Abstraksi
Pembentukan peraturan perundang-undangan pada dasarnya merupakan suatu sistem. Oleh
karena didalamnya terdapat beberapa peristiwa yang terjalin dalam satu rangkaian yang tidak
terpisahkan antara satu dan lainnya. Dalam upaya menjamin kepastian pembentukan peraturan
perundangan-undangan maka dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
senantiasa berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1
Maria Farida Indrati, S., Meningkatkan Kualitas Peraturan Perundang-undangan Di Indonesia , artikel
2
Arita Saparinda, Bahan Ajar Penyusunan Perundang-undangan
peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum.
Pembentukan peraturan perundang-undangan (staatliche rechtssetzung) adalah
ikhtiar/upaya merealisasikan tujuan tertentu, dalam arti mengarahkan, mempengaruhi,
pengaturan perilaku dalam konteks kemasyarakatan yang dilakukan melalui dan dengan
bersaranakan kaidah-kaidah hukum yang diarahkan kepada perilaku warga masyarakat atau
badan pemerintahan, sedangkan tujuan tertentu yang ingin direalisasikan pada umumnya
mengacu kepada idea atau tujuan hukum secara umum, yaitu perwujudan keadilan, ketertiban
dan kepastian hukum. 3
Menurut teori perundang-undangan, pembentukan peraturan perundang-undangan
meliputi 2 (dua) masalah pokok, yaitu Pertama aspek materiil/substansial, aspek ini berkenaan
tentang pengolahan isi dari peraturan perundang-undangan yang memuat asas-asas dan kaidah-
kaidah hukum sampai dengan pedoman perilaku konkrit dalam bentuk aturan-aturan hukum.
Selain itu juga di dalam aspek ini berkenaan dengan masalah pembentukan struktur, sifat dan
penentuan jenis kaidah hukum yang akan dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan.
Kedua aspek formal/prosedural, di mana dalam aspek ini berhubungan dengan kegiatan
pembentukan peraturan perundang-undangan (upaya tentang pemahaman terhadap metode,
proses dan tekhnik perundang-undangan) yang berlangsung dalam suatu negara tertentu. 4
Baik aspek materiil maupun aspek formal ini saling berhubungan secara timbal balik dan
dinamis, di mana aspek materiil memuat jenis-jenis kaidah memerlukan aspek formal agar
pedoman-pedoman perilaku yang hendak direalisasikan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan dapat diwujudkan atau dikonkridkan, memiliki legitimasi dan daya berlaku efektif dalam
realitas kehidupan masyarakat. Sebaliknya, sebuah peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan melalui aspek formal dari metode, proses dan tekhnik perundang-undangan sampai
menjadi aturan hukum yang positif agar mempunyai makna serta mendapat respek dan
pengakuan yang memadai dari pihak yang terkena dampak pengaturan tersebut memerlukan
landasan dan legitimasi dari aspek materiil. 5
Menurut pendapat Maria Farida Indrati Soeprapto, pengertian perundang-undangan
mempunyai 2 pengertian yang berbeda yaitu : 6
1. perundangan-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-
peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah;
2. perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;
Sedangkan menurut S.J. Fockema Andreade, istilah perundang-undangan (legislation,
wetgeving, gezetsgebung) bermakna 7 :
1. Dalam arti luas
Keseluruhan peraturan tertulis yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang
(Pusat dan/atau Daerah) yang mengikat dan berlaku secara umum dalam wilayah atau
daerah suatu negara tertentu (UU dalam arti materiel).
2. Dalam arti sempit
Peraturan tertulis yang dibuat bersama oleh Pemerintah (Presiden) dan Parlemen (DPR)
(UU dalam arti formiel).
Istilah undang-undang dapat digunakan dalam arti, pertama, materiil, bahwa semua
bentuk peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang dan
mempunyai kekuatan mengikat secara umum. Kedua, Formal, bahwa dengan menunjuk salah
3
Laboratorium Hukum FH UNPAR, Ketrampilan Perancangan Hukum, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1997,
hlm 2
4
Laboratorium Hukum FH UNPAR., Op. Cit., hlm. 2
5
Ibid., hlm. 3
6
Mahendra Putra Kurnia,dkk, Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif, Kreasi Total Media, Cetakan
pertama Juni 2007., hlm. 6-7
7
N. Satria Abdi, S.H., M.H., Legal Drafting, makalah dan atau bahan ajar
satu bentuk peraturan perundang-undangan, yang dibentuk oleh badan pembentuk peraturan
perundang-undangan menurut tata cara, bentuk, dan pengundangan yang telah ditentukan
Secara umum pengertian perundang-undangan adalah sebagai proses penyusunan dan
pembentukan peraturan perundang-undangan secara tertulis, yang dibuat oleh pejabat yang
berwenang, berlaku dan mengikat secara umum. Sehingga unsur-unsur peraturan perundang-
undangan meliputi :
1. Peraturan tertulis;
2. Dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang;
3. Mengikat secara umum.
1. Dasar yuridis
Dasar yuridis sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, karena
akan menunjukkan :
a. keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan,
karena apabila tidak, maka peraturan yang dibuat tersebut batal demi hukum;
b. keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan dengan materi yang
diatur, jika tidak maka peraturan itu dapat dibatalkan;
c. keharusan mengikuti tata cara yang ditetapkan, jika tidak maka batal demi hukum;
d. keharusan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
2. Dasar sosiologis
Dasar sosiologis mengandung arti bahwa peraturan perundang-undangan yang dibentuk
harus mencerminkan kenyataan hidup dalam masyarakat dan merupakan aspirasi masyarakat.
Dengan kata lain bahwa diharapkan peraturan yang dibuat akan diterima oleh masyarakat secara
wajar, bahkan dengan spontan, bukan sebaliknya, penerimaan masyarakat atas suatu peraturan
lebih disebabkan oleh paksaan penguasa. 8
3. Dasar filosofis
Dasar filosofis pada dalam setiap peraturan perundang-undangan bahwa setiap bangsa
dan negara khususnya masyarakat suatu bangsa tentunya mempunyai rechtside (cita hukum),
yaitu sesuatu yang diharapkan dari sebuah peraturan perundang-undangan, misalnya
terjaminnya rasa keadilan, ketertiban, kesejahteraan, keamanan dan sebagainya.
8
Zairin Harahap, Penyusunan Peraturan Perundang-undangan., Bahan Ajar
9
Bewa Ragawino, Sistem Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia, Penelitian ini dilakukan
di Kota Bandung yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman yang membawahi Sub Dinas Dekorasi Kota dan Reklame
khususnya Seksi Reklame, tahun 2005., hlm. 16
10
Bewa Ragawino, Op.Cit., hlm. 17
11
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan; Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius,
2007., hlm. 252
12
Maria Farida Indrati S, ibid., hlm. 254-255
13
Maria Farida Indrati S., Op.Cit., hlm. 256
14
Nimatul Huda, Teknik dan Strategi Pembuatan Naskah Akademik, makalah disampaikan dalam acara a
Training of Trainer Tekhnik Penyusunan Perundang-undangan (Legal Drafting) yang diselenggarakan Pusdiklat
Laboratorium FH UII, 19 Oktober 2009
15
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-Dasar dan Perkembangannya, Penerbit
Kanisius 1998, hlm. 6
16
Ibid., hlm. 6
17
Laboratorium Hukum FH UNPAR., Op. Cit., hlm. 4
18
Ibid., hlm. 4
19
Ibid., hlm. 5-6
F. Naskah Akademik
Berbagai istilah mengenai naskah akademik peraturan perundang-undangan ini
bermunculan, seperti istilah naskah rancangan undang-undang, naskah ilmiah rancangan
20
Ibid., hlm. 7-8
21
Wahid, Penyusunan Naskah Akademik, makalah, www.legalitas.org
22
Aan Eko Widiarto, Metode dan Teknik Penyusunan Naskah Akademik , makalah, www.legalitas.org.
misalnya etika, adat, agama dan lain-lain. Dasar yuridis ialah ketentuan hukum yang menjadi
dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan. Dasar yuridis ini terdiri dari dasar yuridis
dari segi formil dan dasar yuridis dari segi materiil 23 . Dasar yuridis dari segi formil adalah
landasan yang berasal dari peraturan perundang-undangan lain untuk memberi kewenangan
bagi suatu instansi membuat aturan tertentu. Sedangkan dasar yuridis dari segi materiil yaitu
dasar hukum yang mengatur permasalahan (obyek) yang akan diatur. Dengan demikian dasar
yuridis ini sangat penting untuk memberikan pijakan pengaturan suatu peraturan perundang-
undangan agar tidak terjadi konflik hukum atau pertentangan hukum dengan peraturan
perundang-undangan di atasnya. Dasar politis, menurut Sony Lubis, sebagaimana dikutip oleh
Aan Eko Widiarto dalam makalahnya Penyusunan Naskah Akademik, mengatakan bahwa
dasar politik merupakan kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi kebijakan dan
pengarahan ketatalaksanaan pemerintahan. Diharapkan dengan adanya dasar politis ini maka
produk hukum yang diterbitkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak
di tengah-tengah masyarakat. Secara dasar sosiologis, naskah akademik disusun dengan
mengkaji realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan hukum masyarakat, aspek sosial ekonomi
dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang (rasa keadilan masyarakat). Tujuan kajian sosiologis
ini adalah untuk menghindari tercerabutnya peraturan perundang-undangan yang dibuat dari
akar-akar sosialnya di masyarakat. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang setelah
diundangkan kemudian ditolak oleh masyarakat, merupakan cerminan peraturan perundang-
undangan yang tidak memiliki akar sosial yang kuat.
Untuk itu dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan tidak boleh
dilakukan secara pragmatis dengan langsung menuju pada penyusunan pasal demi pasal tanpa
kajian atau penelitian yang mendalam. Peraturan perundang-undangan yang dibentuk tanpa
pengkajian teoritis dan sosiologis yang mendalam akan cenderung mewakili kepentingan-
kepentingan pihak-pihak tertentu, sehingga ketika diterapkan di dalam masyarakat yang terjadi
adalah penolakan-penolakan. Masyarakat merasa tidak memiliki atas suatu peraturan
perundang-undangan sebagai akibat pembentukannya tidak partisipatif dengan
mengikutsertakan dan meminta pendapat masyarakat.
23
Ibid., hlm. 2