B. Faktor Presipitasi
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga
jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan
bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh.
Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Prosedur medis keperawatan.
C. Jenis
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah,
karena :
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
D. Rentang Respon
E. Mekanisme Koping
Struart dan Sundeen (2008) berpendapat bahwa mekanisme koping
termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka panjang,
jangka pendek, dan ego menurut Stuart dan Sundeen (2008) adalah sebagai
berikut:
1) Pertahanan jangka pendek meliputi:
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas, misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misal: ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub
politik, kelompok atau geng.
c) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri,
misal: olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu, misal: penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:
a) Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
b) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar,
bertentangan dengan nilai, dan harapan masyarakat.
c) Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran (displacement),
peretakan (spiliting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk.
III. A. Pohon Masalah
Isolasi sosial: Menarik diri