BAB 2
Identifikasi Kebijakan Terkait Indikator Kinerja Cipta karya
2.1.1 Pendahuluan
Bab II - 1
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Pengertian
Sistem Anggaran Berbasis Kinerja adalah Sistem Anggaran yang memperhitungkan
target kinerja yang hendak dicapai ke depan dan kinerja yang telah dicapai
sebelumnya.
Prinsip-Prinsip dalam Sistem Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan pedoman pengelolaan keuangan daerah, sistem yang dianut
dalam APBN adalah anggaran yang berbasis kinerja. Artinya penyusunan,
pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup
dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga
harus memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja,
keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang
dibiayai anggaran tadi.
Dalam PP No 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dijelaskan
bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna setiap
penyelenggara negara berkewajiban untuk bertanggung jawab atas hasil proses dan
penggunaan sumber dayanya, agar setiap program dan kegiatan pemerintahan yang
didanai dengan dana publik dapat dinikmati dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan benchmarking terhadap ketentuan yang mengatur penyelenggaraan
keuangan di daerah, maka penerapan anggaran berbasis kinerja di lingkungan K/L
juga seharusnya tidak jauh bebeda. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di
lingkungan K/L, harus diawali sejak dimulainya penyusunan anggaran. Untuk itu,
beberapa prinsip dasar dalam penyusunan anggaran juga dapat menjadi prinsip
diterapkannya Anggaran Berbasis Kinerja.
Pertama, transparan, setiap dokumen Pelaksanaan Penganggaran Satuan Kerja
hendaknya dapat memberikan informasi yang jelas tentang kelompok sasaran,
Bab II - 2
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
capaian kinerja, masukan, keluaran, hasil dan manfaat yang diperoleh dari
kegiatan tersebut. Dengan transparansi itu, akan membuat semua pihak bisa
memberikan penilaian secara terbuka baik terhadap program dan kegiatan maupun
pengalokasian anggarannya.
Kedua, partisipatif, harus dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi semua
komponen internal K/L dan lapisan masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam
setiap proses penganggaran demi menjamin adanya kesesuaian antar kebutuhan
dan aspirasi masyarakat dengan peruntukan anggaran. Prinsip partisipatif ini
sekaligus juga untuk mencegah dan menemukan sedini mungkin praktek korupsi
dalam proses penganggaran.
Ketiga, disiplin, penyusunan anggaran harus menunjukkan disiplin anggaran
dengan klasifikasi yang jelas dari setiap komponen kegiatan. Termasuk juga dalam
prinsip ini adalah disiplin terhadap waktu.
Bab II - 3
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
2.1.3 Penganggaran
a. Organisasi
Klasifikasi organisasi yang digunakan dalam anggaran belanja negara adalah
klasifikasi untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. Dalam masing-
masing kementerian negara/lembaga organisasi dibagi dalam tingkat eselon I
yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu program, unit eselon II
dan unit eselon III yang bertanggung jawab terhadap suatu pelaksanaan
kegiatan pendukung program.
Pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan anggaran akan terjadi suatu sinergi yang
positif apabila ada sinkronisasi antara struktur program dan kegiatan dengan
struktur organisasinya.
b. Fungsi
Klasifikasi anggaran dibagi menurut fungsi yang akan sangat membantu dalam
penyusunan struktur program dan kegiatan. Fungsi adalah perwujudan tugas
kementerian di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan nasional.
d. Sub Fungsi
Sub fungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Klasifikasi dibagi
kedalam 11 (sebelas) fungsi utama dan rinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan)
sub fungsi. Penggunaan fungsi dan sub fungsi disesuaikan dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing kementerian negara/lembaga.
e. Program
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, Program adalah instrumen
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah.
Bab II - 4
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
f. Jenis Belanja
Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan) kategori
yaitu:
1. Belanja pegawai yaitu kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Belanja barang yaitu Pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan. Belanja ini antara lain digunakan untuk pengadaan barang dan
jasa, pemeliharaan, dan perjalanan;
3. Belanja modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal;
4. Beban bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban pengunaan
pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang
luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman;
5. Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa
untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga
jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat.
6. Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan.
7. Hibah yaitu transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain atau
kepada organisasi internasional. Belanja ini antara lain digunakan untuk hibah
kepada pemerintah luar negeri dan organisasi internasional.
8. Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis belanja pada butir I (satu) sampai dengan 7
(tujuh) tersebut diatas.
Bab II - 5
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 6
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 7
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam
20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan
nasional tahun 20052025 adalah:
Bab II - 8
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Indikator adil dan makmur yang dimaksudkan adalah bahwa semua rakyat
mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan;
memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan
mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan
hukum.
Bab II - 9
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 10
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 11
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 12
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang dapat
ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing misi
dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan
makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan skala
prioritas utama dapat disusun sebagai berikut.
Bab II - 13
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Indonesia yang aman dan damai ditandai dengan meningkatnya rasa aman dan
damai serta terjaganya NKRI berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika melalui tertanganinya
berbagai kerawanan dan tercapainya landasan pembangunan kemampuan pertahanan
nasional, serta meningkatnya keamanan dalam negeri termasuk keamanan sosial
sehingga peranan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia semakin
meningkat. Kondisi itu didukung oleh berkembangnya nilai baru yang positif dan
produktif pada setiap aspek kehidupan dalam rangka memantapkan budaya nasional,
termasuk wawasan dan budaya bahari; menguat dan meluasnya pemahaman tentang
identitas nasional sebagai negara demokrasi dalam tatanan masyarakat internasional;
dan meningkatnya pelestarian serta pengembangan kekayaan budaya untuk
memperkokoh kedaulatan NKRI berlandaskan falsafah Pancasila.
Indonesia yang adil dan demokratis ditandai dengan meningkatnya keadilan dan
penegakan hukum; terciptanya landasan hukum untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi; meningkatnya kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan;
terciptanya landasan bagi upaya penegakan supremasi hukum dan penegakan hak-
hak asasi manusia yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan tertatanya sistem hukum nasional.
Bersamaan dengan itu, pelayanan kepada masyarakat makin membaik dengan
meningkatnya penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah yang tercermin
dengan terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah dan tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang lebih tinggi; serta
tertatanya kelembagaan birokrasi dalam mendukung percepatan terwujudnya tata
kepemerintahan yang baik.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia ditandai dengan menurunnya
angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas; berkurangnya kesenjangan antarwilayah, termasuk
meningkatnya pengelolaan pulau-pulau kecil terdepan; meningkatnya kualitas sumber
daya manusia, termasuk sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan membaiknya pengelolaan
sumber daya alam dan mutu lingkungan hidup. Kondisi itu dicapai dengan mendorong
Bab II - 14
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bersamaan dengan hal tersebut ditingkatkan mitigasi bencana alam sesuai dengan
kondisi geologi Indonesia. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup
dan menyadari keadaan wilayah yang rawan bencana sehingga makin peduli dan
antisipatif. Hal itu didukung oleh pengembangan kelembagaan dan peningkatan
kapasitas di setiap tingkatan pemerintahan dalam rangka penanggulangan bencana
serta diacunya rencana tata ruang secara hierarki dari tingkatan nasional, pulau,
provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai payung kebijakan spasial semua sektor dalam
rangka mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan dampak
bencana.
Bab II - 15
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 16
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 17
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
adanya checks and balances, jaminan akan keberagaman yang tercermin dengan
adanya perlindungan terhadap segenap warga negara tanpa membedakan paham,
asal-usul, golongan, dan gender. Selama ini, konsolidasi demokrasi telah dilakukan
dengan menjamin kebebasan berpendapat, menghormati hak asasi manusia, serta
terus menjaga berjalannya proses checks and balances. Lembaga-lembaga
demokrasi terus diperkuat dengan cara memberikan contoh dan menegakkan nilai-
nilai demokrasi, misalnya dengan menjaga kebebasan berpendapat, kebebasan
pers, dan mengutamakan supremasi hukum. Demokrasi harus terus dijaga agar
berada pada arah yang benar, yaitu demokrasi yang egaliter.
4. Penegakan Hukum
Sistem yang demokratis juga harus disertai tegaknya rule of law . Oleh karena
itu, agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam
periode 2010-2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa
aman, rasa adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat. Terkait dengan
kepastian usaha, salah satu persoalan yang dianggap kerap menganggu
masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum. Karenanya
penegakan hukum akan membawa dampak yang positif bagi perbaikan iklim
investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian
Indonesia Agenda dalam bidang hukum juga mencakup proses pembuatan
undangundang, proses penjabarannya, proses pengawasan, dan juga penegakan
aturan hukum. Selain itu, wujud dari agenda hukum adalah menjamin proses
peradilan yang bebas. Hal ini semua akan membantu di dalam upaya konsolidasi
demokrasi. Penegakan hukum merupakan elemen yang sangat penting di dalam
pemberantasan korupsi. Selama ini, telah dan terus dilakukan pembenahan pada
substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Tumpang tindih dan
inkosistensi peraturan perundang-undangan harus diperkecil. Demikian juga
hambatan pada implementasi peraturan perundangan harus dihilangkan. Akan
terus diupayakan perjanjian ekstradisi dengan negara-negara yang berpotensi
menjadi tempat pelarian pelaku tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.
Dalam usaha pemberantasan korupsi, berbagai kasus telah ditindaklanjuti tanpa
pandang bulu. Proses penegakan hukum dalam bidang korupsi dilakukan tanpa
tebang pilih. Semua warga negara sama kedudukannya di muka hukum.
Bab II - 18
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 19
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Inflasi yang terkendali memungkinkan nilai tukar dan suku bunga yang kompetitif
sehingga mendorong sektor riil bergerak dan berkembang dengan sehat. akses
masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain
ditandai oleh menurunnya jumlah penduduk buta huruf; meningkatnya secara nyata
persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan
pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai oleh
meningkatnya jumlah tenaga terampil.
Bab II - 20
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Penegakan Hukum merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dan sangat
penting dalam menjaga sistem demokrasi yang berkualitas dan juga mendukung iklim
berusaha yang baik agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti, aman dan
efisisen, dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Sasaran reformasi penegakan
hukum adalah tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum
(rule of law) dan terjaganya ketertiban umum.
Bab II - 21
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima mendatang, maka arah kebijakan umum
pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Bab II - 22
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
yang lebih kokoh, melewati proses yang telah disetujui bersama secara demokratis,
serta dengan rasa memiliki yang tinggi dan akuntabel.
Visi dan Misi pemerintah 2009-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih
operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Di bawah ini bertujuan untuk
sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin
implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2)
pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan;
infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan
bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11)
kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Bab II - 23
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
indonesia (TKI) selama proses penyiapan, pemberangkatan, dan kepulangan; serta (d)
peningkatan upaya pelayanan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar
negeri.
2. Bidang Ekonomi
5. Bidang Politik
Bab II - 24
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
RPJMN 2010-2014 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja
jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas bidang
harus ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan
persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi
komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya
secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu disusun pula rencana kerja yang bersifat lintas bidang meliputi (1)
penanggulangan kemiskinan ; (2) perubahan iklim global; (3) pembangunan kelautan
berdimensi kepulauan, dan (4) perlindungan anak. Kebijakan lintas bidang ini akan
menjadi sebuah rangkaian kebijakan antarbidang yang terpadu meliputi prioritas, fokus
prioritas serta kegiatan prioritas lintas bidang untuk menyelesaikan permasalahan
pembangunan yang semakin kompleks.
Bab II - 25
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 26
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-
2014 adalah:
Tujuan
Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang akan
dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan
meliputi:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian
permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
(infrastruktur) bidang Permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Bab II - 27
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Adapun sasaran berdasarkan tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan
dicapai beserta indikator kinerja outcome-nya meliputi:
1. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.
2. Meningkatnya kulaitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan
pola pemberdayaan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.
4. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada
pembangunan infrastruktur permukiman.
Bab II - 28
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 29
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 30
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Kegiatan Prioritas
Bab II - 31
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 32
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 mencapai 6,1%, dan pada
kuartal I 2011 mencapai 6,5%. Posisi neraca pembayaran, baik transaksi berjalan
maupun transaksi modal dan finansial, mengalami perbaikan sehingga pada akhir April
2011 cadangan devisa mencapai lebih dari US$113,8 miliar. Nilai tukar rupiah stabil
dan bahkan akhir-akhir ini mengalami penguatan. Kestabilan nilai tukar rupiah ini
terutama akibat semakin kuatnya kepercayaan para pelaku pasar terhadap kinerja
perekonomian Indonesia dan pengelolaan ekonomi makro yang dilaksanakan. Seiring
dengan itu, penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional terus membaik, dari
persepsi stabil menjadi positif dan sekarang berada pada satu level di bawah peringkat
investasi. Sejalan dengan terpeliharanya kestabilan nilai tukar rupiah, laju inflasi
selama tahun 2011 secara berangsur-angsur terus menurun.
Namun demikian, situasi perekonomian dunia masih belum menentu. Sebagian
beberapa negara di Eropa masih terus berupaya untuk memulihkan kembali ekonomi
pascakrisis. Laju inflasi dunia cenderung meningkat sejalan dengan pemulihan
perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas global, dan
inflasi mitra dagang utama Indonesia. Perubahan iklim yang ekstrim juga telah
berdampak pada menurunnya produksi pangan dan meningkatnya harga pangan
dunia. Stabilitas politik dan keamanan yang terganggu di kawasan Timur Tengah dan
Afrika Utara telah mendorong meningkatnya harga minyak bumi dan gas, serta
mengancam ketahanan energi di banyak Negara. Selain itu perlu juga diantisipasi
memanasnya perekonomian emerging countries, terutama China, yang dapat
mempengaruhi kondisi perdagangan dunia.
Bab II - 33
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
bahkan mempercepat dan memperluas pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif
serta berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi tersebut pada gilirannya harus dapat
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan pada gilirannya mempercepat
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga jangan sampai mengorbankan
pelestarian lingkungan dan harus sejalan dengan upaya-upaya mengatasi perubahan
iklim. Pembangunan yang meningkat harus dilakukan dari, oleh dan untuk rakyat
Indonesia di berbagai wilayah, sehingga kemiskinan dapat diturunkan dan
kesenjangan dikurangi. Karena itu, pembangunan Indonesia dijalankan berlandaskan 4
jalur strategi pembangunan yaitu mendorong pertumbuhan (pro-growth), memperluas
kesempatan kerja (pro-job), menanggulangi kemiskinan (pro-poor), serta ramah
pelestarian lingkungan hidup (pro-environment). Gabungan antara pemikiran visioner
baik dalam RPJPN, RPJMN, maupun dalam MP3EI dan tanggapan terhadap
kesempatan dan tantangan dari perubahan yang diuraikan di atas, dirumuskan dalam
bentuk prakarsa-prakarsa baru (new initiatives) di dalam RKP 2012.
2.6.1 Tujuan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yang memuat
langkah-langkah untuk mendukung tercapainya Visi Indonesia 2014 yaitu
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
BERKEADILAN. Sesuai dengan visi tersebut dan menanggapi situasi kekinian, maka
tema RKP 2012 adalah PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERTUMBUHAN
EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN BAGI PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT.
Berdasarkan peraturan-perundangan, RKP tahun 2012 merupakan pedoman
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012, di mana
kebijakan APBN ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Pemerintah. Di samping itu, RKP 2012 juga merupakan pedoman
pelaksanaan pembangunan bagi Pemerintah Pusat/Daerah, masyarakat, dan dunia
usaha dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bab II - 34
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 35
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 36
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB). Desain Besar ini mendukung Peraturan
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan,
dan Penggabungan Daerah. Selanjutnya, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana perimbangan daerah maka dan dilakukan sosialisasi atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011. Untuk tahun 2011, diharapkan
sebanyak 75% dari keseluruhan daerah dapat mengoptimalkan penyerapan DAK
sesuai Permendagri tersebut. Pada tahun 2011 ini revisi atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang Pemerintahan Daerah masih berlanjut,
demikian juga Undang-Undang Pemilu Kepala Daerah dan Undang-Undang Desa.
Terkait dengan penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah, pada tahun
2010 telah dimulai penyusunan naskah akademis dan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pemilihan Kepala Daerah.
(iv) Penyempurnaan kebijakan pengelolaan SDM aparatur yang diarahkan untuk
memperkuat integritas dan disiplin PNS, pengembangan sistem informasi dan data
kepegawaian; penyempurnaan sistem diklat; penerapan manajemen kinerja, dan
perbaikan tingkat kesejahteraan, yang pada tahun 2011 akan terus dilanjutkan dan
ditingkatkan.
(v) Dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan, pada tahun 2010 telah dilaksanakan inventarisasi dan pengkajian peraturan
daerah bagi 3000 perda, dan pada tahun 2011 ditargetkan 9000 perda. Di samping itu,
telah difasilitasi penyusunan peraturan daerah di 25 provinsi disertai dengan
penghimpunan dan pengkajian bagi 235 perda. Untuk lebih meningkatkan layanan ini,
maka pada tahun 2011 kantor wilayah pada Kementerian Hukum dan HAM difungsikan
sebagai law center untuk membantu proses penyusunan peraturan daerah.
(vi) Untuk lebih meningkatkan pelayanan publik di daerah, hingga tahun 2010
telah ditetapkan 13 (tiga belas) peraturan menteri tentang SPM (Standar Pelayanan
Minimum) di sektor terkait, dan diharapkan pada tahun 2011 dapat tercapai target
kumulatif untuk penetapan SPM selanjutnya sehingga paling tidak mencapai jumlah 15
(lima belas) peraturan menteri. Pada tahun 2011 peraturan pelaksanaan Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diharapkan dapat ditetapkan
terutama yang menyangkut penerapan sistem pelayanan terpadu, standar pelayanan
publik, tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
manajemen pengaduan, dan lainnya. Terkait dengan penerapan indikator pelayanan
umum, maka pada tahun 2011 ditargetkan 10 SPM telah diterapkan oleh daerah.
(Vii) Peningkatan pengawasan terhadap perilaku hakim dilakukan dengan
menindaklanjuti pengaduan masyarakat. Pada tahun 2010 Komisi Yudisial
Bab II - 37
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
menindaklanjuti 214 aduan dari 2.9 15 yang diadukan masyarakat. Hal yang sama juga
dilakukan Mahkamah Agung (MA) yang telah menindaklanjuti 2.204 aduan. Atas
rekomendasi KY, MA juga menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Penanganan
Pengaduan di lingkungan lembaga peradilan.
(viii) Penyampaian Laporan Hasil Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) juga
meningkat, dari 144.557 pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN sejumlah 118.340
telah melaksanakan dan hasilnya telah diumumkannya 114.570 LHKPN ke publik.
Terhadap tindak pidana korupsi, pada tahun 2010 KPK telah melakukan penyelidikan
terhadap 54 perkara, penyidikan terhadap 62 perkara, penuntutan terhadap 55
perkara, dan eksekusi terhadap 38 keputusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap. Dari koordinasi dan supervisi terhadap perkara, telah berhasil
menyelamatkan potensi kerugian negara lebih dari Rp. 500 miliar.
(ix) Dalam rangka penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan
Sistem Administrasi Kependudukan (SAK), hingga akhir tahun 2010, telah ditetapkan
peraturan perundang-undangan tetang penyelenggaraan NIK dan SAK. Pada tahun
2011 sejumlah 67,29 juta penduduk di 191 Kabupaten/Kota diharapkan sudah memiliki
e-KTP yang berbasis perekaman sidik jari dan 497 Pemerintah tingkat Kabupaten/Kota
telah dapat memberikan NIK bagi setiap penduduk di wilayah masing-masing.
Pendidikan. Sejak tahun 2009, telah dilakukan pemenuhan anggaran pendidikan
sebesar 20 persen dari APBN. Secara nasional, pada tahun 2011 anggaran pendidikan
sebesar 20 persen dari RAPBN telah mencapai sebesar Rp. 248,98 triliun yang
dialokasikan melalui Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp. 89,74 triliun dan Transfer
Daerah sebesar 158,2 3 triliun.
Keberhasilan yang dicapai pada tahun 2010:
(i) Taraf pendidikan masyarakat meningkat yang ditandai dengan
meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 7,7
tahun dan menurunnya proporsi buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas
menjadi 5,30 persen,
(i) Kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok status ekonomi
telah dapat diturunkan baik pada jenjang SD/MI maupun SMP/MTs, sejalan dengan
upaya peningkatan daya jangkau dan daya tampung sekolah melalui pembangunan
sekolah baru dan penambahan ruang kelas baru, dan penyediaan bantuan
operasional sekolah (BOS). Di samping itu, untuk menjangkau peserta didik yang
kurang mampu, telah diberikan beasiswa siswa miskin dari jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA, sampai dengan perguruan tinggi. Penyediaan
beasiswa siswa miskin ini sudah dimulai sejak tahun 2005 dan cakupannya
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, beasiswa miskin
Bab II - 38
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
(i) Membaiknya tingkat gizi masyarakat yang antara lain ditandai oleh menurunnya
prevalensi kekurangan gizi menjadi sebesar 17,9 persen, serta menurunnya
prevalensi anak balita yang pendek (stunting) menjadi sebesar 35,6 persen.
Membaiknya pelayanan terhadap ibu hamil dan pelayanan KB, antara lain
ditunjukkan oleh meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menjadi menjadi 82,2 persen; meningkatnya cakupan kunjungan kehamilan
keempat (cakupan K4) menjadi 61,4 persen; meningkatnya jumlah peserta KB baru
menjadi 8,6 juta dan KB aktif menjadi 33,7 juta;
(iii) Meningkatnya kesehatan anak dilakukan melalui meningkatnya cakupan imunisasi
lengkap anak balita menjadi 53,8 persen dan imunisasi campak mencapai 74,4
persen.
(iii) Membaiknya upaya pengendalian penyakit menular yang ditunjukkan oleh
persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan dan yang
disembuhkan masing-masing mencapai 74,7 persen dan 86,4 persen, dan angka
penemuan kasus malaria annual parasite index (API) sebesar 1,96 per 1.000
penduduk.
(iii) Meningkatnya upaya kesehatan preventif terpadu melaui penyediaan akses
sumber air minum dan sanitasi layak dengan melakukan fasilitasi pembangunan
sistem penyediaan air minum (SPAM) di 144 ibukota kecamatan, 18 kawasan
khusus, dan 1.472 desa, yang didukung peningkatan sarana/prasarana air baku
kapasitas 6,31 m3/det di 28 provinsi; dan fasilitasi pembangunan sistem
Bab II - 39
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 40
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Harapan (PKH) pada tahun 2010 telah dilaksanakan bagi 772.000 rumah tangga sangat
miskin (RTSM) di 88 kabupaten/kota pada 20 provinsi dengan kualitas yang semakin
meningkat dimana telah terjalin koordinasi antara beberapa program berbasis keluarga
atau rumah tangga, seperti Jamkemas dan beasiswa miskin. Pelaksanaan PKH juga telah
memberikan dampak terhadap peningkatan siswa yang terdaftar pada satuan pendidikan
setingkat SMP sebesar 3,1 persen dan juga peningkatan kesehatan RTSM. Tahun 2011,
jumlah penerima PKH akan ditingkatkan menjadi 1.116.000 RTSM yang tersebar di 118
kabupaten/kota pada 25 provinsi.
Sejalan dengan pelaksanaan program Klaster I, hasil yang dicapai dalam pelaksanan
program Klaster II untuk tujuan Pemberdayaan Masyarakat diantaranya adalah sebagai
berikut. Pada tahun 2010 pelayanan PNPM Mandiri Inti sudah dilaksanakan di 6.328
Kecamatan di seluruh Indonesia, dan akan terus dilanjutkan sehingga pada tahun 2011
PNPM Mandiri Inti akan mencakup di 6.623 Kecamatan, dengan penempatan 30.000
fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan didukung dengan penyaluran bantuan
langsung masyarakat sebesar Rp 10,31 triliun yang berasal dari APBN dan APBD.
Pelaksanaan PNPM Mandiri, juga didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu
diantaranya: (i) PNPM Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi
penerus; (ii) PNPM Kelautan dan Perikanan (PNPM-KP) yang ditujukan untuk memberikan
fasilitas bantuan sosial dan akses usaha modal; (iii) PNPM Agribisnis, yaitu Program
Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP); serta (iv) PNPM Pariwisata yang baru masuk dalam
PNPM Penguatan dengan tujuan mengembangkan kapasitas masyarakat dan memperluas
kesempatan berusaha dalam kegiatan kepariwisataan. Pelaksanaan PNPM telah
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pendapatan rumah tangga
hingga 19 persen dan konsumsi rumah tangga hingga 5 persen dibandingkan dengan
daerah yang tidak mendapat PNPM. Selain itu, akses terhadap kesehatan juga lebih besar 5
persen dan peningkatan kesempatan kerja yang lebih besar 1,25 persen di lokasi PNPM
dibandingkan lokasi non PNPM.
Hasil yang dicapai dalam pelaksanan Klaster III adalah terlaksananya penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM dan koperasi. Sejak tahun 2007 sampai dengan
akhir tahun 2010 kredit yang tersalurkan hampir Rp 34,42 triliun, dan mencakup sekitar
3,81 juta nasabah dengan tingkat non-performing loan (NPL) mencapai 2,52 persen.
Sebagian besar KUR diserap oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel (63,7 persen)
dan pertanian (17,1 persen). Penyaluran KUR sebagian besar berada di wilayah Jawa
dengan volume KUR sebesar 50,2 persen dan proporsi debitur mencapai 61,0 persen. Pada
periode tahun 2010, dana KUR yang disalurkan mencapai Rp 17,23 triliun dengan jumlah
nasabah lebih dari 1,4 juta nasabah. Pada tahun 2011, direncanakan penyaluran KUR
Bab II - 41
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 42
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Pada tahun 2010 sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan tumbuh sekitar 2,9
persen atau lebih rendah dari tahun 2009 yang mencapai 4,0 persen. Sementara itu pada
kuartal pertama tahun 2011, pertumbuhan PDB sektor pertanian meningkat menjadi 3,4
persen. Selanjutnya, pada tahun 2011, pertumbuhan ditargetkan sebesar 3,7 persen.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu
menyerap sekitar 42,8 juta orang pada tahun 2010 yang akan meningkat menjadi 44,5 juta
orang pada tahun 2011. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan
(NTN) pada tahun 2010 masing-masing mencapai 100,79 dan 105,5. Seiring dengan
semakin kondusifnya sistem perekonomian nasional, diupayakan pada tahun 2011,
NTP akan mencapai lebih besar dari 105 dan NTN akan mencapai nilai 107.
Peningkatan ketahanan pangan tidak terlepas dari keberhasilan dalam membangun
infrastruktur irigasi, yang pada tahun 2010 telah berhasil: 1) meningkatkan luas lahan
yang dilayani jaringan irigasi yaitu 115 ribu hektar; 2) mengembalikan fungsi semula
jaringan irigasi melalui rehabilitasi 293,04 ribu hektar jaringan irigasi; dan 3)
meningkatkan/ merehabilitasi jaringan rawa bagi 87,45 ribu hektar. Selain itu telah
dilakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi air tanah untuk mengairi lahan
seluas 11,13 ribu hektar; pembangunan 45 embung; serta rehabilitasi 12 waduk dan 21
embung. Pada tahun 2011 diperkirakan dapat dicapai peningkatan dan rehabilitasi 226,98
ribu ha jaringan irigasi dan 149,72 ribu ha jaringan rawa; serta pembangunan 60 embung
dan rehabilitasi 33 waduk dan 50 embung.
Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan
prasarana pengairan dan irigasi; transportasi, perumahan dan permukiman, komunikasi
dan informatika, serta pertanahan dan penataan ruang dan dimaksudkan untuk
menyediakan infrastruktur dasar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan untuk
mendukung daya saing sektor riil perekonomian nasional.
Hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk menyediakan
infrastruktur dasar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain sebagai
berikut:
Pembangunan pengairan dan irigasi dalam tahun 2010 ditujukan pada
pengendalian dan pengurangan dampak kerusakan akibat banjir, abrasi dan erosi pantai,
Bab II - 43
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 44
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 45
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
ruas Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim dan 6 ruas jalan tol dalam kota
Jakarta. Selain itu, sebanyak 5 proyek Pelabuhan, di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
yang telah disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya, serta 1 proyek yang telah
masuk tahap pelelangan yaitu: Tanah Ampo Cruise Terminal, Karang Asem dengan total
investasi sebesar Rp. 5 00,0 milyar. Sedangkan untuk transportasi udara, terdapat 6
proyek bandara di Jawa, Bali, dan di Kalimantan yang telah disiapkan dokumen pra-studi
kelayakannya. Untuk sektor transportasi darat, terdapat 3 proyek terminal terpadu di
Sumatera dan Jawa yang telah disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya.
Diupayakan kelanjutan penyelesaian proyek monorail Jakarta serta pembangunan kereta
api Bandara Soetta yang telah masuk pada tahap transaksi. Untuk sektor Air Minum
terdapat 13 proyek air minum di Jawa, Bali, NTB, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
yang sedang disiapkan dokumen pra-studi kelayakannya. Untuk sektor persampahan dan
sanitasi terdapat 12 proyek di Sumatera, Bali dan NTB sedang disiapkan dokumen pra-
studi kelayakannya serta 2 proyek di Jawa dalam proses penyiapan pelelangan dengan
perkiraan investasi sebesar Rp. 1,2 triliun. Selain itu, sebanyak 5 proyek listrik sedang
disiapkan pra-studi kelayakannya. Pencapaian yang telah dicapai dalam Program
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang mendukung pembanguna Infrastruktur pada tahun
2010 adalah (1) telah diselesaikan Rancangan Akhir Perpres 4 (empat) RTR Pulau (Jawa-
Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan) serta 5 (lima) RTR KSN (Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo (Mebidangro), Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata),
Batam-Bintan-Karimun (BBK), Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan (Kasaba)
dan Denpasar-Badung-GianyarTabanan (Sarbagita)); (2) ditetapkannya 5 RTRWP, 6
RTRW Kabupaten dan 3 RTRW Kota yang disusun dengan merujuk pada UU 26/2007
dan PP 26/2008.
Adapun perkiraan pencapaian Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Tahun 2011 dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan
MP3EI pada enam koridor antara lain adalah: (1) ditetapkannya Raperpres RTR Pulau
Sumatera, JawaBali, Kalimantan dan Sulawesi serta Raperpres RTR KSN Mebidangro,
Mamminasata, BBK, Kasaba dan Sarbagita; (2) disetujuinya substansi teknis RTRW yang
telah berakhir masa berlakunya oleh BKPRN untuk 17 provinsi, 170 kabupaten dan 32
kota; serta (3) terselesaikannya materi teknis 3 Raperpres RTR Pulau dan 13
Raperpres RTR KSN.
Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Upaya untuk memperbaiki iklim investasi
dan iklim usaha yang diperlukan untuk mendorong peningkatan investasi terus
dilakukan dan telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Laporan World
Economic Forum: The Global Competitiveness Report 2010-2011, menyebutkan
Bab II - 46
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
bahwa posisi daya tarik Indonesia meningkat 10 tingkat dari peringkat ke 54 menjadi
ke 44 mengungguli Brazil, Rusia, dan India yang merupakan bagian dari kelompok
negara berkembang dan perpengaruh dalam perekonomian global pada kelompok BRIC
(Brazil, Rusia, India dan China). Membaiknya iklim investasi dan prospek ekonomi
Indonesia juga ditunjukkan dengan meningkatnya peringkat Indonesia pada tahun 2010
dari berbagai lembaga pemeringkat seperti Fitch, Moodys, Standard & Poors, R & I,
dan Japan Credit Rating Agency. Bahkan peringkat sovereign Indonesia kembali
meningkat awal tahun 2011 dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah
investment grade oleh Moodys dan Fitch. Japan Bank for International Cooperation
(JBIC) juga menaikkan posisi Indonesia ke peringkat 6 dari peringkat 8 tahun 2009.
Dengan membaiknya iklim investasi, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTB) tahun 2010 mencapai 8,5 persen, jauh melampaui tahun 2009 yang hanya
mencapai 3,3 persen. Tingginya kenaikan investasi sebagian ditopang oleh realisasi
PMDN dan PMA sektor non migas yang masing-masing mencapai Rp 60,6 triliun dan
USD 16,2 Miliar, yang pada tahun 2009 masing-masing hanya sebesar Rp 37,8 Triliun dan
USD 10,8 Miliar. Sasaran PMTB 2011 sebesar 10,5 persen diharapkan dapat dicapai.
Kondisi ekonomi global yang membaik di tahun 2010 juga telah mendorong pulihnya
ekspor Indonesia yang tumbuh sebesar 35,4 persen, melebihi pertumbuhan nilai
ekspor tahun 2008, saat sebelum krisis ekonomi global. Berlanjutnya pemulihan ekonomi
global tersebut turut memicu sentimen positif di pasar keuangan global, meskipun pada
sisi lain juga mendorong peningkatan harga komoditas di pasar internasional. Kenaikan
harga komoditas tersebut menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya nilai
ekspor Indonesia, terutama untuk komoditas pertanian dan pertambangan. Di sisi lain,
impor Indonesia di tahun 2010 meningkat cukup tinggi sebesar 40,1 persen karena
kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik yang disertai dengan menguatnya
konsumsi masyarakat, serta menguatnya rupiah di sepanjang tahun 2010 yang
menyebabkan barang impor relatif lebih murah. Selain itu, meningkatnya aktivitas produksi
dalam negeri juga mendorong kenaikan impor barang modal serta bahan baku dan
penolong.
Pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat tahun
2010 memungkinkan pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan
kerja. Selama periode Februari 2010 Februari 2011, terdapat peningkatan dalam jumlah
orang yang bekerja, sebanyak 3,87 juta, dan angkatan kerja baru bertambah 3,4 juta.
Pertambahan kesempatan kerja yang lebih besar dari pertambahan angkatan kerja
ini, telah menurunkan angka pengangguran terbuka (TPT) dari 7,41 persen di bulan
Februari 2010 menjadi 6,80 persen di bulan Februari 2011. Jumlah penganggur berkurang
sebanyak 470 ribu, dari 8,59 juta menjadi 8,12 juta orang. Sektor industri mampu
Bab II - 47
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
menyerap tambahan pekerja 660 ribu orang dan sektor jasa kemasyarakatan menyerap
tenaga kerja 1,41 juta kesempatan kerja baru.
Dari 3,87 juta kesempatan kerja baru, lulusan SMU dan Perguruan tinggi memperoleh
pekerjaan terbesar, yaitu 2,5 juta, terdiri dari sekitar 2,1 juta lulusan SMU dan 0,4 juta
lulusan diploma dan universitas. Sementara itu dari 2,5 juta lulusan SMU dan perguruan
tinggi yang baru masuk pasar kerja, ada kemungkinan dapat tertampung dalam pekerjaan
yang baik (lapangan kerja formal). Indikasi ini dapat terlihat dari tambahan lapangan kerja
formal yang berjumlah 4,36 juta, dan sekitar 3,79 juta merupakan buruh/karyawan baru.
Bab II - 48
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
upaya ini dilanjutkan dengan persiapan pembangunan transmisi gas bumi ruas
Kalimantan-Jawa Tengah dan Trans-Jawa, serta beberapa wilayah distribusi, yakni Jakarta,
Banten, Cepu, Palembang, dan Surabaya, termasuk jaringan gas kota di Bontang, Sengkang,
Sidoarjo, dan Jabodetabek.
Dari sisi regulasi, guna mendorong pengembangan pembangunan ketahanan dan
kemandirian energi, telah disusun berbagai rumusan Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksanaan UU No. 30/2007 tentang Energi, UU No. 4/2009 tentang Pertambangan
Batubara dan Mineral, dan UU No. 30/2009 Tentang Ketenagalistrikan. Peraturan
Pemerintah tersebut antara lain Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik, RPP tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik, RPP tentang Jual
Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, PP No. 22/2010 tentang Wilayah Pertambangan, PP No.
23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No.
55/2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, dan PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang.
Bab II - 49
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
kehutanan. Dalam penataan batas kawasan, sampai dengan tahun 2010 telah diselesaikan
tata batas kawasan sepanjang 4.582 km. Dalam kegiatan penanaman, sampai dengan
akhir bulan Pebruari 2011 jumlah pohon yang telah ditanam adalah sekitar 1,399 milyar
batang. Selanjutnya, berdasarkan analisa citra periode 2006-2009, upaya- upaya
rehabilitasi telah berhasil menurunkan laju deforestasi dan degradasi menjadi sebesar
0,86 juta ha, dan diperkirakan akan terus menurun pada tahun berikutnya. Upaya
rehabilitasi hutan dan lahan ini juga didukung dengan kegiatan lain dalam rangka
peningkatan fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti pembangunan
hutan kota seluas 1.055 ha.
Upaya pengendalian kerusakan lingkungan dilakukan untuk mempertahankan
pelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan. Untuk itu
pada tahun 2010 telah dilaksanakan berbagai upaya, antara lain: (i) pengendalian
pencemaran lingkungan dengan perbaikan pelaksanaan Program Kali Bersih
(PROKASIH), Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER), serta program
langit biru dengan mengembangkan standar dan teknologi emisi dan kebisingan
kendaraan; (ii) penataan dan penegakkan hukum lingkungan; (iii) menurunkan beban
pencemaran limbah B3 dan pemulihan lahan terkontaminasi limbah, serta (iv)
peningkatan tata kelola lingkungan yang baik. Pada tahun 2011 diperkirakan beban
pencemaran lingkungan akan menurun dan tingkat polusi turun dengan didukung oleh
pelaksanaan pengendalian pencemaran air, udara, dan limbah padat di daerah serta
memperkuat pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang lingkungan hidup
di daerah.
Dalam rangka memelihara ekosistem wilayah pesisir dan laut guna menjaga
kelestarian sumber daya ikan dan biota lainnya, pada tahun 2010 telah dilakukan
rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil antara
lain melalui: (i) pengelolaan kawasan konservasi perairan seluas 13,95 juta hektar; (ii)
dilaksanakannya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang pada 16 kabupaten/kota
di 8 provinsi; serta (iii) pengembangan kerja sama antarnegara tetangga dalam
pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, antara lain Coral Triangle Initiatives (CTI), Sulu-
Sulawesi Marine Ecoregion (SSME), Arafura and Timor Seas Action (ATSEA), dan
Mangrove For the Future (MFF). Pada tahun 2011 kawasan yang dikonservasi
diperkirakan semakin terkelola melalui penyusunan rencana pengelolaan kawasan
konservasi perairan dan peningkatan pengawasan kawasan konservasi perairan.
Pada tahun 2011, pencapaian lain yang dapat dihasilkan adalah meningkatnya
pelayanan data dan informasi meteorologi publik serta peringatan dini cuaca ekstrim dan
tersedianya kebijakan teknis dalam penanganan penyediaan informasi gempa bumi dan
tsunami. Dalam pengembangan sistem peringatan dini, pencapaian yang dapat
Bab II - 50
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
dihasilkan adalah terkelolanya Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) dan Sistem
Peringatan Dini Iklim (CEWS) meliputi antara lain, Radar Cuaca, Automatic Weather
Station (AWS), Automatic Rain Gauge (ARG), dan Penakar Hujan Observasi
sebanyak 1000 unit. Disamping itu, dihasilkan Atlas Nasional Indonesia dengan tema
fisik dan lingkungan yang memuat informasi iklim, meliputi curah hujan, kelembaban
udara, suhu udara, arah angin dan kecepatan angin, serta terkelolanya Sistem
Operasional TEWS yang meliputi antara lain, Sensor Seismik, Sistem Sirine, Sistem
Komunikasi dan Integrasi, dan Sistem Prosesing; terbangunnya Sistem Monitoring
CCTV, Sistem Sirine; dan terpasangnya Accelerometer.
Dalam hal penanggulangan bencana, khususnya dalam pengendalian kebakaran
hutan telah menunjukkan hasil yang signifikan. Luasan kebakaran hutan dan lahan
mengalami penurunan dimana rerata luas kawasan hutan yang terbakar pada periode
2005-2009 sebesar 12.272 ha, dan akan terus turun menjadi sebesar 9.818 ha pada
tahun 2011. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dilakukan melalui
pembaharuan data sebaran hotspot secara periodik, antisipasi secara dini berdasarkan
hotspot, peningkatan kesiagaan posko dan patrol kebakaran hutan, dan penguatan
kelembagaan pengendali kebakaran hutan. .Jumlah hotspot telah berkurang menjadi 9.765
titik hotspot, dan luas kebakaran hutan pun berhasil dikurangi dengan realisasi hanya seluas
1.535,29 ha. Pada tahun 2010 upaya penanggulangan bencana juga diarahkan kepada
peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan pelaksanaan tanggap
darurat bencana, antara lain melalui: (i) pemenuhan dan pendistribusian logistik dan
peralatan kesiapsiagaan di 16 lokasi yang dapat menjangkau daerah-daerah rawan
bencana; (ii) peningkatan kapasitas pemerintah daerah melalui penyusunan rencana
kontijensi, dan (iii) peningkatan kapasitas Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana
(SRC-PB). Sedangkan perkiraan pencapaian tahun 2011 antara lain adalah: (i)
peningkatan kapasitas penanggulangan bencana; (ii) fasilitasi penyusunan rencana
kontijensi; dan (iii) pelaksanaan tanggap darurat yang efektif dan efisien. Selanjutnya, dalam
penyediaan peta dasar dan peta tematik, sampai dengan tahun 2010, telah tersedia peta
dasar dan peta tematik nasional bagi keperluan mitigasi bencana, antara lain (i) peta
resmi tingkat peringatan tsunami sebanyak 6 Nomor Lembar Peta (NLP) dan peta
multirawan bencana sebanyak 92 NLP; (ii) Peta rupabumi Skala 1:10.000 sebanyak 789
NLP; (iii) Peta tematik MCRMP dalam 31 tema skala 1:50.000 sebanyak 197 NLP; (iv)
Peta Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:250.000 sebanyak 720 NLP; (v) Peta
Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:50.000 sebanyak 89 NLP, dan (vi) Peta
Tematik Sumber Daya Alam Darat Skala 1:25.000 sebanyak 53 NLP. Pada tahun 2011
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dalam kapasitas penanggulangan
bencana melalui pendidikan dan pelatihan teknis penanggulangan bencana, pemenuhan
Bab II - 51
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 52
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 53
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
pentingnya pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Kemajuan tersebut terutama
didukung oleh semakin meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap keragaman seni dan
budaya; pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya. Pada tahun 2011,
upaya memantapkan karakter dan jatidiri bangsa terus dilanjutkan dan ditingkatkan yang
didukung oleh kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Bidang Politik, hukum dan Keamanan. Dari sisi Keamanan, penanganan tindakan
terorisme yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan hasil yang semakin membaik. Hal
ini dibuktikan dengan keberhasilan Polri dalam mengungkap 35 perkara tindak pidana
terorisme pada tahun 2010, sementara pada tahun 2009 hanya 10 perkara. Pada awal 9
Maret 2010, Polri berhasil menewaskan tokoh penting terorisme internasional. Hasil ini
memberikan harapan semakin kondusifnya keamanan dalam negeri dari ancaman
terorisme. Hasil lain adalah: penangkapan kelompok jaringan teroris di Aceh yang
pemimpinnya diperkirakan berasal dari luar Aceh; penangkapan 12 orang diduga teroris di
Pejaten, Menteng dan Bekasi yang diperkirakan terkait dengan kelompok teroris di Aceh;
dan penangkapan tokoh teroris di Klaten, Jawa Tengah yang diduga sebagai pemasok
dana bagi kelompok-kelompok teror di Indonesia. Untuk melembagakan penanganan
penanggulangan terorisme telah dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
melalui Peraturan Presiden Nomor 46 tahun 2010.
Dalam penanganan kejahatan lintas negara di tingkat internasional terutama terkait
dengan isu terorisme, Indonesia mengembangkan kegiatan dialog lintas agama sebagai
upaya pro aktif dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar
sesama umat beragama dan antar peradaban.
Dari sisi pertahanan, dalam rangka memenuhi pembentukan postur minimum
essential force serta terwujudnya kemandirian, peningkatan peran industri pertahanan
dalam negeri sangat dibutuhkan, terutama untuk produk-produk militer yang secara teknis
mampu diproduksi di dalam negeri. Guna mewujudkan hal tersebut, melalui Perpres
Nomor 42 tahun 2010, pemerintah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan
(KKIP) sebagai institusi yang merumuskan kebijakan pembelian Alutsista TNI dan Alut
Polri, diselesaikannya Master Plan Industri Pertahanan dan Road Map menuju revitalisasi
industri pertahanan dalam negeri. Upaya tersebut, didukung dengan mengoptimalkan
hasil penelitian dan pengembangan alutsista TNI yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pertahanan.
Dalam rangka penegakan hukum dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi,
Mahkamah Agung telah membentuk pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor) di Jakarta
Pusat, Bandung, Semarang dan Surabaya. Di samping itu, telah dilaksanakan peningkatan
kompetensi hakim-hakim Tipikor dengan dihasilkannya hakim Tipikor bersertifikat
Bab II - 54
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
sebanyak 238 orang (terdiri dari hakim karir dan ad-hoc mulai dari tingkat pertama
sampai dengan tingkat kasasi). Capaian ini masih harus ditingkatkan sesuai amanat UU No.
46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Pada penanganan tindak pidana korupsi pada tahun 2010, di tingkat Kejaksaan
mencakup Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri telah
mencapai peningkatan kinerja penyidikan Tindak Pidana Korupsi sampai dengan 2.3 15
perkara (125,47%) dan dilakukan penuntutan sebanyak 715 perkara (92,95%). Untuk di
tingkat Kejaksaan Agung RI, jumlah penyidikan perkara tindak pidana korupsi yang telah
ditangani adalah sebanyak 148 perkara (102,07%) dari yang ditargetkan dan telah
dilanjutkan ke tingkat penuntutan sebanyak 48 perkara (33,10%). Dalam rangka
kerjasama pengembalian aset dan kerjasama penanganan kasus pidana, Kejaksaan
Republik Indonesia telah memfasilitasi permintaan Mutual Legal Assistance in Criminal
Matters (MLA) baik permintaan dari Indonesia ke negara lain, maupun sebaliknya.
Penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi pelanggaran HAM terus
dilaksanakan. Sebagaimana mandat Komnas HAM untuk menangani pengaduan dalam
pelaksanaan HAM di Indonesia, pada tahun 2010 pengaduan yang masuk ke Komnas HAM
adalah sebanyak 6.437 berkas pengaduan dengan klasifikasi hak yang paling banyak
diadukan adalah terkait hak memperoleh keadilan, dan hak atas kesejahteraan. Sedangkan
berdasarkan klasifikasi kasus, kasus yang terbanyak adalah terkait sengketa lahan, dan
ketenagakerjaan. Terkait dengan upaya diseminasi HAM telah dilaksanakan penyebar-
luasan informasi HAM.
Bab II - 55
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Pemerintah juga telah meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat bagi TKI (KUR
TKI). Tujuan penyaluran KUR TKI adalah membantu TKI untuk membiayai proses
penempatan bekerja di luar negeri, sehingga TKI akan terhindar dari jeratan utang
rentenir. Pada akhir tahun 2010, tiga bank siap menyalurkan KUR TKI yaitu Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Dalam perlindungan dan pelayanan WNI/BHI di luar negeri, pada tahun 2010 telah
disusun grand design pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri, penguatan 24
Citizen Service di luar negeri, dan sebanyak 6928 orang WNI bermasalah telah diberikan
bantuan, diselesaikan masalahnya, dan direpatriasi. Pada tahun 2011 akan tetap dilakukan
penguatan terhadap 26 citizen services, dan pelaksanaan repatriasi terhadap 6500 WNI di
luar negeri.
Bab II - 56
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
sebesar 20,63 persen dari penerimaan devisa tahun 2009 yang sebesar USD 6,3
milyar. Pada tahun 2011 diperkirakan kunjungan wisman mencapai 7,1 juta orang
dengan perkiraan devisa sekitar USD 7,2 miliar.
Dari sisi Pemuda dan Olahraga, pembangunan kepemudaan dan keolahragaan
selama tahun 2010 telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Gerakan
pramuka telah disahkan melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 2010. Selain itu
partisipasi dan peran aktif pemuda, terus ditingkatkan melalui beberapa kegiatan,
antara lain: (1) pelatihan kepemimpinan, kepeloporan, dan kewirausahaan pemuda; (2)
pengembangan kreativitas dan kualitas pemuda; (3) pemberdayaan organisasi
kepemudaan; dan (4) peningkatan kapasitas dan wawasan pemuda. Sementara itu
prestasi olahraga semakin membaik yang ditandai dengan meningkatnya peringkat
Indonesia pada kejuaraan Asian Games dari peringkat 22 pada tahun 2006 menjadi
peringkat 15 pada tahun 2010. Budaya dan prestasi olahraga juga terus ditingkatkan
melalui : (1) pemberian penghargaan kepada atlet yang berprestasi di tingkat
internasional, regional, nasional serta pelatih dan mantan atlet yang berprestasi; (2)
pelaksanaan berbagai event olahraga untuk menggairahkan semangat dan budaya
olahraga di masyarakat; dan (3) keikutsertaan dalam berbagai event olahraga
internasional dan regional. Pada tahun 2011 diperkirakan partisipasi dan peran aktif
pemuda serta budaya dan prestasi olahraga semakin meningkat.
Perkembangan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan telah berhasil
meningkatkan akses yang memadai serta adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan,
yang ditunjukkan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang pada
tahun 2009 telah mencapai 0,668 (2010, BPS); dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG) yang telah mencapai 0,635 pada tahun yang sama (2010, BPS).
Pembangunan perlindungan anak telah berhasil menurunkan persentasi pekerja
anak usia 10-14 tahun; dan pada tahun 2010 telah tersusun RUU tentang sistem
peradilan anak yang berbasis restorative justice.
Dalam kehidupan beragama telah terjadi perkembangan yang makin baik dengan
meningkatnya intensitas kegiatan beragama dan semangat kerjasama lintas agama
yang difasilitasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang hingga tahun 2010
telah terbentuk di semua provinsi dan di sebagian besar kabupaten/kota. Sementara
itu, kegiatan pelayanan ibadah haji telah memperoleh sertifikat sistem manajemen
mutu ISO 9001-2008 yang menunjukkan semakin profesionalnya manaj emen
penyelenggaraan ibadah haji.
Bab II - 57
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Meskipun berbagai kemajuan pembangunan telah dicapai pada tahun 2010 dan
diperkirakan akan lebih baik lagi pada tahun 2011, namun masih banyak permasalahan
yang harus dipecahkan dalam pembangunan agar berbagai sasaran yang telah ditetapkan
dalam RPJM 2010-2014 yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
dicapai.
Kemajuan perekonomian memang sudah sangat baik. Pertumbuhan ekonomi yang
sudah dicapai terus meningkat dan cukup tinggi. Namun demikian penyumbang dari
pertumbuhan ekonomi masih terpusat pada sektor-sektor dan wilayah-wilayah tertentu.
Pemerataaan manfaat dari pertumbuhan ekonomi bagi seluruh masyarakat masih harus
ditingkatkan. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan merupakan suatu
tantangan yang harus dapat dicarikan jalan keluarnya.
Dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan, upaya untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan saja tidak cukup.
Berbagai permasalahan yang ada juga harus dapat diselesaikan. Beberapa permasalahan
dan tantangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Dalam rangka pencapaian terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik, tantangan yang dihadapi semakin berat dan kompleks
akibat dinamika perubahan yang cepat. Tantangan dan permasalahan yang harus
diselesaikan terkait dengan kelembagaan, otonomi daerah, sumber daya manusia aparatur,
regulasi, sinergi pusat dan daerah, penegakan hukum dan data kependudukan.
Permasalahan utama dalam Kelembagaan menyangkut struktur yaitu masih
banyak instansi pemerintah yang struktur organisasi dan tatalaksananya belum
sepenuhnya mendukung tupoksi sehingga berdampak pada rendahnya kinerja. Tantangan
pada tahun 2012 adalah: meraih kepercayaan masyarakat bahwa birokrasi telah berubah;
membangun mental melayani; meningkatkan kompetensi dan integritas aparatur;
memperluas reformasi birokrasi untuk berjalannya tata kelola pemerintahan yang baik.
Dalam penataan otonomi daerah permasalahan yang dihadapi adalah masih
terdapat usulan pembentukan daerah otonom baru (DOB); belum ditetapkannya Desain
Besar Penataan Daerah (Desertada), selain itu adanya masalah belum optimalnya
penggunaan dana perimbangan dalam mendukung investasi pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Sedangkan tantangan utama yang dihadapi adalah perlunya daerah
meningkatkan kapasitas daerahnya masing-masing dan menurunkan keinginan (berbagai
pihak) untuk pemekaran daerah.
Terkait dengan SDM aparatur, permasalahan utama aalah meningkatkan integritas,
kompetensi, netralitas, kesejahteraan dan profesionalisme. Di samping itu, rekruitmen,
mutasi dan promosi, serta pemberian penghargaan belum dilaksanakan atas dasar
Bab II - 58
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Dalam hal regulasi, masih banyak ditemukan peraturan daerah yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di atasnya, dan banyak yang tidak kondusif bagi
investasi. Tantangannya adalah melakukan percepatan harmonisasi dan sinkronisasi
peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah serta peningkatan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam menyusun peraturan daerah.
Bab II - 59
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
kemampuan kognitif, karakter, dan soft-skill lulusan; (v) meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan menengah; (vi) meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing
pendidikan tinggi termasuk kualitas penelitiannya; dan (vii) meningkatkan kualitas
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.
Selanjutnya, terkait masalah ketenagaan, serta sarana dan prasarana,
pembangunan bidang pendidikan masih menyisakan tantangan dalam hal : (i) meningkatkan
pemerataan distribusi guru; (ii) meningkatkan kualifikasi akademik dan profesionalisme
guru; (iii) mempercepat penuntasan rehabilitasi gedung sekolah dan ruang kelas yang rusak;
(iv) meningkatkan ketersediaan buku mata pelajaran; (v) meningkatkan ketersediaan dan
kualitas laboratorium dan perpustakaan; dan (vi) meningkatkan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pendidikan.
Untuk mewujudkan manajemen, tatakelola, serta pembiayaan pendidikan yang
berkeadilan, pembangunan pendidikan masih menyisakan tantangan antara lain: (i)
meningkatkan manajemen, tatakelola, dan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan;
(ii) melakukan penyeralasan dalam penerapan otonomi perguruan tinggi; (iii)
meningkatkan kemitraan publik dan swasta; (iv) memantapkan alokasi dan mekanisme
penyaluran dana yang efisien, efektif, dan akuntabel; dan (v) menyelenggarakan
pendidikan dasar bermutu yang terjangkau bagi semua.
Kesehatan. Berbagai permasalahan dan tantangan juga masih harus dihadapi dalam
bidang kesehatan. Beberapa permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian di bidang
kesehatan, antara lain: (i) masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak terutama pada
pelayanan persalinan dan cakupan imunisasi; (ii) masih rendah dan tidak signifikannya
kenaikan pemakaian kontrasepsi; (iii) masih rendahnya status gizi masyarakat; (iv) belum
optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular; serta masih
rendahnya kualitas kesehatan lingkungan; (v) masih terbatasnya jumlah, distribusi dan
kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan; (vi)
masih terbatasnya ketersediaan obat serta belum optimalnya pengawasan obat dan
makanan; yang ditandai dengan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian yang berkualitas; (vii) masih terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk
memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat, terutama bagi penduduk
miskin dan pekerja sektor informal; (viii) belum optimalnya upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan; (ix) masih rendahnya akses masyarakat terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas; (x) masih lebarnya kesenjangan status
kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi; (xi) belum
efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam pengelolaan
Bab II - 60
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 61
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
nelayan akibat cuaca buruk masih akan menjadi pemicu tingginya angka kemiskinan di
tahun 2012. Untuk itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap becana alam harus menjadi
perhatian masing-masing daerah. Selain itu, masyarakat miskin di perdesaan yang
sebagian besar adalah petani semakin termarjinalkan akibat adanya alih fungsi lahan
pertanian. Pada tahun 2010, data BPS menunjukkan bahwa 56,5 persen dari rumah
tangga pertanian memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, bahkan berdasarkan Sakernas 2008
tercatat bahwa 52 persen angkatan kerja di sektor pertanian tidak memiliki lahan
sendiri. Kecenderungan alih lahan pertanian ini diperkirakan akan tetap terjadi di tahun
2012. Terkait dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, perbaikan akses
penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) terutama bagi
masyarakat yang memiliki tanah pertanian kurang dari 0,5 ha masih perlu dilakukan.
Ketimpangan kemiskinan antar daerah juga masih akan terjadi pada tahun 2012.
Diperkirakan wilayah Indonesia bagian timur masih memiliki tingkat kemiskinan lebih
tinggi dibandingkan wilayah Indonesia Barat. Berbagai karakteristik daerah telah
menyumbang pada bervariasinya tingkat kemiskinan antar daerah. Selain itu, efektivitas
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan baik program pusat maupun
daerah masih akan terkendala oleh berbagai permasalahan sinkronisasi dan
koordinasi program serta kegiatan dan juga penganggarannya. Dalam kaitannya dengan hal
ini, perlu adanya penajaman upaya-upaya penurunan kemiskinan di daerah-daerah
dengan tingkat kemiskinan tinggi, seperti untuk Papua, Papuar Barat, dan NTT untuk
mengurangi kesenjangan yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan upaya peningkatan
kapasitas pemerintah daerah dalam rangka menyusun rencana dan anggaran agar
lebih berpihak pada masyarakat miskin karena salah satu tantangan yang dihadapi
pula adalah meningkatkan ketepatan kebijakan, program dan kegiatan di daerah agar
dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Semakin termarjinalkannya masyarakat miskin di perkotaan juga menjadi
tantangan yang akan dihadapi tahun 2012. Masyarakat miskin semakin sulit untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka secara layak karena kurangnya akses terhadap
pelayanan dasar sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengembangkan
kehidupan mereka secara layak. Kegiatan yang bersifat affirmative/keberpihakan pada
masyarakat miskin perkotaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan dan bahkan
diperluas cakupannya pada tahun 2012, terutama agar dapat memberikan akses yang
lebih luas dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin perkotaan.
Tantangan lain yang juga akan dihadapi adalah masih kurang efektifnya
penyelenggaraan bantuan sosial, serta keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya
manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik, terlatih dan memiliki kemampuan dalam
Bab II - 62
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 63
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
komoditas bahan pangan. Mutu produksi pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan
selama ini masih memerlukan upaya keras untuk ditingkatkan, baik untuk memenuhi
tuntutan konsumsi dalam negeri maupun standar perdagangan internasional. Selain itu,
penyediaan induk dan benih unggul varietas bernilai tinggi juga masih memerlukan
dukungan penuh dari hasil inovasi penelitian dan pengembangan pertanian.
Terkait dengan aspek investasi, pembiayaan, serta subsidi pangan dan pertanian,
ketersediaan dan keterjangkauan input produksi dan sarana perlu dijamin agar
peningkatan produksi pangan dapat terus berkelanjutan. Skema mekanisme investasi,
pembiayaan pertanian dan perikanan masih perlu pembenahan dan pengembangan agar
dapat dijangkau oleh masyarakat. Lebih lanjut, ketersediaan dan keterjangkauan input dan
sarana produksi pertanian, perikanan, dan kehutanan tetap memerlukan keberpihakan
investasi dan pembiayaan publik, terutama melalui subsidi pemerintah. Terkait dengan
pangan dan gizi, penduduk dan daerah yang rentan terhadap rawan pangan masih relatif
tinggi, baik dalam persentase maupun jumlahnya. Di samping itu, masih terjadi kasus
kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang
dan gizi buruk yang merupakan indikator kelaparan dan terkait erat dengan kondisi
kerawanan pangan di masyarakat. Jaminan terhadap peningkatan produksi bahan
pangan harus tetap menjadi prioritas pembangunan, termasuk untuk
mengantisipasi peningkatan pertumbuhan dan kualitas permintaan masyarakat terhadap
bahan pangan. Dalam aspek ini, produksi dalam negeri dituntut untuk mampu
menyediakan seluruh kebutuhan konsumsi pangan masyarakat. Ketidakpastian dan
kecenderungan kenaikan harga pangan juga menuntut pemerintah untuk terus melakukan
langkah-langkah stabilisasi harga pangan dalam negeri. Selain itu, upaya percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat tetap menjadi penekanan pemerintah,
sejalan dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan pangan. Lebih lanjut, perbaikan
sistem mutu, keamanan pangan, kandungan residu dan bahan berbahaya dalam proses
pengolahan, perbaikan lingkungan serta penanggulangan penyakit zoonosis juga masih
akan menjadi permasalahan yang memerlukan perhatian. Yang lebih penting lagi adalah
bahwa peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, dan pembudidaya ikan harus menjadi
upaya penting yang harus diintegrasikan dalam menjamin aksesibilitas pangan
terutama oleh masyarakat miskin.
Aspek penting lain yang berpengaruh dalam ketahanan pangan adalah
perubahan iklim. Kemampuan penyediaan bahan pangan dari produksi dalam negeri
dipengaruhi pula oleh kondisi iklim dan cuaca. Perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap frekuensi dan intensitas bencana banjir dan/atau kekeringan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi bahan pangan dalam negeri. Oleh karena itu,
kapasitas mitigasi dan adaptasi pelaku pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap
Bab II - 64
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
perubahan iklim akan terus ditingkatkan agar dampak negatif akibat perubahan iklim
dapat diminimalkan.
Bab II - 65
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 66
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Meskipun kondisi perekonomian dunia pada
tahun 2012 diperkirakan sudah akan membaik karena dampak resesi global sudah
mereda, namun demikian upaya peningkatan daya tarik investasi di Indonesia masih
menghadapi berbagai permasalahan. Birokrasi yang terkait dengan proses perijinan
mendirikan usaha dan proses perijinan investasi di Indonesia juga belum efisien sebagai
sebagai akibat dari: (i) belum harmonisnya antar peraturan di tingkat pusat, dan belum
sinkronnya peraturan pusat dan daerah; (ii) masih banyaknya pungutan dan retribusi
yang membebani pengusaha; dan (iii) masih banyaknya perda bermasalah di daerah,
merupakan kendala yang masih harus terus menerus diperbaiki. Selain itu, masalah
yang terkait dengan pertanahan mulai dari ketersediaan peta sampai dengan
pendaftaran tanah telah membawa resiko terjadinya sertifikat ganda dan sengketa
lahan yang berpotensi menurunkan daya tarik investasi domestik.
Permasalahan dalam keterbatasan iklim investasi juga dikarenakan kurangnya
dukungan ketersediaan infrastruktur termasuk energi terutama di Indonesia bagian timur
yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempercepat dan meningkatkan
kualitas distribusi arus barang dan orang, serta untuk meningkatkan produktivitas sektor
industri yang bernilai tambah. Sementara itu, masih belum efisiennya sistem logistik
nasional menjadi salah satu penyebab tingginya biaya distribusi barang, yang kemudian
menyebabkan harga barang yang kurang kompetitif, dan masalah ketenagakerjaan
terutama peraturan kontrak berjangka waktu tertentu (fixed-terms) dan sub kontrak, serta
terkait dengan pesangon berimplikasi pada lambatnya penyesuaian terhadap permintaan
tenaga kerja dan menjadi kendala utama berkembangnya sektor pengolahan.
Dari sisi eksternal, terjadinya gejolak politik di negara-negara Arab diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menarik investasi asing terutama dalam bentuk FDI
lebih besar. Namun, perlu juga diwaspadai kemungkinan penurunan investasi dari Jepang
sebagai akibat hantaman tsunami baru-baru ini dan dampak radiasi nuklir yang belum
mereda.
Energi. Upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi pada tahun 2012
masih menghadapi permasalahan dan tantangan. Ketergantungan energi-ekonomi nasional
terhadap minyak bumi masih tinggi. Pangsa minyak bumi dalam komposisi penyediaan
energi nasional masih cukup besar, sekitar 48 persen pada tahun 2010. Ketergantungan
tinggi pada minyak bumi membuat ketahanan energi nasional rentan terhadap
ketersediaan dan harga minyak bumi. Volume impor BBM juga terus meningkat dari
tahun ke tahun. Sementara itu, cadangan minyak bumi nasional belum menunjukkan
peningkatan yang berarti sedangkan pembukaan ladang baru terkendala belum sinkronnya
beberapa legislasi lintas sektor, terutama konflik lahan.
Bab II - 67
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 68
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 69
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
(CEWS), sehingga data dan informasi yang diperoleh dapat segera disampaikan kepada
masyarakat secepatnya. Selain itu, penyampaian informasi terkait iklim dan cuaca yang
akan digunakan di sektor pertanian akan sangat penting karena terkait dengan pola tanam
jenis tanaman tertentu. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola system
peringatan dini juga akan menjadi tantangan di tahun 2012. Selanjutnya dari sisi
penanggulangan bencana, permasalahan dan tantangan pada tahun 2012 berdasarkan hasil
pencapaian pembangunan sebelumnya adalah sebagai berikut: (i) kapasitas kelembagaan
bencana di daerah sampai dengan tingkat kabupaten/kota, yang harus terus ditingkatkan;
(ii) peningkatan kapasitas pengurangan risiko bencana yang sinergis antara pusat dan
daerah dalam sistem perencanaan pembangunan, dan (iii) peningkatan kapasitas
penanganan kedaruratan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB)
yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai. Sedangkan
dalam pembangunan data & informasi spasial untuk peta rawan bencana masih harus
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Selain itu, pos pengamanan perbatasan yang tersedia belum memadai karena
rata-rata jarak antara satu pos dengan pos masih berkisar 50 km, demikian juga dengan
pos pulau terdepan (terluar) baru yang baru terbangun di 12 pulau. Terkait dengan
pelaksanaan perundingan perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung,
tantangan yang dihadapi adalah masih adanya perbedaan pandangan dan kepentingan
dalam penggunaan dasar penetapan perbatasan antara Indonesia dengan negara-negara
yang berbatasan.
Bab II - 70
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Di bidang politik, tantangan utama yang
dihadapi di tahun 2012 adalah membentuk KPU yang kredibel, independen, serta tidak
menjadi lembaga yang partisan. Di samping itu tantangan utama lainnya adalah
penyelenggaraan pemilu kepala daerah yang lebih baik dan demokratis. Untuk itu
diharapkan revisi perundang-undangan lain bidang politik diharapkan dapat selesai dan
ditetapkan pada 2012.
Selanjutnya di bidang keamanan, akar masalah yang ditengarai menjadi media
tumbuh suburnya jaringan terorisme di Indonesia diantaranya adalah kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat yang lemah, sehingga sangat mudah diarahkan dan direkrut menjadi
anggota jaringan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam penuntasan masalah
terorisme adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat agar masyarakat
memahami bahwa terorisme adalah musuh bersama dan dalam mengatasinya sangat
dibutuhkan peran aktif masyarakat. Tantangan lainnya adalah meyakinkan dan
mengoptimalkan peran seluruh komponen masyarakat dan negara bahwa terorisme
adalah musuh yang harus dihadapi bersama-sama, serta perlu ditangani secara
terkoordinasi, terintegrasi dan komprehensif. Tantangan lain adalah mewaspadai ancaman
nyata dari persoalan imigran gelap, penyelundupan manusia, kejahatan lintas negara dan
terorisme.
Dari sisi industri pertahanan, secara umum peran industri pertahanan nasional dalam
keamanan nasional relatif belum maksimal. Potensi Industri Pertahanan yang belum
sepenuhnya dapat direalisasikan dan termanfaatkan dalam sistem keamanan nasional.
Di sisi lain, industri pertahanan nasional yang saat ini masih kurang efisien, kurang
kompetitif, dan kurang memiliki keunggulan komparatif, sehingga tidak mampu memenuhi
spesifikasi teknis yang diminta, juga harus mentransformasi perilaku bisnisnya agar
Bab II - 71
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Dari sisi penegakan hukum, upaya pemberantasan korupsi pada tahun 2010 masih ada
terkendala pada adanya oknum aparat penegak hukum yang berintegritas rendah.
Sedangkan upaya penyelamatan asset akibat korupsi masih terkendala saat
implementasi di lapangan khususnya dalam proses penelusuran, pembekuan, serta
penyitaan asset. Hakim Tipikor masih banyak memiliki pengetahuan yang terbatas
dalam menyusun putusan terutama menyangkut penyitaan asset.
Dari sisi tenaga kerja, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI
selama penyiapan, pemberangkatan dan kepulangan. Kualitas pelayanan dan
Bab II - 72
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
perlindungan bagi TKI masih rendah, yang antara lain ditunjukkan oleh keterbatasan akses
informasi mengenai prosedur bekerja di luar negeri, mahalnya biaya persiapan
keberangkatan, masih maraknya praktek percaloan, pemalsuan dokumen, dan penempatan
ilegal di luar negeri, masih rendahnya pengetahuan dan kompetensi calon TKI, dan lain-
lain. Hal ini menyebabkan jumlah TKI yang menghadapi masalah saat bekerja di luar
negeri masih tinggi. Penanganan TKI bermasalah ini menimbulkan biaya tinggi bagi
Pemerintah. Oleh karena itu tantangan pokok ke depan adalah meningkatkan pelayanan
bagi TKI di dalam negeri serta meningkatkan pengetahuan dan kompetensi TKI. Terkait
dengan SIM TKI, tantangan yang dihadapi adalah memperluas jangkauan SIM TKI ke
seluruh Indonesia, sejalan dengan selesainya pengadministrasian NIK secara nasional.
Selain itu, masih sangat diperlukan peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI di luar
negeri. Untuk membantu TKI bermasalah di luar negeri, telah dibangun tempat
penampungan (shelter) di beberapa perwakilan RI. Tantangan lainnya adalah
menyelesaikan masalah-masalah TKI yang belum terselesaikan (pending) dengan
pemberian bantuan hukum atau lawyer.
Dari sisi perdagangan, perhatian perlu diberikan pada peningkatan ekspor. Selain itu
perlu juga diupayakan peningkatan koordinasi untuk mendorong penuh kerjasama
ekonomi dalam rangka persiapan Indonesia menghadapi pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) yang akan dilaksanakan pada tahun
2015.
Bab II - 73
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Selanjutnya dari sisi pemuda dan olahraga pada tahun 2012 masih dihadapkan pada
permasalahan belum optimalnya partisipasi dan peran aktif pemuda serta budaya dan
prestasi oahraga. Dengan demikian tantangan pembangunan kepemudaan dan
keolahragaan pada tahun 2012 adalah: (i) meningkatkan peran serta pemuda sebagai
kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan; (ii) menanggulangi masalah-masalah
sosial seperti kriminalitas, premanisme, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif (NAPZA), serta penularan HIV dan AIDS; (iii) meningkatkan angka partisipasi
sekolah penduduk usia 16-18 tahun dan 19-24 tahun; (iv) menurunkan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) usia 15 tahun ke atas; (v) meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan olahraga; (vi) meningkatkan ketersediaan ruang terbuka
olahraga; (vii) meningkatkan jumlah dan kualias SDM keolahragaan; (viii) meningkatkan
upaya pembibitan atlet unggulan; (ix) meningkatkan apresiasi dan penghargaan bagi
olahragawan dan tenaga keolahragaan yang berprestasi.
Bab II - 74
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
ibadah haji tahun 2012 (1433 H) harus dapat diselesaikan dalam tahun 2012.
Pembangunan nasional juga masih dihadapkan pada permasalahan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan yang belum optimal. Di samping itu perlindungan
anak masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Oleh sebab itu, tantangan yang masih dihadapi
pada tahun 2012 adalah meningkatkan pemahaman dan kapasitas kelembagaan PUG dan
pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya; dan meningkatkan
kapasitas kelembagaan perlindungan anak.
Tugas
Fungsi
1. Penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman baru
dan peningkatan kualitas permukiman di perkotaan dan perdesaan
2. Pembinaan dan penyusunan rencana induk sistem pengembangan perkotaan,
kawasan permukiman di perkotaan dan perdesaan, serta peningkatan kualitas
permukiman termasuk peremajaan kawasan dan pengembangan rumah susun
4. Peningkatan keterkaitan dan kerjasama antar kota dan kota desa untuk
mendukung pengembangan wilayah, serta peningkatan ekonomi lokal /
masyarakat
Bab II - 75
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
VISI
Terwujudnya permukiman yang layak huni dan seimbang, yang mendorong
produktivitas bagi seluruh masyarakat.
MISI
Tugas
Fungsi
Bab II - 76
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Visi
Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni, produktif dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur yang handal dalam pengembangan
permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman dan penataan bangunan dan lingkungan.
Misi
Bab II - 77
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Menerapkan organisasi yang efektif dan efisien, tata laksana yang efektif dan
terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang
profesional.
Tugas:
Fungsi:
Visi
Misi
Bab II - 78
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tugas
Fungsi
Visi
Bab II - 79
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang yang berkelanjutan untuk sebesar-
besar kesejahteraan rakyat
Misi 2025
Tugas
Berdasarkan tugas pokok tersebut, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya
mempunyai fungsi :
Visi
Visi Sekretariat Direktorat Jenderal sebagai organisasi yang dapat melaksanakan
fungsi staffing yang handal, dan dapat menciptakan budaya kerja yang baik, dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Bab II - 80
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Misi
Memberikan pelayanan prima di bidang administrasi dan teknis kepada semua unsur
dilingkungan Ditjen Cipta Karya melalui :
Kebijakan
Tugas
Fungsi
Bab II - 81
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tugas
Fungsi
Visi
Misi
Bab II - 82
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tahun 2011 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Renstra Cipta Karya
2010-2014 dimana pada tahun ini anggaran telah bertambah jika dibandingkan dengan
Tahun 2010, yang tentunya membawa konsekuensi bertambahnya output dan outcome
yang dihasilkan. Dalam memaksimalkan upaya pencapaian outcome di akhir tahun
2014, pada tahun 2011 dibentuk Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi
sebagai pusat pembelajaran yang profesional dalam terciptanya aparatur yang handal
dalam bidang air minum dan sanitasi dan bergabungnya BPPSPAM dalam lingkup
organisasi Ditjen Cipta Karya. Di tahun 2011 ini, perencanaan strategis Balai
Pembinaan Tehnik Air Minum dan Sanitasi masih menginduk kepada perencanaan
strategis kegiatan Dukungan Pelayanan Manajemen yang selama ini menjadi lingkup
tugas Seditjen. Sementara perencanaan BPPSPAM dalam Renstra Cipta Karya berada
pada kegiatan Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan
Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, dan Sanitasi.
Selama tahun 2010-2014, ketiga strategic goals tersebut diwujudkan dalam Program
Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang terbagi menjadi enam
kegiatan yaitu:
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan
Permukiman dengan unit pelaksana kerja Direktorat Pengembangan Permukiman
Bab II - 83
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Untuk melihat indikator-indikator yang ada pada Direktorat Jenderal Cipta Karya maka
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Bab II - 84
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.1
Direktorat Pengembangan Permukiman
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
Indikator Target Outcome Output Target Output
Tujuan Kementerian Sasaran Strategis Outcome Indikator Output
Outcome 2010 2014 2010 2010-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELEGGARAAN DALAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENGANGGUNG JAWAB: Direktorat Pengembangan Permukiman
Meningkatkan meningkatkan kualitas Meningkatkan jumlah Jumlah 50 205 Layanan Perkantoran Jumlah bulan Layanan 12 bulan 60 bulan
kualitas lingkungan kawasan permukiman Kabupaten/Kota yang Kab/Kota yang Kab/Kota Kab/Kota Perkantoran Layanan Layanan
permukiman dan dan penataan ruang menerapkan NSPK, dalam menerbitkan
Peraturan Jumlah NSPK Nasional 2 NSPK 5 NSPK
cakupan pelayanan pengembangan kawasan produk
Pengembangan Bidang Pengembangan
infrastruktur dasar permukiman sesuai rencana pengaturan
Permukiman Permukiman
bidan permuliman tata ruang wilayah/kawasan dan
untuk meningkatkan bagi terwujudnya mereplikasi Laporan Pembinaan Jumlah Laporan 80 449 Laporan
kesejahteraan pembangunan permukiman Bantek Pengembangan Pembinaan Laporan
masyarakat Permukiman Permukiman Penyelenggaraan Bidang
Pengembangan
Permukiman
Laporan Pengawasan Jumlah Laporan 33 165 laporan
Penyelenggaraan Pengawasan Laporan
Bidang Penyelenggaraan Bidang
Pengembangan Pengembangan
Permukiman Permukiman
Berkurangnya kawasan Jumlah 95 207 Infrastruktur Kawasan Jumlah kawasan 234 661
kumuh perkotaan kawasan Kawasan Kawasan Permukiman Perkotaan permukiman perkotaan Kawasan Kawasan
kumuh yang ditangani
perkotaan yang
ditangani
Terlaksananya pembangunan Jumlah 40 Twin 250 Twin Jumlah satuan unit hunian 40 Twin 250 Twin
rusunawa rusunawa Block Block Rumah Susun yang Block Block
terbangun Rusunawa beserta Terbangun beserta
Infrastruktur infrastruktur
Pendukungnya pendukungnya
Meningkatnya kualitas Menurunnya kesenjangan Jumlah 143 322 Infrastruktur Kawasan Jumlah kawasan yang 143 469
infrastruktur permukiman antar wilayah kawasan Kawasan kawasan Terbangun Infrastruktur Kawasan Kawasan
perdesaan/kumuh/nelaya Permukiman Permukiman Perdesaan
n dengan pola Perdesaan
pemberdayaan ditangani
masyarakat Jumlah 50 185 Infrastruktur Jumlah Kawasan yang 237 1,185
kawasan Pusat Kawasan Kawasan Pendukung Kegiatan dilayani oleh Infrastruktur Kecamata Kecamatan
Pertumbuhan Ekonomi dan Sosial Pendukung Kegiatan n
terbentuk (RISE) Ekonomi dan Sosial
meningkatnya jumlah Jumlah desa 3,900 13,190 Infrastruktur Perdesaan Jumlah Desa Tertinggal 3,900 13,190 Desa
kelurahan/desa yang tertinggal yang desa desa (PPIP) Terbangun Infrastruktur Desa
ditingkatkan infrastruktur ditangani Permukiman
permukiman/kumuh/nelayan
Bab II - 85
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.2
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Meningkatnya kualitas kawasan Terwujudnya revitalisasi Jumlah 33 Kawasan 152 Kawasan Bangunan Geedung Jumlah Kab/Kota 54 Kab/Kota 159 kab/Kota
permukiman dan penataan ruang kawasan permukiman dan kawasan yang (Strategis) 33 Strategis) 207 dan Fasilitasnya Mendapatkan
penataan bangunan meningkat Kwsn (RTH) 33 Kwsn (RTH) 160 Pengembangan
fungsinya Kwsn Kwsn (Tradisonal Bangunan Gedung
(Tradisional dan dan bersejarah) Negara/Bersejarah
bersejarah)
Sarana dan Jumlah Kawasan 138 Kawasan 303 Kawasan
Prasarana yang Tertata
Lingkungan Bangunan dan
Permukiman Lingkungannya
Meningkatnya kulaitas infrastruktur Meningkatnya infrastruktur Jumlah 8230 23,999 Keswadayaan Jumlah Kel/Desa 8,230 23,999
permukiman permukiman Kel/Desa yang Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa Masyarakat yang mendapatkan Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa
perdesaan/kumuh/nelayan/dengan perdesaan/kumuh/nelayan meningkat Pendampingan
pola pemberdayaan masyarakat kualitasnya Pemberdayaan
melalui Sosial
pemberdayaan (P2KP/PNPM)
masyrakat
Bab II - 86
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.3
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Tabel 2.4
Bab II - 87
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.5
Direktorat Bina Program
Bab II - 88
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.6
Sekretariat Direktorat Jenderal
Bab II - 89
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Tabel 2.7
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bab II - 90
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 91
Laporan Akhir
Review Indikator Kinerja Cipta Karya
Bab II - 92