Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A.PERENCANAAN MIKRO

Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan


merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo dari lembaga mendapatkan
perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam
perencanaan makro ataupun messo. Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pengertian
mikro diatas bahwasanya perencanaan-perencanaan yang telah dikemukakan dari
perencanaan makro dan messo dijabarkan lagi dalam bentuk pengaplikasian untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan penjabaran tersebut tidak dapat bertentangan
dengan perencanaan makro dan messo. Dari contoh perencanaan makro dan messo
masalah menurunkan angka status gizi buruk di Indonesia maka saya sebagai bidan dapat
membuat perencanaan makro dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan pada unit-unit
sederhana seperti polindes atau poskesdes dan menjalankan program kerja yang telah
disusun. Jika ditelaah dan dihubungkan lagi dengan profesi sebagai bidan pendidik maka kita
dapat menyusun dengan sub-sub materi pokok bahasan untuk membahas lebih jelas lagi
mengenai pencegahan status gizi buruk dimasyarakat. Jadi bidan pendidik disini dia lebih
berperan pada pengetahuan sesuai dengan teori-teori yang ada untuk tingkat pencegahan
dan penanganannya serta perkembangan kurikulum untuk peserta didik yang diharapkan
dapat diaplikasikan nantinya dalam masyarakat dimana peserta didik nantinya sebagai calon
bidan masa depan sedang bidan dalam artian penyuluhan untuk menurunkan dan
mencegah status giizi buruk yang terjadi dimasyarakat dengan menggerakkan kembali
poskesdes atau polindes yang awalnya berperan dalam penurunan morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan anak sekarang diarahkan lagi dalam program pemerintah
penurunan angka status gizi buruk di Indonesia dengan menggerakkan berbagai organisasi
demi tercapainya tujuan dari perencanaan tersebut.

B. .LOKAKARYA

1.Tahapan Kegiatan

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:


1. Lokakarya mini bulanan yang pertama

Lokakarya mini Bulanan yang Pertama Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
merupakan Lokakarya penggalangan Tim diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Puskesmas.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan


pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja
dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas
Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan
yang dimilikinya.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:

a. Masukan

1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,


tanggung jawab staf dan kewenangan Puskesmas.
2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan
Puskesmas.
3) Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action =
POA) Puskesmas.

b. Proses

1) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah


binaan.
2) Analisis beban kerja tiap petugas.
3) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah
binaan.
4) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action =POA) Puskesmas tahunan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).

c. Keluaran
1) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas tahunan.
2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.
3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya mini bulanan ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari


Lokakarya Mini Bulanan yang pertama. Lokakarya Bulanan Rutin ini dilaksanakan
untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas yang dilakukan setiap bulan secara
teratur.

Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan adalah Kepala


Puskesmas, yang dalam
pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti
biasanya. Fokus utama Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada
masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang
direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut:

a. Masukan

laporan hasil kegiatan bulan lalu


informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru.

b. Proses

Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS


Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan
Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c. Keluaran
Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
Rencana kerja bulan yang baru

2.Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

Setelah dipahami tujuan dari Lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut di
atas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka selanjutnya untuk
dapat menyelenggarakannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengarah : Kepala Puskesmas

2. Peserta

Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan


Bidan di Desa.

3. Waktu

Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan


situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh
Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 15.0.

Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya Mini Bulanan


dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu
aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.

4. Acara

Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas
setempat.

Sebagai contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut :


a. Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan Lokakarya
Penggalangan Tim

Pembukaan
Dinamika kelompok
Pengenalan program baru
POA Puskesmas
Analisa beban kerja petugas
Pembagian tugas dan desa binaan
Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Pembukaan
Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
Pengenalan program baru
Inventarisasi kegiatan bulan lalu
Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
Pembagian tugas bulan yang akan datang
Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

5. Tempat:

Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di Puskesmas,


apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya
berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk
menampung semua peserta.

6. Persiapan :

Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi :

Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.


Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf .
Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
Rencana Kerja Harian bulan lalu.
Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan
target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PWS.
Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan.
Materi Pelajaran dan alat peraga yang digunakan.
Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.
C.PUSKESMAS
1.Pengertian puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan seluruh puskesmas di Indonesia.
Upaya kesehatan wajib meliputi upaya promkes, upaya kesehatan ibu dan anak
termasuk KB, upaya perbaikan gizi, upaya kesehatan lingkungan, upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular (P2P), dan upaya pengobatan dasar.
2. FUNGSI
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut
diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, berencana,
terarah dan terpadu. Pusat Kesehatan Masyarakat (PusKesMas) adalah sarana unit
fungsional kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi utama menjalankan
upaya pelayanan kesehatan untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
terutama menggerakkan pogram promosi kesehatan, penanggulangan dan pencegahan
penyakit menular (P2M).
Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi, ada 3 (tiga) fungsi utama yang
diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada
seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut :
1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat:


Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat :
Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat
Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan
Ikut Menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan
Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.Memberikan petunjuk
kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang
ada secara efektif dan efisien.

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (kontinyu) mencakup :
Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan masyarakat.
3. WILAYAH KERJA
Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan
diwilayah kerjanya walaupun wilayah kerjanya itu mempunyai lokasi yang berkilo-
kilo meter dari puskesmas. Dengan azas inilah puskesmas dituntut untuk
mengutamakan penegahan penyakit . Dengan demikian puskesmas dituntut secara
aktif terjun kemasyarakat dan bukan puskesmas menunggu kunjungan masyarakat
saja
Wilayah kerja puskesmas bisa didasarkan , area kecamatan, faktor kepadatan
penduduk, luas wilayah, keadaan goegrafidan keadsaan infra struktur lainnya yang
bisa untuk pertimbangan untuk pembagian wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagiaan wilayah puskesmas ditetapkan oleh BUPATI KEPALA DAERAH.
Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan,
sedangkan puskesmas di ibu kota kecamatan bisa senagai tempat pelayanan rujukan
dari puskesmas kelurahan yang juga mempunyai fungsi koordinasi Sasaran penduduk
setiap wilayah puskesmas rata-rata 30 000 jiwa. Luas wilayah yang masih dianggap
efektif mempunyai ratio 5km sedangkan luas wilayah yang dipandang optomal
mempunyai ratio / jari wilayah 3 km
4.STRUKTUR ORGANISASI
Sebelum membicarakan struktur organisasi, sebaiknya yang dibahas terlebih
dahulu adalah Kegiatan Puskesmas. Hal tersebut dikarenakan, struktur organisasi
dibentuk untuk mewadahi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Bisa
jadi antara Puskesmas satu dengan Puskesmas lainnya akan sangat berbeda, sesuai
dengan kegiatan dan beban kerja Puskesmas.
Dalam Buku Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, telah diberikan
pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan acuan, yang terdiri dari :
Kepala Puskesmas, Tata Usaha, Unit Pelaksana Teknis Fungsional dan Jaringan
Pelayanan Puskesmas. Struktur tersebut tidak mengikat, dan masing masing
Kabupaten/Kota dapat menyusun sesuai kebutuhannya dengan tetap memperhatikan
fungsi fungsi dan tujuan dari dibentuknya Puskesmas.
Dalam bab ini, tidak akan dibahas mengenai struktur organisasi ideal yang
seharusnya dimiliki oleh Puskesmas, tapi akan dibahas mengenai beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyusunan struktur organisasi Puskesmas. Hal hal
tersebut diantaranya, adalah :
1. Struktur yang dibentuk hendaknya memperhatikan kegiatan, beban
kerja dan tanggung jawab masing masing Puskesmas. Jadi, bisa
berbeda antar Puskesmas satu dengan lainnya. Selama ini kita
mengenal struktur organisasi linear untuk Puskesmas secara umum.
Pada Puskesmas tertentu, misalnya Puskesmas dengan rawai inap,
organisasi linear mungkin akan menyulitkan, karena benar benar
akan memisahkan antara kegiatan dalam gedung dan luar gedung,
walaupun masih ada garis koordinasi. Padahal, kedua kegiatan ini
hendaknya saling mendukung.
Disamping itu, keterbatasan jumlah tenaga di Puskesmas juga akan
menyulitkan bila struktur linear masih dipertahankan. Dalam hal ini,
mungkin struktur organisasi matriks lebih memungkinkan. Struktur
ini akan lebih fleksibel dalam mengefisienkan tenaga yang tersedia.
2. Syarat personil yang menduduki struktur organisasi. Kepala
Puskesmas. Dalam Keputusan Menteri nomor 128/ 2004, disebutkan
bahwa syarat Kepala Puskesmas adalah sarjana di bidang kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Hal
tersebut masuk akal karena kegiatan Puskesmas sebagian besar adalah
kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Tapi tidak
boleh dilupakan bahwa Puskesmas adalah pelaksana kegiatan
komprehensif yang tidak mengkotak kotakkan antara pelayanan
kesehatan masyarakat dan perorangan. Dua kegiatan yang saling
mendukung dan berkaitan satu sama lain. Ada keputusan yang diambil
berdasar surveylans epidemiologi maupun situasi medis. Sehingga,
sosok Kepala Puskesmas di sini diharapkan orang yang tidak hanya
memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan masyarakat, tapi juga
mengetahui tentang penyakit dan medis tehnis. Sehingga dapat
ditegaskan bahwa untuk menjadi Kepala Puskesmas diharapkan adalah
seorang dokter atau sarjana kesehatan masyarakat yang memiliki latar
belakang kegiatan teknis medis dan ilmu penyakit, misalnya perawat.
Perawat di sini diharapkan memiliki pendidikan lanjutan yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
3. Revitalisasi orang kedua Puskesmas. Pada manajemen Puskesmas di
awal berdirinya, kita mengenal orang kedua. Tidak disebutkan apakah
orang kedua ini wakil Kepala Puskesmas atau tidak, tapi dia
memegang peran penting untuk membantu Kepala Puskesmas dalam
mengelola Puskesmas. Orang kedua ini juga dibekali dengan pelatihan
manajemen Puskesmas untuk orang kedua.
Entah sejak kapan, orang kedua ini menghilang, yang jelas saat
ini tidak pernah terdengar lagi. Mereka yang dulu mendapat pelatihan
sebagai orang kedua juga sudah banyak yang pensiun.
Ketidakberadaan orang kedua ini yang menyebabkan banyak
kepemimpinan Kepala Puskesmas menjadi dominan. Hal ini sering
berefek kurang baik dalam suatu organisasi bila Kepala Puskesmas
terlalu dominan. Fungsi orang kedua ini memang diharapkan mampu
menjadi mitra Kepala Puskesmas dalam menyelesaikan beban kerja di
Puskesmas.
Orang kedua ini juga berperan dalam perencanaan dan evaluasi
di tingkat Puskesmas. Untuk itu seharusnya mereka memiliki
kemampuan surveylans yang memadai, disamping kemampuan
manajemen serta kepemimpinan. Orang kedua ini bukan saingan
Kepala Puskesmas, tapi merupakan mitra kerja untuk membagi beban
dan tanggung jawab pengelolaan Puskesmas.
4. Koordinator pada Unit Pelaksana Fungsional Puskesmas. Apabila
Puskesmas memiliki jaringan yang berbentuk UPF, maka koordinator
di UPF ini sebaiknya pejabat fungsional dan bukan struktural. Ini
untuk mengefisienkan kinerja agar lebih tepat sasaran. Juga agar tidak
terlalu membebani struktur Puskesmas. Mereka bertanggung jawab
kepada Kepala Puskesmas.
6.STRATIFIKASI PUSKESMAS
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam
rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas
dapat dilaksanakan lebih terarah.Hal ini diharapkan dapat menimbulkan gairah kerja,
rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis melalui pengembangan
falsafah mawas diri
Tujuan dari Strafikasi Puskesmas adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka
pembinaan dan pengembanganya. Adapaun Tujuan khusus dari stratifikasi adalah :
1. Umum
Mendapatkan gambaran tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara
berkala dalam rangka pembinaan dan pengembanganya.
2. Khusus
a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam
rangka mawas diri
b. Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang
c. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas
sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut
Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :
1. Puskesmas tingkat kecamatan
2. Puskesmas tingkat ke;urahan ( puskesmas pembantu )
3. Unit-unit kesehatan lain
4. Pembinaan peran serta masyarakat

Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokan dalam empat aspek yaitu:


1. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan
2. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas
3. Sumber daya yang tersedia di puskesmas
4. Keadaan lingkungan yg mempengaruhi hasil kegiatan puskesmas

Dalam jangka panjang, pola pembinaan melalui stratifikasi puskesmas akan terus
ditingkatkan ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh kegiatan yang menjadi
tanggung jawab puskesmas dalam wilayah kejanya termasuk kegiatan adalah rangka
membina usaha kesehatan swasta.

Pelaksanaan Stratifikasi
1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal posyandu.

2. Kegiatan stratifikasi mencakup:


a. pengumpulan data
b. pengolahan data
c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.

3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua puskesmas dan
bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.
a. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan merupakan kegiatan mengukur
kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan tujuan agar kepala
puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang dihadapi untuk berusaha
memperbaikinya.
b. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II / Kandep
Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah dan di analisa sehingga
mendapatkan gambaran keadaan dan fungsi masing-masing puskesmas dalam wilayahnya
dalam rangka pembinaan dan pengembangannya.
c. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I / Kanwil / Pusat
Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing dinas kesehatan dati II untuk
diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan gambaran tingkat perkembangan fungsi
puskesmas di wilayah masing-masing kabupaten kodya (propinsi) dalam rangka pembinaan
dan pengembangannya tahun yang akan datang.
4. Menentukan Strata puskesmas dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur variabel
5. Penetapan waktu kegiatan
a. Tingkat Puskesmas
1) Pengumpulan data Desember Januari
2) Pengolahan data Awal Februari
3) Peninjauan Dinkes DT II Januari-Februari
4) Konsultasi kabupaten Akhir Februari
5) Analisa masalah, rencana Awal Maret
penanggulangan, penyusun laporan
6) Laporan ke Dati II Pertengahan Maret
b. Dati II
1) Pengumpulan data/rekap Maret-April
2) Checking on the spot Pertengahan April
3) Analisa masalah, menyusun rencana Akhir April
penanggulangan
4) Kirim ke propinsi dan kirim umpan Permulaan Mei
balik ke puskesmas
c. Dati I
1) Pengumpulan laporan / rekapitulasi Mei
2) Analisa masalah dan menyusun rencana Mei-Juni
3) Kirim ke pusat Akhir Juni
4) Kirim umpan balik ke dati II Permulaan Juli
d. Pusat
1) Penerimaan laporan/rekapitulasi dan Juli
rencana penanggulangan masalah
2) Pertemuan evaluasi pelaksanaan Agustus
stratifikasi 27 propinsi di pusat
3) Pengelolaan data dan analisa masalah Agustus
4) Distribusi laporan yang bersangkutan Akhir Agustus
5) Menyusun rencana penanggulangan September
6) Kirim umpan balik ke hasil stratifikasi Oktober
Nasional

Tahap-Tahap Stratifikasi
Dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut :
1. Tahap I
Pendataan dan pemetaan dalam tiga kelompok strata I, II, dan III
2. Tahap II
Analisa hasil pendataan dan pemetaan serta sektor-sektor yang menghambat dan menunjang
3. Tahap III
Rencana pemecahan masalah pada semua tingkat yaitu rencana kerja atau rencana pembinaan
untuk meningkatkan kemampuan puskesmas berdasar hasil analisa dan masalah yang
dijumpai di semua tingkat.

Manfaat stratifikasi
1. Bagi Puskesmas
Mendapat gambaran tingkat perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh sehingga dapat
diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas diri.
2. Bagi dinas kesehatan dati II
a. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II yang bersangkutan tiap
tahun
b. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas yang disebabkan
oleh sumber daya maupun lingkngan
c. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan
d. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap puskesmas wilayah Dati II
3. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami oleh dinkes dati I
Kandep selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya
yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinas dati I/Kanwil propinsi melalui
penyusunan rencana tahunan
4. Depkes Pusat
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yg dialami dinkes dati I/Kanwil
selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang
perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara lain melalui penyusunan rencana
tahunan
7.Perencanaan Mikro (Micro Planning)
Perencanaan mikro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana tingkat puskesmas
untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya.
Tujuan umum
Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh puskesmas, sehingga dapat meningkatkan fungsi puskesmas.
Tujuan khusus
1. Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu lima tahun secara tertulis.
2. Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran rencana kerja lima
tahunan.
Ruang lingkup
1. Rencana yang mencakup seluruh kegiatan pokok puskesmas.
2. Dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi, dengan memperhatikan prioritas,
kebijaksanaan, dan strategi yang telah ditetapkan oleh pusat, Dati I dan Dati II.
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disususn secara sistematis,
dengan urutan sebagai berikut:

1. Perumusan tujuan dan sasaran


2. Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah
3. Perumusan kegiatan
4. Perumusan sumber daya

Penyusunan rencana pelaksanaan (Plan of Action)


Penyusunan POA yang perlu diperhatikan adalah :
a. Penjadwalan, meliputi:

Penentuan waktu
Penentuan lokasi dan sasaran
Pengorganisasian

b. Pengalokasian sumber daya meliputi:

Dana: sumber dana, besarnya, dan pemanfaatannya


Jenis dan jumlah sarana yang diperlukan
Jumlah dan tenaga yang diperlukan

8.Lokakarya Mini Puskesmas


Tujuan
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka pemantauan
hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari
setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah
binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
Tujuan Khusus

Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu


Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan & berbagai kebijakan
serta program.
Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.
Dirumuskannya cara pemecahan masalah.
Disusunnya rencana kerja bulan baru.

Lokakarya mini puskesmas diselenggarakan dalam 2 tahap yaitu:


1. Lokakarya mini bulanan yang pertama
Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan
puskesmas (RPK).
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:
a. Masukan (input):
1). Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf
dan kewenangan puskesmas.
2). Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan puskesmas.
3). Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA).

b. Proses
1). Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan.
2). Analisis beban kerja tiap petugas.
3). Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
4). Penyusunan rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).

c. Keluaran (output)
1). Rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan.
2). Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.
3). Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2. Lokakarya mini bulanan rutin


Lokakarya bulanan puskesmas diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya
mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau
pelaksanaan POA puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.Fokus utama
lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan
arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut:


a. Masukan (input):
1). Laporan hasil kegiatan bulan lalu.
2). Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota.
3). Informasi tentang hasil rapat di kecamatan.
4). Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru.
b. Proses
1). Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan menggunakan PWS.
2). Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar
pelayanan.
3). Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
c. Keluaran (output)
1). Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.
2). Rencana kerja bulan yang baru.
9. SUPERVISI PUSKESMAS
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam
melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengelolaan program kegiatannya. Sehingga perlu didukung oleh kemampuan manajemen
yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian,
pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan dilakukan melalui
forum pertemuan yang dikenal dengan Mini Lokakarya atau Lokakarya Mini.Pada dasarnya
ruang lingkup Lokakarya Mini ini sendiri meliputi dua hal pokok, yakni :
1) Lintas program. Yang berfungsi untuk memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas
berdasarkan perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana
kerja baru.
Tujuan dari lokakarya mini lintas program yang dilakukan intern puskesmas ini
bertujuan untuk : a) meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskemas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Kelurahan;
b) mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK);
c) meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan sesuai
perencanaan RPK
d) mengkaji pelaksanaan RPK yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

2) Lintas sektor. Dilakukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan
sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Tujuan dari pelaksanaan lokakarya mini lintas sektor yang dilakukan per tiga
bulanan, yakni :
a) memperoleh kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
b) mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun
upaya
pemecahan masalah dalam bentuk rencana kerjasama.
Dalam pelaksanaannya proses manajemen puskesmas ini belum terlaksana dengan
baik, dimana dari beberapa puskesmas yang dilakukan supervisi pelaksanaan lokakarya mini
ini masih ditemukan kurangnya pemahaman yang benar tentang pelaksanaan lokakarya mini
ini. Puskesmas masih belum memedomani secara benar pelaksanaan lokakarya mini lintas
program dan lintas sektor. Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang mencatat tentang
pelaksanaan lokakarya mini (notulen rapat) dan laporan lokakarya mini serta susunan
acaranya. Sehingga diharapkan dengan dilakukannya supervisi lokakarya mini yang masih
akan dilaksanakan hingga tanggal 2 November 2011 mendatang, Puskesmas dapat
memperoleh pemahaman yang benar tentang pelaksanaan Lokakarya Mini dan pada supervisi
ke depannya Puskesmas telah mampu mengaplikasikannya dalam pelaksanaan Lokakarya
Mini baik lintas program maupun lintas sektor secara benar sesuai dengan pedoman yang ada.
Kegiatan supervisi ini sebagai bentuk kepedulian dari Kemitraan AIPMNH dan Pemerintah
Kota Kupang dalam peningkatan proses manajemen puskesmas yang diharapkan dapat
menghasilkan perencanaan yang berkualitas dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai