Anda di halaman 1dari 2

Makin Tua Usia Orang, Makin Sedikit Jumlah Sel Punca

Article by : Aditya Eka Prawira


09 Mar 2014, 13:35 WIB

Liputan6.com, Bogor Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, minat masyarakat
terhadap stem cell (sel punca) mengalami peningkatan. Penyebabnya, potensi yang dimiliki
stem cell begitu menjanjikan untuk terapi berbagai jenis penyakit, sehingga menimbulkan
harapan baru dalam pengobatan berbagai jenis penyakit.
Untuk mendapatkan manfaat dari stem cell itu sendiri, banyak ahli menyarankan untuk
menginvestasikan stem cell sedari bayi. Semakin tua usia seseorang, semakin berkurang
jumlah stem cell yang ada di dalam tubuhnya.
Ibaratnya seperti ketika mengalami patah tangan yang terjadi pada anak-anak atau orang
dewasa, yang paling cepat waktu penyembuhannya adalah anak-anak. Sedangkan orangtua
tidak, kata Peneliti dari Stemcell and Cancer Institute (SCI) Kalbe Farma, Indra Bachtiar,
PhD dalam media workshop bertema Stem Cell Technology For a Better Life di Novotel
Bogor, Jawa Barat, ditulis Minggu (9/3/2014)
Ketika usia anak-anak, terang Indra, presentase jumlah stem cell-nya adalah 1 per 10.000.
Ketika beranjak remaja, maka stem cell dalam tubuhnya berkurang menjadi 1 per 100
ribu,ketika menginjak di usia 30 tahun stem cell menjadi 1 per 250 ribu, sampai ketika ia
menginjak usia 80 tahun, maka stem cell-nya menjadi 1 per 2 juta.
Salah satu manfaat stem cell untuk pengobatan Leukimia. Ketika penyakit itu terjadi di usia
anak-anak, waktu sembuhnya juga semakin cepat, sedangkan usia tua, tidak. Itulah mengapa
stem cell di usia bayi lebih baik, kata Indra menjelaskan.
Dalam kesempatan ini Indra menjelaskan bahwa stem cell merupakan sel yang belum
memiliki bentuk, dan memiliki 2 sifat, yaitu mampu memperbanyak diri dan bisa terkendali.
Selain membentuk, stem cell juga dapat memperbaiki.
Dalam kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain, stem cell mampu berkembang
menjadi berbagai jenis sel matang. Misalnya saja sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka,
sel pankreas dan lain-lain.
Negara Lain Pacu Riset Sel Punca, Bagaimana dengan Indonesia?
Article written by : Benedikta Desideria
07 Jan 2016, 20:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Berpotensi sebagai solusi atas aneka penyakit, negara-negara seperti
Iran, Malaysia, Korea Selatan, Jepang memacu para peneliti lakukan riset terapi stem
cell atau sel punca. Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia lewat Kementerian Kesehatan telah menunjuk 11 rumah sakit yang dapat dijadikan
sebagai tempat pelayanan sel punca. Mulai dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
hingga Rumah Sakit Sanglah, Bali. Selain itu, ada pula lembaga riset lain seperti Stem Cell
and Cancer Institute (SCI) dari PT Kalbe Farma Tbk yang sejak 2006 aktif terlibat dalam
riset matrik tali pusat sebagai sumber baru sel punca.
Minat swasta dalam mengembangkan penelitian ini sangat besar namun diperlukan biaya
yang tak sedikit. Pendiri Kalbe, Boenjamin Setiawan mengungkapkan saat basic
research mungkin tidak mahal, namun ketika sudah mencapai tahap uji praklinis pada hewan
dan uji klinis pada manusia biayanya sangat besar.
Penelitian itu sangat penting bagi kemajuan negara, sehingga perlu mendapat perhatian
besar dari seluruh pihak, khususnya pemerintah. Dukungan pemerintah yang dibutuhkan
misalnya menaikkan anggaran penelitian atau memberikan Double Tax Deduction bagi
industri yang lakukan penelitian, tutur Boenjamin di kantor SCI, Jakarta Timur pada Rabu
(6/1/2016).
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Mohamad Nasir yang hadir dalam acara itu
sudah membicarakan dengan Kementerian Keuanganan. Nasir mengatakan ia akan berusaha
agar pajak penelitian diringankan.

Anda mungkin juga menyukai