Anda di halaman 1dari 4

MORBUS HANSEN (Kusta, Lepra)

PENGERTIAN
Adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama kali
menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat
ETIOLOGI
Mycobacterium Leprae yg ditemukan pertama kali oleh akmuer Hasen di norwegia
INSIDEN
Dapat terjadi pada semua umur, tapi jarang ditemukan pada bayi
Laki-laki lebih banyak dibanding wanita
Diperkirakan penderita didunia 10.596.000 dan di Indonesia 121.473 Orang (data
th 1992)
PENULARAN
Cara penularannya belum diketahui dengan jelas
Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection)
Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan
berlangsung lama
Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur,
Jenis kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan > ( 93
95 % kekebalan pada penyakit lepra)
GAMBARAN KLINIS
Dapat menyerang kulit, saraf, otot, ras, mata, jantung, testis
Pada kulit > tdp makula yg hipopigmentasi yg kurang rasa/tidak rasa, kulit kering
dan pecah-pecah, terjadi madarosis
Pada saraf > Sensoris : hipestesi/anastesi > ulkus
Motoris : Paralisa otot, atropi otot dan kontraktur
Otonom : gangguan pengeluaran keringat
Penebalan saraf tepi
Testis > orchitis
Mata > Keratitis, iridosiklitis
Secara umum permukaan tubuh yang sering diserang adalah permukaan tubuh yang
memiliki sushu yg rendah seperti : muka, telinga, hidung dan ekstremitas
Tanda-tanda khas pada makula adalah 5 A (anastesi, achromi,atropi,anhidrosis, alopesia)
KLASIFIKASI
Tujuan Kalsifikasi adalah:
1. penentuan prognosis
2. penentuan terapi
3. penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan
4. mengantisipsi terjadinya reaksi
5. penyeragaman secara internasional > kepentingan epidemiologis
Beberapa klasifikasi MH antara lain
1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953)
Lepromatous ( L)
Tuberculoid (T)
Indeterminate (I)
Borderline (B)
2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)
TT, BT, BB, BL, LL
3. Klasifikasi WHO (1981)
Paucibacillary : BI > Negatif
Multibacillary > Positif
BACTERIOSKOPIS
Secara mikroskopis dapat ditemukan
Batang utuh (solid)
Batang terputus (fragmented)
BACTERIAL INDEKS (BI)
Uukuran semi kuantitatif kepadatan basil kusta dari sediaan kulit yang diperiksa. Yang
dihitung adalah jumlah rata-rata dari basil hidup dan mati yang diambil dari beberapa
tempat
Kegunaan BI adalah:
1. Membantu menegakkan diagnosis
2. Membantu menetukan klasifikasi atau membantu menentukan tipe kusta
3. Membantu menilai berat ringannya daya infeksi pada kulit dan bukan untuk
menentukan/ menilai hasil pengobatan tang efektif
MORPHOLOGIKAL INDEKS
Adalah merupakan prosentase basil kusta yang bentuk solid dibanding semua hasil yg
dihitung
Kegunaan MI
1. membantu kemajuan pengobatan/menilai efektifitas obat-obatan
2. menentukan resistensi basil terhadap obat, serta dapat menular atau tidaknya kusta
TES LEPROMIN
Menentukan klasifikasi dan tipe kusta
Dikenal ada 2 macam lepromin yaitu:
1. lepromin mitsuda H
2. lepromin dharmendra
reaksi kulit thd pembacaan lepromin yaitu:
1. reaksi dini (reaksi fernandes > terbentuk infiltrasi eritematosa yang timbul 24-72 jam
setelah penyuntikan. Pembacaan biasa dilakukan 48 jam setelah penyuntikan. Hasil
dinyatakan (-) sampai positif 3 (+3)
2. reaksi lambat (reaksi mitsuda) > terbentuk nodular pada hari 21-30. reaksi ini
menunjukkan respon thd imunitas sellular. Pembacaan dilakukan pada hari ke 21
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu:
1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian
(hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh
2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-
tempat predileksi
3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan
morfologi M. Leparae yang khas
dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen
PENGOBATAN
Jenis-jenis obat kusta:
obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide
obat sekunder: INH, streptomycine
Dosis menurut rekomendasi WHO
a. Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT)
1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari
2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan
Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan diawasi
selam 2 tahun
b. Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL)
1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan
2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari
3. Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50
mg/hari
Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi 5 tahun
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan sebelumnya
Bentuk lesi
Adakah tanda-tanda infeksi
Adakah nyeri
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama
Sudahkah pasien berobat untuk menyembuhkan lesi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. resiko terhadap penularan infeksi
2. kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi, tindakan dan pencegahan
TUJUAN
1. pencegahan penularan infeksi
2. pengatahuan tentang penyakit dan tindakannya
INTERVENSI
1. Mencegah penularan infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Mengisolasi pasien bila memungkinkan
2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit
Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami
Jelaskan tentang pengobatan penyakit yitu dalam jangka waktu yang lama
membutuhkan ketekunan dan kesabaran
EVALUASI
1. menggunakan metode yang tepat untuk penyebaran infeksi
2. mendapatkan pengetahuan tentang penyakitnya
Sumber
https://iwansaing.wordpress.com/2009/06/09/morbus-hansen/

Anda mungkin juga menyukai