofile.com)

Gambar 4.16 : steel rib yang telah terpasang (sumber:


newcivilengineer.com)
4. Finishing

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari konstruksi pekerjaan. Dilakukan


pekerjaan backfill grouting setelah pembetonan selesai dilakukan. Backfill
grouting berfungsi untuk menahan tanah dari keruntuhan dengan cara
mengisi rongga-rongga pada batuan dengan grouting pump.

4.2 Permasalahan

Selama pembangunan konstruksi terowongan pengelak bendungan


Jatigede, terdapat beberapa permasalahan, diantaranya:

a. Runtuhnya dinding terowongan


Dinding terowongan pengelak Jatigede sempat mengalami keruntuhan
pada saat sudah dipasang steel rib.

Gambar 4.17: keruntuhan terowongan


Gambar 4.18

Gambar 4.19
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari laporan ini adalah:

1. Terowongan pada bendungan jatigede dibangun karena akan difungsikan


sebagai diversion tunnel (saluran pengalih aliran air) agar lahan
pembangunan bendungan lancar dan terbebas dari gangguan air.
2. Terowongan Jatigede memiliki dimensi lebar 10 meter dan panjang 556
meter.
3. Metode pelaksanaan terowongan terdiri dari:
- Drilling
- Charging
- Blasting
- Pemasangan penyangga, baik wiremesh atau shotcrete
- Pemasangan rockbolt
- Pemasangan steel rib
- Pekerjaan grouting
4. Permasalahan yang terjadi selama proses pengerjaan adalah runtuhnya
dinding terowongan.

Anda mungkin juga menyukai