Anda di halaman 1dari 12

Perilaku Ibu Hamil untuk Tes HIV di Kelurahan Bandarharjo dan Tanjung

Mas Kota Semarang

Titi Legiati PS*), Zahroh Shaluhiyah**), Antono Suryoputro**)


*) Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Kebidanan Bandung
Korespondensi: titi.legiati@yahoo.com
)
** Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008, sebanyak 110
kunjungan ibu hamil ke VCT, 5 ibu di antaranya positif HIV dan pada tahun 2009 sebanyak
368 kunjungan ibu hamil ke VCT, 14 ibu di antaranya positif HIV. Walaupun ada peningkatan
jumlah ibu hamil yang melakukan tes HIV, namun jumlahnya masih sedikit. Pada tahun 2010
ibu hamil yang melakukan tes HIV pada kegiatan mobile VCT di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo sebayak 193 orang dari jumlah ibu hamil yang mengakses layanan antenatal
sebanyak 706 orang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk tes HIV.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan rancangan Explanatory Research dengan pendekatan cross sectional . Besar sampel
adalah 180 orang.Analisa data secara univariat, bivariat dengan chi-square dan multivariat
dengan regresi logistik.Hasil Menunjukkan sebagian besar responden (51,1%) rmengikuti tes
HIV. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk tes HIV
adalah dukungan suami. Variabel yang berhubungan terhadap perilaku ibu hamil untuk tes
HIV adalah variabel pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi halangan, persepsi manfaat,
isyarat bertindak, akses informasi, dukungan suami, dukungan bidan dan dukungan kader.
Kata Kunci: perilaku ibu hamil, tes HIV,kelurahan bandarharjo dan tanjung mas,semarang

ABSTRACT
Behavior of Pregnant Woman for HIV Testing in Bandarharjo and Tanjung Mas Semarang
City;Based on data from Health Departement of Semarang City 2008, total of 110 visits to
VCT of pregnant women, 5 of whom were HIV-positive mothers and in 2009 as many as 368
visits to the VCT of pregnant women, 14 of whom are HIV-positive mothers. While there are
an increasing number of pregnant women tested for HIV, but the numbers are still small. In
2010 pregnant women tested for HIV at VCT mobile activities in the region of Bandarharjo
Public Health there were 193 people from the number of pregnant women accessing antenatal
care as much as 706 people. This study aims to determine the factors that influence behavior
of pregnant women for HIV testing. This study uses quantitative methods with explanatory
research and cross sectional approach. The sample size was 180 people . Univariate data
analysis used, chi-square bivariate and multivariate used logistic regression
Results showed the most respondents (51.1%) followed HIV test. The most dominant factor
that affected behavior of pregnant women for HIV testing was husbands support. Variables
related to behavior of pregnant women for HIV testing were variable knowledge, perceived
of vulnerability, perceived of barriers, perceived of benefits, cues to action, access to
information,husbands support, midwifes support and cadres support.
Keywords:behavior of pregnant women, HIV testing, bandarharjo and tanjung mas,semarang

153
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

PENDAHULUAN satu diantara bayi tersebut positif HIV. Kenaikan


Penularan infeksi Human Immunodeficienxy angka temuan HIV berdasarkan kunjungan ibu
Virus (HIV) dari ibu ke anak merupakan hamil ke VCT dari 2008 - 2009 menambah
penyebab utama infeksi HIV pada anak usia di risiko anak-anak juga tertular dari orang tuanya
bawah 15 tahun. Sejak HIV menjadi pandemik (DKK Semarang,2009). Ibu hamil yang
di dunia, diperkirakan 5,1 juta anak di dunia terdeteksi HIV sebelumnya menjalani
terinfeksi HIV. Hampir sebagian besar penderita pemeriksaan di klinik Voluntary Counselling
tersebut tertular melalui penularan dari ibu ke and Testing (VCT). VCT merupakan pintu
anak. Setiap tahun diperkirakan lebih dari masuk penting untuk pencegahan dan perawatan
800.000 bayi menjadi terinfeksi HIV akibat HIV karena merupakan skrining awal bagi
penularan dari ibu ke anak (Judarwanto, 2010). pasangan yang tertular HIV&AIDS sehingga
Menurut data dari Departemen Kesehatan RI, menentukan intervensi PMTCT (Perdani, 2008).
setiap tahun ada 9000 ibu hamil HIV positif yang Ibu hamil dengan faktor risiko tertular HIV &
melahirkan di Indonesia. Meskipun bayi yang AIDS dari suami, hal ini dapat dikaji melalui
dilahirkan dari ibu HIV positif belum tentu akan anamnesa tentang pekerjaan suami yang
tertular HIV juga, namun risikonya mencapai mengharuskan untuk meninggalkan rumah selama
25-45%. Maka jika tidak ada tindakan berhari-hari dan diduga perilaku seksnya tidak
pencegahan, akan ada 3000 bayi yang aman. Selain tertular dari suami bisa juga bahwa
dikhawatirkan lahir dengan HIV positif setiap tahun ibu hamil tersebut adalah WPS, sehingga sangat
di Indonesia. Risiko bayi tertular HIV bisa ditekan berisiko terhadap HIV& AIDS (Atmaja, 2010).
hingga jadi 2% lewat program Prevention Berdasarkan wawancara dengan pengelola
Mother to Child HIV Transmission (PMTCT), program PMTCT Dinas Kesehatan Kota
yakni mengkonsumsi obat ARV profilaksis saat Semarang dan PMTCT PKBI, bahwa sudah
hamil dan pasca melahirkan, melahirkan secara pernah dilakukan sosialisasi tentang PMTCT
caesar dan memberikan susu formula pada bayi kepada bidan puskesmas dan dokter se-kota
yang dilahirkan (Kompas, 2010). Semarang pada tahun 2007. Selain itu sudah
Jawa Tengah merupakan provinsi nomor 7 tersedia media berupa leaflet untuk
dengan kasus AIDS terbanyak sampai dengan menyampaikan informasi mengenai HIV&AIDS,
September 2010 sebanyak 872 kasus. Jumlah VCT dan PMTCT kepada masyarakat umum
pengidap HIV/AIDS balita sebanyak 46 anak, termasuk perempuan usia reproduktif dan ibu
sedangkan usia 5-9 tahun sebanyak 12 anak rumah tangga. Dinas Kesehatan Kota Semarang
(KPA Jateng,2010). Kota Semarang merupakan juga telah melakukan kerjasama dengan LSM
peringkat paling atas sebagai kota dengan kasus Griya PMTCT-PKBI (Perkumpulan Keluarga
HIV&AIDS terbanyak di Jawa Tengah. Di kota Berencana Indonesia) Kota Semarang dalam
Semarang, walaupun ada peningkatan jumlah ibu pelaksanaan program PMTCT di beberapa
hamil yang melakukan tes HIV, namun jumlahnya wilayah kerja puskesmas kota Semarang yaitu
masih sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Puskesmas Halmahera, Puskesmas Bandarharjo
Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008, dan Puskesmas Karangdoro yang dimulai pada
sebanyak 110 kunjungan ibu hamil ke VCT, 5 tahun 2008, pada tahun 2010 ditambah dua
ibu di antaranya positif HIV dan pada tahun 2009 puskesmas yaitu Puskesmas Bangetayu dan
sebanyak 368 kunjungan ibu hamil ke VCT, 14 Puskesmas Tlogosari Kulon. Kegiatan dari
ibu di antaranya positif HIV,pada tahun 2010 kerjasama tersebut adalah dengan mengadakan
sampai dengan Juni sebanyak 37 kunjungan ibu sosialisasi kepada bidan puskesmas, bidan
hamil ke VCT, 5 ibu diantaranya positif HIV dan praktik swasta dan kader PKK tentang

154
HIV&AIDS,VCT dan PMTCT, penjangkauan dilaksanakan tahun 2011 pada populasi ibu hamil
kepada ibu hamil, penyuluhan kepada ibu hamil di kelurahan Bandarharjo dan kelurahan Tanjung
dan perempuan usia reproduktif tentang Mas wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota
HIV&AIDS, VCT dan PMTCT, merujuk ibu Semarang yang berjumlah 316 orang. Sampel
hamil untuk tes VCT, pendampingan lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
bagi ibu hamil yang HIV positif seperti bantuan 180 orang ibu hamil. Cara pengambilan sampel
susu formula, persalinan Caesar, bantuan nutrisi adalah proportional random sampling, yaitu
dan pendampingan kasus. Dalam pelaksanaannya dengan menghitung dahulu secara proporsional
terdapat kendala dalam merujuk ibu hamil untuk jumlah ibu hamil yang dijadikan sampel pada
VCT diantaranya adalah biaya dan tidak nyaman setiap kelurahan, kemudian di setiap kelurahan
untuk datang ke klinik VCT, sehingga solusinya diambil responden secara acak sederhana
adalah dengan mobile VCT. Wilayah kerja dengan undian berdasarkan data ibu hamil yang
Puskesmas Bandarharjo merupakan daerah ada pada bidan puskesmas sesuai dengan jumlah
jangkauan PMTCT PKBI. sampel yang telah ditentukan dan didapatkan
Di daerah tersebut telah dilakukan sosialisasi sampel 122 orang ibu hamil di kelurahan Tanjung
kepada bidan puskesmas, bidan praktik swasta Mas dan 58 orang ibu hamil di kelurahan
yang berada di wilayah puskesmas dan kader Bandarharjo. Variabel independen dalam
tentang HIV&AIDS, VCT dan PMTCT telah penelitian ini adalah karakteristik, pengetahuan
dilakukan penjangkauan dan penyuluhan kepada ibu hamil tentang HIV&AIDS dan VCT, persepsi
ibu hamil dan perempuan usia reproduktif tentang kerentanan terhadap HIV&AIDS, persepsi
HIV&AIDS, VCT dan PMTCT. Pelaksanaan keparahan HIV&AIDS, persepsi manfaat tes
tes HIV dilakukan melalui layanan mobile VCT HIV, persepsi halangan melakukan tes HIV,
oleh konselor dan petugas dari PKBI. Wilayah isyarat bertindak internal dan eksternal untuk
kerja Puskesmas Bandarharjo merupakan melakukan tes HIV, akses informasi HIV&AIDS
daerah yang paling berisiko diantara daerah dan VCT, dukungan suami untuk tes HIV,
jangkauan PKBI lainnya. Pada tahun 2008, ibu dukungan bidan untuk tes HIV dan dukungan
hamil yang mengikuti tes HIV pada kegiatan kader untuk tes HIV, sedangkan variabel
mobile VCT di wilayah kerja Puskesmas dependennya adalah perilaku ibu hamil untuk tes
Bandarharjo sebanyak 94 orang, tahun 2009 HIV. Alat penelitian yang digunakan adalah
sebanyak 200 orang dan tahun 2010 sebanyak kuesioner, pengumpulan data dilakukan dengan
193 orang dari jumlah ibu hamil yang mengakses metode wawancara dan dilakukan dengan
layanan antenatal sebanyak 706 orang. Pada mendatangi setiap responden. Hasil penelitian
tahun 2009 didapatkan hasil 2 orang ibu hamil dianalisis secara univariat, bivariat dan
positif HIV (PMTCT PKBI,2010). Penelitian ini multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang square sedangkan analisis multivariat
mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk tes HIV menggunakan regresi logistik.
di daerah jangkauan Lembaga Swadaya
Masyarakat Perkumpulan Keluarga Berencana HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia (LSM PKBI) di Kelurahan Perilaku ibu hamil untuk tes HIV
Bandarharjo dan Tanjung Mas Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa Ibu hamil yang mengikuti tes HIV
METODE (51,1%) sedangkan ibu hamil yang tidak
Penelitian ini adalah penelitian explanatory mengikuti tes HIV (48,9%). Seluruhnya
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian mengikuti tes HIV di layanan mobile VCT. Ibu

155
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

hamil tersebut merupakan ibu hamil yang berada mempunyai probabilitas untuk mengikuti tes
dalam daerah jangkauan program PMTCT HIV sebesar 97,9%
LSM PKBI. Faktor yang berhubungan dengan Dukungan suami sangat penting dalam hal
perilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah ini karena masih adanya budaya patriarki, dimana
dukungan suami, isyarat bertindak, persepsi suami merupakan kepala keluarga dan pengambil
manfaat,akses informasi, persepsi halangan, keputusan dalam keluarganya. Dalam penelitian
pengetahuan, persepsi tentang kerentanan, ini dukungan suami yang paling besar adalah
dukungan bidan dan dukungan kader. dalam bentuk memberikan izin pada istrinya untuk
Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap mengikuti tes HIV, karena dalam hal ini izin suami
perilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah sangat penting bagi ibu hamil untuk mengikuti tes
dukungan suami dengan OR:15,711, artinya HIV. Partisipasi suami akan mendukung ibu hamil
bahwa responden dengan dukungan suami yang untuk datang ke pelayanan kesehatan ibu dan
baik, 15,711 kali lebih memungkinkan untuk anak, serta membantu ibu hamil pada saat-saat
mengikuti tes HIV dibandingkan responden penting, seperti menentukan apakah ingin
dengan dukungan suami yang kurang, isyarat menjalani tes HIV, mengambil hasil tes,
bertindak dengan OR 6,267, artinya bahwa menggunakan obat ARV ataupun memilih
responden dengan isyarat bertindak yang tinggi makanan bayi agar tidak tertular HIV (Depkes
6,267 kali lebih memungkinkan untuk mengikuti RI,2006), seperti yang dinyatakan L.Green
tes HIV dibandingkan responden dengan isyarat bahwa faktor penguat adalah faktor-faktor yang
bertindak yang rendah, pengetahuan dengan akan datang dari perilaku yang memberikan
OR:4,491, artinya bahwa responden dengan penghargaan (reward) atau perangsang untuk
pengetahuan yang baik, 4,491 kali lebih perilaku tersebut dan menyumbang kelangsungan
memungkinkan untuk mengikuti tes HIV dan pengulangan perilaku tersebut, diantaranya
dibandingkan dengan responden dengan adalah dukungan suami (Green, 1991).
pengetahuan yang kurang, persepsi kerentanan Isyarat bertindak (tanda-tanda) internal dan
dengan OR:3,182 artinya bahwa responden eksternal sangat penting dalam hal ini karena
dengan persepsi kerentanan yang tinggi 3,182 seperti yang dinyatakan dalam teori Health Belief
kali lebih memungkinkan untuk mengikuti tes Model bahwa isyarat atau tanda-tanda (cues to
HIV dibandingkan responden dengan persepsi action), yang bisa bersifat internal misalnya
kerentanan yang rendah, akses informasi dengan gejala, atau merupakan faktor eksternal seperti
OR:3,079 artinya bahwa responden dengan pesan-pesan kesehatan melalui media massa,
akses informasi yang baik, 3,079 kali lebih nasehat atau anjuran teman atau konsultasi
memungkinkan untuk mengikuti tes HIV dengan petugas kesehatan yang mempengaruhi
dibandingkan responden dengan akses seseorang dalam mendapatkan pengertian yang
informasi yang kurang, persepsi halangan benar tentang kerentanan, kegawatan dan
dengan OR:0,321, artinya bahwa responden keuntungan dari pencegahan ataupun pengobatan
dengan persepsi halangan yang tinggi, lebih yang dilakukannya (Sarwono,2007).
memungkinkan untuk tidak mengikuti tes HIV Dalam penelitian ini responden lebih banyak
dibandingkan responden dengan persepsi mendapatkan isyarat bertindak eksternal yaitu
halangan yang rendah. Responden dengan karena mendapatkan informasi tentang
dukungan suami yang baik, isyarat bertindak HIV&AIDS dari petugas kesehatan.
yang tinggi, pengetahuan yang baik, persepsi Pengetahuan penting dalam hal ini karena seperti
kerentanan yang tinggi, akses informasi yang yang dinyatakan L.Green bahwa pengetahuan
baik dan persepsi halangan yang rendah merupakan antesenden dari perilaku yang

156
menyediakan alasan utama atau motivasi untuk faktor predisposisi adalah dalam bentuk
berperilaku tersebut (Green,1991). Dalam pemberian informasi atau pesan kesehatan dan
penelitian ini responden yang memiliki penyuluhan kesehatan. Tujuan dari kegiatan ini
pengetahuan yang baik lebih banyak untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan
mengikuti tes HIV dibandingkan dengan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh
responden yang memiliki pengetahuan yang seseorang sehingga akan memudahkan terjadinya
kurang, dan juga di kelurahan Bandarharjo dan perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005).
Tanjung Mas sudah pernah diadakan sosialisasi Kuantitas informasi dapat dihitung, dalam arti
mengenai HIV&AIDS kepada ibu hamil. makin banyak usaha seseorang mengumpulkan
Persepsi kerentanan dan persepsi halangan data dan fakta makin banyak informasi yang
penting dalam hal ini karena seperti yang dimilikinya. Seseorang yang memgikuti segala
dinyatakan dalam teori Health Belief Model bentuk media komunikasi akan lebih banyak
bahwa kemungkinan individu akan melakukan informasi (Widjadja, 2005). Sesuai yang
tindakan pencegahan tergantung secara langsung dinyatakan teori L.Green bahwa ketersediaan
pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian dan keterjangkauan merupakan faktor antiseden
kesehatan (health belief) diantaranya yaitu dari perilaku yang memungkinkan suatu motivasi
pertimbangan antara keuntungan dengan dapat direalisasikan, diantaranya ketersediaan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk dan keterjangkauan informasi (Green, 1991).
memutuskan melakukan tindakan pencegahan Dalam penelitian ini responden lebih banyak
atau tidak dan seseorang akan bertindak untuk mengakses informasi tentang HIV&AIDS dan
mengobati atau mencegah penyakit, bila merasa tes HIV dari bidan.
rentan terhadap serangan penyakit tersebut Karakteristik Responden Berdasarkan
(Sarwono, 2007). Umur
Walaupun ibu hamil yakin bahwa dia rentan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
terhadap penyakit HIV, dan juga sudah bahwa sebagian besar (55%) responden pada
mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak kelompok umur dewasa dan muda (45%).
akan begitu saja menerima tindakan kesehatan Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
yang dianjurkan kepadanya, dalam hal ini tes responden dengan umur dewasa, proporsi yang
HIV, kecuali bila ia yakin bahwa tindakan melakukan tes HIV (56,6%) lebih besar
tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan daripada umur muda (44,4%). Hasil analisis
ia sanggup melakukannya. Namun sebaliknya bivariat menunjukkan bahwa uji statistik dengan
aspek negatif dari tes HIV dapat menghalanginya taraf signifikansi 5% diperoleh p value 0,106,yang
untuk melakukan tes HIV, misalnya mahal, berarti secara statistik tidak ada hubungan antara
ketakutan akan stigma dan diskriminasi, sulit umur dengan perilaku ibu hamil untuk tes HIV.
mendapatkan layanan tes HIV, menyita banyak Walaupun umur tidak mempunyai hubungan
waktu, tidak menyenangkan, tidak diizinkan dengan perilaku ibu hamil untuk tes HIV, namun
suami dan sebagainya. Informasi tentang tes HIV responden yang berumur dewasa lebih banyak
yang kurang jelas dapat menyebabkan persepsi melakukan tes HIV dibandingkan responden
yang salah tentang manfaat tes HIV yang akhirnya yang berumur muda. Hasil ini sejalan dengan
dapat menyebabkan halangan untuk melakukan pernyataan Demissie et.al (2009) yang
tes HIV. Akses informasi penting dalam hal ini mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk
karena berdasarkan tiga faktor determinan mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan
perilaku, kegiatan promosi kesehatan sebagai dengan umur, namun berhubungan dengan
pendekatan perilaku yang ditujukan kepada pekerjaan, pengetahuan, persepsi risiko, persepsi

157
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

manfaat dan keterlibatan suami. persepsi kerentanan, persepsi keparahan,


Karakteristik Responden Berdasarkan persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan
Pendidikan keterlibatan suami . Dalam penelitian ini dapat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan disebabkan ibu yang tidak bekerja memilki lebih
bahwa sebagian besar (79,4%) responden banyak waktu dibandingkan dengan ibu bekerja,
berlatar belakang pendidikan menengah dan karena pelaksanaan tes HIV yang bersamaan
(20,6%) responden berlatar belakang dengan jam kerja dan karena biaya tes HIV yang
pendidikan rendah. Dalam penelitian ini gratis.
didapatkan bahwa responden dengan pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan
rendah, proporsi yang melakukan tes HIV Pekerjaan Suami
(56,8%) lebih besar daripada pendidikan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
menengah (49,7%). Hasil analisis bivariat bahwa sebagian besar (64,4%) responden
menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf memiliki pekerjaan suami karyawan swasta,
signifikansi 5% diperoleh p value 0,441, yang sedangkan pekerjaan suami responden yang
berarti secara statistik tidak ada hubungan antara lainnya yaitu swasta sebanyak (11,7%),
pendidikan responden dengan perilaku tes. Hal pengemudi/kernet sebanyak (8,9%), PNS/TNI/
ini tidak sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo POLRI sebanyak (8,3%), dan anak buah kapal
yang mangatakan bahwa pada umumnya makin sebanyak (6,7%). Dalam penelitian ini
tinggi pendidikan seseorang makin mudah didapatkan bahwa responden dengan pekerjaan
menerima informasi (Notoatmodjo,2003). Hasil suami anak buah kapal, proporsi yang
ini sejalan dengan pernyataan Paoli et.al (2004) melakukan tes (66,7%) lebih besar daripada
yang mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk pekerjaan suami pengemudi/kernet (62,5%),
mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan PNS/TNI/POLRI (60%), swasta (47,6%) dan
dengan pendidikan, namun berhubungan dengan. karyawan swasta (47,4%).
persepsi kerentanan, persepsi keparahan, Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh
keterlibatan suami. p value 0,524, yang berarti secara statistik tidak
Karakteristik Responden Berdasarkan ada hubungan antara pekerjaan suami responden
Pekerjaan dengan perilaku tes.Hal ini dapat disebabkan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan karena adanya faktor risiko pekerjaan suami,
bahwa sebagian besar (52,8%) responden tidak sesuai dengan yang dinyatakan teori Health Belief
bekerja dan (47,2%) responden bekerja. Dalam Model bahwa seseorang akan bertindak untuk
penelitian ini didapatkan bahwa responden mengobati atau mencegah penyakit jika merasa
dengan tidak bekerja, proporsi yang melakukan dirinya rentan terhadap penyakit tersebut,
tes HIV (53,7%) lebih besar daripada bekerja termasuk akibat dari pekerjaan suami yang
(48,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan berisiko terhadap penularan HIV
bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% (Sarwono, 2007).
diperoleh p value 0,465, yang berarti secara Karakteristik Responden Berdasarkan
statistik tidak ada hubungan antara pekerjaan Paritas
responden dengan perilaku tes. Hasil ini sejalan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
dengan pernyataan Paoli et.al (2004) yang bahwa (37,2%) responden primipara sedangkan
mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk (35,6%) responden nullipara dan (27,2%)
mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan responden multipara. Dalam penelitian ini
dengan pekerjaan, namun berhubungan dengan. didapatkan bahwa responden primipara,

158
proporsi yang melakukan tes HIV (55,2%) lebih penelitian Demissie et.al (2009) yang
besar daripada multipara (53,1%) dan nullipara mengatakan bahwa ada hubungan antara
( 45,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan pengetahuan dan perilaku untuk tes HIV. Hal
bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% ini sesuai dengan teori L.Green bahwa
diperoleh p value 0,499 yang berarti secara pengetahuan merupakan antesenden dari
statistik tidak ada hubungan antara paritas perilaku yang menyediakan alasan utama atau
responden dengan perilaku tes Paoli et.al (2004) motivasi untuk berperilaku tersebut. Sehingga
mengatakan bahwa perilaku ibu hamil untuk apabila ibu hamil memiliki pengetahuan yang
mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan baik tentang HIV&AIDS dan VCT maka akan
dengan paritas, namun berhubungan dengan memotivasi ibu untuk melakukan tes HIV
persepsi kerentanan, persepsi keparahan, (Green, 1991).
persepsi halangan, petunjuk berperilaku dan Persepsi Kerentanan terhadap HIV&AIDS
keterlibatan suami. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan tentang HIV&AIDS dan VCT bahwa sebagian besar (71,7%) responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mempunyai persepsi kerentanan tinggi dan
bahwa sebagian besar (64,4%) responden (28,3%) responden mempunyai persepsi
mempunyai pengetahuan baik dan (35,6%) kerentanan rendah. Persepsi responden yang
responden mempunyai pengetahuan kurang. rendah adalah terutama pada persepsi bahwa
Pengetahuan yang kurang yaitu mereka tidak bila mereka merasa sehat, mereka tidak mungkin
mengetahui jika penularan HIV tidak berasal dari terkena HIV (71,7%) , persepsi bahwa bila
alat makan (69,4%), mereka tidak mengetahui mereka melakukan pemeriksaan kehamilan dan
jika HIV adalah bukan penyakit keturunan minum vitamin saat hamil tidak mungkin terkena
(55,6%), mereka tidak mengetahui jika hasil tes HIV (70,6%). Persepsi kerentanan yang rendah
HIV dijamin kerahasiaannya (61,7%), mereka karena masih adanya anggapan bahwa hanya
tidak mengetahui jika sebelum melakukan tes orang yang termasuk risiko tinggi saja yang rentan
HIV diberikan persetujuan secara tertulis tertular HIV, hal ini dapat terjadi karena
(57,2%), dan mereka tidak mengetahui jika kurangnya pengetahuan mengenai cara penularan
diberikan konseling sesudah melakukan tes HIV HIV secara jelas.
(52,8%) dan diberikan konseling sebelum Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
melakukan tes HIV (50,6%) Pengetahuan yang responden dengan persepsi kerentanan tinggi,
kurang dapat disebabkan karena masih proporsi yang melakukan tes HIV (55,8%) lebih
kurangnya sosialisasi terutama mengenai tes HIV. besar daripada persepsi kerentanan rendah
Berdasarkan pengamatan peneliti, media (39,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan
sosialisasi mengenai HIV dan AIDS belum bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5%
mencakup informasi tentang tes HIV secara diperoleh p value 0,045, yang berarti secara
lengkap. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa statistik ada hubungan antara persepsi kerentanan
responden dengan pengetahuan baik, proporsi dengan perilaku tes. Hasil ini sejalan dengan
yang melakukan tes HIV (57,8%) lebih besar penelitian Paoli et.al (2004) yang mengatakan
daripada pengetahuan kurang (39,1%). Hasil persepsi terhadap kerentanan berhubungan
analisis bivariat menunjukkan bahwa uji statistik dengan perilaku untuk tes HIV. Hal ini sesuai
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh p value dengan teori Health Belief Model bahwa
0,016, yang berarti secara statistik ada kerentanan yang dirasakan adalah persepsi
hubungan antara pengetahuan responden subyektif seseorang tentang risiko terkena
dengan perilaku tes. Hasil ini sesuai dengan penyakit. Seseorang akan bertindak untuk

159
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

mengobati atau mencegah penyakit, bila merasa akan membuat ibu hamil menjadi stress (58,3%),
rentan terhadap serangan penyakit tersebut tes HIV tidak bermanfaat karena takut hasil tes
(Sarwono, 2007). diketahui orang lain (56,1%)dan akan
Persepsi Keparahan HIV&AIDS didiskriminasi dalam pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan (55,6%). Persepsi manfaat yang rendah dapat
bahwa sebagian besar (51,1%) responden disebabkan kurangnya sosialisasi tentang tes HIV
mempunyai persepsi keparahan tinggi dan termasuk manfaat melakukan tes HIV dengan
(48,9%) responden mempunyai persepsi jelas, sehingga membuat mereka khawatir
keparahan rendah. Persepsi responden yang terhadap diskriminasi yang akan diterimanya jika
rendah terutama pada persepsi bila bayi atau hasil tes HIV positif. Dalam penelitian ini
anak yang sudah tertular HIV maka kesempatan didapatkan bahwa responden dengan persepsi
hidupnya akan sama dengan orang dewasa yang manfaat tinggi, proporsi yang melakukan tes HIV
tertular HIV (42,2%) dan persepsi penyakit (58,8%) lebih besar daripada persepsi manfaat
HIV&AIDS tidak dapat menyerang semua orang rendah (30,6%). Hasil analisis bivariat
(40,6%). Persepsi keparahan yang rendah dapat menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf
disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai signifikansi 5% diperoleh p value 0,001, yang
tingkat kegawatan dari penyakit HIV&AIDS. berarti secara statistik ada hubungan antara
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa persepsi manfaat dengan perilaku tes. Sesuai
responden dengan persepsi keparahan tinggi, dengan penelitian Aini (2005) yang mengatakan
proporsi yang melakukan tes HIV (53,3%) lebih bahwa alasan ibu hamil melakukan tes adalah
besar daripada persepsi keparahan rendah adanya manfaat VCT, mereka merasa dengan
(48,9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan VCT dapat melindungi ibu dan bayi,
bahwa uji statistik dengan taraf signifikansi 5% mendapatkan pengobatan dan perubahan
diperoleh p value 0,555, yang berarti secara perilaku. Hal ini sesuai dengan teori Health Belief
statistik tidak ada hubungan antara persepsi Model yang mengatakan bahwa manfaat yang
keparahan dengan perilaku tes. Walaupun dirasakan menunjukkan keyakinan individu untuk
persepsi keparahan tidak mempunyai hubungan berperilaku (Sarwono, 2007).
dengan perilaku ibu hamil untuk tes HIV, namun Persepsi Halangan Tes HIV
responden dengan persepsi keparahan yang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
tinggi lebih banyak melakukan tes HIV bahwa sebagian besar (51,1%) responden
dibandingkan responden dengan persepsi persepsi halangan tinggi dan (48,9%) responden
keparahan yang rendah. Hal ini sesuai dengan mempunyai persepsi halangan rendah. Persepsi
teori Health Belief Model yang mengatakan halangan yang tinggi, terutama pada persepsi bila
bahwa tindakan seseorang untuk mencari mereka merasa sehat maka tidak perlu tes HIV
pengobatan atau pencegahan didorong oleh (72,2%), mereka berpendapat bahwa hanya
ancaman penyakit tersebut, dalam hal ini orang yang berisiko tinggi tertular HIV saja yang
melakukan tes HIV (Sarwono, 2007). memerlukan tes HIV (65,0%), jika melakukan
Persepsi Manfaat Tes HIV tes HIV maka orang lain mengganggap mereka
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan memiliki perilaku yang negatif/tidak baik
bahwa sebagian besar (72,8%) responden (63,9%), layanan tes HIV sulit didapatkan
mempunyai persepsi manfaat tinggi dan (27,2%) karena jauh (52,8%), orang lain akan mengetahui
responden mempunyai persepsi manfaat rendah. hasil tes (46,1%) dan tidak memiliki waktu luang
Persepsi responden yang rendah terutama pada hanya untuk tes HIV (41,1%). Persepsi halangan
persepsi bahwa tes HIV tidak bermanfaat karena yang tinggi dapat disebabkan karena

160
kekhawatiran terhadap stigma dan diskriminasi disebabkan responden yang mengikuti tes HIV
di masyarakat termasuk oleh tenaga kesehatan lebih banyak karena adanya isyarat bertindak
dan akses untuk mendapatkan layanan tes HIV, eksternal yaitu responden mendapatkan
karena jika tidak ada kegiatan mobile VCT maka informasi tentang HIV&AIDS dari petugas
mereka harus ke Rumah Sakit dan waktu kesehatan. Dalam penelitian ini didapatkan
layanan tes HIV yang bersamaan pada jam kerja. bahwa responden dengan isyarat bertindak
Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA akan tinggi, proporsi yang melakukan tes HIV
berdampak terhadap upaya pencegahan HIV (69,2%) lebih besar daripada isyarat bertindak
seperti orang akan enggan untuk melakukan tes rendah (24,7%). Hasil analisis bivariat
HIV karena takut akan mendapatkan stigma dan menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf
diskriminasi apabila hasil tesnya positif signifikansi 5% diperoleh p value 0,000, yang
(UNAIDS, 2010). berarti secara statistik ada hubungan antara
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa isyarat bertindak dengan perilaku tes. Hasil ini
responden dengan persepsi halangan rendah, sejalan dengan penelitian Paoli et.al (2004) yang
proporsi yang melakukan tes HIV (62,5%) lebih mengatakan bahwa ada hubungan antara isyarat
besar daripada persepsi halangan tinggi (40,2%). bertindak dengan perilaku untuk tes.Demikian
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji juga sesuai dengan teori Health Belief Model
statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh p bahwa isyarat yang bersifat internal misalnya
value 0,003, yang berarti secara statistik ada gejala atau eksternal seperti pesan-pesan melalui
hubungan antara persepsi halangan dengan media massa, anjuran teman atau konsultasi
perilaku tes. Hasil ini sejalan dengan penelitian dengan petugas kesehatan yang mempengaruhi
Paoli et.al (2004) yang mengatakan bahwa ada seseorang untuk mendapatkan pengertian yang
hubungan antara persepsi halangan dengan benar tentang kerentanan,keparahan dan
perilaku untuk tes, dimana jaminan kerahasiaan keuntungan dari pencegahan ataupun pengobatan
akan hasil tes merupakan hambatan untuk yang dilakukan (Sarwono, 2007).
tes.Demikian juga sesuai dengan teori Health Akses Informasi tentang HIV&AIDS dan
Belief Model yang mengatakan bahwa hambatan VCT
yang dirasakan mungkin bertindak sebagai Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
penghambat untuk menjalankan perilaku yang bahwa sebagian besar (58,3%) responden
direkomendasikan (Sarwono, 2007) mempunyai akses informasi baik dan (41,7%)
Isyarat Bertindak Tes HIV responden mempunyai akses informasi kurang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Akses informasi yang kurang yaitu dari responden
bahwa sebagian besar (59,4%) responden tidak mendapatkan informasi tentang
mempunyai isyarat bertindak tinggi dan (40,6%) HIV&AIDS dari koran (92,8%), majalah/tabloid
responden mempunyai isyarat bertindak rendah. (90,6%) dan radio (86,1%) dan responden
Isyarat bertindak yang rendah yaitu isyarat tidak mendapatkan informasi tentang tes HIV
bertindak internal seperti responden tidak pernah (VCT) dari radio (95%), koran (93,3%) dan
merasa nyeri perut bawah atau sekitar alat majalah/tabloid (93,3%). Hal dapat disebabkan
kelamin atau sewaktu berhubungan seks karena informasi HIV&AIDS melalui radio,
(96,1%), tidak pernah merasa keluar cairan majalah/tabloid dan koran masih kurang terutama
berbau pada alat kelamin (95,6%), tidak pernah tentang tes HIV.. Responden lebih banyak
merasakan kesakitan/panas saat buang air kecil mengakses informasi tentang HIV&AIDS dan
(94,4%) dan tidak pernah merasa gatal-gatal di tes HIV dari bidan. Dalam penelitian ini
sekitar alat kelamin (92,2%). Hal ini dapat didapatkan bahwa responden dengan akses

161
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

informasi baik, proporsi yang melakukan tes HIV tes HIV, mengambil hasil tes, menggunakan obat
(65,7%) lebih besar daripada akses informasi ARV, ataupun memilih makanan bayi agar tidak
kurang (30,7%). Hasil analisis bivariat tertular HIV (Depkes RI,2006).Hal ini sesuai
menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf dengan teori Green yang mengatakan bahwa
signifikansi 5% diperoleh p value 0,000, yang faktor penguat adalah faktor-faktor yang akan
berarti secara statistik ada hubungan antara akses datang dari perilaku yang memberikan
informasi dengan perilaku tes.Hal ini sesuai penghargaan (reward) atau perangsang untuk
dengan teori L.Green bahwa ketersediaan dan perilaku tersebut dan menyumbang kelangsungan
keterjangkauan merupakan faktor yang dan pengulangan perilaku tersebut, diantaranya
memungkinkan suatu motivasi dapat adalah dukungan suami (Green,1991).
dilaksanakan, diantaranya adalah ketersediaan Dukungan Bidan
dan keterjangkauan informasi (Green,1991). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Dukungan Suami bahwa sebagian besar (67,8%) responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mendapat dukungan bidan baik dan (32,2%)
bahwa sebagian besar (57,2%) responden responden mendapatkan dukungan bidan
mempunyai dukungan suami baik dan (42,8%) kurang. Dukungan bidan yang kurang seperti
responden mempunyai dukungan suami kurang. bidan tidak mendampingi untuk tes (73,3%) dan
Dukungan suami yang kurang seperti suami tidak tidak menjelaskan prosedur tes HIV(57,8%).
memberikan uang untuk biaya transport ke Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
tempat tes (82,8%) dan tidak menemani saat tes sosialisasi kepada bidan tentang tes HIV dan
HIV (77,2%). Hal ini dapat disebabkan suami tidak adanya layanan tes HIV (VCT) di
mengaanggap pemeriksaan-pemeriksaan saat Puskesmas sehingga harus ke Rumah Sakit,
kehamilan adalah urusan istri. Dukungan suami sementara bidan tidak dapat mendampingi
yang paling besar adalah dalam bentuk karena harus melaksanakan tugasnya di
memberikan izin untuk mengikuti tes HIV, karena Puskesmas. Dalam penelitian ini didapatkan
dalam hal ini izin suami sangat penting bagi ibu bahwa responden dengan dukungan bidan baik,
hamil untuk mengikuti tes HIV. Dalam penelitian proporsi yang melakukan tes HIV (60,7%) lebih
ini didapatkan bahwa responden dengan besar daripada dukungan bidan kurang (31%).
dukungan suami baik, proporsi yang melakukan Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa uji
tes HIV (75,7%) lebih besar daripada dukungan statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh p
suami kurang (18,2%). Hasil analisis bivariat value 0,000, yang berarti secara statistik ada
menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf hubungan antara dukungan bidan dengan perilaku
signifikansi 5% diperoleh p value 0,000, yang tes. Hal ini sesuai dengan teori Green yang
berarti secara statistik ada hubungan antara mengatakan bahwa faktor-faktor yang akan
dukungan suami dengan perilaku tes. Hasil ini datang dari perilaku yang memberikan
sejalan dengan penelitian Paoli (2004) dan penghargaan (reward) atau perangsang untuk
penelitian Demissie et.al (2009) yang perilaku tersebut dan menyumbang kelangsungan
mengatakan bahwa keterlibatan/dukungan suami dan pengulangan perilaku tersebut, diantaranya
berhubungan dengan perilaku untuk tes, karena adalah dukungan bidan (Green,1991).
suami merupakan pengambil keputusan. Dukungan Kader
Partisipasi suami akan mendukung ibu hamil Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
untuk datang ke pelayanan kesehatan ibu dan bahwa sebagian besar (55,6%) responden
anak, serta membantu ibu hamil pada saat-saat mendapatkan dukungan kader baik dan
penting, seperti menetukan apakah ingin menjalani (44,4%) responden mendapatkan dukungan

162
kader kurang. Dukungan kader yang kurang sebagian besar responden berusia dewasa,
seperti kader tidak mengantar ke tempat tes memiliki latar belakang pendidikan menengah,
(78,3%), tidak menjelaskan prosedur tes HIV tidak bekerja, pekerjaan suami responden
(75%), tidak memberikan informasi HIV&AIDS karyawan swasta, dan responden adalah
(70,6%) dan tidak menjelaskan manfaat tes HIV primipara. Sebagian besar pengetahuan
(70,6%). Hal ini dapat disebabkan kurangnya responden baik, persepsi responden tentang
pengetahuan kader tentang HIV&AIDS kerentanan tinggi. persepsi responden tentang
terutama tes HIV(VCT), sehingga tidak semua keparahan tinggi, persepsi responden tentang
kader menyampaikan informasi yang sama, dan manfaat tinggi, persepsi responden tentang
kader hanya bisa mengantar jika tempat tes halangan tinggi, isyarat bertindak responden
HIV(VCT) tidak terlalu jauh, sementara mobile tinggi, akses informasi responden baik, dukungan
VCT tidak selalu terjadwal setiap waktu sehingga suami responden baik, dukungan bidan baik dan
harus ke Rumah Sakit. Dalam penelitian ini dukungan kader baik.
didapatkan bahwa responden dengan dukungan
kader baik, proporsi yang melakukan tes HIV KEPUSTAKAAN
(66%) lebih besar daripda dukungan kader Aini, KT. 2005.Perception and Experiences of
kurang (32,5%). Hasil analisis bivariat Pregnant Woman Towards HIV Voluntary
menunjukkan bahwa uji statistik dengan taraf Antenatal Counselling and Testing in
signifikansi 5% diperoleh p value 0,000, yang Oshakati Hospital.Namibia.(Thesis).
berarti secara statistik ada hubungan antara Atmaja,AS. 2005.Banyak Ibu dan Anak Tertular
dukungan kader dengan perilaku tes. Hal ini HIV/AIDS dari Sang Suami. (diakses
sesuai dengan teori Green yang mengatakan tanggal 18 Februari 2010). Available from:
bahwa faktor-faktor yang akan datang dari http://situs.kespro.info/pmshivaids/eb/
perilaku yang memberikan penghargaan (reward) 2005.htm
atau perangsang untuk perilaku tersebut dan Demissie A, Deribew A, Abera
menyumbang kelangsungan dan pengulangan M.2009.Determinant of Acceptance of
perilaku tersebut, diantaranya adalah dukungan Voluntary HIV Testing Among Antenatal
kader (Green,1991). Clinic Attendees at Dil Chora, Dire Dawa,
East Ethiophia.Ethiophia Jurnal Health
SIMPULAN Dev;23(2):141-147
Ibu hamil yang mengikuti tes HIV (51,1%)
sedangkan ibu hamil yang tidak mengikuti tes Departemen Kesehatan RI. 2006.Pedoman
HIV (48,9%). Seluruhnya mengikuti tes HIV di Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari
layanan mobile VCT. Faktor-faktor yang Ibu Ke Bayi. Jakarta.
mempengaruhi ibu hamil melakukan tes HIV De Paoli, Manongi R, Klepp. 2004.Factors
yaitu dukungan suami, isyarat bertindak Influencing Acceptability of Voluntary
pengetahuan, persepsi kerentanan, akses Counselling and HIV Testing Amomg
informasi dan persepsi halangan. Faktor-faktor Pragnant Women In Northern Tanzania.
yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil AIDS CARE, Vol.16, No.4, pp.411-425
untuk tes HIV yaitu, pengetahuan, persepsi Dinas Kesehatan Kota Semarang.2009. Laporan
kerentanan, persepsi manfaat, persepsi halangan, PMTCT.
isyarat bertindak, akses informasi, dukungan Green, Lawrence W. 1991. Health Promotion
suami, dukungan bidan dan dukungan kader. Planning An Educational and Environmental
Berdasarkan karakteristik responden yaitu Approach. Mayfield Publishing Company.

163
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Mountain View-Toronto-London. Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan dan Perilaku


Griya PMTCT PKBI Kota Semarang.2010. Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.
Laporan Kegiatan dan Evaluasi Mobile Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan
VCT Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kota Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Semarang 2008-2010. Perdani W dan Roro. 2008. Waspadai Penularan
Judarwanto,W. 2010.HIV Mengancam Anak HIV-AIDS pada Bayi.(diakses tanggal 6
Indonesia. (diakses tanggal 9 Februari Mei 2010).
2010). Sarwono, S. 2007.Sosiologi Kesehatan. Gajah
Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi Jawa Mada University Press. Yogyakarta.
Tengah. 2010. Data HIV&AIDS Sampai UNAIDS. 2002.Lawanlah Stigma dan
31 Desember 2010.(diakses tanggal 12 Diskriminasi Untuk Memenangi Perang
Oktober 2010).Available from:http:// Melawan HIV/AIDS. (diakses 10 Oktober
www.aidsjateng.or.id 2010) Available from: http//mitrainti.org/
Kompas. 2006.Memutus Rantai Penularan HIV ?q=node/305
dari Ibu ke Bayi.(diakses tanggal 9 Februari Widjaja,H.A.W. 2005.Ilmu Komunikasi:
2010). Pengantar Studi.Rineka Cipta.Jakarta.

164

Anda mungkin juga menyukai