Tero Wong An
Tero Wong An
PENDAHULUAN
DAS Cimanuk dengan luas wilayah 3.584 km2, mempunyai curah hujan tahunan
rata-rata 2.800 mm dan potensi air permukaan rata-rata sebesar 7,43 milyar
m3/tahun. Adapun infrastruktur sumber daya air yang telah dibangun di Sungai
Cimanuk, berupa Bendung Rentang dengan sistem irigasinya seluas 90.000 Ha,
terletak di Wilayah Kabupaten Majalengka, Cirebon, Indramayu yang sepenuhnya
tergantung ketersediaan air di Sungai Cimanuk.
Lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah mencapai 110.000 Ha atau sekitar
31% dari luas DAS Cimanuk. Potensi air sungai Cimanuk di Rentang rata-rata
sebesar 4,3 milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya
terbuang ke laut karena belum ada waduk. Sistem irigasi Rentang seluas 90.000
Ha sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (River Runoff),
sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang
mengakibatkan kekeringan. Disamping itu, di wilayah hilir Sungai Cimanuk
(Pantura CIAYU) pada musim kemarau terjadi pula krisis ketersediaan air baku
untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh karena itu, Bendungan
Jatigede perlu segera dibangun guna mengatasi krisis air tersebut, baik untuk
menjamin ketersediaan air irigasi rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura
CIAYU.
Pelaksanaan konstruksi bendungan Jatigede yang perlu selalu diperhatikan adalah
teknik pelaksanaan konstruksi bendung yang didalamnya terkait teknik
pembebasan area konstruksi bendung dari gangguan air (sistem dewatering).
Sering kali pada konstruksi bendungan yang lain, gambar desain bangunan air
(bendung) tidak disertai teknik pelaksanaannya sehingga memaksa kontraktor
pelaksana harus membuat teknik pelaksanaan termasuk pelaksanaan sistem
dewateringnya yang kadang-kadang menggunaan perhitungan yang.diragukan
ketepatannya. Pada umumnya nilai dewatering dalam kontrak selalu dihitung
Lump Sum, dan tidak jarang ternyata setelah pelaksanaan dewatering ini
membengkak. Hal tersebut dikarenakan perencanaan dan gambar konstruksi
pengelak aliran air tidak jelas bahkan tidak ada. Cofferdam dan diversion adalah
konstruksi yang lazim digunakan dalam sistem dewatering. Konstruksi ini sering
tidak dimasukkan dalam RAB tersendiri. Pada hal bisa jadi konstruksi ini cukup
besar biayanya dan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan konstruksi
bendung. Untuk menghindari membengkaknya biaya dewatering, maka keduanya
perlu direncanakan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka maksud dari laporan ini adalah
untuk mengetahui metode pelaksanaan, alat-alat yang digunakan, dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pembangunan Jatigede Diversion
Tunnel.
BAB II
DASAR TEORI
Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya mobil atau
kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, ada pula
terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk mengurangi banjir atau untuk
dikonsumsi, terowongan untuk saluran pembuangan, pembangkit listrik, dan
terowongan yang menyalurkan kabel telekomunikasi. Ada juga terowongan yang
berfungsi sebagai jalan bagi hewan, umumnya hewan langka, yang habitatnya
dilintasi jalan raya. Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai metode
bagi jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat yang aman atau berbahaya,
seperti terowongan di jalur Gaza, dan terowongan Cu Chi di Vietnam yang
dibangun dan dipergunakan ketika perang Vietnam.
1. Underwater Tunnels
Terowongan yang dibangun dibawah dasar muka air. Pada umunnya
dibangun dibawah dasar dan sungai atau laut. Perhitungannya lebih
kompleks, selain ada tekanan tanah.juga terdapat tekanan air yang besar.
2. Mountain Tunnels
Terowongan jenis ini adalah salah satu terowongan yang mempunyai
peran penting ketika suatu daerah memiliki topografi yang beragam,
sehingga perlu adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit
maupun gunung.
3. Tunnels at Shallow Depth and Water City Streets
Jaringan transportasi di Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan
Jepang banyak yang menerapkan tipe terowongan ini. Terowongan jenis
ini sangat cocok untuk dibangun di perkotaan. Baik itu untuk transportasi
maupun saluran drainase kota.
a. Lokasi
b. Metode konstruksi
c. Material
DATA TEKNIS
- Hidrologi
Luas Catchment Area : 1.462 km2
Volume run-off tahunan : 2,5 x 109 m3
- Waduk
Muka Air (MA) banjir max : El +262
MA operasi max (FSL) : El +260
MA operasi min (MOL) : El +230
Luas permukaan waduk (El +262) : 41,22 km2
Volume gross (El +260) : 980 x 106 m3
Volume efektif (antara El +221 dan +260) : 877 x 106 m3
- Bendungan
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi mercu bendungan : El +265
Panjang bendungan : 1.715 m Lebar mercu bendungan : 12 m
Tinggi bendungan maksimum : 110 m
Volume timbunan : 6,7 x 106 m3
- PLTA
Lokasi : Right abutment
Power Inlet appron : El +210
Headrace tunnel : D=4,5 m; L=3.095 m
Design head : 170 m
Tipe turbin : Francis
Kapasitas terpasang : 2 x 55 GWH =110 MW
Produksi rata-rata : 690 GWH/tahun
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Penyelidikan geoteknik
a. Drilling
b. Charging
Proses charging adalah proses pengisian bahan peledak pada tiap-
tiap lubang yang telah dibuat oleh Jumbo Drill. Pengisian ini
dilakukan secara manual oleh tenaga manusia dengan bantuan
hydraulic boom yang dilengkapi dengan keranjang.
e. Chopping
a. Penyanggaan primer
Penyanggaan primer menggunakan besi wire mesh dengan tenaga
manusia secara manual. Sebelum dipasang besi wire mesh, dinding
terowongan terlebih dahulu dipasang primary shotcrete setebal
10cm.
Gambar 4.10 : penyangga wire mesh (sumber: tunnel-online.info)
b. Penyanggaan sekunder
c. Rockbolt
4.2 Permasalahan
Gambar 4.19
BAB V
KESIMPULAN