Prinsip
Prinsip
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan.
Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan
etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi
AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau
buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang
berhubungan/alasan tentang isu moral.
Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih
tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis
terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan
bagian dari filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike
lee, 1994). Menurut Websters The discipline dealing with what is good and bad and with
moral duty and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral
decision making Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan
pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan,
serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan
bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral
merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu
kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika
keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya
mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya
sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk
menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang
didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah
kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya
variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-
lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang
berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .
Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak
lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut
pandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang
diberikan.
Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan
yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan
sesuai SAK
Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan
semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak
tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang
lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hukum.
Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas,
berhubungan dengan hukum legal.(Websters, 1998). Contoh : Klien berhak untuk
mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya
Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat berhak:
1. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai dengan latar pendidikannya
3. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta
standard an kode etik profesi
4. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya tentang keluhan kesehatan
dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan
5. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya
baik secara fisik maupun emosional
8. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
9. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan atau
keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.
10. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman
tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar
profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.
11. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya
berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang
bersangkutan
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang profesinya.
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lain, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja ataupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.Perawat senantiasa menyebarluaskan
pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya terhadap sesama perawat serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam
bidang perawatan.Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan.Perawat senantiasa
meningkatkan pengetahuan kemampuan profesional secara sendiri atau bersama-sama dengan
jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan perawatan.Perawat selalu menjungjung tinggi nama baik profesi perawatan
dengan menunjukkan tingkahlaku dan kepribadian yang luhur.Perawat senatiasa berperan
dalam penentuan pembakuan pendidikan dan pelayanan perawatan serta menerapkan dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan perawatan.Perawatan secara bersama-sama membina dan
memelihara mutu organisasi profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
Informed Consent adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan dari
persetujuan tindakan medik. Informed Consentterdiri dari dua kata
yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau telah di
informasikan dan Consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk
berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari informed Consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah
mendapatkan penjelasan atau informasi.
Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) disebutkan sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien
atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk
menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan oleh dokter
pada pasien , lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek
Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed Consent bukan hanya
sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh pasien atau
keluarganya tetapi persetujuan tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi intensif
untuk mencapai sebuah kesamaan persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan suatu tindakan,
pengobatan, perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif ini telah dilakukan oleh kedua
belah pihak yaitu antara dokter sebagai pemberi pelayanan dan pasien sebagai penerima
pelayanan kesehatan maka hal tersebut dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah proses
komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak maka dokter wajib untuk menghargai
keputusan tersebut dan meminta pasien untuk menandatangani surat pernyataan menolak
tindakan medik . jadi informed Consent adalah sebuah proses bukan hanya sekedar
mendapatkan tandatangan lembar persetujuan tindakan.
Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses mencapai kesamaan persepsi antara
dokter dan pasien agar terbangun suatu persetujuan tindakan medik adalah bahasa
komunikasi yang digunakan. Jika terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau istilahistilah
yang sulit dimengerti oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya mispersepsi yang akan
membuat gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan. Sehubungan dengan
hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111) mengungkapkan bahwa informed conset dapat
dilakukan ,antara lain :
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan ternyata pasien
gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan , tidaklah berari bahwa upaya
memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter harus tetap memberikan
ruang yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali setiap keuntungan dan kerugian jika
tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu dokter tetap berusaha
melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan efisien yang memungkinkan untuk
memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan jika memang tindakan tersebut
adalah tindakan yang utama dan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong
menyembuhkan atau meringankan sakit pasien.