Anda di halaman 1dari 92

Laporan Akhir

Review Indikator Kinerja Cipta Karya

BAB 2
Identifikasi Kebijakan Terkait Indikator Kinerja Cipta karya

2.1 Anggaran Berbasis Kinerja

2.1.1 Pendahuluan

Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-


Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara beserta turunannya
memberikan dampak yang sangat besar dalam penyelenggaraan keuangan negara.
Seperti dinyatakan dalam UU No. 17 tahun 2003 bahwa sistem penyusunan anggaran
tahunan Kementerian/Lembaga disusun berdasarkan:
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework)
Anggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran Terpadu (Unified Budget).

Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan


kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/ lembaga/perangkat
daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem
penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/ lembaga/perangkat daerah.
Untuk itu, maka perlu disusun perangkat-perangkat yang diperlukan dalam
penyusunan anggaran tahunan yang salah satunya adalah Sistem Anggaran Tahunan
Berbasis Kinerja, di samping Rencana Strategi Direktorat Cipta Karya sebagai dasar
penyusunan program dan anggaran.
Sistem Anggaran Tahunan Berbasis Kinerja membutuhkan kinerja pelaksanaan
program sebagai alat untuk mengukur dan menentukan kinerja pelaksanaan program,
sehingga dapat memberikan masukan dalam penyusunan program dan anggaran.
Dalam pasal 14 UU No. 14 tersebut, disebutkan bahwa anggaran berbasis
kinerja merupakan anggaran yang berbasis pada pencapaian target kinerja ke depan.
Tetapi menurut PP 21/2004 disebutkan pula bahwa anggaran berbasis kinerja tersebut
juga memperhatikan kinerja pelaksanaan program/kegiatan yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Dalam Sistem Anggaran Tahunan Berbasis Kinerja di lingkungan
Direktorat Cipta Karya juga memperhitungkan kinerja yang telah dicapai sebelumnya

Bab II - 1
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alokasi anggaran ke depan yang


disetujui/disepakati.
Pengembangan wilayah merupakan rangkaian upaya untuk mencapai suatu
perkembangan sesuai dengan yang diinginkan wilayah tersebut dengan memadukan
berbagai sumberdaya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan
nasional/wilayah dalam satu kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian
antar kawasan, dan keterpaduan antar sektor pembangunan dengan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan.

2.1.2 Pengertian, Prinsip, Azas, dan Prasyarat Dalam Pelaksanaan Anggaran


Berbasis Kinerja

Pengertian
Sistem Anggaran Berbasis Kinerja adalah Sistem Anggaran yang memperhitungkan
target kinerja yang hendak dicapai ke depan dan kinerja yang telah dicapai
sebelumnya.
Prinsip-Prinsip dalam Sistem Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan pedoman pengelolaan keuangan daerah, sistem yang dianut
dalam APBN adalah anggaran yang berbasis kinerja. Artinya penyusunan,
pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup
dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga
harus memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja,
keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang
dibiayai anggaran tadi.
Dalam PP No 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dijelaskan
bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna setiap
penyelenggara negara berkewajiban untuk bertanggung jawab atas hasil proses dan
penggunaan sumber dayanya, agar setiap program dan kegiatan pemerintahan yang
didanai dengan dana publik dapat dinikmati dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan benchmarking terhadap ketentuan yang mengatur penyelenggaraan
keuangan di daerah, maka penerapan anggaran berbasis kinerja di lingkungan K/L
juga seharusnya tidak jauh bebeda. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di
lingkungan K/L, harus diawali sejak dimulainya penyusunan anggaran. Untuk itu,
beberapa prinsip dasar dalam penyusunan anggaran juga dapat menjadi prinsip
diterapkannya Anggaran Berbasis Kinerja.
Pertama, transparan, setiap dokumen Pelaksanaan Penganggaran Satuan Kerja
hendaknya dapat memberikan informasi yang jelas tentang kelompok sasaran,

Bab II - 2
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

capaian kinerja, masukan, keluaran, hasil dan manfaat yang diperoleh dari
kegiatan tersebut. Dengan transparansi itu, akan membuat semua pihak bisa
memberikan penilaian secara terbuka baik terhadap program dan kegiatan maupun
pengalokasian anggarannya.
Kedua, partisipatif, harus dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi semua
komponen internal K/L dan lapisan masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam
setiap proses penganggaran demi menjamin adanya kesesuaian antar kebutuhan
dan aspirasi masyarakat dengan peruntukan anggaran. Prinsip partisipatif ini
sekaligus juga untuk mencegah dan menemukan sedini mungkin praktek korupsi
dalam proses penganggaran.
Ketiga, disiplin, penyusunan anggaran harus menunjukkan disiplin anggaran
dengan klasifikasi yang jelas dari setiap komponen kegiatan. Termasuk juga dalam
prinsip ini adalah disiplin terhadap waktu.

Prasyarat Dalam Sistem Anggaran Berbasis Kinerja


Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam Sistem Anggaran Berbasis
Kinerja, sebagaimana diamanatkan dalam PP 21/2004 yaitu:
Perlu adanya Indikator Kinerja
Perlu adanya pengukuran Kinerja
Perlu adanya Standar Biaya.

Indikator Kinerja akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengukuran


kinerja. Tetapi ini juga terkait dengan sistem pengukuran kinerja yang dianut, apakah
menganut pengukuran kinerja dari pekerjaan (klasifikasi yang paling kecil/detail dalam
suatu program di Departemen) atau hanya mengukur mulai dari Kegiatan atau
langsung pada level program. Semakin makro/umum tingkat pengukuran kinerjanya,
maka semakin luas cakupan kinerjanya, sehingga semakin tinggi bias pengukuran
kinerjanya. Misal pengukuran hanya dilakukan langsung pada level program, maka
ukuran yang diambil/dipakai akan menggunakan indikator-indikator utama keberhasilan
program, yang biasanya juga hanya terdapat di beberapa kegiatan utama, tidak pada
semua kegiatan yang ada pada Program tersebut. Dengan demikian maka akan ada
kegiatan yang kinerjanya tidak diperhitungkan untuk mengukur keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan program tersebut. Sistem pengukuran kinerja yang perhitungannya
dilakukan dari pekerjaan terkecil kemudian mengakumulasikan menjadi kinerja bagi
pengelompokan di atasnya, akan mengurangi tingginya bias pengukuran kinerja
tersebut.

Bab II - 3
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2.1.3 Penganggaran

Berdasarkan Pasal 11 ayat 5 UU 17/2003, pengeluaran negara dibagi atas unit


organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Pada pasal 15 ayat 5 disebutkan bahwa anggaran
yang disetujui oleh DPR dirinci dalam organisasi, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan,
dan jenis belanja.

a. Organisasi
Klasifikasi organisasi yang digunakan dalam anggaran belanja negara adalah
klasifikasi untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. Dalam masing-
masing kementerian negara/lembaga organisasi dibagi dalam tingkat eselon I
yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu program, unit eselon II
dan unit eselon III yang bertanggung jawab terhadap suatu pelaksanaan
kegiatan pendukung program.

Pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan anggaran akan terjadi suatu sinergi yang
positif apabila ada sinkronisasi antara struktur program dan kegiatan dengan
struktur organisasinya.

b. Fungsi
Klasifikasi anggaran dibagi menurut fungsi yang akan sangat membantu dalam
penyusunan struktur program dan kegiatan. Fungsi adalah perwujudan tugas
kementerian di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan nasional.

d. Sub Fungsi
Sub fungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Klasifikasi dibagi
kedalam 11 (sebelas) fungsi utama dan rinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan)
sub fungsi. Penggunaan fungsi dan sub fungsi disesuaikan dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing kementerian negara/lembaga.

e. Program
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, Program adalah instrumen
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah.

Bab II - 4
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

f. Jenis Belanja
Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan) kategori
yaitu:
1. Belanja pegawai yaitu kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Belanja barang yaitu Pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan. Belanja ini antara lain digunakan untuk pengadaan barang dan
jasa, pemeliharaan, dan perjalanan;
3. Belanja modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal;
4. Beban bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban pengunaan
pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang
luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman;
5. Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa
untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga
jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat.
6. Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan.
7. Hibah yaitu transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain atau
kepada organisasi internasional. Belanja ini antara lain digunakan untuk hibah
kepada pemerintah luar negeri dan organisasi internasional.
8. Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis belanja pada butir I (satu) sampai dengan 7
(tujuh) tersebut diatas.

Dalam pengalokasian dana oleh kementerian negara/lembaga harus


memperhatikan pagu yang terikat (non discretionary) dan pagu yang tidak terikat
(discretionary) yang telah disepakati oleh pemerintah bersama-sama DPR. Pagu
terikat adalah jumlah dana yang tidak dapat diubah selain untuk belanja yang sudah
ditentukan antara lain pagu pembayaran gaji dan tunjangan (belanja pegawai) serta
biaya langganan daya dan jasa.

Bab II - 5
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2.2 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga


(RKA-KL)

Sesuai PP No.21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan


Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL), penyusunan RKA-KL disusun melalui
beberapa tahap.

2.2.1 Pendekatan Penyusunan RKA-KL

Pokok-pokok penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian


negara/lembaga terdiri dari rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga dan
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut. Di dalam
rencana kerja tersebut diuraikan visi, misi, tujuan, kebijakan, program, hasil yang
diharapkan, kegiatan, keluaran yang diharapkan. Di dalam anggaran tersebut juga
diuraikan biaya untuk masing-masing program dan kegiatan untuk tahun anggaran
yang direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja, prakiraan maju untuk tahun
berikutnya, serta sumber dan sasaran pendapatan Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan. RKA-KL tersebut meliputi seluruh kegiatan satuan kerja di
lingkungan Kementerian Negara/Lembaga termasuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
RKA-KL disusun dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah; digunakan untuk mencapai disiplin
fiskal secara berkelanjutan. Kementerian Negara/Lembaga mengajukan usulan
anggaran untuk membiayai program dan kegiatan dalam tahun anggaran yang
direncanakan dan menyampaikan prakiraan maju yang merupakan implikasi
kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun
berikutnya. Prakiraan maju yang diusulkan Kementerian Negara/Lembaga disetujui
oleh Presiden dalam Keputusan Presiden tentang Rincian APBN untuk menjadi
dasar bagi penyusunan usulan anggaran Kementerian Negara/Lembaga pada
tahun anggaran berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
b. Penganggaran Terpadu; dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga
untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran belanja
menurut organisasi,fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Klasifikasi
menurut organisasi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi Kementerian
Negara/Lembaga yang berlaku. Klasifikasi menurut program dan kegiatan
ditetapkan oleh Menteri Perencanaan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan
berdasarkan usulan Menteri/Pimpinan Lembaga.

Bab II - 6
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

c. Penganggaran berbasis kinerja, dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan


antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja
dari setiap program dan jenis kegiatan. Tingkat kegiatan yang direncanakan dan
standar biaya yang ditetapkan pada permulaan siklus tahunan penyusunan
anggaran menjadi dasar untuk menentukan anggaran untuk tahun anggaran yang
direncanakan dan prakiraan maju bagi program yang bersangkutan. Dalam rangka
penerapan anggaran berbasis kinerja, Kementerian Negara/Lembaga
melaksanakan pengukuran kinerja. Kementerian Negara/Lembaga melakukan
evaluasi kinerja kegiatan satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga setiap tahun
berdasarkan sasaran dan/atau standar kinerja kegiatan yang telah ditetapkan
sebagai umpan balik bagi penyusunan RKA-KL tahun berikutnya.

2.2.2 Proses Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian


Negara/Lembaga

Kementerian Negara/Lembaga menyusun rencana kerja Kementerian


Negara/Lembaga untuk tahun anggaran yang sedang disusun dengan mengacu pada
prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam Surat
Edaran Bersama Menteri Perencanaan dan Menteri Keuangan. Rencana kerja
Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memuat
kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan
menggunakan pagu indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan prakiraan
maju untuk tahun anggaran berikutnya. Kementerian Perencanaan menelaah rencana
kerja yang disampaikan Kementerian Negara/Lembaga berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan. Perubahan terhadap program Kementerian Negara/Lembaga
disetujui oleh Kementerian Perencanaan berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan, berdasarkan usulan Menteri/Pimpinan Lembaga Terkait.

Menteri/Pimpinan Lembaga setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan


tentang Pagu Sementara bagi masing-masing program pada pertengan bulan Juni,
menyesuaikan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga menjadi RKA-KL yang
dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan. Kementerian Negara/Lembaga
membahas RKA-KL bersama-sama dengan komisi terkait di DPR. Hasil pembahasan
RKA-KL disampaikan kepada Kementerian Perencanaan selambat-lambatnya pada
pertengahan bulan Juli. Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara RKA-
KL hasil pembahasan bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah. Kementerian

Bab II - 7
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Keuangan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR


dengan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara, prakiraan pagu
yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah
ditetapkan.

Menteri Keuangan menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah, untuk selanjutnya


bersama-sama dengan nota keuangan dan Rancangan APBN dibahas dalam Sidang
Kabinet. Nota Keuangan dan Rancangan APBN beserta himpunan RKA-KL yang telah
dibahas disampaikan Pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan
Agustus untuk DIPA bersama dan ditetapkan menjadi Undang-Undang APBN
selambat-lambatnya pada akhir bulan oktober. RKA-KL yang telah disepakati DPR
ditetapkan dalam Keputusan Presiden tentang Rincian APBN selambat-lambatnya
akhir bulan November. Keputusan Presiden tentang Rincian APBN menjadi dasar bagi
masing-masing Kementerian Negara/Lembaga untuk menyusun konsep dokumen
pelaksanaan anggaran. Konsep dokumen pelaksanaan anggaran disampaikan kepada
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara selambat-lambatnya minggu
kedua bulan Desember.

2.3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025


2.3.1 Visi Pembangunan Nasional

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam
20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan
nasional tahun 20052025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Untuk mencapai visi negara tersebut, maka pemerintah Indonesia memberikan


indikator yang jelas agar mandiri, maju, adil dan makmur dapat terukur dengan jelas.
Indikator kemandirian yang diberikan oleh pemerintah Indonesia antara lain:
ketersediaan SDM yang berkualitas, kemadirian aparatur pemerintah dan penegak
hukum, kemandirian sumber pembiayaan pembangunan dalam negeri, kemampuan
memenuhi kebutuhan pokok.

Indikator maju yang diberikan oleh pemerintah Indonesia antara lain:


berkepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas dalam pendidikan, laju
pertumbuhan penduduk yang kecil, tingkat pendapatan rata-rata dan ratanya
pembagian ekonomi, memiliki sistem kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

Bab II - 8
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Indikator adil dan makmur yang dimaksudkan adalah bahwa semua rakyat
mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan;
memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan
mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan
hukum.

2.3.2 Misi Pembanguan Nasional

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8


(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan


beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional;
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil,


pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian
sasaran-sasaran pokok sebagai berikut.

A. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,


beretika, berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,


dan bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan
perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.

2. Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya


peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri
dan kepribadian bangsa.

Bab II - 9
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

B. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat


yang lebih makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan


berkesinambungan sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai
tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan
menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5
persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.

2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan


dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
penduduk tumbuh seimbang.

3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan


kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien
sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang berdaya
saing global, motor penggerak perekonomian, serta jasa yang perannya
meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing.

4. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi


satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga dan
elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi. Terselenggaranya pelayanan pos dan
telematika yang efisien dan modern guna terciptanya masyarakat informasi
Indonesia. Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga
keberlanjutan fungsi sumber daya air.

5. Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk


mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung
jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan nasional.
C. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan
berkeadilan ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

1. Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia


yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum nasional yang
mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif. Terciptanya
penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan

Bab II - 10
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan pada hak-


hak asasi manusia.

2. Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan


demokrasi.

3. Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan


politik.

4. Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan


pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.

5. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik


yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan hukum,
birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil, masyarakat politik dan
masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional.
D. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan
negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri ditandai oleh
hal-hal berikut:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat kemanusiaan,


keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari ancaman dan gangguan
pertahanan dan keamanan, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

2. TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan


yang kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri
pertahanan yang andal.

3. Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang


keamanan, intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya
koordinasi antara institusi pertahanan dan keamanan.

E. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai


oleh hal-hal berikut:

1. Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan


dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk
berkurangnya kesenjangan antarwilayah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Bab II - 11
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam


kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk
tingkat rumah tangga.

3. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana


pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

4. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan


kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.
F. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan


pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya
fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.

2. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam


untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan nasional.

3. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam


pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.

G. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju,


kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau


dan kepulauan Indonesia.

2. Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang


didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-


hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.

4. Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan


pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

5. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.

Bab II - 12
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

H. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia


internasional ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Memperkuat dan mempromosikan identitas nasional sebagai negara


demokratis dalam tatanan masyarakat internasional.

2. Memulihkan posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar


yang ditandai oleh keberhasilan diplomasi di fora internasional dalam upaya
pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah, dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional.

3. Meningkatnya kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalam berbagai


kerja sama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih
adil dan damai.

4. Terwujudnya kemandirian nasional dalam konstelasi global.

5. Meningkatnya investasi perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri.

2.3.3 Tahapan dan Skala Prioritas

Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan


jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda
dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang
ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa
mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan skala prioritas dalam
setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode
ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang.

Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang dapat
ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing misi
dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan
makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan skala
prioritas utama dapat disusun sebagai berikut.

RPJM ke-1 (2005 2009)

Bab II - 13
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya,


RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang
yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan
demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.

Indonesia yang aman dan damai ditandai dengan meningkatnya rasa aman dan
damai serta terjaganya NKRI berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika melalui tertanganinya
berbagai kerawanan dan tercapainya landasan pembangunan kemampuan pertahanan
nasional, serta meningkatnya keamanan dalam negeri termasuk keamanan sosial
sehingga peranan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia semakin
meningkat. Kondisi itu didukung oleh berkembangnya nilai baru yang positif dan
produktif pada setiap aspek kehidupan dalam rangka memantapkan budaya nasional,
termasuk wawasan dan budaya bahari; menguat dan meluasnya pemahaman tentang
identitas nasional sebagai negara demokrasi dalam tatanan masyarakat internasional;
dan meningkatnya pelestarian serta pengembangan kekayaan budaya untuk
memperkokoh kedaulatan NKRI berlandaskan falsafah Pancasila.

Indonesia yang adil dan demokratis ditandai dengan meningkatnya keadilan dan
penegakan hukum; terciptanya landasan hukum untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi; meningkatnya kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan;
terciptanya landasan bagi upaya penegakan supremasi hukum dan penegakan hak-
hak asasi manusia yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan tertatanya sistem hukum nasional.
Bersamaan dengan itu, pelayanan kepada masyarakat makin membaik dengan
meningkatnya penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah yang tercermin
dengan terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah dan tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang lebih tinggi; serta
tertatanya kelembagaan birokrasi dalam mendukung percepatan terwujudnya tata
kepemerintahan yang baik.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia ditandai dengan menurunnya
angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas; berkurangnya kesenjangan antarwilayah, termasuk
meningkatnya pengelolaan pulau-pulau kecil terdepan; meningkatnya kualitas sumber
daya manusia, termasuk sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan membaiknya pengelolaan
sumber daya alam dan mutu lingkungan hidup. Kondisi itu dicapai dengan mendorong

Bab II - 14
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim yg lebih kondusif, termasuk


membaiknya infrastruktur. Percepatan pembangunan infrastruktur lebih didorong
melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan
regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan, terutama untuk sektor
transportasi, energi dan kelistrikan, serta pos dan telematika. Bersamaan dengan itu
dilaksanakan revitalisasi kelembagaan pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki lokasi
strategis, antara lain kawasan ekonomi khusus (KEK) dan kawasan andalan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain, ditandai oleh meningkatnya
indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG) yang
diarahkan untuk membangun bangsa yang berkarakter cerdas, adil dan beradab,
berkepribadian nasional, tangguh, kompetitif, bermoral, dan berdasarkan falsafah
Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat
Indonesia yang beragama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong-royong,
patriotik, dinamis, dan berorientasi iptek; meningkatkan kualitas dan akses masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan; meningkatkan kesejahteraan dan
perlindungan perempuan dan anak; dan mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk.

Bersamaan dengan hal tersebut ditingkatkan mitigasi bencana alam sesuai dengan
kondisi geologi Indonesia. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup
dan menyadari keadaan wilayah yang rawan bencana sehingga makin peduli dan
antisipatif. Hal itu didukung oleh pengembangan kelembagaan dan peningkatan
kapasitas di setiap tingkatan pemerintahan dalam rangka penanggulangan bencana
serta diacunya rencana tata ruang secara hierarki dari tingkatan nasional, pulau,
provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai payung kebijakan spasial semua sektor dalam
rangka mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan dampak
bencana.

2.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014

RPJM 2010-2014 merupakan tahap pembangunan kedua atau periode kedua


untuk mencapai sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJP 2005-2025.
Akhirnya ditetapkanlah untuk jangka menengah pertama untuk menciptakan Indonesia
yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan
rakyatnya meningkat. Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang

Bab II - 15
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

dihadapi bangsa dan negara Indonesia, ditetapkan VISI PEMBANGUNAN NASIONAL


TAHUN 20102014 Indonesia yang sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan, yaitu:
1. Sejahtera, memperkuat triple track strategy serta pembangunan inklusif dan
berkeadilan;
2. Demokratis, memantapkan konsolidasi demokrasi; serta
3. Berkeadilan, memperkuat penegakan hukum dan pemberantasan korupsi serta
pengurangan kesenjangan.
Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut ditetapkan 3 (tiga) MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 20102014, yaitu:
1. Melanjutkan pembangunan Indonesia yang sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi, serta
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan nasional tersebut di
atas ditempuh 2 (dua) STRATEGI POKOK PEMBANGUNAN, yaitu:
1. STRATEGI PENATAAN KEMBALI INDONESIA yang diarahkan untuk
menyelamatkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan semangat,
jiwa, nilai, dan konsensus dasar yang melandasi berdirinya Negara Kebangsaan
Republik Indonesia yang meliputi Pancasila; Undang-Undang Dasar 1945
(terutama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945); tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan tetap berkembangnya pluralisme dan
keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
2. STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA yang diarahkan untuk membangun
Indonesia disegala bidang yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera
jelas dalam PembukaanUndang-Undang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan
hak dasar rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.

2.4.1 Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2010 2014

Berkaitan dengan 3 (tiga) misi pembangunan nasional dan 2 (dua) strategi


pokok pembangunan, maka terdapat sasaran-sasaran pokok dengan prioritas dan arah
kebijakan sebagai berikut:
1. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan
Pada Agenda peningkatan kesejahteraan rakyat tetap menjadi prioritas dari
pemerintah mendatang. Wujud akhir dari perbaikan kesejahteraan akan tercermin
pada peningkatan pendapatan, penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan
kualitas hidup rakyat. Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui

Bab II - 16
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan


penciptaan kesempatan termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar. Program
pembangunan 2010--2014 tetap konsisten untuk melanjutkan berbagai program
perbaikan kesejahteraan rakyat yang sudah berjalan dengan memberikan
penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan terarah
dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan. Pengarusutamaan ini
tidak hanya terbatas antarsektor tetapi juga antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pengarusutamaan harus juga mencakup kebijakan agar tujuan
dapat tercapai dengan sumber daya yang minimal

2. Perbaikan tata kelola Pemerintahan


Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik menjadi isu yang penting dalam
konteks nasional dan internasional. Krisis ekonomi yang lalu tidak terlepas dari
buruknya tata kelola pemerintahan, baik di sektor pemerintahan maupun swasta.
Krisis keuangan global, juga tidak terlepas dari masalah ini. Oleh karena itu,
negara-negara yang tergabung dalam G-20 sepakat untuk menempatkan
perbaikan tatakelola pemerintahan menjadi salah satu agenda perbaikan untuk
mencegah krisis berulang. Wujud dari perbaikan tata kelola pemerintahan ini antara
lain dapat dilihat dari penurunan tingkat korupsi, perbaikan pelayanan publik, dan
pengurangan ekonomi biaya tinggi.
Pembangunan birokrasi yang kuat merupakan elemen penting untuk menjaga agar
kelangsungan pembangunan tetap berkelanjutan. Untuk itu, reformasi birokrasi
akan dilaksanakan di seluruh kementerian/lembaga untuk selanjutnya diteruskan di
pemerintah daerah. Selanjutnya dalam penyusunan perencanaan dan anggaran,
akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja secara menyeluruh. Reformasi
ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif khususnya dalam perbaikan
kualitas pelayanan publik, efektivitas dan akuntabilitas kegiatan
kementerian/lembaga dan penanggulangan korupsi.

3. Penegakan Pilar Demokrasi


Transisi dari kehidupan demokrasi masa lalu dengan segala keberhasilan dan
kegagalannya menuju Indonesia masa depan yang lebih sejahtera, demokratis,
dan adil menuntut penegakan pilar-pilar demokrasi yang lebih konsisten. Oleh
karena itu agenda penegakan pilar demokrasi merupakan agenda yang tetap
penting dalam periode 2010-2014. Wujud dari Indonesia yang demokratis adalah
penghargaan terhadap hak asasi manusia, terjaminnya kebebasan berpendapat,

Bab II - 17
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

adanya checks and balances, jaminan akan keberagaman yang tercermin dengan
adanya perlindungan terhadap segenap warga negara tanpa membedakan paham,
asal-usul, golongan, dan gender. Selama ini, konsolidasi demokrasi telah dilakukan
dengan menjamin kebebasan berpendapat, menghormati hak asasi manusia, serta
terus menjaga berjalannya proses checks and balances. Lembaga-lembaga
demokrasi terus diperkuat dengan cara memberikan contoh dan menegakkan nilai-
nilai demokrasi, misalnya dengan menjaga kebebasan berpendapat, kebebasan
pers, dan mengutamakan supremasi hukum. Demokrasi harus terus dijaga agar
berada pada arah yang benar, yaitu demokrasi yang egaliter.

4. Penegakan Hukum
Sistem yang demokratis juga harus disertai tegaknya rule of law . Oleh karena
itu, agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam
periode 2010-2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa
aman, rasa adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat. Terkait dengan
kepastian usaha, salah satu persoalan yang dianggap kerap menganggu
masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum. Karenanya
penegakan hukum akan membawa dampak yang positif bagi perbaikan iklim
investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian
Indonesia Agenda dalam bidang hukum juga mencakup proses pembuatan
undangundang, proses penjabarannya, proses pengawasan, dan juga penegakan
aturan hukum. Selain itu, wujud dari agenda hukum adalah menjamin proses
peradilan yang bebas. Hal ini semua akan membantu di dalam upaya konsolidasi
demokrasi. Penegakan hukum merupakan elemen yang sangat penting di dalam
pemberantasan korupsi. Selama ini, telah dan terus dilakukan pembenahan pada
substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Tumpang tindih dan
inkosistensi peraturan perundang-undangan harus diperkecil. Demikian juga
hambatan pada implementasi peraturan perundangan harus dihilangkan. Akan
terus diupayakan perjanjian ekstradisi dengan negara-negara yang berpotensi
menjadi tempat pelarian pelaku tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.
Dalam usaha pemberantasan korupsi, berbagai kasus telah ditindaklanjuti tanpa
pandang bulu. Proses penegakan hukum dalam bidang korupsi dilakukan tanpa
tebang pilih. Semua warga negara sama kedudukannya di muka hukum.

5. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan

Bab II - 18
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Peningkatan kualitas pembangunan yang inklusif dan berkeadilan terus menjadi


agenda prioritas dalam pemerintahan 2010-2014 mengingat pelaksanaan agenda
keadilan sampai saat ini belum mampu mewujudkan sepenuhnya hasil yang
diinginkan. Penyebabnya antara lain proses pembangunan yang tidak partisipatif
belum banyak diterapkan sehinga keadilan dan keikutsertaan secara luas belum
diterapkan. Perwujudan keadilan keikutsertaan dapat diwujudkan dalam berbagai
dimensi. Dalam bidang ekonomi, keadilan dapat diwujudkan dalam bentuk
perbaikan, atau terjadinya proses afirmasi terhadap kelompok yang tertinggal,
orang cacat, dan terpinggirkan. Dalam bidang sosial-politik, perwujudan keadilan
keikutsertaan inklusif) dapat berupa perbaikan akses semua kelompok terhadap
kebebasan berpolitik, kesetaraan gender dalam politik dan penghapusan segala
macam bentuk diskriminasi. Upaya pengurangan kesenjangan pendapatan telah
dilakukan oleh pemerintah dalam periode 2004-2009 dengan berbagai kebijakan.
Misalnya, untuk mengurangi kesenjangan pendapatan, pemerintah melakukan
realokasi subsidi yang diterima oleh kelompok yang berpenghasilan atas kepada
masyarakat miskin melalui programprogram yang bersifat langsung dan targeted.
Realokasi subsidi BBM kepada program pendidikan dan kesehatan pada periode
2005-2008 juga merupakan bukti nyata dari upaya tersebut. Langkah konkret lain
adalah pelaksanaan 3 gugus (cluster) program penanggulangan kemiskinan secara
intensif dan koordinatif.

2.4.2 Sasaran Pembangunan

Persoalan dan dimensi pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia


selalu berubah dan makin kompleks. Permasalahan dan tuntutan pembangunan yang
dihadapi akan bertambah banyak, kemampuan dan sumber daya pembangunan yang
tersedia cenderung terbatas. Pemerintah harus mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat
pilihan dalam bentuk skala prioritas. Dalam menentukan pilihan tersebut, pemerintah
bersikap realistis, dengan tidak membuat sasaran-sasaran yang sejak semula disadari
tidak bisa dipenuhi. Pengalaman selama periode 2004-2009 menjadi modal utama
dalam menyusun agenda dan strategi pembangunan ini.

Sejumlah indikator digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan.


Banyak faktor yang bersifat eksogen (di luar kendali pemerintah) akan mempengaruhi
capaian tersebut. Faktor eksogen, dapat mempermudah pencapaian atau sebaliknya ia
dapat pula menyebabkan sasaran yang ingin dicapai tidak terpenuhi atau hanya
terpenuhi sebagian. Misalnya, kenaikan harga komoditas energi dapat mempunyai

Bab II - 19
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

dampak positif terhadap pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi mengingat


Indonesia masih tergolong sebagai negara produsen dan pengekspor energi neto.
Sebaliknya, bencana alam seperti gelombang panas El Nino seperti yang terjadi
sebelum krisis ekonomi tahun 1997 dapat menghambat upaya peningkatan produksi
pangan dan berperan terhadap kenaikan tingkat kemiskinan pada saat itu. Meskipun
kemungkinan terjadinya faktor eksogen tersebut tidak dapat diperkirakan dengan pasti,
beberapa perubahan dapat dimitigasi dan diubah ke arah yang menguntungkan
dengan kebijakan yang tepat.

A. Sasaran Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan


Sesuai dengan persoalan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, pemerintah
bertekad untuk melanjutkan proses percepatan pembangunan ekonomi selama lima
tahun ke depan. Dengan pulihnya perekonomian global dalam 1-2 tahun mendatang,
capaian tertinggi yang pernah dicapai oleh laju pertumbuhan perekonomian Indonesia
sebelum krisis sekitar 7 persen sudah dapat dipenuhi sebelum tahun terakhir masa
2010-2014.

Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat


pengangguran terbuka hingga di sekitar 5-6 persen pada akhir tahun 2014, dan
kesempatan kerja yang tercipta antara 9,6 juta-10,7 juta pekerja selama periode 2010-
2014. Kombinasi antara percepatan pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan
intervensi pemerintah yang terarah diharapkan dapat mempercepat penurunan tingkat
kemiskinan menjadi sekitar 8-10 persen pada akhir 2014.

Untuk memenuhi sasaran percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah


akan terus melanjutkan kebijakan makroekonomi yang terukur dan berhat-hati Dalam
bidang pendidikan, sasaran pembangunan ditujukan untuk meningkatkan hati,
sehingga inflasi dapat dikendalikan pada tingkat rendah yang sebanding dengan
negara-negara setaraf dengan Indonesia yaitu sekitar 4-6 persen per tahun.

Inflasi yang terkendali memungkinkan nilai tukar dan suku bunga yang kompetitif
sehingga mendorong sektor riil bergerak dan berkembang dengan sehat. akses
masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain
ditandai oleh menurunnya jumlah penduduk buta huruf; meningkatnya secara nyata
persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan
pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai oleh
meningkatnya jumlah tenaga terampil.

Bab II - 20
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

B. Sasaran Perkuatan Pembangunan Demokrasi

Sasaran penegakan pilar demokrasi adalah membangun dan semakin


memantapkan sistem demokrasi di Indonesia yang dapat menghasilkan pemerintahan
dan lembaga legistatif yang kredibel, bermutu, efektif, dan mampu menyelenggarakan
amanah dan tugas serta tanggung jawabnya secara baik, seimbang dengan
peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum. Dengan demikian, fungsi checks and
balances dapat dilakukan secara santun, beretika, dan efektif sehingga
penyelenggaraan negara tidak terhambat oleh mekanisme dan sistem demokrasi,
namun sebaliknya akan makin meningkat kualitas hasil dan akuntabilitasnya. Sasaran
di bidang ini juga adalah untuk menjamin setiap lima tahun terselenggaranuya proses
pemilu yang memenuhi azas-azas demokrasi yang baik, yaitu jujur, adil, dan menjamin
seluruh warga negara pemilih dapat melaksanakan hak memilihnya secara bebas dan
bertanggung jawab.

C. Sasaran Penegakan Hukum

Penegakan Hukum merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dan sangat
penting dalam menjaga sistem demokrasi yang berkualitas dan juga mendukung iklim
berusaha yang baik agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti, aman dan
efisisen, dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Sasaran reformasi penegakan
hukum adalah tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum
(rule of law) dan terjaganya ketertiban umum.

Sasaran tersebut tercermin dari persepsi masyarakat pencari keadilan untuk


merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan keamanan dalam berinteraksi dan
mendapat pelayanan dari para penegak hukum (kepolisian dan kejaksaaan). Dengan
demikian, reformasi kepolisian dan kejaksaan, dan lembaga peradilan harus dilakukan
untuk dapat menghasilkan sasaran berupa muncul dan tumbuhnya kepercayaan dan
penghormatan publik kepada aparat dan lembaga penegak hukum karena mereka
dipercaya akan selalu melindungi masyarakat berdasarkan azas keadilan dan
kepatuhan pada aturan dan hukum tanpa pembedaan dan diskriminasi. Selain
berbagai bidang yang telah disebutkan di atas, pemerintah tetap mengembangkan
sektor-sektor pembangunan lainnya secara konsisten, terkoordinasi dan terintegrasi.
Dengan demikian, pada akhir RPJMN 2010 -2014 Indonesia berhasil mencapai
berbagai sasaran pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia yang
sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

Bab II - 21
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2.4.3 Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional

2.4.3.1 Arah Kebijakan Umum

Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima mendatang, maka arah kebijakan umum
pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang


sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan
pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya
manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta nya dan terpeliharanya lingkungan
hidup secara berkelanjutan.

2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan


yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum,
penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi
manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.

3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan d semua bidang


termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan
pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender.
Keadilan juga `hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara
kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan
pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan
dan pemerintahan yang bersih.

Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam lima


tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan
pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.
Pendekatan yang bersifat kelembagaan ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang
menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada tatakelola yang
baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan efisien.
Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, dengan
tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan keberlanjutan. Pendekatan ini
dipandang akan memberikan hasil yang berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi

Bab II - 22
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

yang lebih kokoh, melewati proses yang telah disetujui bersama secara demokratis,
serta dengan rasa memiliki yang tinggi dan akuntabel.

Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangun mekanisme


kelembagaan yang baru tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang
dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS selama
ini lebih banyak dilakukan pemerintah pusat, padahal UU Otonomi Daerah menetapkan
bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah kabupaten/kota, selanjutnya program
ini akan lebih mengedepankan dan mengaktifkan peran pemerintah daerah.

2.4.3.2 Prioritas Nasional

Visi dan Misi pemerintah 2009-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih
operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Di bawah ini bertujuan untuk
sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin
implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2)
pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan;
infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan
bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11)
kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Di samping sebelas prioritas nasional tersebut di atas, upaya untuk


mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional juga melalui pencapaian prioritas
nasional lainnya di bidang politik, hukum, dan keamanan, di bidang perekonomian, dan
di bidang kesejahteraan rakyat.

Di bidang politik, hukum, dan keamanan mencakup: (a) pelaksanaan koordinasi


terhadap mekanisme prosedur penanganan terorisme; (b) pelaksaan program
deradikalisasi untuk menangkal terorisme; (c) peningkatan peran Republik Indonesia
dalam mewujudkan perdamaian dunia; (d) peningkatan pelayanan dan perlindungan
tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri; (e) penguatan dan pemantapan hubungan
kelembagaan pencegahan dan pemberantasan korupsi; (f) pelaksanaan perlindungan
saksi dan pelapor; (g) pengembalian aset (asset recovery); (h) peningkatan kepastian
hukum; (i) penguatan perlindungan HAM; dan (i) pemberdayaan industri strategis
pertahanan. Di bidang perekonomian mencakup: (a) pelaksanaan pengembangan
industri sesuai dengan Peraturan Presiden No.28/2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional; (b) peningkatan peran dan kemampuan Republik Indonesia dalam diplomasi
perdagangan internasional; (c) peningkatan pelayanan dan perlindungan tenaga kerja

Bab II - 23
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

indonesia (TKI) selama proses penyiapan, pemberangkatan, dan kepulangan; serta (d)
peningkatan upaya pelayanan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar
negeri.

Di bidang kesejahteraan rakyat mencakup: (a) pelaksanaan ibadah haji yang


tertib dan lancar paling lambat pada 2010; (b) peningkatan kerukunan umat beragama
melalui pembentukan dan peningkatan efektivitas Forum Kerukunan Umat Beragama
FKUB); (c) peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara
sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun; (d) promosi 10 tujuan pariwisata
Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif; (e)
perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung
pariwisata; (f) peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan
pariwisata lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management
yang kompetitif di kawasan Asia; (g) perumusan kebijakan dan pedoman bagi
penerapan pengarusutamaan (mainstreaming) Gender dan Anak (PUG & A) oleh
Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian lainnya; (h)
pencapaian posisi papan atas pada South East Asia (SEA) Games pada tahun 2011,
peningkatan perolehan medali di Asian Games tahun 2010 dan Olimpiade tahun 2012;
(i) peningkatan character building melalui gerakan, revitalisasi dan konsolidasi gerakan
kepemudaan; serta (j) revitalisasi gerakan pramuka.

2.4.3.3 Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pembangunan

Pembangunan Nasional dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang


kehidupan masyarakat. Untuk itu, perencanaan pembangunan nasional dikelompokkan
dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan menurut Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025, yaitu:

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

2. Bidang Ekonomi

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

4. Bidang Sarana dan Prasarana

5. Bidang Politik

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

7. Bidang Hukum dan Aparatur

8. Bidang Wilayah dan Tataruang

9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Bab II - 24
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Sinergi antar bidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran Sinergi


antar bipelaksanaan dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN 2010-2014.
Pada dasarnya pembangunan di setiap bidang untuk mencapai keberhasilan, tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya.

Dengan pembiayaan yang terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan


hasil yang maksimal dalam mencapai sasaran pembangunan, harus dilakukan
sinkronisasi pembangunan di setiap bidang, sehingga kegiatan di setiap bidang saling
terpadu, mendukung dan saling memperkuat. Selanjutnya, di dalam melaksanakan
pembangunan yang tertuang dalam RPJMN terdapat prinsip pengarusutamaan yang
menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan. Prinsip-prinsip
pengarusutamaan ini diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran kebijakan
pembangunan, yang mencakup: (1) pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan;
(2) pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik; dan (3) pengarusutamaan
gender. Prinsip-prinsi mpengarusutamaan ini akan menjadi jiwa dan semangat yang
mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap bidang pembangunan. Dengan
dijiwainya prinsipprinsip pengarustamaan ini, pembangunan jangka menengah ini akan
memperkuat upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ada.

RPJMN 2010-2014 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja
jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas bidang
harus ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan
persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi
komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya
secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu disusun pula rencana kerja yang bersifat lintas bidang meliputi (1)
penanggulangan kemiskinan ; (2) perubahan iklim global; (3) pembangunan kelautan
berdimensi kepulauan, dan (4) perlindungan anak. Kebijakan lintas bidang ini akan
menjadi sebuah rangkaian kebijakan antarbidang yang terpadu meliputi prioritas, fokus
prioritas serta kegiatan prioritas lintas bidang untuk menyelesaikan permasalahan
pembangunan yang semakin kompleks.

2.5 Renstra Cipta Karya

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008


tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis bidang Cipta Karya. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi yaitu:

Bab II - 25
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

a) penyusunan kebijakan, program dan anggaran, serta evaluasi kinerja


pembangunan bidang Cipta Karya;
b) pembinaan teknis dan penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual
(NSPM) untuk air minum, air limbah, persampahan, drainase, terminal, pasar, dan
fasos-fasum lainnya;
c) fasilitasi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan dan
perdesaan;
d) pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi
melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, serta standarisasi
bidang perumahan, air minum, penyehatan lingkungkungan permukiman, dan tata
bangunan;
e) penyediaan Infrastruktur pekerjaan umum bagi pengembangan kawasan
perumahan rakyat;
f) fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan;
g) penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuh/nelayan, perdesaan,
daerah perbatasan, kawasan terpencil, dan pulau-pulau kecil;
h) penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air;
i) pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan bangunan gedung, dan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
j) penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan infrastruktur permukiman akibat
bencana alam dan kerusuhan sosial; dan
k) pelaksanaan urusan admininistrasi Direktorat Jenderal.

Visi Direktorat Jenderal Cipta Karya

Berdarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas


dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya
adalah terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif,
berdaya saing dan berkelanjutan. Adapun makna dari visi tersebut adalah:

- Layak, yaitu: permukiman dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan


prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
- Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan
kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.

Bab II - 26
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

- Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat


menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing
sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.
- Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan
aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya

Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-
2014 adalah:

1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan


untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosal, sejahtera,
berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka
pengembangan wilayah.
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah,
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengeloaan bangunan
gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah
perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional dengan menerapkan prinsip good govermance.

Tujuan

Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang akan
dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan
meliputi:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian
permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
(infrastruktur) bidang Permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Bab II - 27
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan


kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah.
Sasaran

Adapun sasaran berdasarkan tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan
dicapai beserta indikator kinerja outcome-nya meliputi:
1. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.
2. Meningkatnya kulaitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan
pola pemberdayaan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.
4. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada
pembangunan infrastruktur permukiman.

Kebijakan, Program dan Kegiatan

kebijakan penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan tidak


hanya agar sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya
saja tetapi juga disesuaikan dengan beberapa dokumen kebijakan dan strategi
nasional seperti RPIJM Kab/Kota. Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP-
Kota), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-
SPAM), Kebijakan dan Strategi nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP), serta Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP). Kebijakan-kebijakan
penyelenggaraan Direktorat Jenderal Cipta Karya tersebut difokuskan pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Air Minum
1. Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan
kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan
manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat
kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%).
2. Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-
prinsip Good Corporate Govermance serta meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pengelola pelayanan air minum melaui uji kompetensi, pendidikan dan
pelatihan.
3. Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk
membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, di
samping mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di
bidang pengembangan air minum.

Bab II - 28
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

4. Menigkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya


mencapai sasaran pembangunan air minum.
5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan
aktif dalam memberikan pelayanan air minum.
2. Air Limbah
1. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola
BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.
2. Menigkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber
pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dan
pemerintah.
3. Meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air
limbah.
4. Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.
3. Persampahan dan Drainase
1. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan
pelayanan persampahan dan drainase.
2. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan persampahan dan drainase.
3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turun
berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik
dalam handlingtransportation maupun dalam pengelolaan TPA.
4. Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan
pemerintah-swasta (public private partnershhip) dalam pengelolaan
persampahan.
5. Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase.
.
6. Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui
restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-undangan yang
terkait.
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan
drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan
pelayanan kesehatan.
4. Bangunan Gedung dan Lingkungan
1. Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas pemerintah daerah
dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung.
2. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan
gedung.

Bab II - 29
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

3. Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan


lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun
internasional.
Program
Selama kurun waktu 2010-2014, seluruh kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dituangkan dalam satu program pelaksanaan yaitu:
Kegiatan
1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan
bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
1. Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek permukiman.
2. Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek bangunan gedung dan lingkungan.
3. Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek air limbah dan drainase.
4. Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek air minum.
5. Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman
6. Jumlah kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data
informasi, serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman
7. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK
2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.
3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah rusunawa terbangun.
4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
1. Jumlah kawasan permukiman perdesaan ditangani.
2. Jumlah kawasan pusat pertumbuhan terbentuk
5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
1. Jumlah desa tertinggal yang ditangani
2. Jumlah kelurahan/desa yang meningkat kualitasnya melalui pemberdayaan
masyarakat

Bab II - 30
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

6. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang


diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan yang meningkat fungsinya.
7. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
1. Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah
2. Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani
8. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan.
9. Terlaksananya pembinaan kemampuan pemda/PDAM, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah kabupaten/kota PDAM yang memperoleh pembinaan
kemampuan.
10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.
11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur dari
indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan
mendesak.

Kegiatan Prioritas

Kegiatan Prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur


Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 2014 adalah merupakan prioritas
Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam
Pengembangan Permukiman.
2. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan dalam Penataan Bangunan dan
Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta
Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan
Kawasan/Lingkungan Permukiman.
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan
Persampahan.
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan.

Bab II - 31
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2.6 Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara sebagaimana
diamanatkan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berdasarkan Pancasila. Pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai
dari tahapan yang bersifat jangka panjang, menengah, dan tahunan. Melalui Undang-
undang nomor 17 tahun 2007, ditetapkan bahwa
Visi Indonesia tahun 2025 adalah INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR yang dibagi ke dalam 4 (empat) tahap pembangunan jangka
menengah dan tahapan pertama telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. RPJMN 2004-2009 memuat 3
(tiga) agenda pembangunan yakni: (1) Menciptakan Indonesia yang Aman dan Damai;
(2) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis; dan (3) Meningkatkan
Kesejahteraan Rakyat Indonesia. Sebagai kesinambungan RPJMN 2004-2009, maka
sejak tahun 2010 pelaksanaan pembangunan diarahkan untuk mencapai Visi
Indonesia tahun 2014 yaitu INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN
BERKEADILAN yang penjabarannya dituangkan dalam RPJMN 2010-2014.
Visi Indonesia tahun 2025 lebih dikonkritkan yaitu untuk mencapai tingkat
kesejahteraan dengan PDB perkapita yang setara dengan Korea saat ini. Untuk itu,
tantangan yang dihadapi cukup berat baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari
lingkungan global. Pembangunan yang dilaksanakan secara biasa-biasa saja diyakini
tidak mampu mewujudkan visi tersebut. Untuk itu, sesuai arahan Presiden Republik
Indonesia, diperlukan langkah-langkah terobosan (breakthrough), bukan langkah-
langkah biasa (Bussiness As Usual). Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi harus
dibangun tersebar di seluruh Indonesia. Arahan ini dituangkan dalam Masterplan
Percepatan dan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) 2011-2025.
Di samping pandangan visioner di atas, penyusunan rencana kerja tahun 2012
juga mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi baik lingkungan internal
maupun di lingkungan eksternal (global). Perubahan tersebut dapat berwujud
kesempatan maupun tantangan yang perlu diantisipasi dan direspon dengan tepat
langkah, tepat sasaran dan tepat waktu.
Ditengah pemulihan perekonomian global, yang masih dibayang-bayangi
ketidakpastian, perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Beberapa
indikator ekonomi utama, seperti pertumbuhan ekonomi, neraca pembayaran, nilai
tukar, tingkat inflasi, dan kinerja pasar modal, menunjukkan perkembangan yang

Bab II - 32
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 mencapai 6,1%, dan pada
kuartal I 2011 mencapai 6,5%. Posisi neraca pembayaran, baik transaksi berjalan
maupun transaksi modal dan finansial, mengalami perbaikan sehingga pada akhir April
2011 cadangan devisa mencapai lebih dari US$113,8 miliar. Nilai tukar rupiah stabil
dan bahkan akhir-akhir ini mengalami penguatan. Kestabilan nilai tukar rupiah ini
terutama akibat semakin kuatnya kepercayaan para pelaku pasar terhadap kinerja
perekonomian Indonesia dan pengelolaan ekonomi makro yang dilaksanakan. Seiring
dengan itu, penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional terus membaik, dari
persepsi stabil menjadi positif dan sekarang berada pada satu level di bawah peringkat
investasi. Sejalan dengan terpeliharanya kestabilan nilai tukar rupiah, laju inflasi
selama tahun 2011 secara berangsur-angsur terus menurun.
Namun demikian, situasi perekonomian dunia masih belum menentu. Sebagian
beberapa negara di Eropa masih terus berupaya untuk memulihkan kembali ekonomi
pascakrisis. Laju inflasi dunia cenderung meningkat sejalan dengan pemulihan
perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas global, dan
inflasi mitra dagang utama Indonesia. Perubahan iklim yang ekstrim juga telah
berdampak pada menurunnya produksi pangan dan meningkatnya harga pangan
dunia. Stabilitas politik dan keamanan yang terganggu di kawasan Timur Tengah dan
Afrika Utara telah mendorong meningkatnya harga minyak bumi dan gas, serta
mengancam ketahanan energi di banyak Negara. Selain itu perlu juga diantisipasi
memanasnya perekonomian emerging countries, terutama China, yang dapat
mempengaruhi kondisi perdagangan dunia.

Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan dari dalam negeri, utamanya


terkait perbaikan kesejahteraan rakyat. Angka kemiskinan telah berhasil diturunkan
dari 16,66 persen pada tahun 2004 menjadi 13,33 persen pada tahun 2010. Namun
demikian jumlah orang miskin yaitu 31,02 juta jiwa pada tahun 2010 masih cukup
tinggi. Demikian juga dengan tingkat pengangguran dipandang masih cukup tinggi,
meskipun telah berhasil diturunkan dari 11,24 persen pada tahun 2005 menjadi 7,14
persen pada bulan Agustus 2010. Walau sudah membaik, jumlah daerah tertinggal
yang tersebar di berbagai wilayah masih cukup tinggi. Tantangan internal lainnya
adalah kondisi infrastruktur yang belum memadai baik dalam hal ketersediaan,
kehandalan, maupun kualitasnya, serta efektivitas birokrasi yang belum optimal.
Pembangunan nasional pada saat ini jelas masih dihadapkan pada persoalan
kemiskinan, pengangguran serta kesenjangan yang masih lebar.
Indonesia harus siap menghadapi situasi yang dinamis dan penuh tantangan
tersebut. Indonesia terus menjaga momentum pertumbuhan yang telah dicapai,

Bab II - 33
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

bahkan mempercepat dan memperluas pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif
serta berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi tersebut pada gilirannya harus dapat
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan pada gilirannya mempercepat
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga jangan sampai mengorbankan
pelestarian lingkungan dan harus sejalan dengan upaya-upaya mengatasi perubahan
iklim. Pembangunan yang meningkat harus dilakukan dari, oleh dan untuk rakyat
Indonesia di berbagai wilayah, sehingga kemiskinan dapat diturunkan dan
kesenjangan dikurangi. Karena itu, pembangunan Indonesia dijalankan berlandaskan 4
jalur strategi pembangunan yaitu mendorong pertumbuhan (pro-growth), memperluas
kesempatan kerja (pro-job), menanggulangi kemiskinan (pro-poor), serta ramah
pelestarian lingkungan hidup (pro-environment). Gabungan antara pemikiran visioner
baik dalam RPJPN, RPJMN, maupun dalam MP3EI dan tanggapan terhadap
kesempatan dan tantangan dari perubahan yang diuraikan di atas, dirumuskan dalam
bentuk prakarsa-prakarsa baru (new initiatives) di dalam RKP 2012.

2.6.1 Tujuan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yang memuat
langkah-langkah untuk mendukung tercapainya Visi Indonesia 2014 yaitu
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
BERKEADILAN. Sesuai dengan visi tersebut dan menanggapi situasi kekinian, maka
tema RKP 2012 adalah PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERTUMBUHAN
EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN BAGI PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT.
Berdasarkan peraturan-perundangan, RKP tahun 2012 merupakan pedoman
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012, di mana
kebijakan APBN ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Pemerintah. Di samping itu, RKP 2012 juga merupakan pedoman
pelaksanaan pembangunan bagi Pemerintah Pusat/Daerah, masyarakat, dan dunia
usaha dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bab II - 34
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2.6.2 Prioritas Nasional dan Prakarsa Baru


Untuk menjaga kesinambungan pembangunan, RKP 2012 disusun dengan
mencermati keberhasilan pembangunan yang diperoleh dalam tahun 2010 dan
perkiraan pencapaian hasil pembangunan pada tahun 2011, serta mempertimbangkan
permasalahan dan tantangan yang diperkirakan terjadi pada tahun 2012. Perpaduan
berbagai faktor ini selanjutnya dituangkan menjadi Tema Pembangunan tahun 2012,
yang mewarnai rencana aksi berupa program dan kegiatan dalam RKP 2012. Sebagai
penjabaran RPJMN 2010-2014, RKP 2012 meliputi 11 Prioritas Nasional dan 3
Prioritas Lainnya, termasuk didalamnya prakarsa-prakarsa baru yang terintegrasi
dengan RPJMN dan RKP untuk menanggapi situasi kekinian dan menjaga momentum
positif yang telah dicapai sebagai hasil pembangunan selama ini. Prakarsa-prakarsa
baru tersebut menunjukkan bahwa Indonesia selalu siap dalam mengantisipasi dan
merespon berbagai perkembangan yang terjadi serta melakukan perubahan untuk
mencapai kemajuan dan hasil pembangunan yang lebih baik. Prakarsa-prakarsa baru
dalam RKP 2012 dimaksudkan sebagai pengungkit dalam mempercepat peningkatan
kesejahteraan rakyat, yang terdiri dari :
Pertama adalah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) tahun 2011-2025. Masterplan ini memuat: (i) peningkatan potensi
ekonomi wilayah melalui pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi, yaitu: koridor
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua, Bali dan Nusa Tenggara;(ii)
penguatan konektivitas nasional; dan (iii) penguatan kemampuan SDM dan Iptek;
Kedua adalah percepatan pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa
Tenggara Timur;
Ketiga adalah adalah 6 (enam) program penguatan upaya penanggulangan
kemiskinan yang disebut sebagai klaster keempat, sebagai tambahan dari 3 (tiga)
klaster program-program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Keenam
program dari klaster keempat tersebut adalah: (1) Program Rumah Sangat Murah; (2)
Program Kendaraan Angkutan Umum Murah; (3) Program Air Bersih Untuk Rakyat; (4)
Program Listrik Murah dan Hemat; (5) Program Peningkatan Kehidupan Nelayan; dan
(6) Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Pinggir Perkotaan.
Keempat adalah peningkatan langkah-langkah dalam rangka mencapai
ketahanan pangan dimana surplus beras 10 juta ton per tahun harus dicapai dalam
waktu 5-10 tahun, perluasan lapangan kerja, serta penanganan transportasi kota-kota
besar, khususnya Jakarta.
Keberhasilan pembangunan nasional adalah keberhasilan dari semua prioritas
dan program pembangunan yang dilaksanakan secara nyata oleh semua pemangku
kepentingan, termasuk keberhasilan dari implementasi berbagai prakarsa baru

Bab II - 35
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

tersebut. Semuanya secara utuh mengacu kepada RPJMN dan pelaksanaannya


secara terpadu dan sinergis dalam RKP pada Pemerintah Pusat dan RKPD pada
pemerintah Daerah.

2.6.3 Pencapaian Tahun 2010 Dan Perkiraan Tahun 2011


Berangkat dari kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009
akibat krisis ekonomi dunia 2008-2009, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2010
disusun dengan Tema PEMULIHAN PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT. Dengan berbagai langkah yang
dilakukan pada tahun 2010, perekonomian dapat dipulihkan sehingga pertumbuhan
ekonomi tahun 2010 mencapai sebesar 6,1 persen, lebih tinggi dari sasaran yang telah
ditetapkan sebesar 5,0 persen. Di samping itu tingkat kesejahteraan rakyat bisa
dipelihara. Untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan
ekonomi perlu dipercepat. Oleh karena itu pada tahun RKP 2011 disusun dengan Tema
PERCEPATANPERTUMBUHAN EKONOMI DIDUKUNG PEMANTAPAN TATAKELOLA
DAN SINERGI PUSAT DAERAH, Dengan berbagai upaya yang dilakukan
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 6,4 persen pada tahun 2011.
Keberhasilan untuk memulihkan kondisi ekonomi pada tahun 2010 didukung
dan sekaligus disertai dengan keberhasilan melaksanakan berbagai kegiatan
pembangunan dalam mendorong pencapaian sasaran dan kemajuan bangsa.
Pencapaian dan pelaksanaan kegiatan pembangunan tesebut diantaranya
digambarkan sebagai berikut.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan
tata kelola selama tahun 2010 dan 2011 diperkuat dan diperluas. Hasil-hasil penting
yang dicapai, antara lain:
(i) Reformasi birokrasi dan penguatan kelembagaannya telah memiliki
landasan yang kuat dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang rujukan pelaksanaannya
diatur dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Untuk melengkapinya, telah dibentuk perangkat
kelembagaan berupa Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim
Reformasi Birokrasi Nasional.
(ii) Kementerian/Lembaga (K/L) yang melaksanakan reformasi birokrasi terus
bertambah, sampai dengan tahun 2010 sudah terdapat 13 K/L, dan pada tahun 2011,
diharapkan semakin bertambah dan meningkat kualitas pelaksanaannya.
(iii) Dalam upaya membatasi pemekaran wilayah maka telah tersusun
rancangan/draft Desain Besar Penataan Daerah sebagai pedoman pengkajian usulan

Bab II - 36
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB). Desain Besar ini mendukung Peraturan
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan,
dan Penggabungan Daerah. Selanjutnya, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana perimbangan daerah maka dan dilakukan sosialisasi atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011. Untuk tahun 2011, diharapkan
sebanyak 75% dari keseluruhan daerah dapat mengoptimalkan penyerapan DAK
sesuai Permendagri tersebut. Pada tahun 2011 ini revisi atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang Pemerintahan Daerah masih berlanjut,
demikian juga Undang-Undang Pemilu Kepala Daerah dan Undang-Undang Desa.
Terkait dengan penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah, pada tahun
2010 telah dimulai penyusunan naskah akademis dan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pemilihan Kepala Daerah.
(iv) Penyempurnaan kebijakan pengelolaan SDM aparatur yang diarahkan untuk
memperkuat integritas dan disiplin PNS, pengembangan sistem informasi dan data
kepegawaian; penyempurnaan sistem diklat; penerapan manajemen kinerja, dan
perbaikan tingkat kesejahteraan, yang pada tahun 2011 akan terus dilanjutkan dan
ditingkatkan.
(v) Dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan, pada tahun 2010 telah dilaksanakan inventarisasi dan pengkajian peraturan
daerah bagi 3000 perda, dan pada tahun 2011 ditargetkan 9000 perda. Di samping itu,
telah difasilitasi penyusunan peraturan daerah di 25 provinsi disertai dengan
penghimpunan dan pengkajian bagi 235 perda. Untuk lebih meningkatkan layanan ini,
maka pada tahun 2011 kantor wilayah pada Kementerian Hukum dan HAM difungsikan
sebagai law center untuk membantu proses penyusunan peraturan daerah.
(vi) Untuk lebih meningkatkan pelayanan publik di daerah, hingga tahun 2010
telah ditetapkan 13 (tiga belas) peraturan menteri tentang SPM (Standar Pelayanan
Minimum) di sektor terkait, dan diharapkan pada tahun 2011 dapat tercapai target
kumulatif untuk penetapan SPM selanjutnya sehingga paling tidak mencapai jumlah 15
(lima belas) peraturan menteri. Pada tahun 2011 peraturan pelaksanaan Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diharapkan dapat ditetapkan
terutama yang menyangkut penerapan sistem pelayanan terpadu, standar pelayanan
publik, tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
manajemen pengaduan, dan lainnya. Terkait dengan penerapan indikator pelayanan
umum, maka pada tahun 2011 ditargetkan 10 SPM telah diterapkan oleh daerah.
(Vii) Peningkatan pengawasan terhadap perilaku hakim dilakukan dengan
menindaklanjuti pengaduan masyarakat. Pada tahun 2010 Komisi Yudisial

Bab II - 37
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

menindaklanjuti 214 aduan dari 2.9 15 yang diadukan masyarakat. Hal yang sama juga
dilakukan Mahkamah Agung (MA) yang telah menindaklanjuti 2.204 aduan. Atas
rekomendasi KY, MA juga menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Penanganan
Pengaduan di lingkungan lembaga peradilan.
(viii) Penyampaian Laporan Hasil Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) juga
meningkat, dari 144.557 pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN sejumlah 118.340
telah melaksanakan dan hasilnya telah diumumkannya 114.570 LHKPN ke publik.
Terhadap tindak pidana korupsi, pada tahun 2010 KPK telah melakukan penyelidikan
terhadap 54 perkara, penyidikan terhadap 62 perkara, penuntutan terhadap 55
perkara, dan eksekusi terhadap 38 keputusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap. Dari koordinasi dan supervisi terhadap perkara, telah berhasil
menyelamatkan potensi kerugian negara lebih dari Rp. 500 miliar.
(ix) Dalam rangka penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan
Sistem Administrasi Kependudukan (SAK), hingga akhir tahun 2010, telah ditetapkan
peraturan perundang-undangan tetang penyelenggaraan NIK dan SAK. Pada tahun
2011 sejumlah 67,29 juta penduduk di 191 Kabupaten/Kota diharapkan sudah memiliki
e-KTP yang berbasis perekaman sidik jari dan 497 Pemerintah tingkat Kabupaten/Kota
telah dapat memberikan NIK bagi setiap penduduk di wilayah masing-masing.
Pendidikan. Sejak tahun 2009, telah dilakukan pemenuhan anggaran pendidikan
sebesar 20 persen dari APBN. Secara nasional, pada tahun 2011 anggaran pendidikan
sebesar 20 persen dari RAPBN telah mencapai sebesar Rp. 248,98 triliun yang
dialokasikan melalui Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp. 89,74 triliun dan Transfer
Daerah sebesar 158,2 3 triliun.
Keberhasilan yang dicapai pada tahun 2010:
(i) Taraf pendidikan masyarakat meningkat yang ditandai dengan
meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 7,7
tahun dan menurunnya proporsi buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas
menjadi 5,30 persen,
(i) Kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok status ekonomi
telah dapat diturunkan baik pada jenjang SD/MI maupun SMP/MTs, sejalan dengan
upaya peningkatan daya jangkau dan daya tampung sekolah melalui pembangunan
sekolah baru dan penambahan ruang kelas baru, dan penyediaan bantuan
operasional sekolah (BOS). Di samping itu, untuk menjangkau peserta didik yang
kurang mampu, telah diberikan beasiswa siswa miskin dari jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA, sampai dengan perguruan tinggi. Penyediaan
beasiswa siswa miskin ini sudah dimulai sejak tahun 2005 dan cakupannya
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, beasiswa miskin

Bab II - 38
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

disediakan untuk sekitar 6,8 juta siswa/mahasiswa.


(i) Kualitas pendidikan terus mengalami perbaikan yang ditandai dengan
meningkatnya rata-rata nilai ujian nasional (UN) dan perolehan berbagai prestasi
dalam berbagai kompetisi nasional dan internasional. Upaya yang terus
dilakukan untuk peningkatan kualifikasi guru dan dosen, terus berhasil
meningkatkan persentase guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik D4/S1
menjadi sebesar 24,6 persen untuk SD/SDLB/MI, 73,4 persen untuk
SMP/SMPLB/MTs, 85,8 persen untuk SMA/MA, dan 91,2 persen untuk SMK/MAK
(2009).

(i) Kualitas tata kelola pendidikan meningkat dengan dilakukannya berbagai


perbaikan manajemen pendidikan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah
(MBS), serta upaya penyelarasan pelembagaan otonomi PT.
Kesehatan. Status kesehatan dan gizi masyarakat terus menunjukkan kemajuan
yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup (UHH) menjadi 70,9 tahun.
Keberhasilan lainnya yang dicapai pada tahun 2010:

(i) Membaiknya tingkat gizi masyarakat yang antara lain ditandai oleh menurunnya
prevalensi kekurangan gizi menjadi sebesar 17,9 persen, serta menurunnya
prevalensi anak balita yang pendek (stunting) menjadi sebesar 35,6 persen.
Membaiknya pelayanan terhadap ibu hamil dan pelayanan KB, antara lain
ditunjukkan oleh meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menjadi menjadi 82,2 persen; meningkatnya cakupan kunjungan kehamilan
keempat (cakupan K4) menjadi 61,4 persen; meningkatnya jumlah peserta KB baru
menjadi 8,6 juta dan KB aktif menjadi 33,7 juta;
(iii) Meningkatnya kesehatan anak dilakukan melalui meningkatnya cakupan imunisasi
lengkap anak balita menjadi 53,8 persen dan imunisasi campak mencapai 74,4
persen.
(iii) Membaiknya upaya pengendalian penyakit menular yang ditunjukkan oleh
persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan dan yang
disembuhkan masing-masing mencapai 74,7 persen dan 86,4 persen, dan angka
penemuan kasus malaria annual parasite index (API) sebesar 1,96 per 1.000
penduduk.
(iii) Meningkatnya upaya kesehatan preventif terpadu melaui penyediaan akses
sumber air minum dan sanitasi layak dengan melakukan fasilitasi pembangunan
sistem penyediaan air minum (SPAM) di 144 ibukota kecamatan, 18 kawasan
khusus, dan 1.472 desa, yang didukung peningkatan sarana/prasarana air baku
kapasitas 6,31 m3/det di 28 provinsi; dan fasilitasi pembangunan sistem

Bab II - 39
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

pengelolaan air limbah sistem off-site dan on-site di 38 kawasan di 27 kab/kota.


Selain itu, dilakukan pula peningkatan kemampuan dan kesadaran masyarakat
untuk memelihara derajat kesehatannya secara mandiri melalui penguatan
promosi kesehatan dan peningkatan upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM), dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes).
(iv) Meningkatnya cakupan jaminan pembiayaan dan asuransi kesehatan menjadi
sekitar 59,1 persen untuk meningkatkan perlindungan terhadap risiko finansial
akibat masalah kesehatan.
(v) Meningkatnya jumlah, kualitas, dan penyebaran sumber daya manusia kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama pada
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan.
(vi) Semakin terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, mutu, penggunaan
serta pengawasan obat dan makanan.

Penanggulangan Kemiskinan. Sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan


nasional telah dapat diturunkan menjadi 13,33 persen dari 14,15 persen pada tahun 2009.
Diharapkan tingkat kemiskinan ini akan dapat diturunkan kembali menjadi 11,512,5
persen pada tahun 2011
Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan di samping diperoleh melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan melalui 3 (tiga) klaster program
penanggulangan kemiskinan.
Hasil yang diperoleh pada tahun 2010 dari Klaster I yang ditujukan untuk
mengurangi beban pemenuhan kebutuhan dasar dan untuk memenuhi kebutuhan dasar
anggota rumah tangga miskin melalui peningkatan akses pada pelayanan dasar adalah: (1)
realisasi penyaluran subsidi Raskin sebesar 2,9 juta ton bagi 17,5 juta rumah tangga
sasaran penerima raskin, dan adanya penyaluran Raskin ke-13 untuk mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga miskin akibat kenaikan harga-harga pangan, termasuk
beras; (2) pemberian pelayanan Jamkesmas bagi 76,4 juta orang; serta (3) penyediaan
beasiswa yang direncanakan untuk 4,7 juta siswa.
Pada tahun 2011, program Raskin direncanakan akan tetap diberikan kepada 17,5
juta rumah tangga sasaran dengan total subsidi beras yang dialokasikan sebesar Rp 15,3
triliun. Penyediaan Jamkesmas terus disediakan sebagai upaya kuratif dan direncanakan
masih melayani 76,4 juta orang. Terkait dengan pendidikan, beasiswa miskin akan
diberikan pada 6,8 juta siswa baik di sekolah atau perguruan tinggi umum maupun
madrasah dan perguruan tinggi Islam. Sementara itu, pelaksanaan Program Keluarga

Bab II - 40
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Harapan (PKH) pada tahun 2010 telah dilaksanakan bagi 772.000 rumah tangga sangat
miskin (RTSM) di 88 kabupaten/kota pada 20 provinsi dengan kualitas yang semakin
meningkat dimana telah terjalin koordinasi antara beberapa program berbasis keluarga
atau rumah tangga, seperti Jamkemas dan beasiswa miskin. Pelaksanaan PKH juga telah
memberikan dampak terhadap peningkatan siswa yang terdaftar pada satuan pendidikan
setingkat SMP sebesar 3,1 persen dan juga peningkatan kesehatan RTSM. Tahun 2011,
jumlah penerima PKH akan ditingkatkan menjadi 1.116.000 RTSM yang tersebar di 118
kabupaten/kota pada 25 provinsi.
Sejalan dengan pelaksanaan program Klaster I, hasil yang dicapai dalam pelaksanan
program Klaster II untuk tujuan Pemberdayaan Masyarakat diantaranya adalah sebagai
berikut. Pada tahun 2010 pelayanan PNPM Mandiri Inti sudah dilaksanakan di 6.328
Kecamatan di seluruh Indonesia, dan akan terus dilanjutkan sehingga pada tahun 2011
PNPM Mandiri Inti akan mencakup di 6.623 Kecamatan, dengan penempatan 30.000
fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan didukung dengan penyaluran bantuan
langsung masyarakat sebesar Rp 10,31 triliun yang berasal dari APBN dan APBD.
Pelaksanaan PNPM Mandiri, juga didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu
diantaranya: (i) PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi
penerus; (ii) PNPM Kelautan dan Perikanan (PNPM-KP) yang ditujukan untuk memberikan
fasilitas bantuan sosial dan akses usaha modal; (iii) PNPM Agribisnis, yaitu Program
Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP); serta (iv) PNPM Pariwisata yang baru masuk dalam
PNPM Penguatan dengan tujuan mengembangkan kapasitas masyarakat dan memperluas
kesempatan berusaha dalam kegiatan kepariwisataan. Pelaksanaan PNPM telah
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pendapatan rumah tangga
hingga 19 persen dan konsumsi rumah tangga hingga 5 persen dibandingkan dengan
daerah yang tidak mendapat PNPM. Selain itu, akses terhadap kesehatan juga lebih besar 5
persen dan peningkatan kesempatan kerja yang lebih besar 1,25 persen di lokasi PNPM
dibandingkan lokasi non PNPM.

Hasil yang dicapai dalam pelaksanan Klaster III adalah terlaksananya penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM dan koperasi. Sejak tahun 2007 sampai dengan
akhir tahun 2010 kredit yang tersalurkan hampir Rp 34,42 triliun, dan mencakup sekitar
3,81 juta nasabah dengan tingkat non-performing loan (NPL) mencapai 2,52 persen.
Sebagian besar KUR diserap oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel (63,7 persen)
dan pertanian (17,1 persen). Penyaluran KUR sebagian besar berada di wilayah Jawa
dengan volume KUR sebesar 50,2 persen dan proporsi debitur mencapai 61,0 persen. Pada
periode tahun 2010, dana KUR yang disalurkan mencapai Rp 17,23 triliun dengan jumlah
nasabah lebih dari 1,4 juta nasabah. Pada tahun 2011, direncanakan penyaluran KUR

Bab II - 41
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

mencapai dari Rp 20 triliun. Pelaksanaan KUR telah memberikan dampak terhadap


peningkatan rata-rata aset usaha sebesar Rp 51 juta, aset rumah tangga sebesar Rp 12,66
juta dan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 279.000 per bulan. Selain itu, KUR juga
telah mengatasi pengangguran terselubung bagi debitur dan keluarganya, serta
meningkatkan intensitas utilisasi tenaga kerja dan kontribusi pada perekonomian nasional.

Selain kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan akses pada pelayanan


dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan, dalam rangka meningkatkan akses
penguasaan dan pemilikan tanah/lahan bagi masyarakat miskin, dilakukan pula penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Pada tahun 2010, telah
dilakukan redistribusi tanah sebanyak 186.000 bidang. Diperkirakan pada tahun 2011
akan diredistribusikan status pemilikan dan penguasaan sebanyak 181.825 bidang lagi.

Ketahanan Pangan. Keberhasilan pemantapan ketahanan pangan dapat dicapai


dalam tahun 2010 yang ditunjukkan oleh peningkatan produksi bahan pahan. Produksi
padi tahun 2010 telah berhasil mencapai 66,4 juta ton, dan keberhasilan ini akan lebih
dimantapkan pada tahun 2011 (Tabel 2.1). Kondisi harga bahan pangan pada tahun 2010
cukup fluktuatif dengan kecenderungan yang semakin meningkat yang dipengaruhi oleh
kemunduran musim panen serta permasalahan distribusi dan logistik bahan pangan antar
waktu dan antar wilayah. Dalam rangka menjamin aksesibilitas masyarakat miskin
terhadap pangan, khususnya beras, sepanjang tahun 2010 Pemerintah telah menyalurkan
beras melalui Program Raskin sebesar 3,15 juta ton beras.
Pada aspek konsumsi, berdasarkan hasil Susenas, konsumsi kalori penduduk
Indonesia meningkat dari rata-rata 1.927,6 kkal/kapita/hari pada tahun 2009 menjadi
sekitar 1.957,0 kkal/kapita/hari pada tahun 2010. Sementara itu, ketersediaan ikan
meningkat sebesar 0,99 persen dari 30,17 kg/kapita/tahun tahun 2009 menjadi 30,47
kg/kapita/tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2011, konsumsi ikan masyarakat Indonesia
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 3 1,64 kg/kapita/tahun. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) ditargetkan akan mencapai skor 88,1 pada tahun 2011.

Tabel Perkembangan Produksi Pangan tahun 2009-2011


Bahan Pangan Satuan 2009 2010 Perkiraan
2011

Padi juta ton GKG 64,4 66,4 70,6


Jagung juta ton 17,6 18,4 22,0
Daging Sapi ribu ton 409 435 -
Susu ribu ton - 928 -
Perikanan juta ton 9,82 10,83 12,26

Bab II - 42
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

perikanan juta ton - 5,35 5,41


tangkap
perikanan juta ton - 5,48 6,85
budidaya
Kedelai ribu ton 9 74,5 908,1 1,6
Sumber: BPS, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011

Pada tahun 2010 sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan tumbuh sekitar 2,9
persen atau lebih rendah dari tahun 2009 yang mencapai 4,0 persen. Sementara itu pada
kuartal pertama tahun 2011, pertumbuhan PDB sektor pertanian meningkat menjadi 3,4
persen. Selanjutnya, pada tahun 2011, pertumbuhan ditargetkan sebesar 3,7 persen.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu
menyerap sekitar 42,8 juta orang pada tahun 2010 yang akan meningkat menjadi 44,5 juta
orang pada tahun 2011. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan
(NTN) pada tahun 2010 masing-masing mencapai 100,79 dan 105,5. Seiring dengan
semakin kondusifnya sistem perekonomian nasional, diupayakan pada tahun 2011,
NTP akan mencapai lebih besar dari 105 dan NTN akan mencapai nilai 107.
Peningkatan ketahanan pangan tidak terlepas dari keberhasilan dalam membangun
infrastruktur irigasi, yang pada tahun 2010 telah berhasil: 1) meningkatkan luas lahan
yang dilayani jaringan irigasi yaitu 115 ribu hektar; 2) mengembalikan fungsi semula
jaringan irigasi melalui rehabilitasi 293,04 ribu hektar jaringan irigasi; dan 3)
meningkatkan/ merehabilitasi jaringan rawa bagi 87,45 ribu hektar. Selain itu telah
dilakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi air tanah untuk mengairi lahan
seluas 11,13 ribu hektar; pembangunan 45 embung; serta rehabilitasi 12 waduk dan 21
embung. Pada tahun 2011 diperkirakan dapat dicapai peningkatan dan rehabilitasi 226,98
ribu ha jaringan irigasi dan 149,72 ribu ha jaringan rawa; serta pembangunan 60 embung
dan rehabilitasi 33 waduk dan 50 embung.
Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan
prasarana pengairan dan irigasi; transportasi, perumahan dan permukiman, komunikasi
dan informatika, serta pertanahan dan penataan ruang dan dimaksudkan untuk
menyediakan infrastruktur dasar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan untuk
mendukung daya saing sektor riil perekonomian nasional.
Hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk menyediakan
infrastruktur dasar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain sebagai
berikut:
Pembangunan pengairan dan irigasi dalam tahun 2010 ditujukan pada
pengendalian dan pengurangan dampak kerusakan akibat banjir, abrasi dan erosi pantai,

Bab II - 43
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

terutama pada wilayah berpenduduk padat, wilayah strategis dan pusat-pusat


perekonomian, dengan hasil antara lain: (i) diselesaikannya konstruksi utama Kanal
Banjir Timur Jakarta paket 22-29; (ii) dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi 492
km sarana/prasarana pengendali banjir dan 26,58 km bangunan pengaman pantai; (iii)
perbaikan dan pengaturan Sungai Bengawan Solo Hilir untuk pengamanan Kota Cepu;
serta (iv) pengadaan 2 unit pompa di Kabupaten Madiun untuk penanganan banjir di Sub
DAS Kali Madiun.
Pembangunan infrastruktur transportasi mencakup prasarana jalan, angkutan sungai
danau dan penyeberangan (ASDP), perkeretaapian, angkutan laut, dan angkutan udara.
Untuk prasarana jalan, pada tahun 2010 telah diselesaikan preservasi jalan nasional
sepanjang 43.140 km dan jembatan sepanjang 181.070 m, serta peningkatan kapasitas
jalan sepanjang 1.790 km jalan dan 4.540 m jembatan pada jalur lintas utama. Untuk ASDP
telah dilaksanakan pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 6 unit (baru dan
lanjutan), dan pembangunan dermaga danau 36 unit (baru dan lanjutan), serta
pembangunan kapal penyeberangan perintis 30 unit (baru dan lanjutan). Untuk
perkeretaapian telah berhasil dilakukan antara lain: peningkatan jalan rel 1.849,62 km dan
pembangunan jalur KA baru 244,80 km, dimulainya pembangunan MRT Jakarta;
melanjutkan pembangunan double track Manggarai-Cikarang, serta pengadaan kereta
kelas ekonomi (K3). Sementara itu, capaian pembangunan transportasi laut selama tahun
2010 diantaranya: pengerukan dan pemeliharaan alur pelayaran sebanyak 7,7 juta m3 di
19 lokasi; pembangunan baru dan lanjutan pelabuhan di 146 lokasi yang tersebar di
seluruh Indonesia; serta pemasangan sistem National Single Window di pelabuhan Tanjung
Priok. Sedangkan dari sisi transportasi udara yang telah dilaksanakan diantaranya adalah:
pengembangan 26 bandar udara pada daerah rawan bencana dan daerah perbatasan;
rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas landasan, fasilitas terminal, dan fasilitas
bangunan pada 179 bandara; lanjutan pembangunan bandara Medan Baru;
pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana navigasi penerbangan
sebanyak 31 paket; pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana keamanan
penerbangan sebanyak 116 paket; serta pemberian subsidi operasi angkutan udara
perintis pada 118 rute.
Dalam rangka penyediaan infrastruktur dasar perumahan dan permukiman, pada
tahun 2010 pemerintah telah membangunan 86 Twin Blok (TB) rumah susun sederhana
sewa (rusunawa); penataan lingkungan permukiman kumuh 30 Ha; dan peningkatan
sarana/prasarana air baku kapasitas 6,31 m3/det di 28 provinsi. Untuk menanggulangi
masalah persampahan telah dilakukan pembangunan 6 TPA Regional untuk melayani 7
kab/kota; pembangunan infrastruktur persampahan (TPA Sanitary Landfill) di 55

Bab II - 44
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

kab/kota; penyediaan prasarana persampahan terpadu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di


49 lokasi; serta penanganan drainase perkotaan di 26 kawasan di 26 kab/kota.
Terkait dengan pembangunan komunikasi dan informatika, kegiatan dititikberatkan untuk
memperkuat konektivitas nasional yaitu (1) penuntasan pembangunan jaringan serat
optik di Indonesia Bagian Timur sebelum tahun 2013 dan (2) maksimalisasi
tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi seluruh rakyat tahun 2014. Hasil
pelaksanaan kedua kegiatan tersebut pada tahun 2010 adalah (1) penyelesaian konsep
Information and Communication Technology (ICT) Fund yang akan menjadi salah
satu sumber pembiayaan pembangunan jaringan serat optik (Palapa Ring); (2)
beroperasinya akses telekomunikasi 27.670 desa atau 83,4% dari target dan Pusat
Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di 4.269 desa ibukota kecamatan atau 74,3% dari target
sebagai bagian dari program Universal Service Obligation (USO).
Pada tahun 2011, diharapkan dapat dibangun dan direhabilitasi 257 km
sarana/prasarana pengendali banjir dan 40,17 km pengaman pantai, serta penyelesaian
bangunan pendukung dan pelengkap Kanal Banjir Timur Jakarta dan Waduk Gonggang di
Magetan Jawa Timur untuk mengurangi dampak banjir di DAS Bengawan Solo. Di sisi
pembangunan infrastruktur transportasi yang diperkirakan akan dapat dicapai yaitu:
preservasi jalan nasional sepanjang 37.360 Km dan jembatan sepanjang 212.260 m;
peningkatan kapasitas/pelebaran jalan sepanjang 2.490 Km dan pembangunan baru jalan
sepanjang 80 km dan jembatan sepanjang 14.170 m; pembangunan 58 dermaga
penyeberangan (baru dan lanjutan); peningkatan jalan kereta api sepanjang 126,12 Km;
serta peningkatan /pembangunan pelabuhan strategis di 7 lokasi.
Selanjutnya pada tahun 2011 diperkirakan dapat dicapai pembangunan 170 TB
rusunawa; penataan lingkungan permukiman kumuh 1.000 Ha dan 112 kawasan; serta
peningkatan/pembangunan TPA di 60 kab/kota; penyediaan prasarana pengumpulan
sampah dan persampahan terpadu 3R di 77 lokasi persampahan terpadu; serta
penanganan drainase perkotaan di 20 kab/kota. Selain itu pencapaian infrastruktur
komunikasi dan informatika di tahun 2011 adalah (1) penetapan ICT Fund dan
penyelesaian dokumen lelang proyek Palapa Ring; (2) diselesaikannya pembangunan link
Mataram-Kupang sebagai bagian dari Palapa Ring yang dibangun oleh PT Telkom; (3)
penyelesaian penyediaan jasa akses telekomunikasi dan internet sehingga target
33.186 desa (Desa Berdering) dan 5.748 desa ibukota kecamatan (PLIK) tercapai.
Dalam rangka pelaksanaan skema kerjasama pemerintah swasta (KPS), pada tahun
2010 telah digulirkan berbagai proyek dengan perkiraan investasi sebesar Rp. 120,75
triliun. Proyek-proyek tersebut telah mengalami kemajuan antara lain: proyek jalan tol
telah mulai dilakukan pembebasan lahan untuk 4 ruas proyek jalan Tol Balikpapan-
Samarinda, Manado-Bitung, Pandaan-Malang, dan Pekanbaru-Kandis-Dumai, serta

Bab II - 45
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

ruas Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim dan 6 ruas jalan tol dalam kota
Jakarta. Selain itu, sebanyak 5 proyek Pelabuhan, di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
yang telah disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya, serta 1 proyek yang telah
masuk tahap pelelangan yaitu: Tanah Ampo Cruise Terminal, Karang Asem dengan total
investasi sebesar Rp. 5 00,0 milyar. Sedangkan untuk transportasi udara, terdapat 6
proyek bandara di Jawa, Bali, dan di Kalimantan yang telah disiapkan dokumen pra-studi
kelayakannya. Untuk sektor transportasi darat, terdapat 3 proyek terminal terpadu di
Sumatera dan Jawa yang telah disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya.
Diupayakan kelanjutan penyelesaian proyek monorail Jakarta serta pembangunan kereta
api Bandara Soetta yang telah masuk pada tahap transaksi. Untuk sektor Air Minum
terdapat 13 proyek air minum di Jawa, Bali, NTB, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
yang sedang disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya. Untuk sektor persampahan dan
sanitasi terdapat 12 proyek di Sumatera, Bali dan NTB sedang disiapkan dokumen pra-
studi kelayakannya serta 2 proyek di Jawa dalam proses penyiapan pelelangan dengan
perkiraan investasi sebesar Rp. 1,2 triliun. Selain itu, sebanyak 5 proyek listrik sedang
disiapkan pra-studi kelayakannya. Pencapaian yang telah dicapai dalam Program
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang mendukung pembanguna Infrastruktur pada tahun
2010 adalah (1) telah diselesaikan Rancangan Akhir Perpres 4 (empat) RTR Pulau (Jawa-
Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan) serta 5 (lima) RTR KSN (Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo (Mebidangro), Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata),
Batam-Bintan-Karimun (BBK), Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan (Kasaba)
dan Denpasar-Badung-GianyarTabanan (Sarbagita)); (2) ditetapkannya 5 RTRWP, 6
RTRW Kabupaten dan 3 RTRW Kota yang disusun dengan merujuk pada UU 26/2007
dan PP 26/2008.
Adapun perkiraan pencapaian Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Tahun 2011 dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan
MP3EI pada enam koridor antara lain adalah: (1) ditetapkannya Raperpres RTR Pulau
Sumatera, JawaBali, Kalimantan dan Sulawesi serta Raperpres RTR KSN Mebidangro,
Mamminasata, BBK, Kasaba dan Sarbagita; (2) disetujuinya substansi teknis RTRW yang
telah berakhir masa berlakunya oleh BKPRN untuk 17 provinsi, 170 kabupaten dan 32
kota; serta (3) terselesaikannya materi teknis 3 Raperpres RTR Pulau dan 13
Raperpres RTR KSN.

Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Upaya untuk memperbaiki iklim investasi
dan iklim usaha yang diperlukan untuk mendorong peningkatan investasi terus
dilakukan dan telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Laporan World
Economic Forum: The Global Competitiveness Report 2010-2011, menyebutkan

Bab II - 46
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

bahwa posisi daya tarik Indonesia meningkat 10 tingkat dari peringkat ke 54 menjadi
ke 44 mengungguli Brazil, Rusia, dan India yang merupakan bagian dari kelompok
negara berkembang dan perpengaruh dalam perekonomian global pada kelompok BRIC
(Brazil, Rusia, India dan China). Membaiknya iklim investasi dan prospek ekonomi
Indonesia juga ditunjukkan dengan meningkatnya peringkat Indonesia pada tahun 2010
dari berbagai lembaga pemeringkat seperti Fitch, Moodys, Standard & Poors, R & I,
dan Japan Credit Rating Agency. Bahkan peringkat sovereign Indonesia kembali
meningkat awal tahun 2011 dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah
investment grade oleh Moodys dan Fitch. Japan Bank for International Cooperation
(JBIC) juga menaikkan posisi Indonesia ke peringkat 6 dari peringkat 8 tahun 2009.
Dengan membaiknya iklim investasi, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTB) tahun 2010 mencapai 8,5 persen, jauh melampaui tahun 2009 yang hanya
mencapai 3,3 persen. Tingginya kenaikan investasi sebagian ditopang oleh realisasi
PMDN dan PMA sektor non migas yang masing-masing mencapai Rp 60,6 triliun dan
USD 16,2 Miliar, yang pada tahun 2009 masing-masing hanya sebesar Rp 37,8 Triliun dan
USD 10,8 Miliar. Sasaran PMTB 2011 sebesar 10,5 persen diharapkan dapat dicapai.
Kondisi ekonomi global yang membaik di tahun 2010 juga telah mendorong pulihnya
ekspor Indonesia yang tumbuh sebesar 35,4 persen, melebihi pertumbuhan nilai
ekspor tahun 2008, saat sebelum krisis ekonomi global. Berlanjutnya pemulihan ekonomi
global tersebut turut memicu sentimen positif di pasar keuangan global, meskipun pada
sisi lain juga mendorong peningkatan harga komoditas di pasar internasional. Kenaikan
harga komoditas tersebut menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya nilai
ekspor Indonesia, terutama untuk komoditas pertanian dan pertambangan. Di sisi lain,
impor Indonesia di tahun 2010 meningkat cukup tinggi sebesar 40,1 persen karena
kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik yang disertai dengan menguatnya
konsumsi masyarakat, serta menguatnya rupiah di sepanjang tahun 2010 yang
menyebabkan barang impor relatif lebih murah. Selain itu, meningkatnya aktivitas produksi
dalam negeri juga mendorong kenaikan impor barang modal serta bahan baku dan
penolong.
Pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat tahun
2010 memungkinkan pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan
kerja. Selama periode Februari 2010 Februari 2011, terdapat peningkatan dalam jumlah
orang yang bekerja, sebanyak 3,87 juta, dan angkatan kerja baru bertambah 3,4 juta.
Pertambahan kesempatan kerja yang lebih besar dari pertambahan angkatan kerja
ini, telah menurunkan angka pengangguran terbuka (TPT) dari 7,41 persen di bulan
Februari 2010 menjadi 6,80 persen di bulan Februari 2011. Jumlah penganggur berkurang
sebanyak 470 ribu, dari 8,59 juta menjadi 8,12 juta orang. Sektor industri mampu

Bab II - 47
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

menyerap tambahan pekerja 660 ribu orang dan sektor jasa kemasyarakatan menyerap
tenaga kerja 1,41 juta kesempatan kerja baru.

Dari 3,87 juta kesempatan kerja baru, lulusan SMU dan Perguruan tinggi memperoleh
pekerjaan terbesar, yaitu 2,5 juta, terdiri dari sekitar 2,1 juta lulusan SMU dan 0,4 juta
lulusan diploma dan universitas. Sementara itu dari 2,5 juta lulusan SMU dan perguruan
tinggi yang baru masuk pasar kerja, ada kemungkinan dapat tertampung dalam pekerjaan
yang baik (lapangan kerja formal). Indikasi ini dapat terlihat dari tambahan lapangan kerja
formal yang berjumlah 4,36 juta, dan sekitar 3,79 juta merupakan buruh/karyawan baru.

Energi. Bauran energi nasional tahun 2010 menunjukkan perbaikan pangsa


minyak bumi menjadi 48 persen, batubara 30 persen, gas bumi 19 persen, panas bumi 1
persen, dan tenaga air 2 persen. Produksi dan konsumsi berbagai jenis energi di tahun
2010 dan 2011 cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Tabel 2.2.
Namun peningkatan produksi minyak bumi dan produksi BBM jumlahnya sangat
terbatas, sehingga mengakibatkan konsumsi BBM nasional makin tergantung pada
impor, baik untuk minyak mentah maupun BBM. Di sisi lain, produksi gas bumi
menunjukkan perkembangan yang baik dan berpotensi menggantikan peran minyak bumi di
masa depan. Produksi batubara juga terus meningkat dan masih lebih banyak ditujukan
untuk ekspor. Meskipun demikian, terdapat pula peningkatan volume batubara yang
digunakan di dalam negeri, yaitu 67 juta ton pada tahun 2010 dan diperkirakan 79 juta ton
tahun 2011. Di dalam negeri, sebagian besar batubara tersebut (sekitar 80 persen)
digunakan untuk pembangkit listrik.
Ketahanan energi juga didukung dengan peningkatan produksi dari sumber daya
energi terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, matahari, biomassa, biofuel dan bahan
bakar nabati (BBN). Pada tahun 2010, produksi bio-diesel sebesar 4,5 juta kilo liter (KL),
bio-ethanol 220,1 ribu KL, dan bio-oil 37,3 ribu KL. Diperkirakan pada tahun 2011,
produksi energi berbasis nabati meningkat menjadi 4,68 juta KL (bio-diesel), 226,7 ribu KL
(bio-ethanol), dan 37,3 ribu KL (bio-oil). Dengan berbagai perkembangan ini, pada tahun
2010, rasio elektrifikasi nasional mencapai 67,20 persen dan rasio desa terlistriki 92,5
persen. Pada tahun 2011, kedua rasio tersebut diperkirakan menjadi 70,4 persen dan
95,59 persen. Bauran energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik adalah batubara
(35 persen), gas (26 persen), BBM (25 persen), hidro (12 persen), dan panas bumi (2
persen), dengan total kapasitas terpasang 32,9 GW. Di samping itu, kapasitas terpasang
energi non-fosil pada tahun 2010 mencapai 1.189 MW (panas bumi), 4.200 MW (tenaga
air), 18,3 MW (PLTS), 1,4 MW (PLTB), 98,5 MW (PLTMH), 450 MW (PLT Biomassa).
Pemanfaatan gas bumi ditingkatkan melalui pembangunan jaringan distribusi gas
bumi di beberapa kota, yakni Tarakan, Depok, Bekasi dan Sidoarjo. Dalam tahun 2011,

Bab II - 48
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

upaya ini dilanjutkan dengan persiapan pembangunan transmisi gas bumi ruas
Kalimantan-Jawa Tengah dan Trans-Jawa, serta beberapa wilayah distribusi, yakni Jakarta,
Banten, Cepu, Palembang, dan Surabaya, termasuk jaringan gas kota di Bontang, Sengkang,
Sidoarjo, dan Jabodetabek.
Dari sisi regulasi, guna mendorong pengembangan pembangunan ketahanan dan
kemandirian energi, telah disusun berbagai rumusan Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksanaan UU No. 30/2007 tentang Energi, UU No. 4/2009 tentang Pertambangan
Batubara dan Mineral, dan UU No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan. Peraturan
Pemerintah tersebut antara lain Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik, RPP tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik, RPP tentang Jual
Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, PP No. 22/2010 tentang Wilayah Pertambangan, PP No.
23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No.
55/2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, dan PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang.

Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Sebagai bentuk antisipasi


dalam mengatasi perubahan iklim telah dilakukan berbagai upaya perbaikan kerusakan
lingkungan yang mengarah kepada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global.
Sebagai wujud komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%
pada tahun 2020, pada tahun 2010 telah disusun Rancangan Peraturan Presiden mengenai
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) 2020, yang
selanjutnya akan dilaksanakan oleh masing-masing sektor terkait. Disamping itu, di tingkat
daerah juga akan disusun Rencana Aksi Daerah (RAD-GRK) dalam kurun waktu 12 bulan
sejak RAN-GRK ditanda tangani. Dalam mengembangkan mekanisme pengelolaan
pendanaan bagi program perubahan iklim telah dibentuk Indonesia Climate Change
Trust Fund (ICCTF), yang merupakan alternatif mekanisme pendanaan yang disesuaikan
dengan peraturan perundangan di Indonesia. Pada tahun 2010 melalui ICCTF telah
mendanai 3 (tiga) kegiatan percontohan (pilot project), yaitu (i) pengembangan manajemen
lahan gambut berkelanjutan, (ii) konservasi energi pada industri baja dan pulp kertas, dan
(iii) penyadaran publik, pelatihan dan pendidikan untuk upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
Selanjutnya, upaya lain yang dilakukan adalah peningkatan konservasi dan
rehabilitasi sumber daya hutan melalui: (i) penataan batas kawasan; (ii) konservasi
termasuk penanggulangan illegal logging dan kebakaran hutan, pengembangan jasa
lingkungan dan rehabilitasi hutan dan lahan; (iii) peningkatan fungsi daya dukung daerah
aliran sungai (DAS); dan (iv) peningkatan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi

Bab II - 49
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

kehutanan. Dalam penataan batas kawasan, sampai dengan tahun 2010 telah diselesaikan
tata batas kawasan sepanjang 4.582 km. Dalam kegiatan penanaman, sampai dengan
akhir bulan Pebruari 2011 jumlah pohon yang telah ditanam adalah sekitar 1,399 milyar
batang. Selanjutnya, berdasarkan analisa citra periode 2006-2009, upaya- upaya
rehabilitasi telah berhasil menurunkan laju deforestasi dan degradasi menjadi sebesar
0,86 juta ha, dan diperkirakan akan terus menurun pada tahun berikutnya. Upaya
rehabilitasi hutan dan lahan ini juga didukung dengan kegiatan lain dalam rangka
peningkatan fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti pembangunan
hutan kota seluas 1.055 ha.
Upaya pengendalian kerusakan lingkungan dilakukan untuk mempertahankan
pelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan. Untuk itu
pada tahun 2010 telah dilaksanakan berbagai upaya, antara lain: (i) pengendalian
pencemaran lingkungan dengan perbaikan pelaksanaan Program Kali Bersih
(PROKASIH), Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER), serta program
langit biru dengan mengembangkan standar dan teknologi emisi dan kebisingan
kendaraan; (ii) penataan dan penegakkan hukum lingkungan; (iii) menurunkan beban
pencemaran limbah B3 dan pemulihan lahan terkontaminasi limbah, serta (iv)
peningkatan tata kelola lingkungan yang baik. Pada tahun 2011 diperkirakan beban
pencemaran lingkungan akan menurun dan tingkat polusi turun dengan didukung oleh
pelaksanaan pengendalian pencemaran air, udara, dan limbah padat di daerah serta
memperkuat pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang lingkungan hidup
di daerah.
Dalam rangka memelihara ekosistem wilayah pesisir dan laut guna menjaga
kelestarian sumber daya ikan dan biota lainnya, pada tahun 2010 telah dilakukan
rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil antara
lain melalui: (i) pengelolaan kawasan konservasi perairan seluas 13,95 juta hektar; (ii)
dilaksanakannya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang pada 16 kabupaten/kota
di 8 provinsi; serta (iii) pengembangan kerja sama antarnegara tetangga dalam
pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, antara lain Coral Triangle Initiatives (CTI), Sulu-
Sulawesi Marine Ecoregion (SSME), Arafura and Timor Seas Action (ATSEA), dan
Mangrove For the Future (MFF). Pada tahun 2011 kawasan yang dikonservasi
diperkirakan semakin terkelola melalui penyusunan rencana pengelolaan kawasan
konservasi perairan dan peningkatan pengawasan kawasan konservasi perairan.
Pada tahun 2011, pencapaian lain yang dapat dihasilkan adalah meningkatnya
pelayanan data dan informasi meteorologi publik serta peringatan dini cuaca ekstrim dan
tersedianya kebijakan teknis dalam penanganan penyediaan informasi gempa bumi dan
tsunami. Dalam pengembangan sistem peringatan dini, pencapaian yang dapat

Bab II - 50
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

dihasilkan adalah terkelolanya Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) dan Sistem
Peringatan Dini Iklim (CEWS) meliputi antara lain, Radar Cuaca, Automatic Weather
Station (AWS), Automatic Rain Gauge (ARG), dan Penakar Hujan Observasi
sebanyak 1000 unit. Disamping itu, dihasilkan Atlas Nasional Indonesia dengan tema
fisik dan lingkungan yang memuat informasi iklim, meliputi curah hujan, kelembaban
udara, suhu udara, arah angin dan kecepatan angin, serta terkelolanya Sistem
Operasional TEWS yang meliputi antara lain, Sensor Seismik, Sistem Sirine, Sistem
Komunikasi dan Integrasi, dan Sistem Prosesing; terbangunnya Sistem Monitoring
CCTV, Sistem Sirine; dan terpasangnya Accelerometer.
Dalam hal penanggulangan bencana, khususnya dalam pengendalian kebakaran
hutan telah menunjukkan hasil yang signifikan. Luasan kebakaran hutan dan lahan
mengalami penurunan dimana rerata luas kawasan hutan yang terbakar pada periode
2005-2009 sebesar 12.272 ha, dan akan terus turun menjadi sebesar 9.818 ha pada
tahun 2011. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dilakukan melalui
pembaharuan data sebaran hotspot secara periodik, antisipasi secara dini berdasarkan
hotspot, peningkatan kesiagaan posko dan patrol kebakaran hutan, dan penguatan
kelembagaan pengendali kebakaran hutan. .Jumlah hotspot telah berkurang menjadi 9.765
titik hotspot, dan luas kebakaran hutan pun berhasil dikurangi dengan realisasi hanya seluas
1.535,29 ha. Pada tahun 2010 upaya penanggulangan bencana juga diarahkan kepada
peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan pelaksanaan tanggap
darurat bencana, antara lain melalui: (i) pemenuhan dan pendistribusian logistik dan
peralatan kesiapsiagaan di 16 lokasi yang dapat menjangkau daerah-daerah rawan
bencana; (ii) peningkatan kapasitas pemerintah daerah melalui penyusunan rencana
kontijensi, dan (iii) peningkatan kapasitas Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana
(SRC-PB). Sedangkan perkiraan pencapaian tahun 2011 antara lain adalah: (i)
peningkatan kapasitas penanggulangan bencana; (ii) fasilitasi penyusunan rencana
kontijensi; dan (iii) pelaksanaan tanggap darurat yang efektif dan efisien. Selanjutnya, dalam
penyediaan peta dasar dan peta tematik, sampai dengan tahun 2010, telah tersedia peta
dasar dan peta tematik nasional bagi keperluan mitigasi bencana, antara lain (i) peta
resmi tingkat peringatan tsunami sebanyak 6 Nomor Lembar Peta (NLP) dan peta
multirawan bencana sebanyak 92 NLP; (ii) Peta rupabumi Skala 1:10.000 sebanyak 789
NLP; (iii) Peta tematik MCRMP dalam 31 tema skala 1:50.000 sebanyak 197 NLP; (iv)
Peta Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:250.000 sebanyak 720 NLP; (v) Peta
Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:50.000 sebanyak 89 NLP, dan (vi) Peta
Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:25.000 sebanyak 53 NLP. Pada tahun 2011
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dalam kapasitas penanggulangan
bencana melalui pendidikan dan pelatihan teknis penanggulangan bencana, pemenuhan

Bab II - 51
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

kebutuhan logistik dan peralatan, fasilitasi penyusunan rencana kontijensi, serta


peningkatan kapasitas dan pelaksanaan tanggap darurat yang efektif dan efisien.

Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik. Pembangunan daerah


tertinggal telah menunjukkan hasil yang lebih baik khususnya dibidang perekonomian dan
pembangunan manusia.
Untuk meningkatkan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan
telah dibentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) melalui Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2011, dan badan baru ini telah memulai kegiatannya khususnya
mengkoordinasikan pelaksanaan 3 dokumen pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan. Selain itu, dalam penegasan batas wilayah negara, pada tahun
2010 telah terbangun sebanyak 2 pos pertahanan di wilayah Kodam VI/TPR dan 5 pos
pertahanan di wilayah Kodam XVII/Cendrawasih. Dengan demikian, sampai saat ini telah
terbangun 206 pos pertahanan dari total kebutuhan minimal sebanyak 395 pos
pertahanan. Sementara itu dari 92 pulau kecil terluar, baru 12 pulau yang dibangun pos
pengamanan. Di samping itu, untuk meningkatkan efektivitas pengamanan perbatasan,
melalui Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2010, pemerintah telah memberikan
tunjangan khusus bagi prajurit yang bertugas pada batas wilayah negara.
Dalam rangka menyelesaikan masalah perbatasan dengan negara tetangga yang
berbatasan langsung, Indonesia telah mengupayakan penyelesaian 12 perundingan dengan
Timor Leste (batas darat), Malaysia (batas darat dan laut), Singapura (batas laut wilayah
segmen timur), Filipina (batas ZEE dan landas kontinen), Palau, Vietnam, Thailand dan
India (batas ZEE). Pada tahun 2011 Indonesia akan menindaklanjuti hasil 12 perundingan
yang telah disepakati tersebut.
Salah satu upaya mempercepat pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, dan
terluar melalui pembangunan dan pengembangan kawasan dan masyarakat transmigrasi.
Kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan dan masyarakat transmigrasi
mencakup: (1) Penyediaan lahan seluas 48.000 Ha dengan 16.320 Ha lahan yang telah
disertifikasi untuk daerah tertinggal dan penyediaan lahan seluas 32.000 Ha dengan
10.880 Ha lahan yang telah disertifikasi untuk daerah perbatasan; (2) Pembuatan Rumah
Transmigran dan Jamban Keluarga (RTJK) di permukiman transmigrasi sebanyak 7.950
unit untuk daerah tertinggal dan 2.5 10 unit untuk daerah perbatasan; dan (3) Fasilitasi
perpindahan keluarga transmigran dari daerah asal ke daerah tujuan sebanyak 7.386 KK
untuk daerah tertinggal dan 285 KK untuk daerah perbatasan.
Di samping pembangunan fisik, juga dilakukan pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan baru di kawasan tersebut, yang pada tahun 2010 antara lain melalui rintisan
pembangunan kawasan perkotaan baru melalui skema Kota Terpadu Mandiri (KTM) di 22
kawasan di 15 provinsi, yaitu 5 kawasan di Pulau Sumatera (Provinsi Sumbar, Bangka dan

Bab II - 52
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Belitung, Sumsel, dan Lampung), 3 kawasan di pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan


Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan), 8 kawasan pulau Sulawesi (Provinsi
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara), 1 kawasan di
Provinsi Maluku, 2 kawasan di Provinsi Papua, 1 kawasan di Provinsi NTT, dan 2
kawasan di Provinsi NTB. Selain itu, juga dilaksanakan rintisan pembangunan kawasan
perkotaan baru dengan skema Kota Terpadu Mandiri (KTM) di daerah perbatasan pada
tahun 2010 di 5 kawasan pada 4 provinsi, yaitu 2 kawasan di Pulau Kalimantan
(Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur), 2 kawasan di Provinsi Papua, dan
1 kawasan di Provinsi NTT. Pada tahun 2011, upaya-upaya ini tetap dilanjutkan dan
dikembangkan di wilayah lain.
Pada bidang pertanahan, capaian pada tahun 2010 ditunjukkan melalui kegiatan
Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu
(WP3WT), yaitu sebanyak 186 SP (Satuan Pekerjaan) dan 1 (satu) paket kegiatan di Badan
Pertanahan Nasional berupa inventarisasi pulau terluar. Pada tahun 2011, target yang akan
dicapai melalui kegiatan WP3WT yaitu 187 SP dan 1 (satu) paket kegiatan di pusat berupa
inventarisasi pada 21 pulau terluar.
Dalam upaya pendayagunaan pulau-pulau kecil sebagai usaha menegakkan eksistensi
NKRI, pada tahun 2010 telah dilakukan identifikasi potensi dan pemetaan pada 20 pulau-
pulau kecil, termasuk 5 pulau kecil terluar/terdepan, serta penyediaan infrastruktur
berupa sarana air bersih, listrik tenaga surya, jalan setapak, dan sarana perikanan di 19
pulau-pulau kecil. Sejalan dengan itu, dalam rangka menjaga keberlangsungan sumber
daya laut dari berbagai kegiatan yang merusak dan ilegal di sekitar pulau-pulau kecil
terluar, terus dilakukan upaya untuk penanganan illegal fishing dan pelanggaran lainnya.
Pada tahun 2010 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 2.253 kapal perikanan,
sebanyak 183 kapal diindikasi melakukan pelanggaran.
Sedangkan terkait dengan pembangunan data dan informasi spasial, pada tahun 2010
telah dilakukan pembuatan peta foto dan peta garis pulau-pulau kecil terluar sebanyak 48
NLP (Nomor Lembar Peta), pemeliharaan Border Sign Post (BSP) batas RI-RDTL
sebanyak 75 BSP, dan pembuatan peta perbatasan RI-PNG skala 1:50.000 sebanyak
37 NLP.

Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Pembangunan kebudayaan


dilakukan dalam rangka memperkuat jati diri dan karakter bangsa, membentuk manusia
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkukuh jiwa persatuan dan kesatuan
bangsa, serta melestarikan budaya nusantara. Berbagai upaya untuk meneguhkan jati diri
dan karakter bangsa telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai
antara lain oleh semakin meningkatnya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) akan

Bab II - 53
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

pentingnya pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Kemajuan tersebut terutama
didukung oleh semakin meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap keragaman seni dan
budaya; pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya. Pada tahun 2011,
upaya memantapkan karakter dan jatidiri bangsa terus dilanjutkan dan ditingkatkan yang
didukung oleh kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

Bidang Politik, hukum dan Keamanan. Dari sisi Keamanan, penanganan tindakan
terorisme yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan hasil yang semakin membaik. Hal
ini dibuktikan dengan keberhasilan Polri dalam mengungkap 35 perkara tindak pidana
terorisme pada tahun 2010, sementara pada tahun 2009 hanya 10 perkara. Pada awal 9
Maret 2010, Polri berhasil menewaskan tokoh penting terorisme internasional. Hasil ini
memberikan harapan semakin kondusifnya keamanan dalam negeri dari ancaman
terorisme. Hasil lain adalah: penangkapan kelompok jaringan teroris di Aceh yang
pemimpinnya diperkirakan berasal dari luar Aceh; penangkapan 12 orang diduga teroris di
Pejaten, Menteng dan Bekasi yang diperkirakan terkait dengan kelompok teroris di Aceh;
dan penangkapan tokoh teroris di Klaten, Jawa Tengah yang diduga sebagai pemasok
dana bagi kelompok-kelompok teror di Indonesia. Untuk melembagakan penanganan
penanggulangan terorisme telah dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
melalui Peraturan Presiden Nomor 46 tahun 2010.
Dalam penanganan kejahatan lintas negara di tingkat internasional terutama terkait
dengan isu terorisme, Indonesia mengembangkan kegiatan dialog lintas agama sebagai
upaya pro aktif dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar
sesama umat beragama dan antar peradaban.
Dari sisi pertahanan, dalam rangka memenuhi pembentukan postur minimum
essential force serta terwujudnya kemandirian, peningkatan peran industri pertahanan
dalam negeri sangat dibutuhkan, terutama untuk produk-produk militer yang secara teknis
mampu diproduksi di dalam negeri. Guna mewujudkan hal tersebut, melalui Perpres
Nomor 42 tahun 2010, pemerintah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan
(KKIP) sebagai institusi yang merumuskan kebijakan pembelian Alutsista TNI dan Alut
Polri, diselesaikannya Master Plan Industri Pertahanan dan Road Map menuju revitalisasi
industri pertahanan dalam negeri. Upaya tersebut, didukung dengan mengoptimalkan
hasil penelitian dan pengembangan alutsista TNI yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pertahanan.
Dalam rangka penegakan hukum dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi,
Mahkamah Agung telah membentuk pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor) di Jakarta
Pusat, Bandung, Semarang dan Surabaya. Di samping itu, telah dilaksanakan peningkatan
kompetensi hakim-hakim Tipikor dengan dihasilkannya hakim Tipikor bersertifikat

Bab II - 54
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

sebanyak 238 orang (terdiri dari hakim karir dan ad-hoc mulai dari tingkat pertama
sampai dengan tingkat kasasi). Capaian ini masih harus ditingkatkan sesuai amanat UU No.
46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Pada penanganan tindak pidana korupsi pada tahun 2010, di tingkat Kejaksaan
mencakup Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri telah
mencapai peningkatan kinerja penyidikan Tindak Pidana Korupsi sampai dengan 2.3 15
perkara (125,47%) dan dilakukan penuntutan sebanyak 715 perkara (92,95%). Untuk di
tingkat Kejaksaan Agung RI, jumlah penyidikan perkara tindak pidana korupsi yang telah
ditangani adalah sebanyak 148 perkara (102,07%) dari yang ditargetkan dan telah
dilanjutkan ke tingkat penuntutan sebanyak 48 perkara (33,10%). Dalam rangka
kerjasama pengembalian aset dan kerjasama penanganan kasus pidana, Kejaksaan
Republik Indonesia telah memfasilitasi permintaan Mutual Legal Assistance in Criminal
Matters (MLA) baik permintaan dari Indonesia ke negara lain, maupun sebaliknya.
Penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi pelanggaran HAM terus
dilaksanakan. Sebagaimana mandat Komnas HAM untuk menangani pengaduan dalam
pelaksanaan HAM di Indonesia, pada tahun 2010 pengaduan yang masuk ke Komnas HAM
adalah sebanyak 6.437 berkas pengaduan dengan klasifikasi hak yang paling banyak
diadukan adalah terkait hak memperoleh keadilan, dan hak atas kesejahteraan. Sedangkan
berdasarkan klasifikasi kasus, kasus yang terbanyak adalah terkait sengketa lahan, dan
ketenagakerjaan. Terkait dengan upaya diseminasi HAM telah dilaksanakan penyebar-
luasan informasi HAM.

Dalam rangka penegakan hukum yang terkait dengan kewenangan Mahkamah


Konstitusi berdasarkan UUD 1945, penanganan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum dan Pemilihan Kepala Daerah (PHPU Kada) yang ditangani pada tahun 2010 adalah
sebanyak 224 perkara. Di tahun selanjutnya, tumbuhnya peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap konstitusi akan membawa konsekuensi peningkatan penanganan
perkara peraturan perundang-undangan (PUU) dan Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara (SKLN) akan meningkat.

Bidang Ekonomi. Industri pengolahan non migas telah menunjukkan perbaikan


kinerja sejak triwulan ke-empat tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan kinerja ini
ditunjang oleh daya beli masyarakat yang terjaga serta termanfaatkannya peluang pasar di
luar negeri.
Dalam menghadapi perekonomian dunia yang makin terbuka dan terintegrasi,
Indonesia sudah mampu menunjukkan peran serta dan aktif dalam berbagai diplomasi
perdagangan internasional yang merupakan upaya untuk meningkatkan akses pasar dan

Bab II - 55
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

citra produk, mengurangi hambatan perdagangan, serta menyelesaikan berbagai


permasalahan perdagangan seperti anti dumping dan safeguard.
Prioritas lain dibidang ekonomi terutama terkait dengan persoalan
ketenagakerjaan. Dari sisi ketenagakerjaan, perluasan kesempatan kerja seluas-luasnya
adalah salah satu upaya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja agar tingkat
pengangguran terus menurun. Dengan memperoleh pekerjaan, diharapkan pendapatan
akan meningkat dan tingkat kemiskinan akan menurun. Selama bulan Agustus 2009
sampai dengan Agustus 2010 telah dapat diciptakan 3,34 juta kesempatan kerja. Dengan
demikian, pada bulan Agustus 2010 terdapat 108,21 juta tenaga kerja, dimana
sebanyak 72,43 juta (66,93 persen) adalah tenaga kerja di sektor informal. Penyerapan
tenaga kerja di sektor informal yang meningkat ini memberikan kelangsungan
pendapatan bagi masyarakat di sekitar garis kemiskinan.
Dalam rangka pelayanan kepada pekerja migran (TKI), pada tahun 2010 telah
terbangun infrastruktur dan aplikasi sistem informasi layanan pekerja migran/TKI (SIM
TKI). SIM TKI ini nantinya akan mengintegrasikan sistem informasi di 13 K/L. Pada tahun
2011, ditargetkan 3 K/L telah terhubungan dengan SIM TKI dan juga diintegrasikan dengan
layanan kependudukan (NIK) di tiga kabupaten/kota sebagai uji coba. Selanjutnya, Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) telah merintis pembentukan
pusat layanan 24 jam (hotline service/crisis center) sebagai pusat penerimaan pengaduan
dan fasilitasi penyelesaian masalah. Sementara itu, terkait dengan pemulangan TKI
bermasalah, tahun 2011 akan dipulangkan WNI/TKI overstayer yang jumlahnya
diperkirakan 20.000 orang.

Pemerintah juga telah meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat bagi TKI (KUR
TKI). Tujuan penyaluran KUR TKI adalah membantu TKI untuk membiayai proses
penempatan bekerja di luar negeri, sehingga TKI akan terhindar dari jeratan utang
rentenir. Pada akhir tahun 2010, tiga bank siap menyalurkan KUR TKI yaitu Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Dalam perlindungan dan pelayanan WNI/BHI di luar negeri, pada tahun 2010 telah
disusun grand design pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri, penguatan 24
Citizen Service di luar negeri, dan sebanyak 6928 orang WNI bermasalah telah diberikan
bantuan, diselesaikan masalahnya, dan direpatriasi. Pada tahun 2011 akan tetap dilakukan
penguatan terhadap 26 citizen services, dan pelaksanaan repatriasi terhadap 6500 WNI di
luar negeri.

Bidang Kesejahteraan Rakyat. Perkembangan pembangunan kepariwisataan


menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Hasilnya adalah meningkatnya penerimaan
devisa dari kunjungan wisman pada tahun 2010 mencapai USD 7,6 milyar atau meningkat

Bab II - 56
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

sebesar 20,63 persen dari penerimaan devisa tahun 2009 yang sebesar USD 6,3
milyar. Pada tahun 2011 diperkirakan kunjungan wisman mencapai 7,1 juta orang
dengan perkiraan devisa sekitar USD 7,2 miliar.
Dari sisi Pemuda dan Olahraga, pembangunan kepemudaan dan keolahragaan
selama tahun 2010 telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Gerakan
pramuka telah disahkan melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 2010. Selain itu
partisipasi dan peran aktif pemuda, terus ditingkatkan melalui beberapa kegiatan,
antara lain: (1) pelatihan kepemimpinan, kepeloporan, dan kewirausahaan pemuda; (2)
pengembangan kreativitas dan kualitas pemuda; (3) pemberdayaan organisasi
kepemudaan; dan (4) peningkatan kapasitas dan wawasan pemuda. Sementara itu
prestasi olahraga semakin membaik yang ditandai dengan meningkatnya peringkat
Indonesia pada kejuaraan Asian Games dari peringkat 22 pada tahun 2006 menjadi
peringkat 15 pada tahun 2010. Budaya dan prestasi olahraga juga terus ditingkatkan
melalui : (1) pemberian penghargaan kepada atlet yang berprestasi di tingkat
internasional, regional, nasional serta pelatih dan mantan atlet yang berprestasi; (2)
pelaksanaan berbagai event olahraga untuk menggairahkan semangat dan budaya
olahraga di masyarakat; dan (3) keikutsertaan dalam berbagai event olahraga
internasional dan regional. Pada tahun 2011 diperkirakan partisipasi dan peran aktif
pemuda serta budaya dan prestasi olahraga semakin meningkat.
Perkembangan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan telah berhasil
meningkatkan akses yang memadai serta adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan,
yang ditunjukkan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang pada
tahun 2009 telah mencapai 0,668 (2010, BPS); dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG) yang telah mencapai 0,635 pada tahun yang sama (2010, BPS).
Pembangunan perlindungan anak telah berhasil menurunkan persentasi pekerja
anak usia 10-14 tahun; dan pada tahun 2010 telah tersusun RUU tentang sistem
peradilan anak yang berbasis restorative justice.
Dalam kehidupan beragama telah terjadi perkembangan yang makin baik dengan
meningkatnya intensitas kegiatan beragama dan semangat kerjasama lintas agama
yang difasilitasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang hingga tahun 2010
telah terbentuk di semua provinsi dan di sebagian besar kabupaten/kota. Sementara
itu, kegiatan pelayanan ibadah haji telah memperoleh sertifikat sistem manajemen
mutu ISO 9001-2008 yang menunjukkan semakin profesionalnya manaj emen
penyelenggaraan ibadah haji.

2.6.4 Masalah dan Tantangan Pokok Tahun 2012

Bab II - 57
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Meskipun berbagai kemajuan pembangunan telah dicapai pada tahun 2010 dan
diperkirakan akan lebih baik lagi pada tahun 2011, namun masih banyak permasalahan
yang harus dipecahkan dalam pembangunan agar berbagai sasaran yang telah ditetapkan
dalam RPJM 2010-2014 yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
dicapai.
Kemajuan perekonomian memang sudah sangat baik. Pertumbuhan ekonomi yang
sudah dicapai terus meningkat dan cukup tinggi. Namun demikian penyumbang dari
pertumbuhan ekonomi masih terpusat pada sektor-sektor dan wilayah-wilayah tertentu.
Pemerataaan manfaat dari pertumbuhan ekonomi bagi seluruh masyarakat masih harus
ditingkatkan. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan merupakan suatu
tantangan yang harus dapat dicarikan jalan keluarnya.
Dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan, upaya untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan saja tidak cukup.
Berbagai permasalahan yang ada juga harus dapat diselesaikan. Beberapa permasalahan
dan tantangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Dalam rangka pencapaian terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik, tantangan yang dihadapi semakin berat dan kompleks
akibat dinamika perubahan yang cepat. Tantangan dan permasalahan yang harus
diselesaikan terkait dengan kelembagaan, otonomi daerah, sumber daya manusia aparatur,
regulasi, sinergi pusat dan daerah, penegakan hukum dan data kependudukan.
Permasalahan utama dalam Kelembagaan menyangkut struktur yaitu masih
banyak instansi pemerintah yang struktur organisasi dan tatalaksananya belum
sepenuhnya mendukung tupoksi sehingga berdampak pada rendahnya kinerja. Tantangan
pada tahun 2012 adalah: meraih kepercayaan masyarakat bahwa birokrasi telah berubah;
membangun mental melayani; meningkatkan kompetensi dan integritas aparatur;
memperluas reformasi birokrasi untuk berjalannya tata kelola pemerintahan yang baik.
Dalam penataan otonomi daerah permasalahan yang dihadapi adalah masih
terdapat usulan pembentukan daerah otonom baru (DOB); belum ditetapkannya Desain
Besar Penataan Daerah (Desertada), selain itu adanya masalah belum optimalnya
penggunaan dana perimbangan dalam mendukung investasi pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Sedangkan tantangan utama yang dihadapi adalah perlunya daerah
meningkatkan kapasitas daerahnya masing-masing dan menurunkan keinginan (berbagai
pihak) untuk pemekaran daerah.
Terkait dengan SDM aparatur, permasalahan utama aalah meningkatkan integritas,
kompetensi, netralitas, kesejahteraan dan profesionalisme. Di samping itu, rekruitmen,
mutasi dan promosi, serta pemberian penghargaan belum dilaksanakan atas dasar

Bab II - 58
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

kompetensi dan kinerja. Tantangan di tahun 2012 adalah menyelesaikan berbagai


permasalahan tersebut.

Dalam hal regulasi, masih banyak ditemukan peraturan daerah yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di atasnya, dan banyak yang tidak kondusif bagi
investasi. Tantangannya adalah melakukan percepatan harmonisasi dan sinkronisasi
peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah serta peningkatan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam menyusun peraturan daerah.

Pada aspek penegakan hukum, permasalahan yang masih dirasakan menyangkut


pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas penegakan hukum, sehingga timbul opini
bahwa keadilan berpihak pada yang kuat. Tantangannya adalah membangun kembali
mekanisme penyelesaian perkara melalui mediasi, maupun upaya pembatasan perkara
sehingga kasus ringan dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan biayanya ringan.
Ketersediaan anggaran yang belum memadai untuk memenuhi kebutuhan di lapangan,
membuka potensi praktek korupsi oleh oknum-oknum penegak hukum.
Terkait dengan Data Kependudukan, permasalahan utama adalah: masih banyaknya
daerah yang belum menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK);
masih adanya penduduk dengan KTP ganda, KTP palsu, NIK ganda; serta NIK yang
diterbitkan tidak mencerminkan data yang faktual. Tantangan yang dihadapi tahun 2012
adalah menyediakan data kependudukan yang akurat dan up to date melalui
pengembangan SIAK secara sistem online, penerapkan kartu tanda penduduk (KTP)
elektronik yang dilengkapi biometrik (perekaman sidik jari) dan chip bagi 100,5 1 juta jiwa
penduduk wajib KTP di 497 kabupaten/kota untuk mengeliminasi KTP ganda dan KTP
palsu.

Pendidikan. Upaya untuk mewujudkan peningkatan akses pendidikan yang


berkualitas, terjangkau, relevan, kemandirian, keluhuran budi pekerti dan karakter bangsa
yang kuat masih menghadapi permasalahan sebagai berikut: (i) belum optimalnya
pendidikan karakter bangsa; (ii) masih terbatasnya kesempatan memperoleh
pendidikan; (iii) rendahnya kualitas, relevansi, dan masih rendahnya daya saing
pendidikan; (iv) masih rendahnya profesionalisme guru dan belum meratanya distribusi
guru; (v) terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (vi) belum efektifnya
manajemen dan tatakelola pendidikan; dan (vii) belum terwujudnya pembiayaan
pendidikan yang berkeadilan.
Lebih jauh, upaya akses dan kualitas pendidikan masih menyisakan tantangan
sebagai berikut: (i) meningkatkan pemerataan akses terhadap pendidikan semua jenjang,
termasuk akses terhadap pendidikan agama dan pendidikan keagamaan; (ii) meningkatkan
tingkat keberaksaraan; (iii) meningkatkan kesiapan anak bersekolah; (iv) meningkatkan

Bab II - 59
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

kemampuan kognitif, karakter, dan soft-skill lulusan; (v) meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan menengah; (vi) meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing
pendidikan tinggi termasuk kualitas penelitiannya; dan (vii) meningkatkan kualitas
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.
Selanjutnya, terkait masalah ketenagaan, serta sarana dan prasarana,
pembangunan bidang pendidikan masih menyisakan tantangan dalam hal : (i) meningkatkan
pemerataan distribusi guru; (ii) meningkatkan kualifikasi akademik dan profesionalisme
guru; (iii) mempercepat penuntasan rehabilitasi gedung sekolah dan ruang kelas yang rusak;
(iv) meningkatkan ketersediaan buku mata pelajaran; (v) meningkatkan ketersediaan dan
kualitas laboratorium dan perpustakaan; dan (vi) meningkatkan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pendidikan.
Untuk mewujudkan manajemen, tatakelola, serta pembiayaan pendidikan yang
berkeadilan, pembangunan pendidikan masih menyisakan tantangan antara lain: (i)
meningkatkan manajemen, tatakelola, dan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan;
(ii) melakukan penyeralasan dalam penerapan otonomi perguruan tinggi; (iii)
meningkatkan kemitraan publik dan swasta; (iv) memantapkan alokasi dan mekanisme
penyaluran dana yang efisien, efektif, dan akuntabel; dan (v) menyelenggarakan
pendidikan dasar bermutu yang terjangkau bagi semua.

Kesehatan. Berbagai permasalahan dan tantangan juga masih harus dihadapi dalam
bidang kesehatan. Beberapa permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian di bidang
kesehatan, antara lain: (i) masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak terutama pada
pelayanan persalinan dan cakupan imunisasi; (ii) masih rendah dan tidak signifikannya
kenaikan pemakaian kontrasepsi; (iii) masih rendahnya status gizi masyarakat; (iv) belum
optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular; serta masih
rendahnya kualitas kesehatan lingkungan; (v) masih terbatasnya jumlah, distribusi dan
kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan; (vi)
masih terbatasnya ketersediaan obat serta belum optimalnya pengawasan obat dan
makanan; yang ditandai dengan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian yang berkualitas; (vii) masih terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk
memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat, terutama bagi penduduk
miskin dan pekerja sektor informal; (viii) belum optimalnya upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan; (ix) masih rendahnya akses masyarakat terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas; (x) masih lebarnya kesenjangan status
kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi; (xi) belum
efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam pengelolaan

Bab II - 60
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan; serta (xii) masih


rendahnya akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi, persampahan, dan
drainase. Kesemuanya ini merupakan tantangan dalam tahun 2012 untuk dapat diatasi.

Penanggulangan Kemiskinan. Walaupun angka dan tingkat kemiskinan cenderung


menurun, masih banyak permasalahan dan tanntangan yang harus dihadapi untuk
mempercepat turunnya tingkat kemiskinan pada tahun 2012. Masih banyak jumlah
penduduk miskin yang masuk kedalam kategori hampir miskin dan kelompok ini sangat
rentan terhadap terjadinya gejolak sosial ekonomi serta bencana alam. Berdasarkan hasil
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2008 (data mikro kemiskinan),
terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang hampir miskin dari 36,5 persen pada
tahun 2005 menjadi 43,8 persen pada tahun 2008. Diperkirakan, kecenderungan ini akan
terus berlanjut pada tahun 2012. Untuk itu, perlu upaya-upaya peningkatan kesejahteraan
mereka yang dapat menahan agar mereka tidak kembali jatuh ke bawah garis kemiskinan.
Di lain pihak, tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan tahun 2012 adalah ketepatan sasaran dari program-program
tersebut. Dengan demikian, memastikan data kemiskinan yang sudah dimutakhirkan
melalui PPLS tahun 2011 untuk digunakan oleh semua program penanggulangan
kemiskinan menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan.
Masalah dan tantangan lainnya adalah program-program penanggulangan
kemiskinan yang dilaksanakan saat ini belum optimal dalam memberikan kesempatan
kerja yang permanen bagi masyarakat miskin, sehingga belum bisa memberikan lompatan
yang signifikan bagi masyarakat miskin untuk keluar dari garis kemiskinan. Sebagai
contoh, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mampu
menciptakan 4,8 juta lapangan kerja pada tahun 2010 namun sebagian besar merupakan
pekerjaan sementara. Demikian juga dengan penyaluran kredit untuk rakyat (KUR), yang
pada awalnya diharapkan dapat menyerap 5 juta tenaga kerja, akan tetapi kesempatan
kerja per tahun yang diciptakan masih kurang dari 400.000 orang. Kebanyakan tenaga
kerja adalah tenaga kerja di sektor informal yang hanya bisa memberikan kekuatan bagi
masyarakat miskin untuk bertahan hidup tetapi belum dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengaitkan kebijakan
makro ekonomi baik yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi maupun untuk
menjaga stabilitas harga di daerah dan secara nasional dapat lebih menggerakkan
sektor riil dan berdampak pada penambahan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin
secara permanen dan layak.
Terjadinya perubahan iklim juga masih menjadi tantangan yang dihadapi dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Kegagalan panen oleh petani akibat banjir dan tidak melautnya

Bab II - 61
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

nelayan akibat cuaca buruk masih akan menjadi pemicu tingginya angka kemiskinan di
tahun 2012. Untuk itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap becana alam harus menjadi
perhatian masing-masing daerah. Selain itu, masyarakat miskin di perdesaan yang
sebagian besar adalah petani semakin termarjinalkan akibat adanya alih fungsi lahan
pertanian. Pada tahun 2010, data BPS menunjukkan bahwa 56,5 persen dari rumah
tangga pertanian memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, bahkan berdasarkan Sakernas 2008
tercatat bahwa 52 persen angkatan kerja di sektor pertanian tidak memiliki lahan
sendiri. Kecenderungan alih lahan pertanian ini diperkirakan akan tetap terjadi di tahun
2012. Terkait dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, perbaikan akses
penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) terutama bagi
masyarakat yang memiliki tanah pertanian kurang dari 0,5 ha masih perlu dilakukan.
Ketimpangan kemiskinan antar daerah juga masih akan terjadi pada tahun 2012.
Diperkirakan wilayah Indonesia bagian timur masih memiliki tingkat kemiskinan lebih
tinggi dibandingkan wilayah Indonesia Barat. Berbagai karakteristik daerah telah
menyumbang pada bervariasinya tingkat kemiskinan antar daerah. Selain itu, efektivitas
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan baik program pusat maupun
daerah masih akan terkendala oleh berbagai permasalahan sinkronisasi dan
koordinasi program serta kegiatan dan juga penganggarannya. Dalam kaitannya dengan hal
ini, perlu adanya penajaman upaya-upaya penurunan kemiskinan di daerah-daerah
dengan tingkat kemiskinan tinggi, seperti untuk Papua, Papuar Barat, dan NTT untuk
mengurangi kesenjangan yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan upaya peningkatan
kapasitas pemerintah daerah dalam rangka menyusun rencana dan anggaran agar
lebih berpihak pada masyarakat miskin karena salah satu tantangan yang dihadapi
pula adalah meningkatkan ketepatan kebijakan, program dan kegiatan di daerah agar
dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Semakin termarjinalkannya masyarakat miskin di perkotaan juga menjadi
tantangan yang akan dihadapi tahun 2012. Masyarakat miskin semakin sulit untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka secara layak karena kurangnya akses terhadap
pelayanan dasar sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengembangkan
kehidupan mereka secara layak. Kegiatan yang bersifat affirmative/keberpihakan pada
masyarakat miskin perkotaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan dan bahkan
diperluas cakupannya pada tahun 2012, terutama agar dapat memberikan akses yang
lebih luas dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin perkotaan.

Tantangan lain yang juga akan dihadapi adalah masih kurang efektifnya
penyelenggaraan bantuan sosial, serta keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya
manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik, terlatih dan memiliki kemampuan dalam

Bab II - 62
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial. Selain itu, belum optimalnya lembaga


pelaksanaan program-program jaminan sosial terutama untuk menjaga agar masyarakat
miskin atau hampir miskin tidak semakin parah kondisi sosial ekonominya.

Ketahanan Pangan. Meskipun secara umum terjadi peningkatan dalam produksi


pangan, namun berbagai permasalahan harus diselesaikan dalam tahun 2012 terkait
dengan upaya peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian.
Tantangan pembangunan ketahanan pangan terutama terkait dengan aspek lahan,
infrastruktur, penelitian dan pengembangan, investasi dan pembiayaan, pangan dan gizi,
serta adanya perubahan iklim. Terkait dengan aspek lahan, pengembangan kawasan,
dan tata ruang, ketersediaan dan kualitas sumberdaya alam (lahan, air, dan kelautan)
semakin menghadapi tekanan. Alih fungsi lahan pertanian pangan ke penggunaan lain
masih terus terjadi dan belum terkendalikan dengan baik. Pemanfaatan lahan kering
masih terkendala oleh ketersediaan air irigasi. Sedangkan, pemanfaatan lahan terlantar
masih belum dapat secara efektif dilakukan. Selain itu, permasalahan deforestasi,
degradasi lahan, akan menyebabkan penurunan kualitas lahan dan penurunan dukungan
ketersediaan air. Tata ruang harus terus diefektifkan sebagai bentuk nyata dukungan
sumberdaya alam terhadap pemanfaatan dan perlindungan lahan pertanian guna
mendukung ketahanan pangan nasional.
Selanjutnya, aspek sarana dan prasarana pertanian dan perdesaan, dukungan
infrastruktur pertanian, perikanan, dan kehutanan masih perlu ditingkatkan. Selain
kerusakan yang memerlukan pemeliharaan dan rehabilitasi, sarana dan prasarana
pertanian dan perdesaan belum sepenuhnya mampu melayani seluruh wilayah produsen
pangan. Pembangunan sarana dan prasarana pertanian juga masih sangat diperlukan
untuk mendukung pemanfaatan lahan kering dan lahan terlantar. Selain itu jaringan irigasi
yang ada masih belum berfungsi secara optimal sehingga memerlukan upaya peningkatan
dan rehabilitasi terutama di sentra produksi pangan dan daerah-daerah irigasi besar. Di
sub sektor perikanan, penataan kembali kawasan tambak serta perbaikan sarana
prasarana perikanan tangkap penting untuk dilakukan. Selain itu, penyediaan sarana dan
prasarana perhubungan dan logistik masih memerlukan pembenahan guna mendukung
distribusi bahan pangan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Keberpihakan
pemerintah terhadap perbaikan sistem distribusi bahan pangan antar waktu dan antar
wilayah (connectivity) sangat diperlukan. Cakupan penyuluhan serta kualitas penyuluh
pertanian dan perikanan juga tetap akan menjadi tantangan berat pencapaian ketahanan
pangan ke depan.
Aspek lain yang penting peranannya yaitu penelitian dan pengembangan pertanian
terutama dalam upaya peningkatan produksi, produktivitas, mutu, dan nilai tambah

Bab II - 63
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

komoditas bahan pangan. Mutu produksi pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan
selama ini masih memerlukan upaya keras untuk ditingkatkan, baik untuk memenuhi
tuntutan konsumsi dalam negeri maupun standar perdagangan internasional. Selain itu,
penyediaan induk dan benih unggul varietas bernilai tinggi juga masih memerlukan
dukungan penuh dari hasil inovasi penelitian dan pengembangan pertanian.
Terkait dengan aspek investasi, pembiayaan, serta subsidi pangan dan pertanian,
ketersediaan dan keterjangkauan input produksi dan sarana perlu dijamin agar
peningkatan produksi pangan dapat terus berkelanjutan. Skema mekanisme investasi,
pembiayaan pertanian dan perikanan masih perlu pembenahan dan pengembangan agar
dapat dijangkau oleh masyarakat. Lebih lanjut, ketersediaan dan keterjangkauan input dan
sarana produksi pertanian, perikanan, dan kehutanan tetap memerlukan keberpihakan
investasi dan pembiayaan publik, terutama melalui subsidi pemerintah. Terkait dengan
pangan dan gizi, penduduk dan daerah yang rentan terhadap rawan pangan masih relatif
tinggi, baik dalam persentase maupun jumlahnya. Di samping itu, masih terjadi kasus
kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang
dan gizi buruk yang merupakan indikator kelaparan dan terkait erat dengan kondisi
kerawanan pangan di masyarakat. Jaminan terhadap peningkatan produksi bahan
pangan harus tetap menjadi prioritas pembangunan, termasuk untuk
mengantisipasi peningkatan pertumbuhan dan kualitas permintaan masyarakat terhadap
bahan pangan. Dalam aspek ini, produksi dalam negeri dituntut untuk mampu
menyediakan seluruh kebutuhan konsumsi pangan masyarakat. Ketidakpastian dan
kecenderungan kenaikan harga pangan juga menuntut pemerintah untuk terus melakukan
langkah-langkah stabilisasi harga pangan dalam negeri. Selain itu, upaya percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat tetap menjadi penekanan pemerintah,
sejalan dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan pangan. Lebih lanjut, perbaikan
sistem mutu, keamanan pangan, kandungan residu dan bahan berbahaya dalam proses
pengolahan, perbaikan lingkungan serta penanggulangan penyakit zoonosis juga masih
akan menjadi permasalahan yang memerlukan perhatian. Yang lebih penting lagi adalah
bahwa peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, dan pembudidaya ikan harus menjadi
upaya penting yang harus diintegrasikan dalam menjamin aksesibilitas pangan
terutama oleh masyarakat miskin.
Aspek penting lain yang berpengaruh dalam ketahanan pangan adalah
perubahan iklim. Kemampuan penyediaan bahan pangan dari produksi dalam negeri
dipengaruhi pula oleh kondisi iklim dan cuaca. Perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap frekuensi dan intensitas bencana banjir dan/atau kekeringan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi bahan pangan dalam negeri. Oleh karena itu,
kapasitas mitigasi dan adaptasi pelaku pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap

Bab II - 64
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

perubahan iklim akan terus ditingkatkan agar dampak negatif akibat perubahan iklim
dapat diminimalkan.

Infrastruktur. Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi untuk


meningkatkan dukungan infrastruktur diantaranya adalah sebagai berikut. Terkait dengan
infrastruktur sumber daya air terutama dalam pengendalian banjir, permasalahan dan
tantangan yang harus dihadapi antara lain adalah: 1) tingginya tingkat kerusakan daerah
tangkapan air dan perubahan iklim yang menyebabkan frekuensi dan intensitas
bahaya banjir semakin meningkat; 2) buruknya sistem drainase mikro dan pembuangan
sampah di badan sungai yang menyebabkan terjadinya banjir pada daerah perkotaan, seperti
Jakarta, Semarang, dan Surabaya; 3) tingginya eksploitasi air tanah yang menyebabkan
penurunan muka tanah (land subsidence), sehingga meningkatkan resiko banjir; 4)
terhambatnya pelaksanaan pembangunan prasarana pengendali banjir akibat
lambatnya proses pembebasan tanah; 5) padatnya pemukiman dan aktivitas di bantaran
sungai yang menghambat upaya pengendalian banjir; dan 6) dampak perubahan iklim
yang menyebabkan kenaikan muka air laut, sehingga memicu terjadinya banjir
rob/pasang air laut, abrasi pantai, dan gelombang pasang yang mengancam kawasan
pantai Indonesia, terutama pada daerah yang menjadi pusat-pusat perekonomian,
perkotaan, permukiman, dan industri.
Terkait dengan pembangunan transportasi, masih terdapat berbagai permasalahan
dan tantangan yang harus dihadapi dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Permasalahan dan tantangan tersebut diantaranya adalah: (a) Pelayanan
transportasi saat ini belum mampu menawarkan solusi yang optimal dalam menciptakan
jaringan transportasi yang secara efektif dan biaya transportasi yang efisien dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama untuk wilayah perkotaan; (b) Pengembangan
teknologi sistem dan pola transportasi masih belum mampu mengurangi hambatan-
hambatan geografis, sehingga kebutuhan terhadap aksesibilitas pelayanan
transportasi bagi masyarakat di perdesaan, perbatasan, wilayah terpencil, pulau-pulau
terluar dan terdepan belum terpenuhi; (c) Kompetensi dan jumlah SDM dan kinerja
kelembagaan transportasi belum mampu memenuhi tuntutan dalam mewujudkan tata
kelola standar pelayanan minimal ; (d) Masalah sosial dan lingkungan yang terjadi dalam
pelaksanaan pembangunan; (e) Sistem transportasi nasional belum sepenuhnya siap dalam
menghadapi tuntutan kompetisi global yang semakin tinggi; (f) Koordinasi antara sektoral
dan daerah belum berjalan secara optimal dalam mensinergikan pola transportasi yang
selama ini masih parsial untuk mewujudkan domestic connectivity yang mendukung
ketahanan pangan dan distribusi hasil-hasil produksi masyarakat.

Bab II - 65
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Dari sisi perumahan, meskipun upaya dalam penyediaan perumahan dan


permukiman yang layak telah dilakukan, namun sampai saat ini upaya tersebut masih
belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang
dihadapi dalam pembangunan perumahan antara lain adalah: 1) terbatasnya akses MBR
terhadap penguasaan dan legalitas lahan; 2) terbatasnya akses MBR terhadap pembiayaan
perumahan; 3) kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman
belum mantap; 4) pasar primer dan pembiayaan sekunder perumahan yang ada belum
berjalan secara optimal; 5) efisiensi pembangunan perumahan masih rendah; serta 6)
pemanfaatan sumberdaya perumahan dan permukiman yang belum optimal. Dalam
pembangunan air minum dan sanitasi, permasalahan pokok yang dihadapi adalah
rendahnya akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang secara umum diakibatkan oleh beberapa faktor antara
lain adalah: 1) belum memadainya perangkat peraturan; 2) terbatasnya penyedia
layanan yang kredibel dan profesional; 3) belum optimalnya sistem perencanaan; dan
4) terbatasnya ketersediaan pendanaan.
Yang terakhir adalah yang terkait dengan sektor komunikasi dan informatika.
Permasalahan dan tantanganyang dihadapi tahun 2012 di antaranya adalah belum
terintegrasinya dan tidak interoperabilitasnya sistem komunikasi dan informasi instansi
pemerintah yang tidak saja merupakan pemborosan investasi tetapi juga menyulitkan
pertukaran dan memastikan validitas informasi/data antarinstansi pemerintah. Sedangkan
tantangan tahun 2012 adalah semakin banyaknya kasus cyber crime dan penyalahgunaan
(misuse dan abuse) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti penipuan,
pencurian identitas, terorisme, dan pornografi sehingga perlu diantisipasi dengan
meningkatkan kualitas dan keamanan infrastruktur komunikasi dan
informatika serta pendidikan/sosialisasi tentang pemanfaatan TIK secara
sehat/bijak.
Mengingat pencapaian kinerja Prioritas Bidang Penyelenggaraaan Penataan
Ruang pada Tahun 2010 dan 2011, permasalahan yang paling mendesak untuk ditangani
pada Tahun 2012 adalah: (1) belum ditetapkannya seluruh peraturan perundangan
pelaksanaan UU 26/2007 termasuk Rencana Tata Ruang Pulau, Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) yang dapat digunakan
sebagai arahan untuk pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan MP3EI; (2) belum
mantapnya kelembagaan penataan ruang yang diharapkan dapat menyerasikan rencana
pembangunan, termasuk di dalamnya materi MP3EI 2011-2025, dengan Rencana Tata
Ruang.

Bab II - 66
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Meskipun kondisi perekonomian dunia pada
tahun 2012 diperkirakan sudah akan membaik karena dampak resesi global sudah
mereda, namun demikian upaya peningkatan daya tarik investasi di Indonesia masih
menghadapi berbagai permasalahan. Birokrasi yang terkait dengan proses perijinan
mendirikan usaha dan proses perijinan investasi di Indonesia juga belum efisien sebagai
sebagai akibat dari: (i) belum harmonisnya antar peraturan di tingkat pusat, dan belum
sinkronnya peraturan pusat dan daerah; (ii) masih banyaknya pungutan dan retribusi
yang membebani pengusaha; dan (iii) masih banyaknya perda bermasalah di daerah,
merupakan kendala yang masih harus terus menerus diperbaiki. Selain itu, masalah
yang terkait dengan pertanahan mulai dari ketersediaan peta sampai dengan
pendaftaran tanah telah membawa resiko terjadinya sertifikat ganda dan sengketa
lahan yang berpotensi menurunkan daya tarik investasi domestik.
Permasalahan dalam keterbatasan iklim investasi juga dikarenakan kurangnya
dukungan ketersediaan infrastruktur termasuk energi terutama di Indonesia bagian timur
yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempercepat dan meningkatkan
kualitas distribusi arus barang dan orang, serta untuk meningkatkan produktivitas sektor
industri yang bernilai tambah. Sementara itu, masih belum efisiennya sistem logistik
nasional menjadi salah satu penyebab tingginya biaya distribusi barang, yang kemudian
menyebabkan harga barang yang kurang kompetitif, dan masalah ketenagakerjaan
terutama peraturan kontrak berjangka waktu tertentu (fixed-terms) dan sub kontrak, serta
terkait dengan pesangon berimplikasi pada lambatnya penyesuaian terhadap permintaan
tenaga kerja dan menjadi kendala utama berkembangnya sektor pengolahan.
Dari sisi eksternal, terjadinya gejolak politik di negara-negara Arab diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menarik investasi asing terutama dalam bentuk FDI
lebih besar. Namun, perlu juga diwaspadai kemungkinan penurunan investasi dari Jepang
sebagai akibat hantaman tsunami baru-baru ini dan dampak radiasi nuklir yang belum
mereda.

Energi. Upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi pada tahun 2012
masih menghadapi permasalahan dan tantangan. Ketergantungan energi-ekonomi nasional
terhadap minyak bumi masih tinggi. Pangsa minyak bumi dalam komposisi penyediaan
energi nasional masih cukup besar, sekitar 48 persen pada tahun 2010. Ketergantungan
tinggi pada minyak bumi membuat ketahanan energi nasional rentan terhadap
ketersediaan dan harga minyak bumi. Volume impor BBM juga terus meningkat dari
tahun ke tahun. Sementara itu, cadangan minyak bumi nasional belum menunjukkan
peningkatan yang berarti sedangkan pembukaan ladang baru terkendala belum sinkronnya
beberapa legislasi lintas sektor, terutama konflik lahan.

Bab II - 67
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tantangan selanjutnya adalah tingkat pelayanan infrastruktur energi masih terbatas.


Ketergantungan terhadap impor BBM juga dipengaruhi oleh terbatasnya kapasitas dan
tingkat pelayanan infrastruktur energi di dalam negeri. Saat ini, hanya tersedia 10
(sepuluh) unit kilang pengolahan BBM dengan kapasitas kilang sebesar 1,16 juta barel
per hari. Kapasitas kilang ini masih berada di bawah tingkat kebutuhan konsumsi
BBM nasional sebesar 1,4 juta barel per hari. Keterbatasan jaringan distribusi BBM,
seperti pelabuhan, pipa distribusi, depot, dsb, juga mempengaruhi reliabilitas pasokan BBM
dan sekaligus ketahanan energi di masing-masing wilayah. Kelangkaan BBM dan harga
yang tinggi, jauh diatas harga yang dipatok secara nasional, seringkali ditemui
diberbagai wilayah, terutama di wilayah-wilayah Indonesia bagian timur dan daerah-
daerah terpencil lainnya. Di samping itu, kapasitas pembangkit tenaga listrik juga masih
terbatas, baik dari segi jumlah, kualitas dan keandalan; demikian pula sistem transmisi
masih relatif belum andal (losses-nya masih tinggi). Teknologi yang dipakai, baik untuk
pembangkit maupun transmisi dan distribusi, masih tergantung kepada teknologi asing.
Penyediaan infrastruktur energi masih didominasi oleh pemerintah. Upaya untuk
mengajak partisipasi pihak swasta maupun pemerintah daerah melalui skema Kerjasama
Pemerintah-Swasta (Public-Private Partnership) belum memberikan hasil sebagaimana
yang diharapkan.
Tantangan berikutnya adalah pemanfaatan gas di dalam negeri masih belum optimal.
Produksi gas bumi cukup besar, dimana kurang-lebih setengahnya diekspor. Gas bumi di
dalam negeri dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, bahan baku industri
pupuk dan petrokimia. Pemanfaatan gas bumi untuk sektor lainnya, seperti transportasi
dan rumah tangga, masih sangat terbatas. Jaringan transmisi gas bumi yang saat ini
membentang di sepanjang Sumatera Bagian Tengah dan Selatan telah memasok gas ke
Jawa Bagian Barat, namun dengan kapasitas yang masih terbatas. LNG Liquefaction Plant di
Arun, Bontang, dan Tangguh menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok LNG
terbesar di dunia, namun semuanya digunakan untuk ekspor. Di samping itu, pemanfaatan
gas untuk dalam negeri juga terkendala oleh volume gas yang dapat dipasok ke pasar
dalam negeri.
Pemanfaatan energi terbarukan masih terbatas karena dibandingkan energi
berbasis fosil, harga energi terbarukan relatif mahal dan belum diproduksi skala besar.
Pengembangan panas bumi masih terkendala kualitas data reserves, prosedur pelelangan
WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) Panas Bumi serta lambannya pencapaian
kesepakatan mengenai PPA (Power Purchase Agreement). Di samping itu,
pengembangan panas bumi terbentur konflik dengan kawasan hutan. Pengembangan
bahan bakar nabati terkendala lahan budidaya serta konflik pemanfaatan untuk
kepentingan pangan. Pengembangan energi nuklir menghadapi kendala kekhawatiran

Bab II - 68
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

masyarakat terhadap keamanan PLTN, investasi yang mahal dan persiapan


pembangunan yang kompleks. Energi surya belum dapat berkembang untuk skala besar
karena biaya komponen dan pemasangannya masih tinggi.
Berikutnya, efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi di Indonesia masih
tergolong rendah. Hal ini diperlihatkan dengan tingginya angka elastisitas energi sebesar
1,6 dan intensitas energi nasional yakni sebesar 401 Ton Oil Equivalent (TOE)/juta US$.
Tingginya intensitas energi menunjukkan pemakaian energi di Indonesia termasuk belum
efisien, sedangkan besarnya angka elastisitas energi menunjukkan peningkatan kebutuhan
energi yang masih sangat besar dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung.
Terakhir, subsidi energi belum tepat sasaran, sedangkan besarannya cenderung
meningkat. Penyediaan subsidi energi, baik BBM maupun listrik, masih belum tepat
sasaran. Sebagian besar penerima subsidi energi adalah masyarakat berpendapatan
menengah ke atas. Kenaikan nilai subsidi BBM disebabkan oleh ketergantungan konsumsi
BBM nasional terhadap impor, baik minyak mentah maupun BBM, serta harga minyak
mentah dunia. Untuk listrik, besarnya subsidi disebabkan karena masih besarnya
ketergantungan bahan bakar pembangkit listrik kepada BBM.

Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Beberapa permasalahan dan


tantangan pokok yang dihadapi dalam upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim,
antara lain adalah: (i) banyaknya pemangku kepentingan dalam penanggulangan dampak
perubahan iklim, (ii) rendahnya kesiapan institusi dan rendahnya kapasitas sumber daya
manusia, (iii) masih kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap upaya
penanganan perubahan iklim, (iv) masih kurangnya kebijakan dan peraturan yang
berpihak pada pelaksana kegiatan di bidang perubahan iklim, (v) masih terbatasnya
sumber-sumber pendanaan bagi kegiatan penanganan dampak perubahan iklim, serta (vi)
belum terciptanya sistem dan mekanisme insentif/disinsentif. Dari aspek pengendalian
kerusakan lingkungan, masalah dan tantangan pokok yang dihadapi adalah: (i)
kecenderungan meningkatnya pencemaran lingkungan; (ii) meningkatnya luas wilayah
yang tercemar dan rusak berat; (iii) masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan
institusi pengelola; masih rendahnya kesadaran masyarakat; (iv) belum terpadunya
kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati, dan potensi timbulnya konflik antar
daerah dalam pemanfaatan dan pengelolaan, bertambahnya lahan kritis dan kerusakan
hutan; (v) perlunya peningkatan koordinasi dalam pengelolaan hutan dan konservasi;
(vi) pengawasan pemanfaatan ruang; serta (vii) pengelolaan terumbu karang, lamun dan
mangrove yang perlu terus ditingkatkan.
Masalah dan tantangan pokok dalam system peringatan dini adalah tetap
terkelolanya Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) dan Sistem Peringatan Dini Iklim

Bab II - 69
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

(CEWS), sehingga data dan informasi yang diperoleh dapat segera disampaikan kepada
masyarakat secepatnya. Selain itu, penyampaian informasi terkait iklim dan cuaca yang
akan digunakan di sektor pertanian akan sangat penting karena terkait dengan pola tanam
jenis tanaman tertentu. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola system
peringatan dini juga akan menjadi tantangan di tahun 2012. Selanjutnya dari sisi
penanggulangan bencana, permasalahan dan tantangan pada tahun 2012 berdasarkan hasil
pencapaian pembangunan sebelumnya adalah sebagai berikut: (i) kapasitas kelembagaan
bencana di daerah sampai dengan tingkat kabupaten/kota, yang harus terus ditingkatkan;
(ii) peningkatan kapasitas pengurangan risiko bencana yang sinergis antara pusat dan
daerah dalam sistem perencanaan pembangunan, dan (iii) peningkatan kapasitas
penanganan kedaruratan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB)
yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai. Sedangkan
dalam pembangunan data & informasi spasial untuk peta rawan bencana masih harus
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik. Tantangan


pembangunan ke depan adalah melakukan percepatan pembangunan kesejahteraan
rakyat di daerah tertinggal, terpencil, terdepan, terluar, dan daerah paska-konflik.
Namun demikian upaya ini tidak mudah karena berbagai permasalahan yang dihadapi.
Salah satu diantaranya adalah rendahnya akses masyarakat terhadap sumberdaya
pendukung kegiatan ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar kesehatan dan
pendidikan, dan air bersih.
Sedangkan permasalahan dan tantangan pokok dalam pengelolaan batas wilayah
negara dan pembangunan kawasan perbatasan yang paling mendesak untuk ditangani
antara lain: (1) belum terselesaikannya beberapa segmen batas wilayah yang
menimbulkan potensi konflik dengan negara tetangga; (2) belum optimalnya
keberpihakan dan sinergitas kontribusi seluruh stakeholder terkait dalam rangka
mengelola potensi dan permasalahan di kecamatan-kecamatan perbatasan; (3) akses
transportasi, komunikasi, dan informasi yang masih terbatas.

Selain itu, pos pengamanan perbatasan yang tersedia belum memadai karena
rata-rata jarak antara satu pos dengan pos masih berkisar 50 km, demikian juga dengan
pos pulau terdepan (terluar) baru yang baru terbangun di 12 pulau. Terkait dengan
pelaksanaan perundingan perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung,
tantangan yang dihadapi adalah masih adanya perbedaan pandangan dan kepentingan
dalam penggunaan dasar penetapan perbatasan antara Indonesia dengan negara-negara
yang berbatasan.

Bab II - 70
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Kemajuan teknologi


komunikasi dan informasi telah membuka peluang terjadinya interaksi budaya
antarbangsa yang dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan dan perubahan
orientasi nilai dan perilaku bangsa Indonesia. Namun, di sisi lain, hal tersebut dapat juga
menimbulkan pengaruh negatif, seperti menurunnya penghargaan pada nilai budaya,
bahasa, dan nilai solidaritas sosial. Oleh karena itu tantangan pokok tahun 2012 dalam
memperkukuh jati diri dan karakter bangsa adalah (i) melestarikan nilai-nilai tradisi
luhur yang menjadi identitas budaya; (ii) meningkatkan pemahaman dan apresiasi
masyarakat terhadap seni dan budaya, perlindungan terhadap hak atas kekayaan
intelektual (HKI); (iii) meningkatkan upaya pelindungan, pengembangan, dan
pemanfaatan warisan budaya, dan (iv) meningkatkan kapasitas sumber daya
pembangunan kebudayaan.

Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Di bidang politik, tantangan utama yang
dihadapi di tahun 2012 adalah membentuk KPU yang kredibel, independen, serta tidak
menjadi lembaga yang partisan. Di samping itu tantangan utama lainnya adalah
penyelenggaraan pemilu kepala daerah yang lebih baik dan demokratis. Untuk itu
diharapkan revisi perundang-undangan lain bidang politik diharapkan dapat selesai dan
ditetapkan pada 2012.
Selanjutnya di bidang keamanan, akar masalah yang ditengarai menjadi media
tumbuh suburnya jaringan terorisme di Indonesia diantaranya adalah kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat yang lemah, sehingga sangat mudah diarahkan dan direkrut menjadi
anggota jaringan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam penuntasan masalah
terorisme adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat agar masyarakat
memahami bahwa terorisme adalah musuh bersama dan dalam mengatasinya sangat
dibutuhkan peran aktif masyarakat. Tantangan lainnya adalah meyakinkan dan
mengoptimalkan peran seluruh komponen masyarakat dan negara bahwa terorisme
adalah musuh yang harus dihadapi bersama-sama, serta perlu ditangani secara
terkoordinasi, terintegrasi dan komprehensif. Tantangan lain adalah mewaspadai ancaman
nyata dari persoalan imigran gelap, penyelundupan manusia, kejahatan lintas negara dan
terorisme.

Dari sisi industri pertahanan, secara umum peran industri pertahanan nasional dalam
keamanan nasional relatif belum maksimal. Potensi Industri Pertahanan yang belum
sepenuhnya dapat direalisasikan dan termanfaatkan dalam sistem keamanan nasional.
Di sisi lain, industri pertahanan nasional yang saat ini masih kurang efisien, kurang
kompetitif, dan kurang memiliki keunggulan komparatif, sehingga tidak mampu memenuhi
spesifikasi teknis yang diminta, juga harus mentransformasi perilaku bisnisnya agar

Bab II - 71
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

mampu mengemban kepercayaan yang telah diberikan, untuk memenuhi kesesuaian


harga dan kualitas produk serta ketepatan waktu penyerahan. Berbagai permasalahan
dalam pengembangan industri pertahanan ini sangat terkait dengan ketersediaan dan
belum kuatnya payung hukum, kelembagaan, dukungan penelitian dan pengembangan,
serta dukungan finansial. Untuk itu penuntasan berbagai permasalahan dalam lima
tahun mendatang agar peran industri pertahanan nasional semakin signifikan dalam
mewujudkan keamanan nasional.

Dari sisi penegakan hukum, upaya pemberantasan korupsi pada tahun 2010 masih ada
terkendala pada adanya oknum aparat penegak hukum yang berintegritas rendah.
Sedangkan upaya penyelamatan asset akibat korupsi masih terkendala saat
implementasi di lapangan khususnya dalam proses penelusuran, pembekuan, serta
penyitaan asset. Hakim Tipikor masih banyak memiliki pengetahuan yang terbatas
dalam menyusun putusan terutama menyangkut penyitaan asset.

Terkait dengan penanganan perkara pelanggaran HAM berat, masih terkendala


dengan adanya intervensi dari lembaga lain yang mengakibatkan melambatnya proses
penyelesaian perkara yang ditangani.

Bidang Perekonomian. Meskipun perekonomian mengalami kemajuan yang cukup


berarti dalam tahun 2010 dan akan lebih maju lagi dalam tahun 2011, namun tetap masih
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan. Industri pengolahan masih
menghadapi berbagai kendala yaitu: (1) belum kuatnya postur populasi usaha industri; (2)
struktur industri belum kuat; dan (3) masih rendahnya produktivitas usaha industri. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini tantangan utama yang dihadapi pada tahun 2012 adalah
membangun klaster-klaster industri yang memberi nilai tambah bagi hasil-hasil bumi
Indonesia.

Permasalahan diplomasi perdagangan internasional yang saat ini dihadapi yang


bersumber dari lingkungan eksternal antara lain: (i) kebijakan negara mitra dagang yang
menghambat akses pasar ekspor Indonesia; (ii) meningkatnya hambatan non-tarif; serta
(iii) meningkatnya blok-blok kerjasama perdagangan bebas. Adapun permasalahan yang
berasal dari lingkungan internal antara lain: (i) kurang tersosialisasinya hasil kesepakatan
kerja sama perdagangan internasional di kalangan para pembuat kebijakan nasional; (ii)
belum memadainya jumlah sumber daya manusia yang mampu mengamankan kebijakan
nasional di bidang investasi dan perdagangan; serta (iii) belum optimalnya pemanfaatan
hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional oleh dunia usaha.

Dari sisi tenaga kerja, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI
selama penyiapan, pemberangkatan dan kepulangan. Kualitas pelayanan dan

Bab II - 72
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

perlindungan bagi TKI masih rendah, yang antara lain ditunjukkan oleh keterbatasan akses
informasi mengenai prosedur bekerja di luar negeri, mahalnya biaya persiapan
keberangkatan, masih maraknya praktek percaloan, pemalsuan dokumen, dan penempatan
ilegal di luar negeri, masih rendahnya pengetahuan dan kompetensi calon TKI, dan lain-
lain. Hal ini menyebabkan jumlah TKI yang menghadapi masalah saat bekerja di luar
negeri masih tinggi. Penanganan TKI bermasalah ini menimbulkan biaya tinggi bagi
Pemerintah. Oleh karena itu tantangan pokok ke depan adalah meningkatkan pelayanan
bagi TKI di dalam negeri serta meningkatkan pengetahuan dan kompetensi TKI. Terkait
dengan SIM TKI, tantangan yang dihadapi adalah memperluas jangkauan SIM TKI ke
seluruh Indonesia, sejalan dengan selesainya pengadministrasian NIK secara nasional.
Selain itu, masih sangat diperlukan peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI di luar
negeri. Untuk membantu TKI bermasalah di luar negeri, telah dibangun tempat
penampungan (shelter) di beberapa perwakilan RI. Tantangan lainnya adalah
menyelesaikan masalah-masalah TKI yang belum terselesaikan (pending) dengan
pemberian bantuan hukum atau lawyer.

Dari sisi perdagangan, perhatian perlu diberikan pada peningkatan ekspor. Selain itu
perlu juga diupayakan peningkatan koordinasi untuk mendorong penuh kerjasama
ekonomi dalam rangka persiapan Indonesia menghadapi pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) yang akan dilaksanakan pada tahun
2015.

Bidang Kesejahteraan Rakyat. Di bidang pariwisata, beberapa permasalahan yang


dihadapi antara lain: (i) daya saing destinasi pariwisata masih rendah karena (a) belum
optimalnya pengelolaan destinasi pariwisata; (b) belum memadainya sarana dan prasarana
pendukung pariwisata, seperti transportasi darat, laut dan udara, dan ketersediaan fasilitas
umum; (c) belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta
termasuk masyarakat; (d) belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam menciptakan
iklim investasi di bidang pariwisata; (ii) pemasaran dan promosi pariwisata yang belum
efektif karena: (a) belum optimalnya kemitraan antar pemangku kepentingan; (b) belum
optimalnya pemanfaatan media massa, elektronik, dan media cetak serta teknologi
informasi dan komunikasi sebagai sarana promosi yang didukung oleh ketersediaan
informasi dan basis data pariwisata; (iii) terbatasnya daya saing sumber daya manusia
pariwisata yang disebabkan antara lain oleh: (a) terbatasnya jumlah, jenis, dan kualitas
SDM di bidang pariwisata; dan (b) belum optimalnya kapasitas dan kualitas penelitian dan
pengembangan di bidang pariwisata.

Dengan demikian tantangan pembangunan kepariwisataan pada tahun 2012


adalah: (i) menciptakan iklim usaha dan investasi pariwisata yang kondusif; (ii)

Bab II - 73
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

meningkatkan kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat (public private partnership)


dan kerjasama lintas bidang dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
berbasis pada ilmu pengetahuan, teknologi dan jasa; (iii) meningkatkan promosi dan
pemasaran berbasis teknologi informasi dan teknologi; serta (iv) meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan (skill) SDM di bidang pariwisata dalam menghadapi
persaingan global dan liberalisasi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan
pelayanan prima kepada wisatawan.

Selanjutnya dari sisi pemuda dan olahraga pada tahun 2012 masih dihadapkan pada
permasalahan belum optimalnya partisipasi dan peran aktif pemuda serta budaya dan
prestasi oahraga. Dengan demikian tantangan pembangunan kepemudaan dan
keolahragaan pada tahun 2012 adalah: (i) meningkatkan peran serta pemuda sebagai
kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan; (ii) menanggulangi masalah-masalah
sosial seperti kriminalitas, premanisme, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif (NAPZA), serta penularan HIV dan AIDS; (iii) meningkatkan angka partisipasi
sekolah penduduk usia 16-18 tahun dan 19-24 tahun; (iv) menurunkan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) usia 15 tahun ke atas; (v) meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan olahraga; (vi) meningkatkan ketersediaan ruang terbuka
olahraga; (vii) meningkatkan jumlah dan kualias SDM keolahragaan; (viii) meningkatkan
upaya pembibitan atlet unggulan; (ix) meningkatkan apresiasi dan penghargaan bagi
olahragawan dan tenaga keolahragaan yang berprestasi.

Kehidupan beragama masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang


perlu segera diselesaikan. Pertama, harmoni sosial dalam kehidupan umat beragama
belum sepenuhnya terwujud. Potret masyarakat Indonesia yang plural, dan terdiri dari
berbagai suku bangsa, etnis, dan agama perlu menjadi fokus perhatian pemerintah karena
apabila tidak segera dikelola dengan arif dan bijaksana, dikhawatirkan akan berakibat
terjadinya disharmoni di masyarakat. Beberapa contoh dari permasalahan tersebut
adalah adanya upaya penodaan agama, kekerasan atas nama agama dan adanya aliran
sektarian. Oleh karena itu, tantangan ke depan adalah proses memperkokoh kohesivitas
dan harmoni sosial umat beragama.

Kedua, manajemen penyelenggaraan haji masih belum optimal. Walaupun


penyelenggaraan haji telah mendapatkan sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008,
namun masih saja terjadi kekurangan dan kesalahan teknis di lapangan. Pelayanan
ibadah haji, terutama selama di Arab Saudi yang terkait dengan konsumsi, kondisi
pemondokan, jarak pemondokan yang masih jauh dari Masjidil Haram, serta pelayanan
transportasi, masih belum memuaskan sebagian jemaah haji. Oleh karena itu
penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimum (SPM) dalam penyelenggaraan

Bab II - 74
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

ibadah haji tahun 2012 (1433 H) harus dapat diselesaikan dalam tahun 2012.
Pembangunan nasional juga masih dihadapkan pada permasalahan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan yang belum optimal. Di samping itu perlindungan
anak masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Oleh sebab itu, tantangan yang masih dihadapi
pada tahun 2012 adalah meningkatkan pemahaman dan kapasitas kelembagaan PUG dan
pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya; dan meningkatkan
kapasitas kelembagaan perlindungan anak.

2.7 Tugas Fungsi, Visi Misi Direktorat-Direktorat di Direktorat Jenderal Cipta


Karya

1. Direktorat Pengembangan Permukiman

Tugas

Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian


tugas pokok Direktorat Jenderal Ciptakarya di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pembinaan dan standarisasi teknis di bidang pembangunan permukiman

Fungsi
1. Penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman baru
dan peningkatan kualitas permukiman di perkotaan dan perdesaan
2. Pembinaan dan penyusunan rencana induk sistem pengembangan perkotaan,
kawasan permukiman di perkotaan dan perdesaan, serta peningkatan kualitas
permukiman termasuk peremajaan kawasan dan pengembangan rumah susun

3. Penyusunan dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan


tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil

4. Peningkatan keterkaitan dan kerjasama antar kota dan kota desa untuk
mendukung pengembangan wilayah, serta peningkatan ekonomi lokal /
masyarakat

5. Pembinaan dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia,


kelembagaan serta peningkatan peran serta masyarakat bidang
pengembangan perkotaan dan perdesaan

6. Perumusan norma, standar, pedoman dan manual serta penyajian informasi di


bidang pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan

Bab II - 75
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

VISI
Terwujudnya permukiman yang layak huni dan seimbang, yang mendorong
produktivitas bagi seluruh masyarakat.

MISI

1. Mewujudkan permukiman masyarakat yang layak huni dan produktif baik di


perkotaan maupun di perdesaan.
2. Meningkatkan pembentukan keseimbangan antara perkembangan permukiman
perkotaan dan perdesaan

3. meningkatakan pemberdayaan pemerintah dan masyarakat dalam


pengembangan permukiman

2. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum, Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut :

Tugas

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan


sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk
pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Penataan Bangunan dan


Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan


dan lingkungan termasuk gedung dan rumah Negara ;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan


bangunan gedung dan rumah Negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan ;

Bab II - 76
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi penyelenggaraan penataan


bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan ;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan


bangunan bersejarah / tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan social ;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan criteria, serta pembinaan kelembagaan


penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat

Visi

Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni, produktif dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur yang handal dalam pengembangan
permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman dan penataan bangunan dan lingkungan.

Misi

Melaksanakan penyusunan rencana dan program penataan bangunan dan


lingkungan, serta penyusunan peraturan dan standarisasi di bidang penataan
bangunan dan lingkungan;

Merumuskan kebijakan teknis, melaksanakan pembinaan teknis, dan fasilitasi


penyelenggaraan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan
keamanan bangunan;

Merumuskan kebijakan teknis dan melaksanakan pembinaan teknis


penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara dan pengelolaan
rumah negara;

Merumuskan kebijakan teknis, dan pembinaan teknis serta fasilitasi penataan


kawasan dan lingkungan permukiman.

Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang kompetitif.

Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan


bangunan dan lingkungan;

Bab II - 77
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Menerapkan organisasi yang efektif dan efisien, tata laksana yang efektif dan
terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang
profesional.

3. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas:

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan, perencanaan teknis, serta pembinaan dan


standarisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan

Fungsi:

Penyusunan rencana teknis pengembangan serta perumusan norma, standar,


pedoman dan manual bidang air limbah, persampahan dan drainase;
Pengembangan investasi bidang air limbah, persampahan dan drainase;
Pengawasan, pengendalian, serta pembimbingan dan fasilitasi pengembangan
bidang air limbah, persampahan dan drainase;
Pembinaan dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia bidang air
limbah, persampahan dan drainase;
Pembinaan pengelolaan dan pengusahaan air limbah, persampahan dan
drainase;
Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Visi

Terwujudnya penyelenggaraan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan


permukiman dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat,
aman dan berkelanjutan melalui peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan
menjaga kelestarian lingkungan

Misi

Menyelenggarakan pelayanan prasarana dan sarana air limbah, persampahan


dan drainase untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan
dan perdesaan
Membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana penyehatan
lingkungan permukiman yang menitikberatkan pada sektor air limbah,
persampahan dan drainase mendukung pencegahan pencemaran lingkungan
Membangun kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat yang
efektif, efisien dan bertanggung jawab

Bab II - 78
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Mendorong terciptanya pengaturan berdasarkan hukum yang dapat diterapkan


pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan penyehatan lingkungan
permukiman
Meningkatkan kemampuan pembiayaan menuju kearah kemandirian
Membangun peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan
Meningkatkan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan iklim
kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan
permukiman

4. Direktorat Pengembangan Air Minum

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 08/PRT/M/2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Pengembangan Air Minum sebagai berikut :

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas

Direktorat Pengembangan Air Minum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas


pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan produk pengatura, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi
di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Pengembangan Air Minum


menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan


air minum;
2. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem
penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan sosial;
3. Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
4. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum; dan
5. Pelaksanaan tata usaha direktorat.

Visi

Bab II - 79
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang yang berkelanjutan untuk sebesar-
besar kesejahteraan rakyat

Misi 2025

1. Tertingkatkannya perlindungan masyarakat dari bencana daya rusak air.


2. Tercapainya pengelolaan SDA berdasar pola pengelolaan wilayah sungai yang
menyeluruh, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
3. Terpenuhinya kecukupan air bagi sebagian besar masyarakat dengan prioritas
utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat.
4. Terwujudkannya keterlibatan peran masyarakat secara aktif dalam pengelolaan
SDA melalui Dewan SDA yg merupakan Forum Dialog dan Koordinasi antar
Pemilik Kepentingan yg terlegitimasi.
5. Terlaksanakannya suatu prinsip pembiayaan jasa pengelolaan SDA yang dapat
memberikan insentif dan disintensif dgn meman-faatkan berbagai sumber daya
secara sinergi dan teritegrasi.

5. Sekretariat Direktorat Jenderal

Tugas

memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan


Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Berdasarkan tugas pokok tersebut, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya
mempunyai fungsi :

(a). Pembinaan kepegawaian serta organisasi dan tatalaksana;

(b) pengelolaan urusan keuangan;

(c). penyelenggaraan rumah tangga dan tata persuratan;

(d). pengelolaan asset dan perlengkapan kantor; dan

(e). fasilitasi hukum dan peraturan perundang-undangan.

Visi
Visi Sekretariat Direktorat Jenderal sebagai organisasi yang dapat melaksanakan
fungsi staffing yang handal, dan dapat menciptakan budaya kerja yang baik, dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Bab II - 80
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Misi
Memberikan pelayanan prima di bidang administrasi dan teknis kepada semua unsur
dilingkungan Ditjen Cipta Karya melalui :

Pembinaan kepegawaian serta organisasi dan tatalaksana baik di pusat maupun


daerah. Pembinaan dan pengelolaan keuangan sesuai peraturan yang berlaku
Penyiapan dan penyusunan peraturan perundang-undangan . Pelaksanaan urusan
rumah tangga administrasi perkantoran dan pengelolaan aset /barang milik negara.

Kebijakan

Kebijakan yang digunakan dalam melaksanakan tupoksi Sekretariat Direktorat


Jenderal Cipta Karya mengacu kepada kebijakan Departemen yaitu pembinaan
penyelengaraan infrastruktur mendukung otonomi daerah melalui penerapan good
governance oeganisasi yang efisien dan tata laksana yang efektif dan terpadu serta
mengembangkan SDM yang profesional untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan
demokratis, sehingga seluruh kebijakan yang diambil akan tertuju kepada kebijakan
tersebut dan peraturan yang mendukung organisasi Sekretariat Ditjen. Cipta Karya

6. Direktorat Bina Program

Tugas

Merumuskan kebijakan dan penyusunan rencana, program, anggaran, serta evaluasi


kinerja pelaksanaan kebijakan dan program di bidang cipta karya

Fungsi

Penyiapan rumusan kebijakan teknis dan strategi pembangunan di bidang cipta


karya, baik diperkotaan maupun di perdesaan.
Penyiapan dan pengelolaan pinjaman/hibah luar negeri dan pengembangan
pola investasi.
Penyusunan program dan anggaran penyediaan infrastruktur bidang cipta
karya.
Evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program bidang cipta karya.
Pengelolaan data dan informasi program pembangunan bidang cipta karya dan
hubungan masyarakat.
Perumusan kebutuhan peningkatan kemampuan sumber daya manusia di
bidang pemrograman.
Pelaksanaan tata usaha direktorat.

7. Badan Pendukung Pengembangan Air Minum

Bab II - 81
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tugas

BPPSPAM bertugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai


tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal
bagi negara dan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Fungsi

Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan


strategi;

Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penerapan norma,


standar, pedoman dan manual (NSPM) oleh penyelenggara dan masyarakat;

Melaksanakan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan


penyelenggaraan SPAM;

Memberikan rekomendasi tindak turun tangan terhadap penyimpangan standar


kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan;

Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam


penyelenggaraan SPAM oleh koperasi dan badan usaha swasta;

Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam menjaga kepentingan


yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat.

Visi

Menjadi badan terpercaya dalam mendorong pengembangan dan peningkatan kinerja


penyelenggaraan sistem penyediaan air minum

Misi

Meningkatkan Koordinasi dan Kerjasama dengan para pemangku kepentingan


Mendorong peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan SPAM
Menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat
pelanggan
Memperkuat organisasi yang efisien dan efektif

2.8 Indikator Kinerja Bidang Cipta Karya

Bab II - 82
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tahun 2011 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Renstra Cipta Karya
2010-2014 dimana pada tahun ini anggaran telah bertambah jika dibandingkan dengan
Tahun 2010, yang tentunya membawa konsekuensi bertambahnya output dan outcome
yang dihasilkan. Dalam memaksimalkan upaya pencapaian outcome di akhir tahun
2014, pada tahun 2011 dibentuk Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi
sebagai pusat pembelajaran yang profesional dalam terciptanya aparatur yang handal
dalam bidang air minum dan sanitasi dan bergabungnya BPPSPAM dalam lingkup
organisasi Ditjen Cipta Karya. Di tahun 2011 ini, perencanaan strategis Balai
Pembinaan Tehnik Air Minum dan Sanitasi masih menginduk kepada perencanaan
strategis kegiatan Dukungan Pelayanan Manajemen yang selama ini menjadi lingkup
tugas Seditjen. Sementara perencanaan BPPSPAM dalam Renstra Cipta Karya berada
pada kegiatan Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan
Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, dan Sanitasi.

Pada dasarnya, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dimaksudkan untuk


mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu:
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa melalui peningkatan peran
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan peningkatan akses infrastruktur bagi
pertumbuhan ekonomi lokal;
2. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja;
3. meningkatkan kualitas lingkungan melalui pengurangan luas kawasan kumuh,
peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan
peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman.
Untuk mewujudkan 3 (tiga) strategic goals tersebut, pembangunan bidang Cipta Karya
diwujudkan dengan dua pendekatan, yaitu:
1. pendekatan skala kabupaten kota melalui tugas turbinwas bidang permukiman.
2. pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur bidang
permukiman.

Selama tahun 2010-2014, ketiga strategic goals tersebut diwujudkan dalam Program
Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang terbagi menjadi enam
kegiatan yaitu:
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan
Permukiman dengan unit pelaksana kerja Direktorat Pengembangan Permukiman

Bab II - 83
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

2. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan


Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara dengan unit pelaksana kerja
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi
dan Persampahan dengan unit pelaksana kerja Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dengan unit pelaksana kerja Direktorat Pengembangan Air
Minum
5. Pelayanan Manajemen dengan unit pelaksana kerja Sekretaris Direktorat Jenderal
Cipta Karya
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi dan Evaluasi Kinerja dengan unit pelaksana kerja Direktorat Bina
Program
7. Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber
Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, dan Sanitasi.

Untuk melihat indikator-indikator yang ada pada Direktorat Jenderal Cipta Karya maka
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Bab II - 84
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tabel 2.1
Direktorat Pengembangan Permukiman
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
Indikator Target Outcome Output Target Output
Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Indikator Output
Outcome 2010 2014 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Pengembangan Permukiman
Meningkatkan meningkatkan kualitas Meningkatkan jumlah Jumlah 50 205 Layanan Perkantoran Jumlah bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
kualitas lingkungan kawasan permukiman Kabupaten/Kota yang Kab/Kota yang Kab/Kota Kab/Kota Perkantoran Layanan Layanan
permukiman dan dan penataan ruang menerapkan NSPK, dalam menerbitkan
Peraturan Jumlah NSPK Nasional 2 NSPK 5 NSPK
cakupan pelayanan pengembangan kawasan produk
Pengembangan Bidang Pengembangan
infrastruktur dasar permukiman sesuai rencana pengaturan
Permukiman Permukiman
bidan permuliman tata ruang wilayah/kawasan dan
untuk meningkatkan bagi terwujudnya mereplikasi Laporan Pembinaan Jumlah Laporan 80 449 Laporan
kesejahteraan pembangunan permukiman Bantek Pengembangan Pembinaan Laporan
masyarakat Permukiman Permukiman Penyelenggaraan Bidang
Pengembangan
Permukiman
Laporan Pengawasan Jumlah Laporan 33 165 laporan
Penyelenggaraan Pengawasan Laporan
Bidang Penyelenggaraan Bidang
Pengembangan Pengembangan
Permukiman Permukiman
Berkurangnya kawasan Jumlah 95 207 Infrastruktur Kawasan Jumlah kawasan 234 661
kumuh perkotaan kawasan Kawasan Kawasan Permukiman Perkotaan permukiman perkotaan Kawasan Kawasan
kumuh yang ditangani
perkotaan yang
ditangani
Terlaksananya pembangunan Jumlah 40 Twin 250 Twin Jumlah satuan unit hunian 40 Twin 250 Twin
rusunawa rusunawa Block Block Rumah Susun yang Block Block
terbangun Rusunawa beserta Terbangun beserta
Infrastruktur infrastruktur
Pendukungnya pendukungnya
Meningkatnya kualitas Menurunnya kesenjangan Jumlah 143 322 Infrastruktur Kawasan Jumlah kawasan yang 143 469
infrastruktur permukiman antar wilayah kawasan Kawasan kawasan Terbangun Infrastruktur Kawasan Kawasan
perdesaan/kumuh/nelaya Permukiman Permukiman Perdesaan
n dengan pola Perdesaan
pemberdayaan ditangani
masyarakat Jumlah 50 185 Infrastruktur Jumlah Kawasan yang 237 1,185
kawasan Pusat Kawasan Kawasan Pendukung Kegiatan dilayani oleh Infrastruktur Kecamata Kecamatan
Pertumbuhan Ekonomi dan Sosial Pendukung Kegiatan n
terbentuk (RISE) Ekonomi dan Sosial
meningkatnya jumlah Jumlah desa 3,900 13,190 Infrastruktur Perdesaan Jumlah Desa Tertinggal 3,900 13,190 Desa
kelurahan/desa yang tertinggal yang desa desa (PPIP) Terbangun Infrastruktur Desa
ditingkatkan infrastruktur ditangani Permukiman
permukiman/kumuh/nelayan

Bab II - 85
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tabel 2.2
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tujuan Indikator Target Outcome Target Output


Sasaran Strategis Outcome Output Indikator Output
Kementerian Outcome 2014
2010 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Meningkatkan meningkatkan kualitas kawasan Meningkatkan jumlah Jumlah 32 Kab/Kota 226 Kab/Kota Layanan Jumlah bulan 12 bulan 60 bulan
kualitas permukiman dan penataan ruang Kabupaten/Kota yang Kab/Kota yang Perkantoran Layanan Layanan Layanan
lingkungan menerapkan NSPK, dalam menerbitkan Perkantoran
permukiman dan pengembangan kawasan produk
cakupan permukiman sesuai rencana pengaturan dan Peraturan Jumlah NSPK 7 NSPK 33 NSPK
pelayanan tata ruang wilayah/kawasan mereplikasi Pengataan Nasional Bidang
infrastruktur dasar bagi terwujudnya Bantek Bangunan dan Penataan
bidang pembangunan permukiman bangunan Lingkungan Bangunan dan
permukiman untuk gedung dan Lingkungan
meningkatkan lingkungan Laporan Pembinaan Jumlah Laporan 236Laporan 525 Laporan
kesejahteraan Pelaksanaan Pengawasan
masyarakat Penataan Bangunan Penyelenggaraan
dan Lingkungan, Bidang Penataan
Pengelolaan Gedung Bangunan dan
dan Rumah Negara Lingkungan
Laporan Jumlah Laporan 33 Laporan 165 laporan
Pengawasan Pengawasan
Pelaksanaan Penyelenggaraan
Penataan Bangunan Bidang
dan Lingkungan, Pengembangan
Pengelolaan Gedung Permukiman
dan Rumah Negara

Meningkatnya kualitas kawasan Terwujudnya revitalisasi Jumlah 33 Kawasan 152 Kawasan Bangunan Geedung Jumlah Kab/Kota 54 Kab/Kota 159 kab/Kota
permukiman dan penataan ruang kawasan permukiman dan kawasan yang (Strategis) 33 Strategis) 207 dan Fasilitasnya Mendapatkan
penataan bangunan meningkat Kwsn (RTH) 33 Kwsn (RTH) 160 Pengembangan
fungsinya Kwsn Kwsn (Tradisonal Bangunan Gedung
(Tradisional dan dan bersejarah) Negara/Bersejarah
bersejarah)
Sarana dan Jumlah Kawasan 138 Kawasan 303 Kawasan
Prasarana yang Tertata
Lingkungan Bangunan dan
Permukiman Lingkungannya
Meningkatnya kulaitas infrastruktur Meningkatnya infrastruktur Jumlah 8230 23,999 Keswadayaan Jumlah Kel/Desa 8,230 23,999
permukiman permukiman Kel/Desa yang Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa Masyarakat yang mendapatkan Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa
perdesaan/kumuh/nelayan/dengan perdesaan/kumuh/nelayan meningkat Pendampingan
pola pemberdayaan masyarakat kualitasnya Pemberdayaan
melalui Sosial
pemberdayaan (P2KP/PNPM)
masyrakat

Bab II - 86
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tabel 2.3
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Indikator Target Outcome Target Output


Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Output Indikator Output
Outcome 2014
2010 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Meningkatkan kualitas meningkatkan kualitas layanan air minum Meningkatkan jumlah Jumlah Kab/Kota 34 Kab/Kota 226 Kab/Kota Layanan Perkantoran Jumlah bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
lingkungan dan sanitasi permukiman perkotaan Kabupaten/Kota yang yang menerbitkan Perkantoran Layanan Layanan
permukiman dan menerapkan NSPK, dalam produk
cakupan pelayanan pengembangan kawasan pengaturan dan
infrastruktur dasar permukiman sesuai rencana mereplikasi air
Peraturan Jumlah NSPK Nasional 8 NSPK 75 NSPK
bidang permukiman tata ruang wilayah/kawasan limbah dan
Pengembangan Bidang Penyehatan
untuk meningkatkan bagi terwujudnya drainase
Penyehatan Lingkungan Lingkungan
kesejahteraan pembangunan permukiman
Permukiman Permukiman
masyarakat
Laporan Pembinaan Jumlah Laporan 81 Laporan 244 Laporan
Pelaksanaan Pembinaan
Penyehatan Lingkungan penyelengagaraan
Permukiman bidang Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Laporan Pengawasan Jumlah Laporan 62 Laporan 426 laporan
Pelaksanaan Pengawasan
Penyehatan Lingkungan Penyelenggaraan
Permukiman Bidang Pengyehatan
Lingkungan
Permukiman
Meningkatnya Jumlah Jumlah cakupan 11 Kawasan 210 Kawasam Infrastruktur Air Limbah Jumlah Kawasan yang 41 Kawasan 265 Kawasan
pelayanan sanitasi pelayanan sistem Terlayani Infrastruktur
Air Limbah Air Limbah dengan
Sistem Off-Site dan On-
Site
Luas kawasan 26 Kawasan 50 kawasan Infrastruktur Drainase Jumlah Kawasan yang 26 Kab/Kota 164 Kab/Kota
potensi banjir di Perkotaan Terlayani Infrastruktur
perkotaan yang Drainase Perkotaan
tertangani
Berkurangnya potensi Jumlah cakupan 50 Kawasan 210 Kawasan Infrastruktur Tempat Jumlah Kab/Kota yang 55 Kab/Kota 315 Kab/Kota
timbunan sampah pelayanan Pemrosesan Akhir Terlayani Infrastruktur
persampahan Sampah Stasiun Antara dan
Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah
Infrastruktur Tempat Jumlah Kawasan yang 50 Kawasan 252 Kawasan
Pengolah Sampah Terlayani Infrastruktur
Terpadu/3R Tempat Pengolah
Sampah Terpadu/3R

Tabel 2.4
Bab II - 87
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Direktorat Pengembangan Air Minum


Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
Target Outcome Output Target Output
Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Indikator Outcome Indikator Output
2010 2014 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Pengembangan Air Minum
Meningkatkan kualitas meningkatkan kualitas Meningkatkan jumlah Jumlah Kab/Kota 0 Kab/Kota 100Kab/Kota Layanan Perkantoran Jumlah bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
lingkungan permukiman dan layanan air minum dan Kabupaten/Kota yang yang menerbitkan Perkantoran Layanan Layanan
cakupan pelayanan sanitasi permukiman menerapkan NSPK, produk pengaturan
infrastruktur dasar bidang perkotaan dalam pengembangan dan mereplikasi
permukiman untuk kawasan permukiman Bantek Air Minum Peraturan Jumlah NSPK Nasional 4 NSPK 22 NSPK
meningkatkan sesuai rencana tata ruang Pengembangan Sistem Bidang Air Minum
kesejahteraan masyarakat wilayah/kawasan bagi Penyediaan Air Minum
terwujudnya Laporan Pembinaan Jumlah Laporan 68 Laporan 150 Laporan
pembangunan Pelaksanaan Pembinaan
permukiman Pelaksanaan penyelengagaraan
Pengembangan SPAM bidang Air Minum
Laporan Pengawasan Jumlah Laporan 50 Laporan 566 Laporan
Pelaksanaan Pengawasan
Pengembangan SPAM Penyelenggaan Bidang
Air Minum
Percontohan Re-Use Jumlah Aktivitas Re- 8 Lokasi
dan Daur Ulang Air Use dan daur Ulang Air -
Minum Minum
Terlaksananya Jumlah 30 Kab/Kota 225 Kab/Kota Penyelenggaraan Jumlah Penyelenggara 35 PDAM 197 PDAM
pembinaan kemampuan Kab/Kota/PDAM SPAM Terfasilitasi SPAM yang Terfasiltas
pemda/PDAM yang memperoleh
pembinaan
kemampuan
Meningkatnya cakupan Jumlah cakupan 105 Kawasan 730 Kawasan SPAM Regional Jumlah kawasan 4 Kawasan
pelayanan air minum pelayanan perbatasan yang
-
persampahan terlayani infrastruktur
air minum
SPAM di kawasan MBR Jumlah Kawasan MBR 74 Kawasan 569
yang Terlayani Kawasan
Infrastruktur Air Minum
SPAM di Ibu Kota Jumlah IKK yang 144 IKK 836 IKK
Kecamatan (IKK) Terlayani Infrastruktur
Air Minum
SPAM Perdesaan Jumlah Desa yang 1,472 Desa 4,768 Desa
Terlayani Infrastruktur
Air Minum
SPAM Kawasan Jumlah Kawasan 31 Kawasan 145
Khusus Khusus yang Terlayani Kawasan
Infrastruktur Air Minum

Tabel 2.5
Direktorat Bina Program

Bab II - 88
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman


Target Outcome Output Target Output
Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Indikator Outcome Indikator Output 2010-
2014
2010 2010 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Bina Program
Meningkatkan kualitas meningkatnya kualitas Meningkatnya jumlah Jumlah Kebijakan, 34 Paket 170 paket Layanan Jumlah bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
lingkungan permukiman pengaturan, Kabupaten/Kota yang Program dan Perkantoran Perkantoran Layanan Layanan
dan cakupan pelayanan pembianaan dan menerapkan NSPK, dalam Anggaran, Kebijakan dan Jumlah Laporan 7 Laporan 31
infrastruktur dasar bidan pengawasan pada pengembangan kawasan Kerjasama Luar Strategi Bidang Kebijakan dan Strategi Laporan
permuliman untuk pembangunan permukiman sesuai Negeri, Data Permukiman Bidang Permukiman
meningkatkan infrastruktur permukiman rencana tata ruang Informasi serta Program dan Jumlah Laporan 19 laporan 47
kesejahteraan masyarakat wilayah/kawasan bagi Evaluasi Kinerja Anggaran Bidang Penyusunan Program laporan
terwujudnya Infrastrutur Bidang Permukiman dan Anggaran Bidang
pembangunan Permukiman Permukiman
permukiman Kerjasama Luar Jumlah Laporan 6 Laporan 38
Negeri Bilateral dan Penyusunan Kerjasama Laporan
Multilateral Luar Negeri Bilateral
dan Multilateral
Jumlah Laporan 7 Laporan 43
Penyusunan Evaluasi Laporan
Evaluasi Kinerja Kinerja Bidang
Bidang Permukiman Permukiman
jumlah Laporan 7 laporan 35
Penyusunan Data dan laporan
Data dan Informasi Informasi Bidang
Bidang Permukiman Permukiman
Laporan Jumlah Laporan 2 Laporan 134
Perencanaan dan Perencanaan dan Laporan
Pengendalian Pengendalian Program
Program Bidang Bidang Permukiman
Permukiman
Laporan Jumlah Laporan 24 laporan 28
Penyelenggaraan Penyelenggaraan PNPM laporan
PNPM Mandiri Mandiri

Tabel 2.6
Sekretariat Direktorat Jenderal
Bab II - 89
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Target Outcome Output Target Output


Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Indikator Outcome Indikator Output 2010-
2014
2010 2010 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Sekretariat Direktorat Jenderal
Meningkatkan kualitas meningkatkan kualitas Meningkatkan jumlah Jumlah dukungan 9500 pegawai dan 9500 pegawai Layanan Perkantoran Jumlah Bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
lingkungan permukiman dan pengaturan, pembinaan Kabupaten/Kota yang manajemen 225 paket dan 233 laporan Perkantoran Layanan Layanan
cakupan pelayanan dan pengawasan pada menerapkan NSPK, dalam bidang Dokumen administrasi Jumlah Dokumen 13 109
infrastruktur dasar bidang pembangunan pengembangan kawasan permukiman dan pengelolaan Administrasi dan Dokumen Dokumen
permukiman untuk Infrastruktur Permukiman permukiman sesuai Pegawai/Ortala Pengelolaan
meningkatkan rencana tata ruang Kepegawaian/Ortala
kesejahteraan masyarakat wilayah/kawasan bagi Laporan Administrasi Jumlah Laporan 8 Laporan 62
terwujudnya Keuangan dan Administrasi Keuangan dan laporan
pembangunan Akuntansi Akuntansi
permukiman Laporan Jumlah Laporan 9 aporan 81
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Kegiatan Laporan
Kegiatan Bntuan Bantuan Hukum dalam
Hukum dalam rangka Rangka Penanganan
Penanganan Perkara Perkara
Dokumntasi Sistem Jumlah Dokumen Sistem 1 57
Akuntansi Barang Milik Akuntansi Barang Milik Dokumen Dokumen
Negara Negara
Laporan Jumlah Laporan 3 Laporan 15
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Habitat Laporan
Habitat
Prasarana dan Sarana Jumlah Prasarana dan 14 Unit 68 Unit
Gedung, Kantor dan Sarana Gedung dan Kantor
Peralatannya yang baik dan layak pakai
Tersedia Infrastruktur Jumlah Paket 5 paket untuk 31 paket untuk Layanan Publik (PNBP) Jumlah Layanan Publik 12 bulan 6 bulan
Tanggap Infrastruktur persampahan dan persampahan (PNBP) Layanan Layanan
Darurat/Kebutuhan Tanggap drainase, 13 unit dan drainase, 65 Infrastruktur tanggap Jumlah Paket Infrastruktur 23 paket 153 Paket
Mendesak Darurat/Kebutuha untuk air minum dan unit untuk air Darurat/Kebutuhan Tanggap Darurat/Kebutuhan
n Mendesak air limbah, 5 paket minum dan air Mendesak Mendesak
cadangan limbah,33 paket
mendesak bidang cadangan
perkim mendesak bidang
perkim

Tabel 2.7
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Outcome Target Outcome Output Indikator Output Target Output

Bab II - 90
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Tujuan Sasaran Indikator


2014
Kementerian Strategis Outcome 2010 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
meningkatkan Meningkatkan Jumlah 2 Laporan 19 Laporan Layanan Jumlah Bulan 12 bulan 60 bulan
kualitas jumlah Kab/Kota Perkantoran Layanan Layanan Layanan
pengaturan, Kabupaten/Kota yang Perkantoran
pembinaan yang menerapkan Laporan Jumlah Laporan 49 Laporan 121 Laporan
dan menerapkan NSPK Pembinaan Penyelenggaraan
pengawasan NSPK, dalam Dukungan SPAM
pada pengembangan Penyelenggaraan
pembangunan kawasan SPAM
Infrastruktur permukiman
Konsep NSPK Jumlah Konsep 1 Laporan 5 Laporan
Permukiman sesuai rencana
NSPK
tata ruang
wilayah/kawasan Laporan Jumlah Laporan 2 Laporan 20 Laporan
bagi terwujudnya Pemantauan dan Pemantauan dan
pembangunan Evaluasi Evaluasi
permukiman Penerapan NSPK Penerapan
NSPK
Laporan Jumlah Laporan 10 Laporan 14 Laporan
Pendampingan Kajian dan
Perbankan/Sumber Fasilitasi
Pembiayaan Pengembangan
Sumber
Pembiayaan dan
Pola Investasi
Laporan Jumlah Laporan 2 Laporan 7 Laporan
Pendampingan Pendampingan
KPS/Promosi KPS/Promosi
Investasi Investasi

Bab II - 91
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya

Bab II - 92

Anda mungkin juga menyukai