Anda di halaman 1dari 4

VI.

PEMBAHASAN
Dengan reaksi warna kualitatif dalam percobaan ini membuktian beberapa senyawa
mengandung karbohidrat dan protein, diantaranya dengan uji molish, uji benedict, hidrolisis
sukrosa dan uji pati dengan iodum untuk menguji senyawa tersebut mengandung karbohidrat
atau tidak. Uji Milon, uji biuret dan uji ninhidrin digunakan untuk menguji senyawa tersebut
mengandung asam amino dan protein.
Pada percobaan karbohidrat, senyawa-senyawa yang diuji adalah monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Diantaranya glukosa, maltosa, pati dan selulosa. Uji yang
pertama yaitu Uji molish menggunakan Pereaksi molisch terdiri dari -naftol dalam alkohol yang akan
bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya
dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat dan akan membentuk cincin berwarna ungu pada
larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, arabinosa, dan pati. Hal ini menunjukkan bahwa uji
molisch sangat spesifik untuk membuktikan adanya karbohidrat. Tujuan ditambahkannya asam sulfat
pekat adalah untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida agar menghasilkan furfural. Hasil reaksi yang
positif menunjukkan bahwa larutan yang diuji mengandung karbohidrat, sedangkan hasil reaksi yang
negatif menunjukkan bahwa larutan yang diuji tidak mengandung karbohidrat. Terbentuknya cincin
ungu menyatakan reaksi positif, pada percobaan yang memberikan reaksi positif adalah glukosa,
maltosa, Pati dan selulosa uji umum untuk karbohidrat. Dalam hasil percobaan, hampir seluruhnya
larutan karbohidrat yang direaksikan dengan asam sulfat pekat memebentuk larutan menjadi dua
lapisan dan pada bidang batas kedua lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid,
dari semua larutan didapatkan hasil berupa terdapat cincin ungu. Hal ini berarti larutan yang
menghasilkan cincin ungu mengandung karbohidrat didalamnya, hal ini juga disebabkan karena
mengandung gugus aldehid dan gugus hidroksil maka gula ini mengalami siklisasi dalam air lalu
menghasilkan cincin hemiosetal beranggotakan lima atau enam, namun pada saat dilakukan
percobaan seringkali cincin hemiosetal tidak terbentuk, hal itu disebabkan oleh terlalu
banyaknya kadar H2SO4 dan pada saat memasukkannya didekatkan ke dinding tabung reaksi
sehingga tidak menimbulkan goyangan karena apabila larutan ini dikocok sedikit saja maka
cicncin tidak akan terbentuk.
Pada uji yang kedua yaitu uji benedict ditujukan untuk mencari gula pereduksi. Pada uji
Benedict larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas dengan membentuk kuproksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi dengan pereaksi
menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol.
OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula
pereduksi atau bukan. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini
berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga
gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor. Hasil uji positif ditunjukkan
oleh galaktosa, glukosa, maltosa, fruktosa, sedangkan Sedangkan sukrosa dan pati tersusun oleh
glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Glukosa, galaktosa,
maltose, fruktosa dapat mereduksi pereaksi benedict, karena mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ dan
terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata ini menandakan adanya gula pereduksi.
Pada reaksi ini disebut gula pereduksi karena mengandung suatu gugus aldehid dan suatu gugus
hidroksiketon dan reduksi dalam reaksi ini oleh zat pengoksidasinya. Semua gula pereduksi
yang anomernyua berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka yang
mudah dioksidasi. Pada uumnya semua gula pereduksi memiliki gugus karbon yang berpotensi
bebas, yang menyebabkan uji benedict positif, karena adanya hemiosetal yang berkeseimbangan
dengan bentuik aldehid rantai terbalik..
Pada hidrolisis sukrosa kami melakukan uji benedict. Dimana 5 ml sukrosa dimasukan ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 ml HCL pekat. Setelah dicampurkan ke dalam penagas air
selama 15 menit. Setelah itu kami diinginkan dan dinetralisasi. di hasilkan larutan berwarna hijau
kebiruan yang bersifat asam. Sukrosa adalah gula yang kita kenal baik dari tebu maupun dari bit.
Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada molekul
sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada
glukosa dan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Larutan sukrosa memutar
bidang polarisasi kekanan, tetapi sesudah dihidrolisis larutan memutar bidang polarisasi ke kiri.
Hal ini disebabkan pemutaran bidang cahaya terpolarisasi oleh fruktosa hasil hidrolisis ke kiri
lebih kujat dari pada pemutar ke kanan oleh glukosa. Perubahan arah pemutaran ini disebut
invert dan gula hasil hidrolisis sukrosa disebut gula invert. Jadi, sukrosa dapat dihidrolisis
menghasilkan komponen monoskarida, sehingga sukrosa ini positif.
Pada prinsipnya pati merupakan polisakarida apabila terhidrolisis dengan air maka terbentuk
fraksi sakarida, hidrolisis ini terjadi karena pemasukan molekul-molekul air kedalam pati. Untuk terjadi
proses ini maka diperlukan bantuan katalis antara lain enzim atau senyawa-senyawa asam. Pada uji pati
dengan iodium didapatkan hasil bahwa ketika pati menunjukan reaksi yang positif yaitu terbentuk
warna biru.Pembentukan warna biru ini dikarenakan pada pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya,
sehingga menghasilkan warna biru.
Uji Selanjutnya yaitu Pengujian terhadap adanya asam amino dan protein. Yang
pertama yaitu uji Millon dengan menggunakan pereaksi Millon. Pereaksi milon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, bila direaksikan dengan senyawa yang
mengandung gugus fenol akan membentuk endapan merah dengan pemanasan. Endapan putih
yang terbentuk setelah penambahan reagen Millon pada larutan protein tersebut berasal dari
endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang terlarut di dalam HNO3 teroksidasi menjadi
Hg+. Ion Hg +
ini selanjutnya membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin, dan
menghasilkan endapan putih. Ketika dipanaskan endapan putih tersebut berubah menjadi endapan
+
merah. Hal ini terjadi karena asam nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut mengoksidasi Hg
menjadi Hg2+. Bersamaan dengan hal tersebut, asam amino tirosin ternitrasi. Kemudian terjadi reaksi
pembentukan HgO yang berwarna merah. Pada pengujian asam amino dengan uji Millon, larutan
Albumin ditambahkan dengan reagen Millon. Penambahan reagen Millon ini menyebabkan
terbentuknya endapan putih yang kemudian berubah menjadi endapan merah. Hal ini
membuktikan dalam larutan albumin tersebut positif mengandung tirosin.
Uji ninhidrin merupakan uji umum untuk protein yang spesifik untuk asam amino. Uji
ninhidrin dipergunakan untuk identifikasi asam -amino dan peptida yang memiliki gugus -amino
bebas. Ninhidrin jika ditambahkan dengan asam amino dan dipanaskan akan membentuk kompleks
berwarna biru keunguan, kecuali pada prolin dan hidroksi prolin yang gugus aminanya tersubstitusi,
memberikan hasil berwarna kuning. Pada pengujian larutan albumin, menunjukkan uji positif
terhadap uji ninhidrin. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna ungu ketika
larutan tersebut ditambahkan dengan ninhidrin dan dipanaskan. Hal serupa juga terjadi pada
glisin ketika ditambahkan dengan ninhidrin dan kemudian dipanaskan, asam-asam amino
tersebut membentuk larutan berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa pada asam-asam amino
tersebut terdapat -amino bebas. Akan tetapi pada gelatin Uji menunjukan hasil negatif karena
setelah dipanaskan warnanya tidak berubah menjadi ungu atau pink. Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki asam amino bebas sehingga hasil uji reagen ninhidrinnya negatif pada gelatin. Uji
selanjutnya adalah uji biuret, merupakan uji umum untuk protein yang spesifik untuk ikatan peptida.
Dalam percobaan kali ini menggunakan sampel Albumin, glisin dan gelatin. Dari data hasil praktikum di
atas menunjukkan hasil yang positif mengandung protein dilihat dari ada atau tidaknya ikatan peptida.
pada prinsip kerja biuret, yaitu menguji ada atau tidak adanya protein dalam suatu senyawa dengan
penambahan reagen NaOH dan CuSO4 berdasarkan ada atau tidaknya ikatan peptida (ikatan peptida
harus 2 atau lebih). Dimana ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks berwarna biru hingga ungu.
pada Albumin, gelatin, glisin hasil ujinya adalah positif, karena setelah direaksikan dengan reagen pada
permukaannya warnanya berubah menjadi ungu. Hal ini disebabkan karena ketiganya memiliki ikatan
peptida lebih dari dua sehingga bisa diidentifikasi dalam uji biuret ini, dan hasil ujinya positif. Apabila
warnanya ungu maka ikatan peptidanya panjang, apabila warnanya kemerahmudaan maka ikatan
peptidanya pendek.

Anda mungkin juga menyukai