Makalah Implikasi Istiqamah Terhadap Ilmu Dakwah
Makalah Implikasi Istiqamah Terhadap Ilmu Dakwah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat kemurahan-
Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang sikap Implikasi Istiqamah terhadap
Dakwah. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ilmu dakwah.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.
Akhir kata penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.
Demikian makalah ini kami buat semoga berguna dan bermanfaat untuk kita
semua., Aamiin.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istiqomah merupakan salah satu bentuk akhlak mulia, suatu istilah bahasa arab
yang sering diucapkan oleh masyarakat muslim, sifat ini selayaknya dimilki oleh setiap
muslim agar tidak mudah digoyahkan tantangan maupun halangan dalam memegang
tali Islam dan menjalankan ajaran Islam.
Sikap konsisten atau istiqamah merupakan serangkaian perintah ibadah yang
nota bene sulit dilakukan. Banyak anggapan bahwa perilaku istiqamah hanya bisa
dilakukan oleh kalangan sufi saja. Runtutan dari proses istiqamah ini membentuk suatu
dimensi yang dapat digambarkan dengan memperhatikan aspek-aspek yang menjadi
objek tujuannya yang bertumpu pada ayat-ayat al-Quran.
Pada zaman sekarang ini, sikap istiqamah menjadi sangat urgent kehadirannya
ditengah-tengah masyarakat muslim, terutama bagi seorang mubalig/dai dalam
bedakwah. Karena pada prinsipnya, berdakwah memerlukan konsistensi untuk
mendapatkan hasil yang benar-benar sesuai tujuan.
Melihat sisi urgensitas sikap istiqamah terhadap dakwah, maka pada makalah ini
kami mencoba untuk memaparkan poin-poin yang berkenaan dengan bagaimana
seorang pendakwah mampu memiliki sikap istiqamah agar dapat menjadi seorang
teladan dalam kehidupan sehari-sehari.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Mausuah min Akhlaqir-Rasul, (Cairo: Darut-Taqwa) ,
Penerjemah Abdul Amin, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW.(Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2009), hal. 763.
2
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru Van Houve,
2001), hal. 281.
3
Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia al-Quran dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT. Niaga
Swadaya, 2011), hal. 998.
5
2. Makna
Dari pengertian di atas, indikator ke-istiqamahan seseorang terutama akan
terlihat ketika menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani suatu
perbuatan. Dengan demikian, dapat diilustrasikan bahwa istiqamah ibarat
laboratorium uji nyali, apakah seseorang akan goyah dan tergoda oleh rayuan
atau teguh hati dan konsisten dalam memegang prinsip.
Istiqamah adalah konsistensi, ketabahan, kemenangan, keperwiraan dan
kejayaan di medan pertarungan antara ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Oleh
karena itu, mereka yang beristiqamah layak untuk mendapat penghormatan berupa
penurunan malaikat kepada mereka dalam kehidupan di dunia untuk membuang
perasaan takut dan sedih dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan
kenikmatan surge. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu". (Q.S. Fushshilat, 41: 30).
Ahqaf : 13, Q.S. asy Syura : 15, Q.S. al Jin : 16 dan Q.S. at Takwir : 28.7. Dari itu,
penulis akan menguraikan penafsiran para ulama tafsir tentang kata istiqomah.
Penguraian ini terdiri dari tiga ayat yang terpilih karena terpandang sesuai dengan tema
pembahasan.
1. Surah asy-Syura ayat: 15
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah (tetaplah dalam
agama dan lanjutkanlah berdakwah) sebagai mana diperintahkan kepadamu dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada
semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil
diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal
Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan
kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".
4
Wahbah az-Zuhaily, Tafsir al-Manar,( Damasyqus : Dar al-Fikr, 1991), Jilid 13, hal. 47.
5
Imam Abi Fida al-Hafidz Ibn Katsir al-Damasyqiy, Tafsir Al-Quran Al-Adzim,Beirut:
Maktabah an-Nur al-Ilmiah, 1991 ), Juz 4, hal. 111.
8
Yakni jangan menyuruh mereka sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya,
atau jangan mencegah mereka sesuatu yang dia sendiri melanggarnya.6
Kemudian Buya Hamka berpendapat tentang ayat ini Rasulullah saw.
Sudah diberi dua perintah yang pokok:
Pertama, dakwah teruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti.
Kedua, pendirian teguhkan. Tegak lurus dengan keyakinan kepada Tuhan,
selanjutnya suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak
mempunyai istiqomah, dan jangan pula perdulikan hawa nafsu mereka yang
hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga.
Inilah pendirian Islam yang telah digariskan di Mekkah. Dan setelah hijrah
ke Madinah, pendirian ini pun tetap dipegang teguh. Sehingga diperbuat
perjanjian bertetangga baik dengan suku-suku Yahudi di Madinah, tetapi setelah
mereka sendiri yang mengkhianati perjanjian itu.7
AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua,
sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali
kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui".
Menurut al-Jlan, ungkapan maka tetaplah kamu berdua pada jalan yang
lurus dalam ayat di atas bararti bahwa kita harus selalu tetap dalam dakwah dan
menguatkan hujjah/bukti dan menetapkan kesabaran, karena suatu perkara akan
dijadikan sebagai jaminan sesuai dengan waktu-waktunya.
6
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Darul Fikr), Juz XXV, hal. 48-49.
7
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, ( Jakarta: Panji Mas, 1988), Juz XXV, hal. 21.
9
Kisah Nabi Musa dan Harun dapat dijadikan pelajaran bahwa dalam
berdakwah haruslah beristiqamah dengan menetapkan kesabaran di dalam dirinya,
tidak dengan secara instan atau bahkan tergesa-gesa. Dakwah di sini yang
dimaksud adalah dakwah mengajak masuk agama tauhid. Seandainya dalam
kondisi menghadapi orang-orang awam dan yang belum mengerti tentang agama
Islam sebaiknya dalam berdakwah tidak dengan memaksakan kehendak, namun
harus dilandasi dengan kesabaran yang mendalam serta doa. Dalam berdakwah
juga harus mengerti etikanya, seperti halnya dalam surah al-Ar ayat 3:
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Berdakwah tidak hanya bersikukuh harus sesuai dengan harapan kita, namun
tetap percaya bahwa hasil dari apa yang kita usahakan adalah yang terbaik. Isyarat
untuk berdoa ini merupakan isyarat dari ayat qla qad ujbat dawatukum.
Dengan doa yang telah dikabulkan Allah, maka apa yang menjadi tujuan akan
diperoleh tanpa membuat kebencian terhadap Allah. Isyarat dari kisah Nabi Musa
inilah bahwa ketika beliau menghadapi Bani Israil (dimana Bani Israil merupakan
keturunan orang yang sering membantah terhadap dakwah Nabi Musa) serta ayat
ini juga yang digunakan para waliyullah dalam berdakwah.
Adapun munsabah ayat ini, menurut al-Jlan, ada pada Q.S.al-Syra:15.
Dalam tafsir al-Jlan diterangkan, ungkapan maka karena itu
bertujuan menunjukkan ketauhidan Allah secara Dzat yang bisa mengalahkan
semua penyandaran serta perbedaan. Tujuan dari dakwah adalah mengajak kaum/
umat kepada ketauhidan (yaitu mengesakan Allah). Kata fadu (serulah) yang
10
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
beruban) dan hadzihil ayat qusimat zuhru anbiya`illh wa auliyaihi. Ketika surat
Huud ini diturunkan, Rasulullah bersabda demikian karena beliau merasa begitu
beratnya berlaku istiqamah dari apa yang maksud ayat tersebut. Dan ayat ini adalah
untuk membagi kejelasannya golongan para Nabi dan kekasih Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istiqomah menurut bahasa berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf qof, wa,
dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna Pertama, adalah kumpulan manusia
(kaum) dan makna kedua, adalah berdiri atau tekad yang kuat. Indikator ke-
istiqamahan seseorang terutama akan terlihat ketika menghadapi perubahan dan
godaan dalam menjalani suatu perbuatan.
Dalam Mujam al-Mufahrasy Li Al-Fadzil Quran, kata istiqomah dalam al-
Quran sebanyak 10 kata, terdiri dari 9 ayat, yang terdapat pada 8 surat. masing-masing
Q.S. at-Taubah : 7, Q.S. Yunus : 89, Q.S. Hud : 112, Q.S. Fussilat : 6 dan 30, Q.S. al
Ahqaf : 13, Q.S. asy Syura : 15, Q.S. al Jin : 16 dan Q.S. at Takwir : 28.7.
Makna istiqamah dapat dipetakan pada: Pertama, istiqamah dalam perjanjian atau
berlaku lurus dengan menjaga setiap janji. Kedua, istiqamah dalam dakwah dengan
cara konsisten pada jalan yang lurus dalam berdakwah. Ketiga, istiqamah dengan cara
berlaku adil, baik adil dari segi sifat, perbuatan, maupun perkataan. Keempat,
istiqamah pada agama Islam dengan cara berpegang teguh terhadap agama Allah dari
segala rintangan. Kelima, istiqamah dalam tauhid dengan senantiasa mengesakan Allah.
Dan keenam, istiqamah dalam al-Quran dengan cara mengamalkan pesan-pesan di
dalamnya.
B. Saran
Sebagai implikasi dan konsekuensi logis dari sebuah karya, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan bagi pihak yang akan mengembangkan lebih lanjut guna
kesempurnaan makalah yang kami susun. Sebab tidak ada karya yang sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritikan yang membangun untuk perbaikan
tulisan ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
2009.
Amru Ghazali, Yusni. Ensiklopedia al-Quran dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT.
al-Hafidz Ibn Katsir al-Damasyqiy, Abi Fida. Tafsir Al-Quran Al-Adzim, (Beirut:
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Darul Fikr). Juz XXV.
Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, ( Jakarta: Panji Mas). 1988. Juz XXV.