PASIEN UMUM/RUJUKAN
UGD POLIKLINIK
KAMAR BERSALIN
30 MENIT
KAMAR OPERASI
HCU
RUANG PERAWATAN
KEBIDANAN DAN RUANG
NITENSIF BAYI
RUJUK
Jumlah
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikat
Kebutuhan
1 Penanggung Dokter spesialis Pelatihan NICU 1
jawab maternal anak
dan neonatal Dokter spesialis Pelatihan PONEK 1
kebidanan
2 Penanggung D3 Keperawatan / Manajemen bangsal
jawab kebidanan Pelatihan PONEK 2
keperawatan/
Pelatihan 2
kebidanan
Perinatologi
3 Perawat D3 Keperawatan 6
Pelaksana
4 Bidan pelaksana D3 Kebidanan 10
2. Distribusi Ketenagakerjaan
Pola pengaturan ketenagaan di ruangan perinatal yaitu :
a. Untuk dinas pagi :
Petugas yang ada berjumlah 3 (tiga) orang dengan kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang pelaksana
b. Untuk dinas sore
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
1 orang PJ Shif
1 orang pelaksana
c. Untuk dinas malam
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
1 orang PJ Shif
1 orang pelaksana
1. DEFINISI
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan angaka kematian ibu dan angka kematian bayi.
b. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan perlindungan ibu dan bayi
secara terpadu dan paripurna
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi
3) Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan
obstetrik an neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24
Jam)
4) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi bagi sarana pelayanana kesehatan lainnya.
5) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif
6) Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam perawatan metode kangguru (PMK)
pada BBLR
7) Melaksanakan sisitem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB
3. SASARAN
a. Rumah sakit umum pemerintah dan swasta.
b. Rumah sakit khusus yang menangani ibu dan anak (RS Bersalin dan RS Ibu
anak) pemerintah dan swasta.
4. STRATEGI PELAKSANAAN
Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna menuju RS sayang ibu dan anak sebagai berikut :
I. DEFINISI
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu
dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.
Ada dua jenis rawat gabung :
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam
seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar
bayi. Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.
b. Penggunaan ASI
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
2) Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin
c. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
bayi.
lain.
Mengamati hal-hal yang tidak biasa (kelainan) yang terjadi pada bayi
1) Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang manfaat ASI dan
rawat gabung.
laktasi.
b. Kamar Persalinan
pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk
c. Kamar perawatan
3) Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat
payudara
laktasi.
d. Klinik laktasi
2) Memberi KIE dengan pesan tentang gizi ibu, mengatasi kesulitan proses
SISTEM RUJUKAN
I. PENGERTIAN
Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Diharapkan dengan adanya sistem rujukan pasien dapat pertolongan
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, selain itu dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.
Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan rujukan
kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat
vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya. Rujukan
kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang
terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang
mendukungnya.
Pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat
besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini
bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic healt services). Bentuk pelayanan ini
adalah puskesmas atau balkesmas.
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan
cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan pasien. Dalam Bidang kesehatan maternal dan perinatal, menurut
Samsulhadi (2007), rujukan terlambat yang tinggi merupakan salah satu permasalahan
utama dari terjadinya kematian ibu atau bayi. Keterlambatan ini disebabkan berbagai
permasalahan dasar pada aspek kesehatan maupun non kesehatan. Beberapa
diantaranya meliputi permasalahan dari faktor geografis, sosial, maupun kemampuan
pembiayaan.
2. Rujukankegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
PENUTUP
Rumah sakit mampu PONEK adalah rumah sakit yang memiliki kemampuan serta fasilitas
PONEK siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED. Merupakan acuan
operasional bagi Tim PONEK dan pelaksana program di lapangan. Panduan ini memuat
beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh Rumah Sakit sebagai fasilitas rujukan yang
bertanggung jawab dalam penyediaan sarana pelayanan obstetri dan neonatal, panduan ini
juga dapat membantu tenaga kesehatan rumah sakit AULIA dalam menjalankan pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.
Diharapkan panduan obstetri neonatal emergency komprehensif ini dapat membantu
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit aulia. Kami menyadari pula bahwa masih
banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya
mengimplementasikan Panduan pelayanan obstetri emergency komprehensif. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran perbaikan, sumbangan perbaikan, masukan dan kritikan untuk
lebih menyempurnakan panduan ini.
PROSEDUR
Pasien Umum/Rujukan
UGD Poliklinik
Ruang Bersalin
Ruang Operasi
HCU
RUJUK
Keterangan :
1. Pasien datang (umum/rujukan) melalui UGD lakukan TRIASE
(dokter ugd, dokter ruangan dan bidan kamar bersalin melakukan
kolaborasi untuk mentukan apakah pasien bisa dirawat di Rumah Sakit
AULIA), jika pasien bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA maka pasien
biasa ditransver ke ruang bersalin atau ruang perawatan ibu. Tetapi pada
kasus-kasus tertentu jika pasien tidak bisa dirawat di Rumah Sakit
AULIA maka dokter ugd wajib merujuk pasien ke fasilitas yang lebih
mampu untuk menangani kasus tersebut.
2. Untuk pasien dengan rencana SC elektif dan cyto pasien bisa langsung
masuk melalui poliklinik, setelah melakukan administrasi pendaftaran.
Dan poliklinik wajib memberitahukan kepada ruang bersalin dan ruang
operasi bahwa akan ada rencana SC. Tetapi pada kasus tertentu jika
pasien tidak bisa bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA maka poliklinik
wajib merujuk pasien kefasilitas yang lebih mampu untuk menangani
kasus tersebut.
3. Bidan kamar bersalin menerima pasien dari UGD melakukan
pemeriksaan berdasarkan prosedur yang sudah ada dan melaporkannya
ke DPJP. Untuk penanganan lebih lanjut bidan kamar bersalin harus
bekerja berdasarkan instruksi dari DPJP, dan juga melaporkan atau
memberitahukan kepada dokter ruangan.
UNIT TERKAIT 1. Ruang UGD
2. Ruang Bersalin
3. Ruang Ranap Ibu
4. Ruang Poliklinik
5. Ruang Operasi
6. Dokter UGD
7. Dokter Ruangan
PENGERTIAN Anafilaktik adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan
yang mendadak pada permeabilitas vaskuler dan hiperaktifitas bronchial.
Perubahan ini disebabkan oleh beberapa mediator endogen yang dilepaskan
segera setelah suatu stimuli baik oleh antigenic maupun non-antigenik.
Reaksi anafilaksis merupakan respon klinis hipersensitivitas akut, berat dan
menyerang berbagai organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipe cepat ( reaksi hipersensitivitas tipe 1 ).
TUJUAN Pemberian pengobatan maupun tindakan untuk mengatasi keadaan kegawat
daruratan anafilaksis dan komplikasinya.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PENGERTIAN Tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan atau ketidak mampuan melahirkan bahu dengan mekanisme atau
cara biasa.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan kasus
distosia bahu.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Melakukan persetujuan tindakan medic.
2. Persiapan sebelum tindakan (pasien,penolong dan bayi)
3. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
4. Anastesi lokal dan episiotomi
5. Tindakan
a. Manuver corkscrew woods
Masukkan dua jari tangan kanan ke arah anterior bahu
belakang janin.
Minta asisten untuk melakukan penekanan fundus uteri
kearah bawah, kemudian puter (searah puteran jarum jam)
bahu belakang bayi dengan kedua jari tangan operator
(penolong persalinan) kearah depan (ventral terhadap ibu)
sehingga lahir bahu belakang. Perhatikan posisi punggung
bayi karena putaran bahu belakang kedepan adalah kearah
punggung bayi.
Masih diikuti dengan dorongan pada fundus uteri dilakukan
putaran berlawanan dengan arah putaran pertama sehingga
akan menyebabkan bahu depan melewati simfisis.
PENGERTIAN Persalinan preterm ialah kelahiran bayi sebelum usia gestasi 37 minggu atau
259 hari.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan kasus
persalinan preterm.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Pasien yang mengalami penipisan dan dilatasi sevik tampaknya akan
mengalami persalinan preterm. Bayi-bayi dengan usia kehamilan >35
minggu prognosis kelangsungan hidupnya adalah cukup baik, maka tidak
diperlukan pematangan paru dan biarkan lahir. Bila masih mungkin, pada
kasus kehamilan <35 minggu pembukaan < 3cm, ketuban belum pecah, tak
da tanda-tanda infeksi maka sebaiknya dilakukan upaya untuk pematangan
paru janin.
Pemberian dexamethasone ialah: 2 X 12mg/i.m/hari diberikan dalam
2 hari. Tokolisis diberikan untuk memberikan kesempatan
pematangan paru.
Nifedipin 10mg diberikan 1-2 kali dalam 1 jam. Kemudian diberikan
4 X 10mg sampai his hilang dalam hari pertama.bila kontraksi hilang
maka obat-obatan dapat dihentikan.bila nifedipin tidak efektif maka
dapat menggukan terbutalin sulfat dengan dosis 0,25mg yang
diberikan secara subkutan, selanjutnya dalam drip infus 4mg/500ml,
12 tts/menit.
PENGERTIAN Timbulnya hipertensi, protein uria, dan odema pada tangan-kaki pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Bahkan dapat disertai dengan timbulnya kejang.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan pengobatan pre eklampsia
dan eklampsia pada ibu hamil
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah
Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-DIR/XI/2015
Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia biasanya dibagi menjadi 2 klasifikasi
1. Pre-eklamsia ringan
Pre-eklamsia ringan biasanya terjadi menjelang waktu perkiraan
persalinan. Arah dari penyakit ini tidak dapat di prediksi. Pre-eklamsia
dapat terus menjadi parah sampai persalinan sehingga patologinya tidak
akan tertangani sebelum bayi lahir.
Penatalaksanaan konservatif pre-eklamsia ringan
Rawat inap di rumah sakit.
Bedrest dengan menurunkan aktifitas fisik.
Sering melakukan pengukuran tekanan darah (setiap 4 jam
kecuali tengah malam dan pagi hari).
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan protein
urin,hematokrit,trombosit,kadar kreatinin,urat dan fungsi
hati.
Evaluasi janin dengan USG.
Pantau keadaa janin dengan profil biofisika (NST)
Pemberian anti hipertensi methyldopa dan nifedipine bila
diastolik >90mmhg. Hindari pemberian diuretik.
c) Terminasi kehamilan
Jika ibu tidak dalam proses bersalin, periksa servik. Jika
servik dalam kondisi yang matang untuk induksi,
mulailah induksi persalinan.
3. Eklamsia
Kontrol kejang dengan MgSO4 (dosis awal 4gr dan dosis
jaga 1-2gr/jam).
Lindungi pasen dari kecelakan selama kejang. Jangan
meninggalkan pasien tanpa ditunggui.
Bersihkan dan lancarkan jalan nafas dengan penghisapan
dan pasien harus tetap menggunakan penahan mulut
(mouth gag) dan selang pernafasan.
Pasang masker oksigen setelah kejang berhenti untuk
mengoreksi hipoksia.
Kontrol tekanan darah yang tinggi untuk mencegah
komplikasi fatal (misalnya perdarahan serebral) dengan
memberikan injeksi obat anti hipertensi secara intra
vena.
Lahirkan bayi.
Hindari obat-obat diuretik dan hiperosmotik kecuali pada
odema paru.
Batasi pemberian cairan intravena (1500 ml/ 24 jam)
kecuali kehilangan darah yang terjadi sangat banyak.
Koreksi hipoksia dan asidosis.
Obsevasi ketat :
Setiap 30 menit periksa denyut nadi, TD, dan
kecepata pernafasan.
Buat status cairan yang memantau asupan cairan dan
output urine melalui kateter yang telah dipasang.
Setiap 24 jam periksa DPL (darah perifer lengkap)
termasuk trombosit, urea darah, kreatinin, dan enzim
hati.
Nilai koagulopati dengan profil koagulasinpada saat
pasien masuk untuk dirawat, waktu protombin (PT),
waktu tromboplastin (PTT), produk penguraian
fibrinogen dan fibrin (FDP).
Pada kasus resisten ketika kejang eklamptik tidak
berhenti meskipun diberi regimen penatalaksanaan
pre-eklamsia berat, berikan 2gr/jam MgSO4 melalui
tetesan IV lambat. Periksa kadar MgSO4 dalam
darah sebelum pemberian dosis dan pada kasus-kasus
resisten untuk menurunkan kejadian terjadinya
keracunan. Selain itu agen kedua mungkin
diperlukan (misalnya diazepan atau fenobarbital).
Dosis tambahan 2gr MgSO4 dapat ditambahkan satu
4. Sindrom HELLP
Lahirkan bayi tanpa memandang usia kehamilan.
Pergantian dengan pertukaran plasma atau kortikosteroid
dosis tinggi (dexamethasone 12mg/12 jam IV sampai hitung
trombosit mencapai 100.000/mm dan kemudian 5mg IV
setiap 2 jam untuk dua dosis selanjutnya)dapat mempercepat
penyembuhan penyakit.
Padukan asuhan obstetrik dan neurologis di rumah sakit
tersier.
PENGERTIAN Didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140
mmhg dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmhg
yang telah ada sebelum kehamilan, yang bertahan sampai lebih dari 20
minggu pasca partus atau setelah 12 minggu.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan pengobatan
hipertensi pada ibu hamil.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Rawat inap di rumah sakit jika di perlukan
2. Bedrest dengan menurunkan aktifitas fisik.
3. Sering melakukan pemeriksaan tekanan darah ( setiap 4 jam kecuali
tengah malam dan pagi hari).
4. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan protein dalam urine,
kreatinin serum, asam urat, dan BUN baseline.
5. Pengobatan anti hipertensi yang mencakup salah satu dari berikut ini.
Alfa metildopa (obat yang bereaksi pada SSP) dosis 1-3gr/hari.
Atenolol ata labetolol (beta bloker) dosis :
Atenolol 50mg dosis awal, dapat ditingkatkan hingga
200mg/hari sekali sehari.
Labetolol 200-2000 mg/hari.
Nifedipine
Blocker kanal kalsium, dosis 30-90mg/hari per oral.
Diuretik tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
Inhibitor enzim yang mengubah angiotensin merupakan
kontraindikasi dalam kehamilan
6. Terminasi dilakukan bila
PENGERTIAN Sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari
dalam rahim.
TUJUAN Mengenali, dan dapat menatalaksanakan tindakan dilatasi dan kuretase
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medis.
B. Persiapan sebelum tindakan.
Pasien
Penolong ( operator dan asisten )
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
D. Tindakan
1) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik.
Atau dengan dokter anatesi.
2) Lakukan katerisasi.
3) Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan
bimanual. Tentukan besar uterus dan pembukaan serviks.
4) Bersikan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan
menggunakan larutan klorin 0,5%.
5) Pakai sarung tangan steril yang baru.
6) Pasang spekulum sim S atau L. Masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar kebawah.
7) Pasang spekulum sim S berikutnya dengan jalan memasukan
bilahnya secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas sehingga
portio tampak dengan jelas.
8) Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisi semula.
PENGERTIAN Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Terapi Ekspektatif
Syarat-syarat terapi ekspektatif kehamilan preterm dengan perdarahan
sedikit yang kemudian berhenti,belum ada tanda-tanda inpartu,keadaan
ibu cukup baik, janin masih hidup.
Rawat inap dan tirah baring.
Lakukan pemeriksaan USG
Berikan tokolitik dari beberapa pilihan berikut ini :
MgSO4 8gr dosis awal dilanjutkan 4gr setiap 6 jam.
Salbutamol 3X2mg/hari (perhatikan palpitasi atau
takhikardi)
Indomethachin 3X25mg oral/hari (hati-hati gangguan
fungsi ginjal).
Pemberian tokolitik
Betamethasone 12mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
Bila setelah usia kehamilan diatas 32 minggu, plasenta masih
berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa semakin jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
Terapi Aktif
Wanita hamil diatas usia kehamilan 22 minggu dengan
perdarahan per vaginam yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memangdang maturitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,
lakukan PDMO jika:
Infus/transfusi telah dipasang, kamar dan tim operasi
telah siap.
Kehamilan >37 minggu (berat badan >2500gr) dan
inpartu atau fetus telah meninggal atau terdapa anomali
kongenital mayor.
Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh
melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi
luar).
Akhiri kehamilan dengan sectio secarea.
PENGERTIAN Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus,
sebelum fetus dilahirkan.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Terapi spesifik
Atasi syok
o Infus larutan NS/RL untuk retorasi cairan, berikan 500 ml
dalam 15 menit pertama dan 2L dalam 2 jam pertama.
o Ganti darah yang keluar dengan darah segar untuk
memperbaiki faktor pembekuan akhibat koagulopati
Tatalaksan oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan
mempertahankan fungsi ekskresi sistem urinaria.tetapi apabila syok
terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum rawat),
umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
oliguria (produksi urine <30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat
dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis.
Setelah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan
tersebut dengan:
Atasi hipofibrinogenemia
o Restorasi cairan/darah sesegara mungkin dapat
menghindarkan terjadinya koagulopati.
o Lakukan tes laboratorium : darah lengkap dan lakukan tes uji
beku daarah untuk menilai fungsi pembekuan darah.
o Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma
beku segar (15 ml/kg BB).
o Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan cryoprecipitate
fibrinogen.
o Bila perdarahan masih berlangsung dan trombosit dibawah
20.000 berikan konsentrat trombosit.
Atasi anemia
o Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi
anemia karena disamping mengandung butir-butir darah
merah, juga mengandung unsur pembekuan darah.
o Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien
masih dalam kondisi anemia berat berikan packed cell.
Tindakan obstetrik
Seksio sesar
o Seksio sesar dilakukan apabila :
Janin hidup dan pembukaan belum lengkap.
Janin hidup,gawat janin, tetapi persalinan pervaginam
tidak dapat dilaksanakan dengan segera.
Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan
persalinan pervaginamndapat berlangsung dalam waktu
yang singkat sehingga keselamatan ibu terancam oleh
komplikasi lanjutan.
o Observasi ketat kemungkinan perdarahan berulang
(koagulopati).
Persalinan per vaginam
o Partus per vaginam dilakukan apabila :
Janin hidup, gawat janin dan syarat untuk melahirkan
pervaginam dengan segera dapat di penuhi (pembukaan
lengkap, bagian terendah sudah di dasar panggul dan
tindakan untuk akselerasi persalinan dapat diaplikasikan).
Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil evaluasi
kondisi serviks cukup baik untuk induksi/akselerasi.
o Partus pervaginam dengan bayi hidup, lakukan amniotomi
(bila ketuban belum pecah).kemudian percepat kala II dengan
ekstraksi forcep/vakum.
PENGERTIAN Suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera haemoragic post partum.
TUJUAN Mampu mengetahui dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat kompresi
bimanual.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medis
B. Persiapan sebelum tindakan (pasien dan penolong)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Kosongkan kandung kemih
2. Lakukan pemeriksaan dengan benar sehingga dapat dipastikan
bahwa perdaran ini disebabkan oleh atonia uteri
3. Pastikan tetesan cairan infus yang berisi oksitosin 20 IU berjalan
dengan baik dan ergometrin 0,4mg (perhatikan kontra indikasi)
sudah diberikan secara intramuskuler. Tambahkan misoprostol
apabila kontraksi uterus kurang memadai.
E. Kompresi bimanual eksterna
1. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
2. Tekan ujung jari telunjuk, tngah dan manis satu tangan diantara
simfisis dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus
uteri naik kearah dinding abdomen
3. Letakkan sejauh mungkin, telapak tangan lain di korpus uteri
bagian belakang dan dorong uterus kearah korpus dengan ventral
PENGERTIAN Belum lepasnya atau lahirnya plasenta selama jam dari sesudah bayi lahir
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan selama persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Tegakkan diagnosa dengan akurat bahwa benar retensio plasenta
2. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta
3. Atasi syok
4. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanan aktif kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU
secara IM. Dan teruskan melakukan penegangan tali pusat terkendali
dengan hati-hati (cek apakah ada robekan pada jalan lahir)
5. Berikan cairan IV : Nacl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat. Untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang, sampai nadi dan tekanan
darah membaik dan kembali normal.
6. Lakukan tes laboratorium : cek darah lengkap dan pembekuan darah
7. Bila terjadi perdarahan maka plasenta harus dilahirkan secara
manual.
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang bersalin
PENGERTIAN Prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus
dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong yang di
masukkan kedalam kavum uteri
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123 /RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan
Pasien
Penolong (operator dan asisten)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan penetrasi ke kavum uteri
1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui
selang infus
2. Lakukan katerisasi kandung kemih
3. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar
lantai
4. Secar obstetrik masukan satu tangan (punggung tangan kebawah)
kedalam vagina dengan menulusuri tali pusat bagian bawah
5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus
uteri
PENGERTIAN Perdarahan yang terjadi akhibat tertinggalnya kotiledon dan selaput ketuban
yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakhibatkan perdarahan
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
pasca persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut
sebagian besar pasien-pasien akan kembali lagi ketempat bersalin
dengan keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang kerumah dan
sub-involusi uterus.
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala
metritis dan dapat ditambahkan pemberian analgetika.
3. Lakukan eksplorasi (jika serviks masih terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan.bila serviks hanya dapat di lalui
instrumen, lakukanevakuasi sisa plasenta dengan AVM atau
kuretase.
4. Bila kadar Hb < 8gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb > 8gr%
berikan sulfas ferosus 600mg/hari selama 10 hari
UNIT TERKAIT 1. Dr.spesia;is kandungan
2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan
PENGERTIAN Keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontrsksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Komprehensif di Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang
terjulur,akan mengalami robekanpada posisi spina isiadika tertekan
kepala bayi.
2. Bila lasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan portio.
3. Jepitkan klem ovumpada kedua sisi portio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan
tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan.
4. Setealh tindakan periksa tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uterus, dan perdarahan pasca-tindakan.
5. Beriantibiotika profilaksis, kecuali bila dijumpai tanta-tada infeksi.
6. Bila terjadi defisit cairan, lakukan restorasi cairan.dan apabila kadar
Hb dibawah 8gr% berikan transfusi darah.
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan
PENGERTIAN Suatu prosedur atu tindakan untuk menyatukan kembali jaringan yang luka
dan mencegah terjadinya perdarahan akhibat dari perlukaan jalan lahir
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan (pasien dan penolong)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Siapkan pasien dalam posisi litotomi
2. Lakukan katerisasi
3. Pasang bilah spekulum bawah secara vertikal kemudian putar
gagang spekulum kebawah
4. Pasang spekulum atas,atur sedemikian rupa sehingga dinding
vagina dan portio tampak jelas
F. Penjahitan
1. Ambil kedua klem yang menandai tempat robekan
o Perbaiki posisi klem kiri dan kanan (diantara tempat
robekan) dengan memindahkan masing-masing klem ke
lateral kiri dan kanan (dengan jarak 2,5cmdari tepi robekan
kiri dan kanan)
o Upayakan agar cakupan jepitan klem dapat mencapai garis
yang melalui titik paling ujung dari robekan
o Bila pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri yang di
sebabkan oleh penjepitan atau pasien tidak kooperatif,
instruksikan asisten untuk menyuntikan sedatif dan
analgetik
2. Bila ujung robekan dapat dicapai, tusukkan jarum di mulai dari 1
cm diatas luka, ikat dengan jahitan angka delapan.
o Mulai penjahitan dari bagian distal terhadap operator
o Tusukkan jarum pada bagian luar kanan porsiotembuskan
kedalam dan silangkan kedalam kiri, tembuskan ke kiri luar
distal, menyebrangi garis robekan ke luar kanan
distalmenembus dalam kanan distal,silangkan ke kiri dalam
proksimal kemudian menembus ke kiri proksimal
o Buat simpul dan jepit sisa benang ebagai panduan jahitan
selanjutnya.
3. Lanjutkan penjahitan dengan cara yang sama hingga keujung luar
robekan hingga seluruh robekan portio terjahit dengan baik dan
perdarahan dapat di atasi.
PENGERTIAN Prosedur operasi untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding perut
dan uterus
TUJUAN Mampu memahami dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat prosedur
seksio sesar
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Menetapkan indikasi seksio sesaria
C. Menentukan jenis seksio sesaria
D. Mempersiapkan tim
E. Pencegahan infeksi dan persiapan operasi (pasien dan penolong)
F. Tindakan pembiusan
1. Induksi
Berikan oksigen melalui masker 3 liter per menit
Induksi dapat dilakukan dengan ketamin 0,5mg/kg yang
dilarutkan dalam NaCl 0,9% dalam kadar 10mg/ml yanng
disuntikaan iv pelan (2 menit).
Jika dalam 5 menit anak belum lahir, dosis ketamin yang sama
dapat di berikan sekali lagi
Segera setelah bola mata nampak bergerak tanpa sadar
(nystagmus), pembedahan dapat dimulai
PENGERTIAN Infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus metritis
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Lakukan pemeriksaan secara klinis dan rawat inap
2. Lakukan pemasangan infus
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
4. Berikan transfusi bila dibutuhkan
5. berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
6. Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
7. bila dicurigai adanya sisa plasenta,lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar)
8. bila ada pus lakukan drainase
9. bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparatomi dan keluarkan pus. bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal
PENGERTIAN Infeksi saluran genital yang terjadi setelah pecah ketuban, atau hingga 42
hari pasca persalinan atau aborsi
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus sepsis puerperium
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Lakukan pemeriksaan secara klinis dan pasang infus IV kristaloid
2. Berikan antibiotika
o pemberian antibiotika spektrum luas adalah terapi segera dan
menghentikan penyebaran infeksi lebih jauh. jika kultur dan uji
sensitivitas sudah diketahui, antibiotika diganti sesuai dengan
hasil kedua pengujian tersebut.
3. Mengevakuasi produk kehamilan yang tertinggal. AVM bisa digunakan
jika sesuai untuk kasus seperti ini.
4. Memantau jumlah sel darah putih setiap 48 jam atau menurut kondisi
klinisnya
5. Lanjutkan antibiotika hingga pasien tidak mengalami demam selama
24-48 jam dan tidak merasa nyeri
6. X-ray dada untuk membantu menentukan adanya emboli pulmoner
septik atau pneumonia
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang perawatan ibu
PENGERTIAN Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus bendungan payudara
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Bila ibu menyusui bayinya :
1. Susukan sesering mungkin
2. Kedua payudara disusukan
3. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyususi
5. Sangga payudara
6. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
7. Bila demam tinggi berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4
jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
B. Bila ibu tidak menyusui :
1. Sangga payudara
2. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa nyeri
3. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan memijat atau memakai kompres hangat pada payudara
5. pompa dan kosongkan payudara
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang perawatan ibu dan Poliklinik
PENGERTIAN Peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus mastitis
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. bila
diberikannya sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang
2. Kompres payudara
3. Sangga payudara
4. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya walau ada pus
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
PENGERTIAN Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan
infeksi yang kurang baik
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus infeksi luka perineal dan luka abdominal
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR
1. Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma dan
wound cellulitis
o wound abcess, wound seroma, wound hematoma suatu
pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous
atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka insisi
o wound cellilitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai
dari tempat insisi
3. Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan
pengeluaran serta kompres antiseptik
4. Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakuan debridemen
5. Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotik
6. Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampicilin 500 mg per oral selama
6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali per hari selama 5 hari
PENGERTIAN Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir
menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD.
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obat sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi
darah
TUJUAN 1. Dapat menatalaksankan tindakanresusitasi neonatus secara cepat dan
tepat
2. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
KEBIJAKAN
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Persiapan alat
1. Periksa kelengkapan alat
2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya
3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga keselamatan
bayi
Penilaian awal setiap bayi baru lahir
1. Apakah air ketuban tanpa mekoneum?
2. Apakah bayi bernapas atau menangis?
3. Apakah tonus otot baik?
4. Apakah kulit bayi berwarna merah muda?
5. Apakah umur kehamilan cukup bulan?
Bila semua jawabanya Ya, bayi memerlukan perawatan rutin untuk
bayi baru lahir.
Bila salah satu jawabnya Tidak, bayi memerlukan beberapa langkah
awal resusitasi.
Langkah awal resusitasi {dilakukan dengan cepat dan diselesaikan dalam
waktu 30 detik)
1. Jaga lingkungan yang hangat dan kering
2. Letakkan pada posisi yang benar dan bersihkan jalan napas, terutama
bila ada mekoneum
Pemberian Epinefrin
Indikasi :
1. Denyut jantung tetap < 60 x/m setelah dilakukan VTP selama 30
detik dilanjutkan kompresi dada bersama selama VTP selama 30
detik
Cara pemberian :
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET : suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP
3. Melalui vena umbilikalis :
Pasang tali umbilikal secara longgar di sekitar dasar tali pusat
Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
Potong tali pusat secara steril dengan skapel di bawah klem 1-2
cm di atas garis kulit
Masukkan kateter ke vena umbilikalis dengan arah ke atas menuju
ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir
Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1-0,3 ml/kgBB) larutkan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi saline normal 0,5-1 ml
Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60 x/menit,
ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
Bila bayi tampak lemah dan ada bukti perdarahan, pikirkan
kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik
PENGERTIAN Continuous Positive Airway Pressure ( CPAP ) adalah alat yang digunakan
untuk memberikan terapi oksigen dengan tekanan tertentu secara kontinyu
pada pasien yang masih bisa bernafas spontan.
TUJUAN Mengatasi keadaan distress respirasi ringan dan sedang
Mengatasi keadaan apnea pada bayi prematur
Mencegah terjadinya kegagalan weaning ventilator
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
Awal
-nasal CPAP ........................................................................................ 7 cmH2O
- tidak membaik dalam 10 menit 1 cmH2O/setiap
kali
Maksimum:
- nasal CPAP10-12
cmH2O
- ET CPAP8-12
cmH2O
PENGERTIAN Merupakan penyakit ringan pada bayi mendekati cukup usia atau bayi cukup
usia yang memperlihatkan gawat pernafasan segera setelah lahir
TUJUAN Dapat mendeteksi, mendiagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat kasus TTN
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Oksigenisasi
2. Pembatasan cairan
3. Pemberian minum setelah takipnea membaik
4. Mengkonfirmasi dignosis dengan menyisihkan penyebab takipnea lain
misalnya pnemonia, penyakit jantung kongenital, hyaline membrane
disease (HMD) dan hiperventilasi serebral
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anak
2. Ruang perinatologi
PENGERTIAN Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi menggunakan sinar Ultraviolet dengan
panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud untuk
menurunkan kadar Bilirubin.
TUJUAN Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak
memerlukan fototerapi lagi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Persiapan alat fototerapi :
1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini untuk
mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta
melindungi dari bahaya sinar ultraviolet.
2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu dibawah
lampu 28oC 30oC
3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresens
menyala dengan baik.
4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip
PENGERTIAN Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 g/dl pada bayi kurang bulan /
cukup bulan disertai gejala apnea, hipotonia, kejang, asfiksia, refleks isap
turun, letargis, hipotermia, syok, ibu DM
TUJUAN Meningkatkan kadar glukosa sampai kadar yang tidak membahayakan bayi
baru lahir / neonates
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Manajemen glukosa darah < 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemi
1. Pasang jalur IV jika belum terpasang
2. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara IV bolus pelan dalam lima
menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan dengan
dosis yang sama larutan glukosa melalui pipa lambung
3. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan menurut umur dan berat
badan (GIR 6-8 mg/kg/menit)
4. Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan
kemudian tiap tiga jam :
PENGERTIAN Hiperkalsemia adalah kadar kalsium total dalam serum > 11,0 mg/dl atau
kadar ion kalsium serum > 5,0 mg/dl pada bayi yang disertai gejala hipotoni,
ensefalopati, hipertensi, distres pernapasan, nafsu makan menurun atau
muntah.
TUJUAN Menurunkan kadar kalsium sampai kadar normal
PENGERTIAN Hipokalsemia adalah kadar kalsium darah < 8 mg/dl pada bayi cukup bulan
dan < 7 mg/dl (1,75 mmol/L) pada bayi kurang bulan, yang dibagi menjadi :
1. Akut; disertai gejala apnea, iritabel, spasmus karpopedal,
tonusmeningkat, klonus, hiperrefleksi, terbukti tetani atau kejang
2. Kronis; dapat terjadi riketsia, yang ditandai adanya apnea,
demineralisasi tulang, kadar alkali fosfat meningkat, fraktur tulang
rusuk dan tulang panjang
TUJUAN Menangani hipokalsemia pada bayi baru lahir / neonatus
Temuan
Riwayat Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar dengan suhu Suhu tubuh 32 C-36.4 C
o o Hipotermia sedang
lingkungan yang rendah Gangguan napas
Waktu timbulnya kurang dari 2 Denyut jantung kurang
hari dari 100 kali per menit
Malas minum
Letargi
Bayi terpapar dengan suhu Suhu tubuh kurang dari 32
o
lingkungan yang rendah C
Waktu timbulnya kurang dari 2 Tanda lain Hipotermia
hari sedang
Kulit teraba keras
Napas pelan dan dalam
Tidak terpapar dengan dingin Suhu tubuh berfluktuasi
atau panas yang berlebihan antara 36 oC-39 oC
Sedang berada di suhu
lingkungan yang stabil
Fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil
Bayi berada di lingkungan yang Suhu tubuh lebih dari 37.5
o
sangat panas, terpapar dengan C
matahari, berada di dalam Tanda dehidrasi
inkubator, atau pemancar panas (elastisitas kulit
berkurang, mata dan ubun-
ubun besar cekung, lidah
dan membrana mukosa
kering)
Malas minum
Frekuensi nampas lebih
dari 60 kali per menit
Denyut jantung lebih dari
160 kali per menit
Letargi
Iritabel
PENGERTIAN Hipotermia pada bayi lahir adalah penurunan suhu tubuh sampai di bawah
36,5oC (normal 36,5-37,5 oC)
TUJUAN Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir / neonatus dengan
faktor resiko BBLR, prematur, asfiksia atau kondisi lain
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Tindakan Pencegahan
Siapkan ruang yang cukup hangat
Bayi dengan asfiksia, distres respirasi atau sepsis membutuhkan
suhu ruang lebih tinggi dibanding bayi dengan berat yang sama
tanpa masalah
Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasi
Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk
Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik mandi
ditunda
Jangan hilangkan verniks
Tutuplah kepala dengan handuk bersih dan kering
PENGERTIAN Polisitemia adalah peningkatan hematokrit > 65% (pada bayi baru lahir > 68
%) yang disebabkan oleh transfusi palsenta (terlambat mengikat tali pusat,
transfusi kembar), hipoksia intrauterin (insufisiensi plasenta pada bayi post
matur, bayi KMK, ibu preeklamsia/eklamsi, ibu dengan penyakit jantung
berat, ibu mendapat propanolol dan ibu dengan diabetes melitus).
Polisitemia pada neonatus ditandai dengan gejala gangguan napas, takipnea,
hipoglikemia, letargis, iritabel, apnea, kejang, reflek isap turun, nafsu makan
turun dan sianosis.
TUJUAN Menurunkan kadar hematokrit sampai kadar batas normal menurut prosedur
yang ada.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Bila kadar hematokrit > 65% dan terdapat gejala gangguan akibat
polisitemia, lakukan transfusi tukar parsial dengan rumus (asumsi
volume darah = 80 cc/kg BB) = volume tukar (ml) = (Berat badan (kg)
x volume darah) x (Hct pasien Hct yang diinginkan), prosedur
transfusi tukar dibahas di bab tertentu)
PENGERTIAN Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes Melitus ( DM )
TUJUAN Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM
PROSEDUR 1. Pada bayi berumur kurang 3 hari , amati tanda tanda hipoglikemia
sampai umur 3 hari.
2. Periksa kadar glukose darah pada umur 3 jam untuk bayi lahir dalam.
3. Periksa kadar glukose darah pada saat masuk kamar bayi untuk bayi
lahir luar.
4. Periksa kadar glukose darah lagi 1, 2, 4, 6, 8, 12 jam secara serial
sampai usia 48 jam.
5. Bila kadar glukose 45 mg/dl atau bayi menunjukkan kadar
hipoglikemia ( tremor atau letargi ) tangani untuk hipoglikemia (
lihat hipoglikemia )
6. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah
lain , bayi dapat minum dengan baik , pulangkan bayi pada hari ke 3
PENGERTIAN Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg
positif
TUJUAN Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya
HbsAg Positif
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PENGERTIAN Bayi dengan kondisi perdarahan atau dengan tanda pucat yang terjadi baik
saat lahir atau sesudahnya dengan atau tanpa gejala perdarahan internal atau
eksternal
TUJUAN Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan
Manajemen spesifik
Kondisi perdarahan pada bayi baru lahir
1. bila perdarahan tidak berhenti dalam 3 jam, tangani sebagai kasus
sepsis neonatorum ( lihat protap sepsis neonatorum )
2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin/hematokrit tiap hari
3. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darah
Koagulopati
1. tangani sebagai kasus sepsis
2. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darah
PENGERTIAN Pemberian cairan secara intravena pada bayi dalam keadaan tertentu supaya
bayi menerima cairan, kalori dan elektrolit yang dibutuhkan
TUJUAN Memberikan cairan intravena pada bayi , agar kebutuhan cairan, kalori dan
elektrolitnya terpenuhi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR
Bayi yang memerlukan cairan intravena adalah:
1. Sakit berat
2. Kecil
3. Dehidrasi
PILIHAN CAIRAN IV
1. Berikan Glukose 10% dan kalsium glukonas dalam 2 hari pertama
2. Pada hari ketiga berikan NaCl, KCL, kalsium glukonas dalam glukose
10%
PENGERTIAN Managemen pemberian minum pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram.
TUJUAN Memberi minum pada bayi berat lahir rendah
UMUR
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Pemberian Umur
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah
minum setiap
3 (ml/kali) 12 18 22 26 30 33 35
Pemberian Umur/hari
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI
setiap 3 jam
(ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
BAYI SAKIT
1. Hanya beri cairan IV untuk 24 jam pertama
2. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari kedua dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahansesuai tabel IV
TABEL IV Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit dengan berat
1250 sampai 1490 gram.
Pemberian Umur/hari
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 3 3 3 2 2 0 0
IV (ml/jam atau
tetes
mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 0 6 9 16 20 28 30
3 jam (ml/kali)
2. Pelaksanaan
Sebelum tindakan dilakukan pengukuran jarak pundak ke
umbilical, kemudian dicocokkan dengan diagram tentang panjang
kateter arteri/ vena umbilical
Pasang plastic penampung urin
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Dokter memakai gaun, masker, tutup kepala dan sarung tangan
steril
Pertahankan status thermoregulasi bayi, pemasangan kateter
umbilikal dilakukan dibawah radiant warmer. Lengan dan
tungkai ditahan dengan bantal pasir
Kateter umbilikal dihubungkan dengan 3 way dan spuit berisi
cairan yang dikehendaki, pastikan cairan mengisi penuh seluruh
kateter. Untuk arteri umbilikalis diberikan cairan heparin 1 unit/
mL* dengan continous drip 0,5-1 mL/ jam (*cara membuatnya:
0,1 mL heparin dilarutkan dalam NaCl 0,9% sampai 1 mL,
kemudian ambil 0,1 mL dimasukkan ke spuit berisi 50mL NaCl
0,9%)
Dilakukan pengikatan pada perbatasan kulit dan umbilikus untuk
mencegah terjadinya perdarahan; dan pemotongan tali pusat kira-
kira sepanjang 1 cm dari kulit
Kateter umbilikal dimasukkan secara gentle sesuai panjang yang
telah direncanakan (ditambah 1 cm), kemudian dilakukan aspirasi
untuk mmembuktikan aliran darah serta penjahitan untuk fiksasi
Observasi tanda vital saat pemasangan kateter umbilikal seperti
takikardi atau bradikardi, distres pernapasan, perubahan pada
tekanan darah, ketidakstabilan temperatur
PENGERTIAN Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke resipien. Transfusi darah
dalam klinik meliputi:
Darah lengkap (whole blood)
Komponen darah (1960): sel darah merah, leukosit, trombosit, plasma
(beku-segar), kriopresipitat
TUJUAN Sebagai salah satu terapi pada kasus hematologi onkologi
PROSEDUR
Jumlah transfusi SDM yang diperlukan
Darah lengkap:
BB(kg) x 6 x (Hbdiinginkan Hbtercatat)
SDM pekat (2/3 dari darah lengkap):
BB(kg) x 4 x (Hbdiinginkan Hbtercatat)
PENGERTIAN Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu
diatas 38,4oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut
TUJUAN o Pemberian pengobatan maupun tindakan untuk mengatasi keadaan klinis
pasien akibat kejang demam
o Mengatasi bila terjadi komplikasi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR
Kriteria Diagnosis
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks.
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kejang umum, hanya
1x kejang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks berlangsung >10-15 menit, fokal atau >1x
dalam 24 jam
Kejang
1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB<10kg
: 5 mg
BB>10kg : 10 mg
2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
Kejang
Diazepam rektal
Kejang
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit (3-5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)
Kejang
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
Kejang
Transfer ke ruang rawat intensif
Keterangan :
a. Bila kejang berhenti terapi intermiten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor risiko lainnya.
b. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena
dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi
efek samping aritmia dan hipotensi.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi
PENGERTIAN Suatu tindakan pemantauan ketat yang dilakukan pada bayi yang memenuhi
kriteria observasi
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya kondisi yang lebih berat yang dapat berakibat fatal
pada bayi.
2. Mencegah pemberian tindakan yang berlebihan pada bayi yang
memiliki resiko tinggi
3. Melakukan deteksi dini pada bayi yang memiliki resiko tinggi
- PEB
4. Bayi dengan :
- kelainan bawaan
Langkah langkah :
1. Bayi yang memiliki kriteria di atas diterima oleh perawat Perina dan
ditempatkan dalam inkubator di ruang observasi .
4. Bila dijumpai tanda dan gejala yang memenuhi kriteria untuk dirawat di
ruang perinatologi maka perawat melaporkan ke Dokter anak DPJP dan
atas persetujuan DPJP bayi di pindahkan ke ruang perinatologi.
6. Bila setelah 6 jam bayi stabil dan memenuhi kriteria rawat gabung
maka bayi dapat dipindahkan keruang rawat gabung dengan ibu.
PENGERTIAN Suatu tindakan merawat bayi dalam suatu tempat yang bertujuan
mempertahankan stabilitas suhu bayi
TUJUAN Mempertahankan stabilitas suhu bayi 36,5 0C 37,5 0C sehingga tidak
terjadi kompikasi akibat hipotermia maupun hipetermia.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Kriteria Bayi yang dirawat dalam inkubator:
PENGERTIAN Suatu tindakan merawat bayi dalam suatu tempat yang bertujuan
mempertahankan stabilitas suhu bayi
TUJUAN Mempertahankan stabilitas suhu bayi 36,5 0C 37,5 0C sehingga tidak
terjadi kompikasi akibat hipotermia maupun hipetermia.
Langkah langkah :
4. Melakukan monitor suhu bayi tiap 8 jam sesuai jadwal shift perawat,
suhu bayi dipertahankan 36,5 0C 37,5 0C.
PENGERTIAN Perawatan metode kanguru mother care (PMK) atau disebut juga asuhan
kontak kulit dengan (skin to skin contact) merupakan metode khusus bagi
berat lahir rendah atau bayi prematur
TUJUAN Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur atau BBLR,
menstabilkan denyut jantung dan pola pernafasan, memberikan kehangatan
serta meningkatkan hubungan emosional ibu.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 203/Menkes/SK/111/2008
Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Nasional Perawatan Metode
Kanguru (PMK)
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 122/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit
Aulia
PROSEDUR
A. Kriteria bayi PMK
1. Berat badan lahir kurang dari 1800 gr.
2. Keadaan umum dstabil selama 3 hari berturut-turut meliputi
Nadi 120-160 x/mnt
Pernafasan 30-66 x/menit
C. Tahap implementasi
1. Posisikan bayi pada dada ibu atau ayah Letakkan bayi di antara
payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
Posisi bayi di jaga dengan kain panjang atau pegikat lainnya.
Kepala bayi di palingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi
sedikit tengadah (ekstensi). Tungkai bayi haruslah dalam posisi
kodok, tangan harus dalam keadaan fleksi.
2. Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
3. Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga bayi
4. Ikatan kain dengan kuat agar saat ibu bagun dari duduk bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut
menutupi dada si bayi dan pastikan ikatan kain tersebut tidak
menganggu pernafasan bayi
D. Tahap evaluasi
1. Pantau kondisi bayi mencakup TTV dan saturasi oksigen
2. Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan tindakan
sesuai dengan masalah yang di temukan
PENGERTIAN Memberikan pelayanan kepada bayi baru lahir dimana bayi ditempatkan
beserta ibunya di dalam satu ruangan
PROSEDUR
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
PENGERTIAN Suatu sistem identifikasi kepada bayi untuk membedakan antara bayi yang
satu dengan bayi yang lain sehingga mempermudah , memperlancar dan
untuk menghindari adanya kesalahan.
TUJUAN 1. Untuk membedakan bayi yang satu dengan yang lain
2. Untuk menghindari kesalahan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 199/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Rawat Gabung
PROSEDUR Kriteria bayi pulang
A. Bayi yang setelah dalam perawatan menunjukkan adanya
pemulihan kesehatan, tidak terpasang alat alat medis.
B. Bayi berat badan > 1800 gr, reflek hisap dan menelan baik
C. Harus ada Ibu bayi saat bayi akan pulang, jika ibu bayi sedang
sakit atau meninggal harus ada bukti bukti kuat lain seperti
KTP Ibu / bapak bayi, surat nikah, surat kuasa dari ibu yang di
tanda tangani dengan di lampirkan materai, jika ibu meninggal
bayi hanya boleh diambil oleh ayah kandungnya.
Ruang Perina
PENGERTIAN Gagal Rawat Gabung adalah suatu kegagalan, dimana bayi yang sudah di
lakukan rawat gabung dengan ibu kembali ke ruangan bayi atau tidak dalam
satu perawatan dengan ibunya.
TUJUAN 1. Bayi yang harus di lakukan pengawasan khusus
2. Bayi dapat di berikan pengobatan sesuai dengan kondisi penyakitnya.
PENGERTIAN Proses mengalihkan penanganan pasien dari dokter satu ke dokter yang lain
baik di dalam maupun di luar rumah sakit, biasanya rujukan dilaksanakan
terhadap pasien yang memerlukan pelayanan yang kompetensinya tidak
dimiliki oleh yang merujuk.
TUJUAN Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit AULIA
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Perorangan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 124/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Sistem Rujukan
PROSEDUR
1. Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya alat, fasilitas
atau pasien memerlukan penanganan lanjutan yang tidak tersedia di
rumah sakit Aulia
2. Siapkan formulir rujukan yang sudah diisi oleh PJ pasien atau dokter
jaga
3. Perawat menghubungi rumah sakit yang kan dituju, pastikan RS
tersebut sudah ada tempat untuk pasien tersebut
4. Perawat menghubungi petugas/supir ambulance rumah sakit Aulia
5. Perawat menyiapkan obat-obatan, hasil pemeriksaan lain dan barang-
barang milik pasien dan surat rujukan