Anda di halaman 1dari 183

BAB I

ALUR PELAYANAN PONEK RUMAH SAKIT PRIMA PEKANBARU

PASIEN UMUM/RUJUKAN

UGD POLIKLINIK

KAMAR BERSALIN

30 MENIT
KAMAR OPERASI

HCU

RUANG PERAWATAN
KEBIDANAN DAN RUANG
NITENSIF BAYI

RUJUK

Panduan Ponek Page 1


CATATAN :
1. UGD
Pasien datang (umum/rujukan) melalui UGD lakukan TRIASE (dokter ugd,
dokter ruangan dan bidan kamar bersalin melakukan kolaborasi untuk mentukan apakah
pasien bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA), jika pasien bisa dirawat di Rumah Sakit
AULIA maka pasien biasa ditransver ke ruang bersalin atau ruang perawatan ibu. Tetapi
pada kasus-kasus tertentu jika pasien tidak bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA maka
dokter ugd wajib melaporkan hasil pemeriksaan kepada DPJP dan merujuk pasien ke
fasilitas yang lebih mampu untuk menangani kasus tersebut.
2. POLIKLINIK
Untuk pasien dengan rencana SC elektif dan cyto pasien bisa langsung masuk melalui
poliklinik, setelah melakukan administrasi pendaftaran. Dan poliklinik wajib
memberitahukan kepada ruang bersalin dan ruang operasi bahwa akan ada rencana SC.
Tetapi pada kasus tertentu jika pasien tidak bisa bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA
maka poliklinik wajib merujuk pasien kefasilitas yang lebih mampu untuk menangani
kasus tersebut.
3. RUANG BERSALIN
Bidan kamar bersalin menerima pasien dari UGD melakukan
pemeriksaan berdasarkan prosedur yang sudah ada dan melaporkannya ke DPJP. Untuk
penanganan lebih lanjut bidan kamar bersalin harus bekerja berdasarkan instruksi dari
DPJP, dan juga melaporkan atau memberitahukan kepada dokter ruangan. Jika pasien
direncanakan untuk operasi segera atau direncanakan bidan kamar bersalin wajib
memberitahukan kepada ruang operasi (nama pasien, usia, diagnosa, no.rekam medis,
dan DPJP)
4. RUANG OPERASI
Setelah mendapatkan informasi dari ruang bersalin untuk rencana operasi, perawat ruang
operasi harus segera menghubungi tim operasi. untuk operasi cyto maximal 40 menit
untuk mengumpulkan tim operasi dan jika operasi elektif tim operasi dapat dihubungi 1
hari sebelumnya.
5. RUANG PERAWATAN NIFAS
Bidan perawatan nifas menerima pasen dari ruang bersalin atau ruang operasi untuk
selanjutnya dilakukan perawatan nifas sesuai dengan prosedur yang sudah ada.

Panduan Ponek Page 2


BAB II
PENYELENGGARAAN PONEK 24 JAM DI RUMAH SAKIT

I. LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM


Upaya pelayanan PONEK secara khusus ditujukan pada penurunan AKI dan AKB
sesuai dengan target MDGs 4 dan 5. Lebih luas lagi, upaya pelayanan PONEK harus
dapat mengupayakan kesehatan reproduksi ibu yang baik dan pencapaian tumbuh
kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.Ruang lingkup
pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis depan/UGD dilanjutkan ke kamar
operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
d. Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
e. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa di Indonesia terdapat beberapa kelas RS.
Oleh karena itu, maka penilaian Kinerja Klinis disesuaikan dengan kelas RS tersebut.
Syarat minimal pelayanan yang harus disediakan oleh RS PONEK adalah:
a. Mampu memberikan Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis dan Risiko
Tinggi pada masa antenatal, intranatal dan post natal.
b. Mampu memberikan Pelayanan Neonatal Fisiologis dan Risiko Tinggi pada
level IIB (Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi)
RS kelas A seharusnya mampu memberikan Pelayanan Kesehatan Maternal
Risiko tinggi dan Neonatal Risiko tinggi pada level IIIA, sehingga dapat disebut juga
RS MAMPU PONEK PLUS. Untuk RS tipe D, C, B dan A yang belum mencapai
standar minimal kriteria RS PONEK berdasarkan Standar Kinerja Klinis, maka RS
tersebut menyandang kriteria RS belum mampu PONEK yang memerlukan perhatian
khusus dan bimbingan serta didorong untuk segera memperbaiki sistem pelayanan
kesehatan di RS nya sehingga mampu memperoleh kriteria RS MAMPU PONEK.

Panduan Ponek Page 3


II. RUMAH SAKIT PONEK KELAS D DAN C
1) Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan
c. Pelayanan Nifas
2) Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
a. Asuhan Bayi Baru Lahir (Level I --> Asuhan Dasar Neonatal/Asuhan Neonatal
Normal) Fungsi Unit:
Resusitasi neonatus
Rawat gabung bayi sehat - ibu
Asuhan evaluasi pascalahir neonatus sehat
Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 35-37
minggu yg stabil secara fisiologis
Perawatan neonatus usia kehamilan <35 minggu atau neonatus sakit sampai
dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik
Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke fasilitas asuhan neonatal
spesialistik
Terapi sinar
Kriteria Rawat Inap Neonatus
Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir 2,5 kg
Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 mgg), stabil secara
fisiologis, bayi dengan risiko rendah
b. Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
3) Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi.
Masa antenatal :
Perdarahan pada kehamilan muda
Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
Gerak janin tidak dirasakan
Demam dalam kehamilan dan persalinan
Kehamilan Ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan atau
koma, tekanan darah tinggi.

Panduan Ponek Page 4


Masa intranatal
Induksi oksitosin pada hamil lewat waktu, IUFD
Pelayanan terhadap syok
Penanganan pecah ketuban
Penanganan persalinan lama
Persalinan dengan parut uterus
Gawat janin dalam persalinan
Penanganan malpresentasi dan malposisi
Penanganan distosia bahu
Penanganan prolapsuus tali pusat
Kuret pada blighted ovum/kematian medis, abortus inkomplit, molahidatosa
Aspirasi vakum manual
Ekstraksi cunam
Seksio sesarea
Episiotomy
Kraniotomi dan kraniosentesis
Plasenta manual
Perbaikan robekan serviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Perbaikan robekan dinding uterus
Reposisi Inversio uteri
Melakukan penjahitan
Histerektomi
Ibu sukar bernafas/ sesak
Kompresi bimanual dan aorta
Ligasi arteri uterine
Bayi baru lahir dengan asfiksia
Penanganan BBLR
Resusitasi bayi baru lahir
Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
Anestesia spinal, ketamin
Blok paraservikal

Panduan Ponek Page 5


Blok pudendal
IUD post plasenta
IUD durante seksio sesarea
Masa Post Natal
Masa nifas
Demam pasca persalinan/ infeksi nifas
Perdarahan pasca persalinan
Nyeri perut pasca persalinan
Keluarga Berencana
4) Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi (minimal level II B)
Level II(Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi Ruang Rawat Neonatus
Asuhan Khusus)
a. Level II A : Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (sesuai dengan
kemampuan pelayanan puskesmas/PONED),Fungsi Unit:
Resusitasi dan stabilisasi bayi prematur dan/atau sakit, termasuk
memberikan bantuan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dalam
jangka waktu < 24 jam, atau sebelum pindah ke fasilitas asuhan intensif
neonatus.
Pelayanan bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 mgg dan berat lahir
> 1500 gr yang memiliki ketidakmampuan fisiologis seperti apnea,
prematur , tidak mampu menerima asupan oral, menderita sakit yg tidak
diantisipasi sebelumnya dan membutuhkan pelayanan sub spesialistik dlm
waktu mendesak.
Oksigen nasal dengan pemantau saturasi oksigen
Infus intravena perifer dan nutrisi parenteral untuk jangka waktu terbatas
Memberikan asuhan bayi dalam masa penyembuhan pasca perawatan
intensif
b. Level II B : Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (sesuai
dengan kemampuan standar PONEK),Fungsi Unit:
Kemampuan unit perinatal level II A ditambah dengan tersedianya
ventilasi mekanik selama jangka waktu singkat (<24 jam) dan CPAP
(Continuous Positive Airway Pressure)

Panduan Ponek Page 6


Infus intravena, nutrisi parenteral total, jalur sentral menggunakan tali pusat
dan jalur sentral melalui intravena per kutan
Kriteria Rawat Inap
Bayi prematur > 32 mgg
Bayi dari ibu dengan Diabetes
Bayi yg lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan
komplikasi
Gawat napas yg tidak memerlukan ventilasi bantuan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) >1,5 kg
Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
Sepsis neonatorum
Hipotermia
5) Pelayanan Ginekologis
Kehamilan ektopik
Perdarahan uterus disfungsi
Perdarahan menoragia
Kista ovarium akut
Radang Pelvik akut
Abses pelvik
Infeksi saluran Genitalia
HIV-AIDS
6) Perawatan Khusus / High Care Unit dan Tranfusi Darah
7) Pelayanan Penunjang Medik
a. Pencitraan
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis Obstetri dan Neonatus
Radiologi, dinamik portabel
USG Ibu dan Neonatal
b. Laboratorium bekerja sama dengan Laboratorium Pusat
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre
eklampsia dan neonatal.

Panduan Ponek Page 7


Pemeriksaan rutin darah, urin
Septic marker untuk infeksi neonatus yaitu DPL (Darah Perifer
Lengkap), CRP (C-Reactive Protein), IT ratio, kultur darah, kultur urin,
kultur pus.
Pemeriksaan gula darah, bilirubin, elektrolit, AGD.
c. TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
Pada bayi prematur, bayi sakit dan pasca operasi yang tidak mendapat
nutrisi enteral adekuat memerlukan dukungan nutrisi parenteral. Hal ini
untuk mengurangi kesakitan dan agar bayi tetap bertumbuh dengan
memperhatikan komplikasi yang mungkin menyertai.
Mencegah balans negatif energi dan nitrogen.
Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit & fungsi metabolik
d. Ruang BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
e. Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang sudah dibersihkan
Area membersihkan alat merupakan tempat yang digunakan untuk
membersihkan alat yang kotor untuk didekontaminasi tingkat tinggi/ sterilisasi.
Area penyimpanan alat bersih merupakan tempat yang digunakan untuk
menyimpan alat kedokteran yang sudah dibersihkan/ didekontaminasi tinggak
tinggi/steril dan siap pakai.
f. Ruang Menyusui bagi ibu yang bayinya masih dirawat dan tempat
penyimpanan ASI perah.
g. Klinik Laktasi.
h. Ruang Susu
Dapur susu merupakan tempat yang digunakan untuk menyiapkan susu
formula bagi neonatus. Dapur susu terdiri dari 2 ruang yaitu ruang
penyimpanan dan ruang persiapan yang digabung menjadi satu ruang.
Ruang Penyimpanan :
Ruangan mampu menampung rak-rak penyimpanan
Ruangan terletak tidak jauh dari ruang persiapan
Barang-barang disimpan pada rak dan tidak langsung di atas lantai
Suhu penyimpanan berkisar 10-15 0C dan dimonitor setiap hari
Rotasi barang berdasarkan sistem FIFO ( First In First Out )

Panduan Ponek Page 8


Petugas mengisi kartu stok setiap kali mengeluarkan dan memasukkan
barang ke dalam rak penyimpanan
Ruang Persiapan :
Petugas menggunakan perlengkapan APD secara lengkap pada saat
berada di ruang persiapan
Petugas mencuci tangan dengan sabun dan/atau dengan cairan
desinfektan sebelum bekerja
Petugas membersihkan meja kerja dengan cairan desinfektan
Selama persiapan susu, pintu ruang persiapan harus selalu tertutup dan
yang boleh berada di dalam ruang hanya petugas gizi yang bertugas
menyiapkan susu
Ruang Pencucian
Ruang pencucian memiliki akses yang terpisah untuk membawa botol kotor
dari ruangan dan botol bersih dari ruang pencucian.
III. KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
A. KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK
1. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik
secara umum maupun emergensi obstetrik-neonatal.
2. Dokter, bidan dan perawat terlatih melakukan resusitasi neonatus dan kegawat-
daruratan obstetrik dan neonatus.
3. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
4. Jika memungkinkan, terdapat kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien
kegawat-darutan obstetrik dan neonatal.
5. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
6. Mempunyai standar respon time di UGD (target diupayakan selama 5 menit), di
kamar bersalin (target diupayakan kurang dari 30 menit), pelayanan darah (target
diupayakan kurang dari 1 jam)
7. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila
ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
8. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dengan target dalam
waktu kurang dari 30 mnit.

Panduan Ponek Page 9


9. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu, meskipun on call
10. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
11. Mengupayakan tersedianya pelayanan darah yang siap 24 jam
12. Mengupayakan tersedianya pelayanan penunjang lain yang berperan dalam
PONEK, seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, recovery room 24
jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap tersedia.
13. Perlengkapan.
a. Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu, kotoran, bercak, cairan dll)
b. Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
c. Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak
stabil)
d. Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besare. Roda
perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
e. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasig. Semua perlengkapan
listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker menempel kokoh)
14. BahanSemua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini.
B. KRITERIA KHUSUS
Sumber daya manusia
1. Memiliki Tim PONEK esensial yang terdiri dari:
1 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
1 dokter Spesialis Anak
1 dokter di Unit Gawat Darurat
3 orang bidan (1 koordinator dan 2 penyelia)
2 orang perawat.

Panduan Ponek Page 10


IV. STANDAR KETENAGAKERJAAN
1. Kualifikasi SDM

Jumlah
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikat
Kebutuhan
1 Penanggung Dokter spesialis Pelatihan NICU 1
jawab maternal anak
dan neonatal Dokter spesialis Pelatihan PONEK 1
kebidanan
2 Penanggung D3 Keperawatan / Manajemen bangsal
jawab kebidanan Pelatihan PONEK 2
keperawatan/
Pelatihan 2
kebidanan
Perinatologi
3 Perawat D3 Keperawatan 6
Pelaksana
4 Bidan pelaksana D3 Kebidanan 10

2. Distribusi Ketenagakerjaan
Pola pengaturan ketenagaan di ruangan perinatal yaitu :
a. Untuk dinas pagi :
Petugas yang ada berjumlah 3 (tiga) orang dengan kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang pelaksana
b. Untuk dinas sore
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
1 orang PJ Shif
1 orang pelaksana
c. Untuk dinas malam
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
1 orang PJ Shif
1 orang pelaksana

Panduan Ponek Page 11


3. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
kepala ruang dan di setujui oleh kepala keperawatan
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tertentu dapat mengajukan permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga mencukupi
dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui)
d. Setiap tugas jaga/ shif harus ada perawat penanggung jawab (PJ shif) dengan
syarat pendidikan D3 Keperawatan/kebidanan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore dan mala, lepas malam, libur dan
cuti
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka perwat yang bersangkutan
harus memberitahu Ka Ru : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas
sore dan dinas malam, sebelum memberitahu Ka Ru diharapkan perawat
bersangkutan sudah mencari peganti, apabila perawat yang bersangkutan tidak
memiliki pengganti, maka Ka Ru akan mencari tenaga pengganti.
g. Apabila ada tenaga perawat yang tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
ditetapkan, maka Ka Ru akan mencari perawat pengganti yang pada hari itu
libur, apabila perawat pengganti tidak didapatkan, maka perwat yang dinas
pada shif sebelumnya wajib untuk menggantikannya.

V. TINGKAT PELAYANAN PERINATAL RESIKO TINGGI


1. Pengertian
Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi (PRT) merupakan salah satu upaya yang berupa
pelayanan kepada ibu dan bayinya agar dapat tumbuh serta berkembang dengan cara
yang baik dan normal.
2. Tujuan
Tujuan dari diadakannya suatu pelayanan tersebut tentu saja agar ibu dan sang
jabang bayi yang telah dilahirkannya terhindar dari resiko morbiditas dan mortalitas

Panduan Ponek Page 12


3. Pembagian tingkat pelayanan
a. Perawatan Perinatal Tingkat I
1) Perawatan Perinatal Tingkat I merupakan perawatan yang diberikan kepada
ibu dan sang jabang bayi pada resiko yang relatif ringan. Misalnya kehamilan
ibu yang mengalami sedikit komplikasi atau bayi yang baru lahir normal saat
rawat gabung dengan bantuan tenaga paramedic.
2) Pelayanan difokuskan pada :
Resusitasi neonatus
Asuhan dan perawatan neonatus
Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat
Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada usia 35 s.d
37 minggu yang tetap dalam keadaan stabil secara fisiologis
Perawatan neonatus dengan usia kehamilan < 35 minggu atau sakit
sampai neonatus dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan
neonatal spesialistik (level II-III)
Terapi sinar
b. Perawatan Perinatal Tingkat II
Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan ketergantungan tinggi.
Pelayanan tingkat II dibagi 2 kategori yaitu II A dan II B yang dibedakan
berdasarkan kemampuan memberikan ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP
(Continous Positive Airway Presure)
1) Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II A
Bayi prematur atau sakit yang memerlukan resusitasi stabilisasi sebelum
dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan intensiif neonatus
Bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu dan memiliki berat
badan lahir > 1500 gram yang tidak memiliki ketidakmatangan fisiologis
seperti apnoe, prematuritas, ketidakmampuan menerima asupan oral atau
menderita sakit yang tidak diantisipasi sebelumnya.
Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan saturasi
oksigen
Bayi yang memerlukan infus intravena ferifer dan mungkin nutrisi
parenteral untuk jangka waktu terbatas
Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif

Panduan Ponek Page 13


BAB III
RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI (RSSIB)

1. DEFINISI
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan angaka kematian ibu dan angka kematian bayi.
b. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan perlindungan ibu dan bayi
secara terpadu dan paripurna
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi
3) Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan
obstetrik an neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24
Jam)
4) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi bagi sarana pelayanana kesehatan lainnya.
5) Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif
6) Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam perawatan metode kangguru (PMK)
pada BBLR
7) Melaksanakan sisitem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB
3. SASARAN
a. Rumah sakit umum pemerintah dan swasta.
b. Rumah sakit khusus yang menangani ibu dan anak (RS Bersalin dan RS Ibu
anak) pemerintah dan swasta.
4. STRATEGI PELAKSANAAN
Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna menuju RS sayang ibu dan anak sebagai berikut :

Panduan Ponek Page 14


a. Ada kebijakan tertulis manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu
dan bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif
dan indikasi yang tepat untuk pemberian susu formula serta Perawatan Metode
Kangguru (PMK) untuk bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk edukasi dan konseling
kesehatan maternal dan neonatal, serta konseling pemberian ASI.
c. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit ibu-bayi.
d. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) selama 24 jam sesuai dengan standar minimal
berdasarkan tipe RS masing-masing.
e. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, termasuk mengajarkan ibu cara memerah
ASI bagi bayi yang tidak dapat menyusu langsung dari ibu dan tidak
memberikan ASI perah melalui botol serta pelayanan neonatus sakit
f. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
g. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
h. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan keluarga berencana termasuk
pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan
reproduksi lainnya
i. Menyelenggarakan Audit Medik di RS dan Audit Maternal dan Perinatal
Kabupaten/Kota
j. Memberdayakan Kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian
ASI eksklusif dan PMK.

Panduan Ponek Page 15


BAB IV
PERAWATAN METODE KANGURU PADA BBLR

I. DEFINISI PERAWATAN METODE KANGURU


Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana
ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini
juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan
pemberian ASI.Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan terus menerus
dengan sentuhan kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur
dan BBLR dalam posisi seperti kanguru.
Prinsip Metode Kanguru menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam incubator
dengan ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan
mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36.5 37.5oC).Tujuan metode
kanguru adalah mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini
diperoleh dengan kontak langsung secara terus menerus.
Program PMK terrdiri atas atas 4 komponen yaitu :
1. Kangoro position yaitu posisi kangoro (kangoro position merujuk pada
kontak kulit ibu dengan kulit bayi.
2. Kangoro nutrition yaitu kangoro nutrition merujuk pada praktek pemberian
asi yang diperkuat dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi.
3. Kangoro discharge yaitu kangoro discharge merujuk pada kelanjutan
praktek PMK di rumah setelah keluar dari rumah sakit.
4. Kangoro support yaitu kangoro support merupakan bentuk dukungan pada
PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional kepada ibu.
Adapun kriteria bayi untuk metode kangoro adalah :
1. Bayi dengan berat badan > 2000 gram.
2. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
3. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
4. Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik.
5. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasila

Panduan Ponek Page 16


Keuntungan metode kangoro adalah :
1. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak
2. Menstabilkan suhu tubuh (36,50 C-37,50C), denyut jantung (120-
160x/menit), dan pernafasan bayi (40-60x/menit).
3. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi
5. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
6. Meningkatkan produksi ASI
7. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit
8. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.
Pelaksanaan Metode Kanguru dapat dilakukan pada waktu:
1. Segera setelah lahir
2. Sangat awal, setelah 10-15 menit
3. Awal, setelah umur 24 jam
4. Menengah, setelah 7 hari perawatan
5. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
6. Setelah keluar dari perawatan incubator

II. KRITERIA KEBERHASILAN PMK


1. Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,50C -37,50C)
2. Kenaikan berat badan stabil
3. Produksi ASI adekuat
4. Bayi tumbuh dan berkembang optimal
5. Bayi dapat menetek kuat

Panduan Ponek Page 17


BAB V
RAWAT GABUNG

I. DEFINISI
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu
dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.
Ada dua jenis rawat gabung :

a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam

b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam

seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar

bayi. Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

II. TUJUAN RAWAT GABUNG


a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi

2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan

pengalaman dalam merawat bayi

b. Penggunaan ASI
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI

2) Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering

mungkin

c. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

Panduan Ponek Page 18


III. PERAN RAWAT GABUNG

a) Peran dokter dalam rawat gabung

Peranan yang dapat dilakukan dokter dalam rawat gabung adalah:

Menggariskan kebijaksanaan dan tata tertib rawat gabung.

Melaksanakan perawatan ibu dan anak.

Merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan-kegiatan KIE

kepada ibu dna keluarganya tentang laktasi dan gizi ibu.

b) Peran paramedis dalam rawat gabung

Peranan paramedis yang dapat dilakukan dalam rawat gabung adalah :

Mengajak atau memotivasi ibu melakukan perawatan payudara, cara

menyusui, merawat bayi, perawatan tali pusat dan cara memandikan

bayi.

Membantu mengatasi masalah laktasi.

Memantau keadaan ibu dan bayi terutama dapat mengidentifikasi

keadaan yang tidak biasa.

c) Peran ibu dalam rawat gabung

Pada rawat gabung ibu dapat berperan sebagai berikut :

Mempraktekan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan misalnya

tentang merawat payudara, menyusui bayi,merawat tali pusat dan lain-

lain.

Mengamati hal-hal yang tidak biasa (kelainan) yang terjadi pada bayi

atau dirinya dan melaporkan pada petugas.

Panduan Ponek Page 19


IV. PELAKSANAAN RAWAT GABUNG
a. Di poliklinik kebidanan

1) Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang manfaat ASI dan

rawat gabung.

2) Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang perawatan payudara

dan gizi ibu hamil.

3) Melaksanakan KIE tentang KB, imunisasi dan hygine.

4) Mengatasi masalah pada payudara ibu< kalau perlu di rujuk ke klinik

laktasi.

5) Menyelenggarakan senam hamil.

b. Kamar Persalinan

1) Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang

baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir.

2) Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan

pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk

segera memproduksi ASI

c. Kamar perawatan

1) Bayi diletakkan dekat dengan ibunya

2) Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal

3) Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat

payudara

4) Mencatat keadaan bayi sehari-hari

5) KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara,

cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare

6) Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

Panduan Ponek Page 20


7) Memotivasi ibu pada saat pulang dari rumah sakit tentang manfaat klinik

laktasi.

d. Klinik laktasi

Klinik laktasi adalah tempat konsultasi dimana dilakukan kegiatan-kegiatan:

1) Memantau kesehatan ibu nifas dan bayi.

2) Memberi KIE dengan pesan tentang gizi ibu, mengatasi kesulitan proses

laktasi, dan menjaga kelangsungan proses menyusui.

3) Melakukan demonstrasi perawatan bayi

V. SASARAN DAN SYARAT RAWAT GABUNG


a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah
bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan
segera setelah ibusadar penuh misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat

Panduan Ponek Page 21


BAB VI

SISTEM RUJUKAN

I. PENGERTIAN

Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Diharapkan dengan adanya sistem rujukan pasien dapat pertolongan
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, selain itu dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan rujukan
kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat
vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya. Rujukan
kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang
terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang
mendukungnya.

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

1. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif), upaya pemulihan (rehabilitatif), misalnya merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes millitus) kerumah sakit umum daerah atau ke rumah sakit swasta.
jenis rujukan medik :

a. Transfer of patient adalah konsultasi penderita untuk keperluan


diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen adalah pengiriman bahan untuk pemriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personil adalah pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan.

Panduan Ponek Page 22


2. Rujukan kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) da
pencegahan (preventif).

II. TINGKATAN RUJUKAN

Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama ( primary health care)

Pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat
besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini
bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic healt services). Bentuk pelayanan ini
adalah puskesmas atau balkesmas.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang


memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer, dan tersedianya dokter spesialis. Bentuk pelayanan
kesehatan ini misalnya rumah sakit tingkat D dan C .

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien


yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan tingkat sekunder. Pelayanan
sudah komplek dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

III. SISTEM PELAYANAN RUJUKAN MATERNAL DAN PERINATAL

Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009,


merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang

Panduan Ponek Page 23


lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.Sementara beberapa jenis rujukan menurut pengertian diatas meliputi
Rujukan Medis (rujukan pasien, dan rujukan laboratorium; Rujukan Kesehatan
(rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan; dan
Rujukan Manajemen (pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua
kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan sistem informasi.

Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan
cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan pasien. Dalam Bidang kesehatan maternal dan perinatal, menurut
Samsulhadi (2007), rujukan terlambat yang tinggi merupakan salah satu permasalahan
utama dari terjadinya kematian ibu atau bayi. Keterlambatan ini disebabkan berbagai
permasalahan dasar pada aspek kesehatan maupun non kesehatan. Beberapa
diantaranya meliputi permasalahan dari faktor geografis, sosial, maupun kemampuan
pembiayaan.

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada


prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan bidan serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED
(Penanggulangan Obstetri Neonatal Esensial Dasar), harus langsung dikelola sesuai
dengan prosedur tetap buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien (pemberian obat-obatan,
pemasangan infus dan pemberian oksigen), kemudian ditentukan apakah pasien akan
dikelola di tingkat puskesmas PONED atau dirujuk ke rumah sakit PONEK
(Penanggulangan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif), untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih sesuai dengan kegawatdaruratannya dalam upaya penyelamatan
jiwa ibu dan anak.

Berdasarkan sifatnya, rujukan maternal dan neonatal dibedakan menjadi:

2. Rujukankegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.

Panduan Ponek Page 24


3. Rujukanberencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan
yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat
darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi
yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:

1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan


2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

Panduan Ponek Page 25


BAB VII

PENUTUP

Rumah sakit mampu PONEK adalah rumah sakit yang memiliki kemampuan serta fasilitas
PONEK siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED. Merupakan acuan
operasional bagi Tim PONEK dan pelaksana program di lapangan. Panduan ini memuat
beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh Rumah Sakit sebagai fasilitas rujukan yang
bertanggung jawab dalam penyediaan sarana pelayanan obstetri dan neonatal, panduan ini
juga dapat membantu tenaga kesehatan rumah sakit AULIA dalam menjalankan pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.
Diharapkan panduan obstetri neonatal emergency komprehensif ini dapat membantu
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit aulia. Kami menyadari pula bahwa masih
banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya
mengimplementasikan Panduan pelayanan obstetri emergency komprehensif. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran perbaikan, sumbangan perbaikan, masukan dan kritikan untuk
lebih menyempurnakan panduan ini.

Panduan Ponek Page 26


ALUR PELAKSANAAN PONEK
RUMAH SAKIT AULIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Tatacara penanganan dan pelayanan obstetri neonatal emergency


komprehensif rumah sakit aulia.
TUJUAN Mempermudah proses penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus
di Rumah Sakit Aulia
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR
Pasien Umum/Rujukan

UGD Poliklinik

Ruang Bersalin

Ruang Operasi

HCU

Panduan Ponek Page 27


Ranap Ibu

RUJUK

Keterangan :
1. Pasien datang (umum/rujukan) melalui UGD lakukan TRIASE
(dokter ugd, dokter ruangan dan bidan kamar bersalin melakukan
kolaborasi untuk mentukan apakah pasien bisa dirawat di Rumah Sakit
AULIA), jika pasien bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA maka pasien
biasa ditransver ke ruang bersalin atau ruang perawatan ibu. Tetapi pada
kasus-kasus tertentu jika pasien tidak bisa dirawat di Rumah Sakit
AULIA maka dokter ugd wajib merujuk pasien ke fasilitas yang lebih
mampu untuk menangani kasus tersebut.
2. Untuk pasien dengan rencana SC elektif dan cyto pasien bisa langsung
masuk melalui poliklinik, setelah melakukan administrasi pendaftaran.
Dan poliklinik wajib memberitahukan kepada ruang bersalin dan ruang
operasi bahwa akan ada rencana SC. Tetapi pada kasus tertentu jika
pasien tidak bisa bisa dirawat di Rumah Sakit AULIA maka poliklinik
wajib merujuk pasien kefasilitas yang lebih mampu untuk menangani
kasus tersebut.
3. Bidan kamar bersalin menerima pasien dari UGD melakukan
pemeriksaan berdasarkan prosedur yang sudah ada dan melaporkannya
ke DPJP. Untuk penanganan lebih lanjut bidan kamar bersalin harus
bekerja berdasarkan instruksi dari DPJP, dan juga melaporkan atau
memberitahukan kepada dokter ruangan.
UNIT TERKAIT 1. Ruang UGD
2. Ruang Bersalin
3. Ruang Ranap Ibu
4. Ruang Poliklinik
5. Ruang Operasi
6. Dokter UGD
7. Dokter Ruangan

Panduan Ponek Page 28


TATALAKSANA SYOK ANAFILAKTIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Anafilaktik adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan
yang mendadak pada permeabilitas vaskuler dan hiperaktifitas bronchial.
Perubahan ini disebabkan oleh beberapa mediator endogen yang dilepaskan
segera setelah suatu stimuli baik oleh antigenic maupun non-antigenik.
Reaksi anafilaksis merupakan respon klinis hipersensitivitas akut, berat dan
menyerang berbagai organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipe cepat ( reaksi hipersensitivitas tipe 1 ).
TUJUAN Pemberian pengobatan maupun tindakan untuk mengatasi keadaan kegawat
daruratan anafilaksis dan komplikasinya.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis


Bila terpenuhi 1 dari 3 kriteria sebagai berikut
Onset Akut (menit sampai beberapa jam) dari penyakit dengan
keterlibatan kulit/dan atau jaringan mukosa disertai salah satu dari
gejala berikut

Panduan Ponek Page 29


- Gangguan pernapasan (dispneu, mengi, stridor, hipoksemia)
- Penurunan tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan
hipoperfusi organ (sinkop, inkontinensia, hipotonia)
Dua atau lebih hal berikut yang terjadi dengan cepat setelah pajanan
alergen tersangka (onset menit/jam)
- Kulit dan/ keterlibatan mukosa (misalnya gatal, kemerahan,
bengkak bibir, atau lidah.
- Gangguan pernapasan
- Penurunan tekanan darah sistolik atau gejala yang berhubungan
dengan hipoperfusi organ.
- Gejala gastrointestinal persisten.
Penurunan tekanan darah sitolik setelah terpajan alergen yang
tersangka (onset menit sampai beberapa jam).
- Bayi usia 1 bulan sampai 1 tahun < 70 mmHg
- Usia 1 tahun 10 tahun, <(70 mmHg + [2 usia di thn]).
- Anak usia 11 tahun dan orang dewasa, < 90 mmHg atau > menurun
30% dari tekanan darah sebelumnya.
Tata Laksana
Menilai keadaan dengan cepat.
Telentangkan pasien dengan me- elevasikan ekstremitas bawah.
Mengeluarkan zat atau alergen.
Suntikkan Epinefrin 1:1000 ; 0.01ml/kg (max 0,3-0,5 ml).
Buka jalan napas karena kemungkinan diperlukan pemberian epinefrin
cepat melalui nebulizer atau endotracheal tube.
Beri oksigen bila perlu
Beri diphenhidramin 1.25kg (max 50mg) iv selama 3-5 menit.
Berikan cimetidine 5mg/kg (max 300mg) atau ranitidin 1mg/kg (max
50mg) iv selama 3-5 menit.
Buka jalur intravena untuk menjaga tekanan darah dengan cairan iv
(Nacl 0.9% atau cairan expander), dopamine hidroklorid 2-
10mikrogram/kg/mnt atau norepinefin bitartrat 2-4 mikrogrm/mnt.
Beri aminofillin 5mg/kg iv selama 20 menit; untuk bronkospasme
berat 0.5-1mg/kg/jam (jika tekanan darah dan nadi stabil)

Panduan Ponek Page 30


Siapkan hidrokortison 5mg/kg (max100mg) atau metilprednisolon 1
mg/kg (max 100mg) iv tiap 6 jam.
Segera
Penilaian cepat terhadap jalan nafas,pernapasan, sirkulasi,
pemeriksaan dermatologic, dan status mental.
Epinefrin 0.01mg/kg (1:1000) IM, dapat diulang tiap 20 menit jika
perlu.
Oksigen 100% dan pertahankan jalan napas.
Pasang IV line
Masukkan cairan intravena 10-20 ml/kg diulang bila perlu.
Cek tanda vital, monitor jantung, dan pulse oxymeter sesering
mungkin.
Anamnesis penyebab alergi dan anafilaksis,pengobatan terakhir,
riwayat asma, dan kondisi medis yang menyertainya.
Sub Akut
Antagonis H1, Diphenhidramin 1-2 mg/kg PO,IM,IV.
Kortikosteroid ; prednisone 1mg/kg PO atau metilprednisolon 1-
2mg/kg IV atau nebulisasi albuterole 1,2-2,5 mg tiap 20 menit
atau terus menerus.
Sekunder
Antagonis H2, Ranitidin 1,5mg/kg PO atau IV.
Observasi minimal 4 jam untuk anafilaksis bifasik.
Pengaturan
Bila tanda vital tidak stabil, angioedema pada jalur napas
atas/bronchospasme rujuk pasien ke ICU
Bila gejala telah tertangani tanpa adanya respon bifasik, hentikan
pemberian anti histamine, prednisone selama 72 jam, bila terjadi
bronchospasme dengan episode berikan albuterol metered inhaler.
Telusuri pencetus dan hindari alergen.
Kontrol ke ahli alergi.

UNIT TERKAIT 4. Semua Unit Terkait

Panduan Ponek Page 31


SYOK HIPOVOLEMIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu keadaan gawatdarurat yang memerlukan penanganan segera dan


intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien
TUJUAN Mampu memahami dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus
syok hipovolemik
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Periksa tanda-tanda vital
Selimuti tubuh pasien agar hangat, karena hipotermia akan
memperburuk kondisi pasien.jangan berikan sumber panas dari
luar.
Miringkan kepala/tubuh pasien untuk mencegah terrjadinya
aspirasi muntahan. Jangan berikan sesuatu melalui mulut (dapat
terjadi aspirasi atau untuk tindakan opertif).
2. Bebaskan jalan nafas
Pastikan jalan nafas bebas, bila tersedia berika oksigen melalui selang
atau masker dengan kecepatan 6-8 liter per menit.
3. Tinggikan tungkai
Posisi demikian akan membantu beban kerja jantung. Bila setelah posisi
tersebut ternyata pasien menjadi sesak, mungkin terjadi kegagalan
jantung dan edema paru.pada keadaan seperti itu, turunkan lagi tungkai
pada pada posisi datar/semula dan tinggikan tubuh atas untuk
mengurangi tekanan hidrostatik di paru-paru.

Panduan Ponek Page 32


4. Perbaiki cairan tubuh
Berikan segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 1
liter dalam 15-20 menit. Kemudian lanjutkan hingga mencapai 3 liter
(lihat kondisi pasien) dalam 2-3 jam. Pada umumnya syok hipovolemik
memerlukan 3 liter cairan untuk stabilisasi atau mengembalikan cairan
tubuh yang hilang. Jangan berikan cairan peroral.
5. Transfusi darah
Bila konsentrasi Hb < 6gr% atau hematokrit >20 keadaan ini
menunjukan kondisi kritis.
6. Pemeriksaan laboratorium
Periksa hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit dan lekosit, trombosit,
golongan darah, uji padanan silang (crossmatch) dan bila tersedia
periksa gas dan nitrogen-urea darah. Ukur jumlaah dan produksi urine,
produksi dibawah 50 ml/jam menunjukan hipovolemik.
7. Antibiotika
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum
luas.
8. Terapi definitif
Setelah stabilisasi pasien tercapai, sambil tetap melanjutkan penanganan
tersebut diatas dan memantau tanda vital, cari penyebab syok.

UNIT TERKAIT 1. Ruang bersalin


2. Ruang operasi
3. Ruang perawatan ibu
4. Ruang UGD

Panduan Ponek Page 33


SYOK SEPTIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu keadaan gawatdarurat yang memerlukan penanganan segera dan


intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien
TUJUAN Mampu memahami dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus
syok septik
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Bebaskan jalan nafas.
2. Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter/jam
3. Berikan cairan isotonik atau ringer laktat melalui infus 1000ml dalam
20 menit pertama.kemudian 500ml dalam 20 menit kedua. Pemberiaan
lanjutan dapat diberikan dengan kecepatan 40 tts/menit (tergantung
derajat syok dan hasil restorasi cairan awal). Umumnya di perlukan
1500-3000 ml untuk stabilisasi.
4. Jangan berikan sesuatu melalui mulut atau peroral.
5. Hb dibawah 8gr% atau hematokrit dibawah 20% memerlukan transfusi
darah.
6. Bila setelah restorasi cairan dalam jumlah yang memadai, masih belum
terjadi perbaikan tanda vital, tambahkan obat vasoaktif (dopamin)
dengan dosis awal 2,5 mikrogram per kg/BB (dalam larutan garam
isotonik). Naikan perlaha-lahan dosis tersebut hingga mendapatkan efek
yang optimal (dosis maksimal 15-20 mikrogram/menit). Pertahankan
pada dosis yang menunjukan adanya perbaikan tanda vital. Hentikan
dopamin apabila tanda vital mencapai nilai normal dan produksi urine
dalam batas normal

Panduan Ponek Page 34


7. Antibiotika
o Kombinasikan 3 golongan (triple drugs)
Ampisilin 1 gram/ 8 jam, gentamisin 80mg/8 jam dan
clindamicin 600mg/8 jam Atau
Sefalosporin 1 gram, gentamisin 80 mg dan metronidazol 1
gram setiap 8 jam.
o Alternatif
Prokain penisilin 4,8 juta unit dan kloramfenikol 500 mg setiap
6 jam, atau
Prokain penisilin 4,8 juta unit, gentamisin 80mg, metronidazol
500mg setiap 6 jam.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan ibu.

Panduan Ponek Page 35


PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
MEDIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/3
Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu keadaan yang terjadinya mendadak dan mengakhibatkan seseorang


memerlukan penanganan/pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus ketuban pecah dini
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Terapi cairan
1. Pada kebanyakan kasus gawatdarurat, pasien-pasien memerlukan
infus untuk mengganti cairan yang hilang. Larutan isotonik yang
di anjurkan adalah ringer laktat dan Nacl fisiologis atau garaam
fisiologis. Larutan glukosa tidak dapat menggantikan garam atau
elektrolit yang dibutuhkan selama penggantian cairan yang hilang.
2. Diameter infus, sangat menentukan kecepatan pemberian infus.
Untuk pemberian awal dianjurkan untuk menggunakan ukuran
16-18 (selain untuk pemberian cairan secara cepat, juga sesuai
untuk transfusi darah. Apabila ukuran tersebut tidak tersedia
masih dapat menggunakan jarum dengan ukuran 20.
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
4. Untuk pemberian infus perhatikan
Jumlah cairan yang akan diberikan.
Lamanya pemberian per unit cairan.
Ukuran atau diameter tabung dan kecepatan tetesan.

Panduan Ponek Page 36


B. Transfusi darah
1. Hal-hal penting yang harus di perhatikan
Keputusan untuk menetapkan transfusi darah sebagai
tindakan yang diperlukan harus diacu ke pedoman nasional
penggunaan darah dan produknya serta kebutuhan pasien.
Selama menatalaksana pasien, lakukan segala upaya untuk
mencegah perdarahan lanjutan sehingga transfusi darah
dapat di hindarkan.
Pasien dengan perdarahan akut dalam jumlah yang banyak
sebaiknya segera memperoleh tindakan resusitasi(restorasi
kehilangan cairan dengan ciran pengganti, oksigen, bantuan
pernafasan, dsb), dipertimbangkan perlu atau tidaknya
transfusi darah.petugas kesehatan harus waspada terhadap
resiko transmisi penyakit berbahaya melalui transfusi darah.
Transfusi darah hanya diberikan apabila manfaatnya lebih
besar dari resikonya.
Pemberian dan pemantauan transfusi darah harus
dilaksanakan oleh petugas terlatih agar komplikasi dikenali
secara dini dan pertolongan dapat segera diberikan.
Alasan untuk transfusi darah harus dicatat dan dilakukan
kajian apabila timbul reaksi alergi.
2. Pemantauan selama transfusi
Sebelum transfusi darah dilakukan
Pada saat transfusi diberikan
15 menit setelah transfusi darah berjalan
Setiap jam selama transfusi darah
Setiap jam dalam 4 jam pertama setelah transfusi darah
Pantau secara ketat dalam 15 menit pertama transfusi darah,
agar setiap gejala dan tanda-tanda reaksi transfusi pada
pasien dapat segera dikenali dan diatasi, selama melakukan
pemantauan, perhatikan dan periksa kondisi dibawah ini :
o Keadaan umum
o Temperatur
o Nadi
o Tekanan darah
o Pernafasan
o Keseimbangan cairan (asupan enteral dan intravena
serta produksi urine

Catat pula hal-hal berikut :


o Waktu mulai transfusi
o Waktu selesai transfusi
o Jumlah dan jenis darah atau produk darah yang
ditransfusikan
o Nomor darah dan nomor kantong darah
o Efek samping

Panduan Ponek Page 37


3. Menangani reaksi transfusi
Pada reaksi transfusi dapat timbul gejala dan tanda berikut :
demam diatas 38 C, takikardia, gawat nafas, hipotensi, rona
merah pada wajah, iritabilitas, mual dan muntah, ruam kulit dan
hematuria. Reaksi transfusi dapat berkisar dari ruam (rush) kulit
ringan hingga syok anafilaktik, bila terjadi reaksi lakukan hal
berikut.
Segera hentikan transfusi darah, bilas darah yang tersisa
dalam selang infus dan tetap pertahankan jalur infus
(gunaka garam fisiplogis dan ringer laktat).
Secara bersamaan lakukan penilaian jenis dan derajat
reaksi transfusi dan tentukan upaya atau tindakan
pertolongan yang sesuai.
Laporkan ke UTD atau bank darah tentang reaksi alergi
yang terjadi dan kirimkan kantong transfusi dan slang
keunit tersebut untuk konfirmasi dan kajian ulang darah
dan produk darah serta hasil padanan silang (cross-
matching) sebelumnya.
Lakukan pengambilan spesimen urine setelah terjadi
reaksi transfusi dan kirim ke laboratorium untuk uji
konfirmatif.
Bila terjadi ruam kulit ringan dan disertai gejala sistemik
lain, berikan promethazine 10mg per olral dan perhatikan
perubahan yang terjadi.
Bila terjadi syok berikan:
o Adrenalin 1 : 1000 (0,1 mL dalam 10 mL cairan
garam fisiologis/NS) dan berikan secara lambat
melalui jalur intravena.
o Tambahkan promethazine 10mg IV. Hidrokortison
1gr IV setiap 2 jam (bila perlu).
Bila terjadi spasme bronkus, berikan aminofilin 250 mg
dalam 10 mL NS atau RL secara lambat melalui jalur IV.
Lakukan tindakan resusitasi lain jika di perlukan dan
pantau fungsi ginjal, paru, dan kardiovaskuler.
UNIT TERKAIT 1. Semua unit

Panduan Ponek Page 38


EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Penggunaan vakum ekstraktor (kadang kadang disebut ventous, ekstraktor


atau alat malmstrom)biasa nya digunakan untuk mempercepat persalinan
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan kasus
ekstraksi vakum.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Melakukan persetujuan tindakan medic.
2. Persiapan sebelum tindakan (pasien,penolong dan bayi)
3. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
4. Tindakan
a. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan
alat yang lainnya.
b. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi vakum.
5. Pemasangan mangkok vakum
a. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara
miring (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada
bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).
b. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada
posisinya. Dengan jari tengah dan telunjuk lainnya lakukan
pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan
tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara
mangkok dan kepala.
c. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari
tangan dan tahan mangkok pada posisinya.
d. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat
vakum dalam mangkok) secara bertahap.

Panduan Ponek Page 39


e. Pompa hingga tekanan skala 10(silastik) atau -
2(malmstroom) setelah 2 menit. Jangan gunakan tekanan
maksimal pada kepala bayi lebih dari 8 menit.
f. Sambil menunggu his jelaskan pada pasien bahwa pada
puncak his pasien harus mengedan sekuat dan selama
mungkin.
6. Penarikan
a. Pada fase acme (puncak) dari his,minta pasien untuk
mengedan secara simultan lakukan penarikan dengan pengait
mangkok dengan arah sejajar lantai. (tangan luar menarik
pengait, ibu jari tangan dalam pada mangkok, telunjuk dan
jari tengah pada kulit kepala bayi)
b. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada
tarikan kedua.episiotomi (pada pasien dengan perineum yang
kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan
tidak masuk kembali.
i. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi
belum lahir, sebaiknya dilakukan tindakkan
selanjutnya.
c. Saat subocciput berada dibawah simfisis arahkan tarikan
keatas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
7. Melahirkan bayi.
8. Melahirkan plasenta.
9. Eksplorasi jalan lahir.
10. Penjahitan episiotomi.
11. Dekontaminasi.
12. Cuci tindakan pasca tindakan.
13. Perawatan pasca tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kebidanan


2. Dokter spesialis anak
3. Ruang bersalin
4. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 40


DISTOSIA BAHU
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan atau ketidak mampuan melahirkan bahu dengan mekanisme atau
cara biasa.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan kasus
distosia bahu.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Melakukan persetujuan tindakan medic.
2. Persiapan sebelum tindakan (pasien,penolong dan bayi)
3. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
4. Anastesi lokal dan episiotomi
5. Tindakan
a. Manuver corkscrew woods
Masukkan dua jari tangan kanan ke arah anterior bahu
belakang janin.
Minta asisten untuk melakukan penekanan fundus uteri
kearah bawah, kemudian puter (searah puteran jarum jam)
bahu belakang bayi dengan kedua jari tangan operator
(penolong persalinan) kearah depan (ventral terhadap ibu)
sehingga lahir bahu belakang. Perhatikan posisi punggung
bayi karena putaran bahu belakang kedepan adalah kearah
punggung bayi.
Masih diikuti dengan dorongan pada fundus uteri dilakukan
putaran berlawanan dengan arah putaran pertama sehingga
akan menyebabkan bahu depan melewati simfisis.

Panduan Ponek Page 41


b. Manuver untuk melahirkan bahu belakang
Masukan tangan mengikuti lengkungan sakrumsampai jari
penolong mencapai fosa antecubiti.
Dengan tekanan jari tengah lipat lengan bawah kearah dada.
Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari vagina
(menggunakan jari telunjuk untuk melewati dada dan kepala
bayi atau seperti mengusap muka bayi).kemudian tarik hingga
bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan.
Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan
lengan belakang dilahirkan. Bila bahu depan sulit dilahirkan,
putar bahu belakang (mendorong anterior bahu depan dengan
jari telunjuk dan jari tengah operator)mengikuti arah
punggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan.
6. Melahirkan bayi.
7. Melahirkan plasenta.
8. Eksplorasi jalan lahir.
9. Penjahitan episiotomi.
10. Dekontaminasi.
11. Cuci tangan pasca tindakan.
12. Perawatan pasca tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kebidanan


2. Dokter spesialis anak
3. Ruang bersalin
4. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 42


PERSALINAN SUNGSANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/5

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang)dimana bayi


letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu,kepala berada pada fundus
uteri,sedangkan bokong merupakan bagian terbawahdi daerah pintu atas
panggul atau simfisis.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan persalinan
sungsang.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. persetujuan tindakan medik.
B. Persiapan sebelum tindakan.
a. Pasien.
b. Instrumen (bahan dan alat).
c. Penolong
C. Tindakan pertolongan persalinan partus sungsang :
1. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai besarnya pembukaan,
selaput ketuban, dan penurunan bokong serta kemungkinan
adanya penyulit.
2. Instruksikan pasien untuk mengedan dengan benar selama ada
his.
3. Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul.
Lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum
sudah tipis.
4. Melahirkan bayi:
a. Cara bracht
Segera setetalah bokong lahir,bkong dicekam secara
bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang

Panduan Ponek Page 43


paha, jari-jari yang lain memegang daerah penggul).
Sementara langkah ini dilakukan seorang asisten
melakukan perasat wigand m.wingkel
Jangan melakukan intervensi,ikuti saja proses keluarnya
janin. Bila terjadi hambatan pada tahapan lahir setinggi
skapula,bahu atau kepala maka segera lanjut kemetode
manual aid yang sesuai.
Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian
dada.
Lakukan hiperlordosisjanin pada saat angulusskapula
inferior tampak di bawah simfisis (dengan
mengikutigerak rotasi anterior yaitu punggung janin di
dekatkan kearahperut ibu tanpa tarikan) di sesuaikan
dengan lahirnya badan bayi.
Gerakkan keatas hingga lahir dagu,mulut,hidung,dahi dan
kepala.
Letakan bayi diatas perut ibu, bungkus bayi dengan
handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten,
tali pusat di potong.
Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk
laktasi/kontak dini.
b. Cara klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika
dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
Tali pusat di kendorkan.
Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan
dan tarik keatas.
Dengan tangan kiri dan menariknya kearah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri
bayi yang berada di belakang.
Dengan kanan kanan dan menariknya kearah
kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang.
Masukan dua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan
lengan belakang bayi.
Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik
kearah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya
untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara
yang sama.
Catatan : bila pada tahap ini,sulit untuk melahirkan bahu
belakang maka lakukan cara muller (melahirkan bahu depan
terlebih dahulu).
c. Cara muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan jika
dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.

Panduan Ponek Page 44


Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah
belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah
yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.
d. Cara louvset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit
di belakang kepala).
Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi
dengan kedua tangan.
Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang
terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang nuchal.
Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawan ke
kiri/ ke kanan. Beberapa kali hingga kedua bahu dan
lengan dilahirkan secara klasik/muller.
e. Ekstraksi kaki
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan
pada ibu-bayi yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
Tangan kanan masuk secara obstetrik menulusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus
kebawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang
dengan dua jari dan di tuntun keluar dari vagina sampai
batas lutut.
Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu
kedua ibu jari diletakan dibelakang betis sejajar sumbu
panjang paha dan jari jari lain di depan betis, kaki ditarik
curam kebawah sampai pangkal paha lahir.
Pegangan di pindah ke pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari belakang paha, sejajar sumbu
panjang paha dan jari lain di depan paha.
Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter
depan lahir.kemudian pangkal paha dengan pegangan
yang sama di elevasi keatas hingga trokhanter belakang
lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong lahir.
Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu,
maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter depan
maka pangkal paha ditarik terus curam kebawah.
Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara b atau c
atau d.
f. Teknik ekstraksi bokong
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah
turun dari dasar panggul.
jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil
janin, dimasukan kedalam jalan lahir dan diletakan
dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat
paha/krista iliaka dikait dan ditarik curam kebawah.
Untuk memperkuat tenaga tarikan ini maka tangan
penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan turut

Panduan Ponek Page 45


menarik curam kebawah.
Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak
dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
mengkait lipatan paha di tarik curam kebawah sampai
bokong lahir.
Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara b atau c
atau d.
CARA MELAHIRKAN KEPALA BAYI
g. Cara maurieceau
Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila
dengan bracht kepala belum lahir.
Letakan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan
bayi seolah-olah menunggang kuda.
Satu jari dimasukan di mulut dan dua jari di maxila.
Tangan kanan memegang/mencekam bahu tengkuk bayi.
Minta seoarang asisten menekan fundus uteri.
Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus
uteri,penolong persalinan melakukan tarikan kebawah
sesuai arah sumbujalan lahir di bimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu/mulut.
h. Cunam pipper
digunakan kalau pengeluaran kepala bayi dengan bracht ata
maurieceau gagal.
Tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat
keatas, cunam pipper di pasang melintang terhadap
panggul dan kepala kemudian ditarik.
D. Manajemen kala III.
E. Dekontaminasi.
F. Cuci tangan pasca tindakan.
G. Perawatan pasca tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Dokter spesialis anak
3. Ruang bersalin
4. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 46


PERSALINAN PRETERM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Persalinan preterm ialah kelahiran bayi sebelum usia gestasi 37 minggu atau
259 hari.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan dapat menatalaksanakan kasus
persalinan preterm.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Pasien yang mengalami penipisan dan dilatasi sevik tampaknya akan
mengalami persalinan preterm. Bayi-bayi dengan usia kehamilan >35
minggu prognosis kelangsungan hidupnya adalah cukup baik, maka tidak
diperlukan pematangan paru dan biarkan lahir. Bila masih mungkin, pada
kasus kehamilan <35 minggu pembukaan < 3cm, ketuban belum pecah, tak
da tanda-tanda infeksi maka sebaiknya dilakukan upaya untuk pematangan
paru janin.
Pemberian dexamethasone ialah: 2 X 12mg/i.m/hari diberikan dalam
2 hari. Tokolisis diberikan untuk memberikan kesempatan
pematangan paru.
Nifedipin 10mg diberikan 1-2 kali dalam 1 jam. Kemudian diberikan
4 X 10mg sampai his hilang dalam hari pertama.bila kontraksi hilang
maka obat-obatan dapat dihentikan.bila nifedipin tidak efektif maka
dapat menggukan terbutalin sulfat dengan dosis 0,25mg yang
diberikan secara subkutan, selanjutnya dalam drip infus 4mg/500ml,
12 tts/menit.

Panduan Ponek Page 47


Bila kedua jenis obat tersebut merupakan kontraindikasi terhadap
pasien, pertimbangkan untuk menggunakan magnesium
sulfat.pemberian infus magnesium sulfas ( 4gr bolus perlahan +
6gr/500ml diberikan 15 tts/mnt). MgSO4 mempunyai efek
menguntungkan bagi bayi karena dapat mengurangi perdarahan
intrakranial.

Pengobatan tokolisis dianggap gagal bila kontraksi tetap adekuat dan


pembukaan >5cm. Tokolisis tidak dibenarkan pada perdarahan atau pada
kelainan kardiovaskuler-edema paru. Bila selaput ketuban masih utuh maka
tidak diperlukan pemberian antibiotika.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin
3. Ruang Perawatan Ibu

Panduan Ponek Page 48


PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Timbulnya hipertensi, protein uria, dan odema pada tangan-kaki pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Bahkan dapat disertai dengan timbulnya kejang.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan pengobatan pre eklampsia
dan eklampsia pada ibu hamil
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah
Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-DIR/XI/2015
Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia biasanya dibagi menjadi 2 klasifikasi
1. Pre-eklamsia ringan
Pre-eklamsia ringan biasanya terjadi menjelang waktu perkiraan
persalinan. Arah dari penyakit ini tidak dapat di prediksi. Pre-eklamsia
dapat terus menjadi parah sampai persalinan sehingga patologinya tidak
akan tertangani sebelum bayi lahir.
Penatalaksanaan konservatif pre-eklamsia ringan
Rawat inap di rumah sakit.
Bedrest dengan menurunkan aktifitas fisik.
Sering melakukan pengukuran tekanan darah (setiap 4 jam
kecuali tengah malam dan pagi hari).
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan protein
urin,hematokrit,trombosit,kadar kreatinin,urat dan fungsi
hati.
Evaluasi janin dengan USG.
Pantau keadaa janin dengan profil biofisika (NST)
Pemberian anti hipertensi methyldopa dan nifedipine bila
diastolik >90mmhg. Hindari pemberian diuretik.

Panduan Ponek Page 49


Lahirkan bayi jika kandungan pasien telah cukup umur atau
ketika terdapat tanda-tanda ketidakstabilan ibu dan janin.
2. Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat biasanya memerlukan persalinan segera.
Penatalaksanaan harus mencakup terapi berikut :
a) Profilaksis kejang
Magnesium sulfat (MgSO4) intravena harus di berikan
selama persalinan dan selama evaluasi awal pasien penderita
pre-eklamsia berat. Dosis awal MgSO4 4gr diencerkan
dalam 10ml larutan cairan IV (ringer laktat) selama 10 menit
dengan tetesan IV lambat. dosis jaga (maintenance) MgSO4
1-2gr/jam dengan tetesan IV lambat yang di mulai segera
setelah dosis awaldan dilanjutkan selama 24 jam setelah
persalinan atau setelah konvulsi terakhir. MgSO4 harus
selalu di berikan dengan metode infus terkendali/pantau
untuk mencegah overdosis yang dapat bersifat letal.
Kalsium glukonat (1gr IV yang disuntikan selama beberapa
menit) mungkin diberikan untuk antidot toksisitas MgSO4
jika toksisitas terjadi dan harus tersedia. Dan disarankan
untuk memeriksakan kadar MgSO4 secara periodik selama
masa pemakaian obat.

b) Terapi anti hipertensi


Obat yang paling umum digunakan selama kehamilan
Nifedipin
Penghambat kanal kalsium terutama efektif
untuk periode pasca pesalinan.
10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam. Pemberian
sublingual tidak i rekomendasikan karena
efek vasodilator poten yang dimilikinya.
Efek samping mencakup sakit kepala, aliran
udara panas dan berdebar-debar.
Labetalol atau atenolol
Antagonis campuran alfa dan beta dosis: 3-4
X 50mg/hari.
10-20mg bolus IV yang ddapat di ulang
setiap 10 menit hingga dosis maksimal
300mg. Alternatif lain, infus labetolol tanpa
berhenti pada kecepatan 1-2mg/jam dapat di
gunakan dan dititrasi sesuai dengan
kebutuhan.

c) Terminasi kehamilan
Jika ibu tidak dalam proses bersalin, periksa servik. Jika
servik dalam kondisi yang matang untuk induksi,
mulailah induksi persalinan.

Panduan Ponek Page 50


Jika pasien dalam proses bersalin dan terdapat kemajuan
yang memadai ditinjau dari partograf dan tidak terdapat
komplikasi janin atau ibu. Lanjutkan percobaan
persalinan pervaginam dengan pemantauan janin/ibu
yang ketat.
Jika terdapat indikasi obstetrik untuk persalinan dengan
cara sesar, lakukan prosedur sejak awal.

3. Eklamsia
Kontrol kejang dengan MgSO4 (dosis awal 4gr dan dosis
jaga 1-2gr/jam).
Lindungi pasen dari kecelakan selama kejang. Jangan
meninggalkan pasien tanpa ditunggui.
Bersihkan dan lancarkan jalan nafas dengan penghisapan
dan pasien harus tetap menggunakan penahan mulut
(mouth gag) dan selang pernafasan.
Pasang masker oksigen setelah kejang berhenti untuk
mengoreksi hipoksia.
Kontrol tekanan darah yang tinggi untuk mencegah
komplikasi fatal (misalnya perdarahan serebral) dengan
memberikan injeksi obat anti hipertensi secara intra
vena.
Lahirkan bayi.
Hindari obat-obat diuretik dan hiperosmotik kecuali pada
odema paru.
Batasi pemberian cairan intravena (1500 ml/ 24 jam)
kecuali kehilangan darah yang terjadi sangat banyak.
Koreksi hipoksia dan asidosis.
Obsevasi ketat :
Setiap 30 menit periksa denyut nadi, TD, dan
kecepata pernafasan.
Buat status cairan yang memantau asupan cairan dan
output urine melalui kateter yang telah dipasang.
Setiap 24 jam periksa DPL (darah perifer lengkap)
termasuk trombosit, urea darah, kreatinin, dan enzim
hati.
Nilai koagulopati dengan profil koagulasinpada saat
pasien masuk untuk dirawat, waktu protombin (PT),
waktu tromboplastin (PTT), produk penguraian
fibrinogen dan fibrin (FDP).
Pada kasus resisten ketika kejang eklamptik tidak
berhenti meskipun diberi regimen penatalaksanaan
pre-eklamsia berat, berikan 2gr/jam MgSO4 melalui
tetesan IV lambat. Periksa kadar MgSO4 dalam
darah sebelum pemberian dosis dan pada kasus-kasus
resisten untuk menurunkan kejadian terjadinya
keracunan. Selain itu agen kedua mungkin
diperlukan (misalnya diazepan atau fenobarbital).
Dosis tambahan 2gr MgSO4 dapat ditambahkan satu

Panduan Ponek Page 51


kali pada dosis jaga bila kejang terjadi meskipun
pasien telah menerima dosis jaga MgSO4.
Diazepam (10mg IV) dapat digunakan satu kali, atau
fenobarbital (125mg IV) dapat di gunakan satu kali.
Jika kejang terjadi meskipun telah diberi dosis jaga
MgSO4, CT scan harus dilakukan.
Jika penurunan kesadaran terjadi, pasien harus
dimasukkan ke ICU dan di ventilasi setelah gas darah
pasien dan kadar pH darah diukur.

4. Sindrom HELLP
Lahirkan bayi tanpa memandang usia kehamilan.
Pergantian dengan pertukaran plasma atau kortikosteroid
dosis tinggi (dexamethasone 12mg/12 jam IV sampai hitung
trombosit mencapai 100.000/mm dan kemudian 5mg IV
setiap 2 jam untuk dua dosis selanjutnya)dapat mempercepat
penyembuhan penyakit.
Padukan asuhan obstetrik dan neurologis di rumah sakit
tersier.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kanduangan.


2. Ruang bersalin.
3. Ruang HCU

Panduan Ponek Page 52


HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140
mmhg dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmhg
yang telah ada sebelum kehamilan, yang bertahan sampai lebih dari 20
minggu pasca partus atau setelah 12 minggu.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan pengobatan
hipertensi pada ibu hamil.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Rawat inap di rumah sakit jika di perlukan
2. Bedrest dengan menurunkan aktifitas fisik.
3. Sering melakukan pemeriksaan tekanan darah ( setiap 4 jam kecuali
tengah malam dan pagi hari).
4. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan protein dalam urine,
kreatinin serum, asam urat, dan BUN baseline.
5. Pengobatan anti hipertensi yang mencakup salah satu dari berikut ini.
Alfa metildopa (obat yang bereaksi pada SSP) dosis 1-3gr/hari.
Atenolol ata labetolol (beta bloker) dosis :
Atenolol 50mg dosis awal, dapat ditingkatkan hingga
200mg/hari sekali sehari.
Labetolol 200-2000 mg/hari.
Nifedipine
Blocker kanal kalsium, dosis 30-90mg/hari per oral.
Diuretik tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
Inhibitor enzim yang mengubah angiotensin merupakan
kontraindikasi dalam kehamilan
6. Terminasi dilakukan bila

Panduan Ponek Page 53


Kematangan janin sudah tercapai.
Gawat janain dan IUGR parah.
Komplikasi tambahan terjadi ( pre-eklampsia berat, solusio
plasenta).

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Ruang bersalin
3. Ruang Perawatan Ibu

Panduan Ponek Page 54


DILATASI DAN KURETASE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT IBU & ANAK AULIA
PROSEDUR DIREKTUR,
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari
dalam rahim.
TUJUAN Mengenali, dan dapat menatalaksanakan tindakan dilatasi dan kuretase
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medis.
B. Persiapan sebelum tindakan.
Pasien
Penolong ( operator dan asisten )
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
D. Tindakan
1) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik.
Atau dengan dokter anatesi.
2) Lakukan katerisasi.
3) Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan
bimanual. Tentukan besar uterus dan pembukaan serviks.
4) Bersikan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan
menggunakan larutan klorin 0,5%.
5) Pakai sarung tangan steril yang baru.
6) Pasang spekulum sim S atau L. Masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar kebawah.
7) Pasang spekulum sim S berikutnya dengan jalan memasukan
bilahnya secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas sehingga
portio tampak dengan jelas.
8) Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisi semula.

Panduan Ponek Page 55


9) Dengan cunam tampon, ambil kapaas yang sudah di basahi
dengan larutan antiseptik, kemudian bersihkan lumen vagina dan
portio.buang kapas tersebut dalam tempat sampah yang sudah di
siapkan. Kembalikan cunam ketempat semula.
10) Ambil klem ovum lurus, jepit portio atas pada jam 12 (tenakulum
pada jam 11/13).
11) Setelah porsio tepegang baik, lepaskan spekulum atas.
12) Pegang gagang klem ovum/tenakulum dengan tangan kiri, ambil
sendok kuret dengan tangan kanan, pegang diantaraa ibu jari dan
telunjuk, kemudian masukkan hingga menyentuh fundus.
13) Minta asisten untuk memegang gagang klem/tenakulum, letakkan
jari-jari tangan kiri pada perut bawah (fundus uteri)sehingga
penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung
sendok kuret.
Memasukkan lengkungan sendok kuret sesuai dengan
lengkungan kavum uteri kemudian lakukan pengerokan
dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara
sistematis. Keluarkan sisa konsepsi (dengan kuret) dari
kavum uteri.
Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkungan
kavum uteri, setelah sampai fundus kemudian puter 180
derajat lalu bersihkan dinding belakang uterus.
14) Setelah sisa konsepsi dikeluarkan, kembalikan sendok kuret
ketempat semula, gagang klem ovum/tenakulum di pegang
kembali oleh operator.
15) Ambil kapas ( dibasahi larutan antiseptik ) dengan cunam
tampon, bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina.
16) Lepaskan jepitan klem ovum pada portio.
17) Lepaskan spekulum bawah.
18) Lepaskan kain penutup bawah, alas bokong kedalam wadah yang
berisi larutan klorin 0,5%.
E. Dekontaminasi.
F. Cuci tangan pasca tindakan.
G. Perawatan pasca tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Ruang bersalin.

Panduan Ponek Page 56


ASPIRASI VAKUM MANUAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Tehnik aspirasi untuk mengeluarkan isi uterus melalui serviks.


TUJUAN Mengenali, dan dapat menatalaksanakan tindakan aspirasi vakum manual
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan medik.
B. Persiapan tindakan.
C. Pencegahan infeksi dan persiapan tindakan.
D. Tindakan.
1) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik.
2) Lakukan katerisasi.
3) Setelah kandung kemih di kosongkan, lakukan pemeriksaan
bimanual.tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
4) Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan
larutan klorin 0,5%.
5) Pakai sarung tangan steril.
6) Pasang spekulum sim S atau L, masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar kebawah.
7) Pasang spekulum sim S, sampai portio tampak dengan jelas.
8) Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisi semula.
9) Dengan cunam tampon,ambil kapas yang telah dibasahi
dengan larutan antiseptik.kemudian bersihkan lumen vagina
dan portio.buang kapas tersebut kedalam tempat yang sudah
disediakan. Kembalikan cunam ketempat semula.
10) Ambil klem ovum yang lurus,jepit bagian atas portio ( pada
arah jam 12).

Panduan Ponek Page 57


11) Setelah portio terpegang baik, lepaskan spekulum atas.
12) Pegang gagang cunam dengan tangan kiri,ambil kanula
dengan tangan kanan, pegang di antara ibu jari dan telunjuk
kemudian sambil dirotasikan, masukkan hingga menyentuh
fundus ( perhatikan kedalaman kavum uteri ).
13) Minta asisten untuk memegang gagang tenakulum,
sambungkan kanula dengan tabung AVM ( tekanan vakum
telah disiapkan sebelumnya).
14) Pegang kembali gagang tenakulum, buka kedua katub kontrol
(perhatikan jaringan yang terhisap)kemudian lakukan aspirasi
dengan menggerakan kanula maju mundur sambil dirotasikan
dari kiri ke kanan atau ssebaliknya secara sistematis.
15) Setelah sissa konsepsi terkumpul di dalam tabung dan tanda-
tanda kavum uteri telah bersih lepaskan tabung dari kanula.
16) Keluarkan sisa konsepsi dalam mangkok periksa, cabut
kanula dan masukkan tabung ke dalam wadah yang tersedia.
17) Ambil kapas antiseptik, bersihkan darah dan jaringan pada
lumen vagina.
18) Lepaskan jepitan klem ovum pada portio.
19) Lepaskan spekulum bawah.
20) Lepaskan kain penutup, alas bokong dan masukkan kedalam
wadah klorin 0,5%.
E. Dekontaminasi
F. Cuci tangan pasca tindakan.
G. Perawatan pasca tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kebidanan.


2. Ruang bersalin.

Panduan Ponek Page 58


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Terjadinya implantasi (kehamilan) diluar kavum uteri.


TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus kehamilan ektopik terganggu.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Bila ditrmukan keadaan abdomen akut maka tindakan terbaik ialah
hemostasis KET.jenis tindakan yang akan diambil, harus
memperhitungkan pemulihan fungsi kedua tuba. Bila ibu masih ingin
hamil maka lakukan salpingostomi.bila kondisi gawat darurat, tidak
ingin hamil lagi,robekan tidak teratur,terinfeksi,perdarahan tida dapat
dikrndalikan maka lakukan salpingostomi.pada umumnya akan
dilakukan proseddur berikut :
Paasang infus.
Transfusi bila konsentrasi Hb <6 gr%.
Lakukan prosedur parsial salpingektomi atau eksisi segmental
yang dilanjutkan dengan salpingorafi (sesuai indikasi).
Lakukan pemantauan dan perawatan pascaoperatif.
Realimentasi, mobilisasi,dan rehabilitasi kondisi pasien
sesegera mungkin.
Pada kehamilan ektopik belum terganggu, kondisi hemodinamik
stabil, masa <4cm dan tidak ada perdarahan intraabdomen maka
pertimbangkan pemberian MTX. Keberhasilan manajemen MTX

Panduan Ponek Page 59


dapat mencapai 80%. Berikan 50 mg MTX dan dilakukan observasi
B-hCG yang akan menurun tiap 3 hari.setelah 1 minggu dilakukan
USG ulang, bila besar kantong tetap dan pulsasi (+) lakukaninjeksi
kedua.terapi dianggap gagal bila terjadi KET, massa membesar, atau
B-Hcg meningkat >2 kali dalam 3 hari.
Catatan : beri penjelasan pada pasien tentang resiko/keberhasilan
terapi konservatif dan segera lakukan terapi aktif.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang poliklinik.
3. Ruang bersalin.

Panduan Ponek Page 60


PLASENTA PREVIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Terapi Ekspektatif
Syarat-syarat terapi ekspektatif kehamilan preterm dengan perdarahan
sedikit yang kemudian berhenti,belum ada tanda-tanda inpartu,keadaan
ibu cukup baik, janin masih hidup.
Rawat inap dan tirah baring.
Lakukan pemeriksaan USG
Berikan tokolitik dari beberapa pilihan berikut ini :
MgSO4 8gr dosis awal dilanjutkan 4gr setiap 6 jam.
Salbutamol 3X2mg/hari (perhatikan palpitasi atau
takhikardi)
Indomethachin 3X25mg oral/hari (hati-hati gangguan
fungsi ginjal).
Pemberian tokolitik
Betamethasone 12mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
Bila setelah usia kehamilan diatas 32 minggu, plasenta masih
berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa semakin jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.

Panduan Ponek Page 61


Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat di pulangkan dan dapat rawat jalan.

Terapi Aktif
Wanita hamil diatas usia kehamilan 22 minggu dengan
perdarahan per vaginam yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memangdang maturitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,
lakukan PDMO jika:
Infus/transfusi telah dipasang, kamar dan tim operasi
telah siap.
Kehamilan >37 minggu (berat badan >2500gr) dan
inpartu atau fetus telah meninggal atau terdapa anomali
kongenital mayor.
Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh
melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi
luar).
Akhiri kehamilan dengan sectio secarea.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Dokter spesialis anak.
3. Ruang poliklinik
4. Ruang bersalin.
5. Ruang perinatologi.

Panduan Ponek Page 62


SOLUSIO PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus,
sebelum fetus dilahirkan.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Terapi spesifik
Atasi syok
o Infus larutan NS/RL untuk retorasi cairan, berikan 500 ml
dalam 15 menit pertama dan 2L dalam 2 jam pertama.
o Ganti darah yang keluar dengan darah segar untuk
memperbaiki faktor pembekuan akhibat koagulopati
Tatalaksan oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan
mempertahankan fungsi ekskresi sistem urinaria.tetapi apabila syok
terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum rawat),
umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
oliguria (produksi urine <30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat
dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis.
Setelah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan
tersebut dengan:

Panduan Ponek Page 63


o Furosemida 40mg dalam 1 L kristaloid dengan 40-60 tetesan
per menit.
o Bila belum berhasil gunakan manitol 500 ml dengan 40
tetesan per menit.

Atasi hipofibrinogenemia
o Restorasi cairan/darah sesegara mungkin dapat
menghindarkan terjadinya koagulopati.
o Lakukan tes laboratorium : darah lengkap dan lakukan tes uji
beku daarah untuk menilai fungsi pembekuan darah.
o Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma
beku segar (15 ml/kg BB).
o Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan cryoprecipitate
fibrinogen.
o Bila perdarahan masih berlangsung dan trombosit dibawah
20.000 berikan konsentrat trombosit.

Atasi anemia
o Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi
anemia karena disamping mengandung butir-butir darah
merah, juga mengandung unsur pembekuan darah.
o Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien
masih dalam kondisi anemia berat berikan packed cell.

Tindakan obstetrik
Seksio sesar
o Seksio sesar dilakukan apabila :
Janin hidup dan pembukaan belum lengkap.
Janin hidup,gawat janin, tetapi persalinan pervaginam
tidak dapat dilaksanakan dengan segera.
Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan
persalinan pervaginamndapat berlangsung dalam waktu
yang singkat sehingga keselamatan ibu terancam oleh
komplikasi lanjutan.
o Observasi ketat kemungkinan perdarahan berulang
(koagulopati).
Persalinan per vaginam
o Partus per vaginam dilakukan apabila :
Janin hidup, gawat janin dan syarat untuk melahirkan
pervaginam dengan segera dapat di penuhi (pembukaan
lengkap, bagian terendah sudah di dasar panggul dan
tindakan untuk akselerasi persalinan dapat diaplikasikan).
Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil evaluasi
kondisi serviks cukup baik untuk induksi/akselerasi.
o Partus pervaginam dengan bayi hidup, lakukan amniotomi
(bila ketuban belum pecah).kemudian percepat kala II dengan
ekstraksi forcep/vakum.

Panduan Ponek Page 64


o Partus pervaginam cengan bayi yang sudah meninggal,
dilakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah). Kemudian
akselerasi dengan 5-10 unit oksitosin dalam dextrose 5% atau
RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
o Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik secara dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah
trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4
hari kemudian).

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Ruang bersalin.
3. Ruang operasi.

Panduan Ponek Page 65


RUPTURA UTERI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Robekan atau diskontinuitas dinding rahim akhibat dilampauinya daya


renggang miometrium.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Ruptura uteri merupakan komplikasi yang sangat fatal, pengenalan
dan penanganan segera dan tepat, akan menyelamatkan pasien dari
kematian. Karena sebagian besar kasus ini harus diselesaikan dengan
tindakan operatif maka setelah melakukan upaya stabilisasi berikan
segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 500ml
dalam 15-20 menit. Kemudian lanjutkan hingga 3 liter (lihat kondisi
pasien) dalam 2 jam pertama.
2. Setelah stabilisasi pasien memadai, lakukan laparatomi untuk
melahirkan anak dan plasenta.
3. Bila konservasi uterus masih diprlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan reparasi uterus. Bila luka mengalami
nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan
histerektomi.
4. Lakukan bilasan peritonealdan pasang drain dari kavum abdomen.

Panduan Ponek Page 66


5. Antibiotika dan serum tetanus. Bila terdapat tanda-tanda infeksi atau
terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia atau luka yang kotor,
tanyakan saat terakhir mendapatkan tetanus toksoid. Bila hasil
anamnesa tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus
toksoid, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5ml IM.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Ruang bersalin.
3. Ruang operasi.
4. Ruang rawat inap.

Panduan Ponek Page 67


REPARASI RUPTURA UTERI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Febaruari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan dimana memperbaiki uterus akhibat ruptura uteri.


TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
yang terjadi akhibat rupura uteri.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujan tindakan medik.
B. Persiapan sebelum tindakan.
Pasien
Penolong
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
D. Tindakan.
a. Membuka dinding perut.
b. Melahirkan fetus dan eksplotasi.
c. Reparasi dinding uterus.
1. Nilai robekan dinding uterus, tentukan lokasi, arah, kedalaman,
kondisi tepi lukan dan adanya perluasan robekan keorgan sekitar.
Atasi perdarahan yang terjadi.
2. Setelah robekan dinding uterus dan cedera organ sekitar
diketahui, lakukan bilasan abdomendengan larutan garam
fisiologis hangat dan hisap cairan hingga bersih.
3. Lakukan insisi tepi luka yang nekrotik (debridement) hingga
diperoleh luka baru yang relatif bersih dan segar.

Panduan Ponek Page 68


4. Lakukan penjahitan ulang dinding uterus dimulai dari bagian
dalam (kearah kavum uteri) dengan benang kromik nomor 0
(dianjurkan menggunakan polyglycolic acid), secara terputus dan
simpul kunci.
5. Lapisan kedua meliputi otot tengah dan lapisan serosa dengan
jahitan matras (aposisi serosa), terputus dan simpul kunci.
o Bila mengenai SBR, pisahkan dulu plika vesikouterina
sebelum menjahit dinding uterus. Setelah penjahitan
dinding uteus selesai, plika dijahit secara jelujur dengan
benang plain nomor 2/0.
o Bila mencederai kandung kemih, lakukan repaarasi atau
perbaikan.
o Setelah penjahita selesai, perhatikan kembali perdarahan
dan kontraksi uterus.
o Pastikan tidak ada perdarahandalam rongga abdomen.
o Lakukan pemasangan drainase dari rongga abdomen.
E. Penutupan dinding perut
1. Lakukan penutupan dinding perut lapis demi lapis ( peritonium,
otot, fascia, subkutis dan kulit ) jika perlu berikan jahitan
penunjang.
2. Lakukan aposisi kulit setelah penjahitan.
3. Tutup daerah sayatan pada kulit dengan kasa steril yang telah
dibasahi dengan larutan antiseptik.
F. Kajian pascaoperatif
1. Tanyakan kondisi pasien pada petugas anestesi.
2. Nilai derajat kesadaran dan tekanan darah, nadi, dan respirasi.
3. Nilai kontrasi uterus, perdarahan dan derajat anemia.
4. Perhatikan aliran drainase dan produksi air kemih.
G. Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pascaoperatif
H. Catat rekam medik dan instruksi
I. Perawatan pasca tindakan
1. Pantau tanda vital 15 menit pada 2 jam pertama, apabila kondisi
paien stabil/membaik, pemantauan tanda viltal dilakukan setiap 1
jam hingga 12 jam pertama.
2. Restorasi cairan dan darah.
3. Teruskan pemberian uterotonika dalam larutan kristaloid yang
sesuai.
4. Nilai kesadaran penderita, lakukan komunikasi sesegera mungkin.
5. Berikan analgesia dan antibiotika seperti yang telah direncanakan.
6. Segera lakukan mobilisasi pasif dan aktif.
7. Realimentasi setelah fungsi pencernaan berfungsi secara normal.
8. Cabut drainase bila aliran tidak produktif.
9. Pasang katetr menetap hingga urine jernih atau sekitar 10 hari.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan.


2. Ruang bersalin.
3. Ruang operasi.

Panduan Ponek Page 69


ATONIA UTERI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah


plasenta lahir.
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan pasca persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123 /RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Kenali dan tegakkan diagnosa kerja atonia
2. Pasang infus, beri uterotonika, kemudian lakukan pijatan uterus
Cara pemberian uterotonika :
Oksitosin :
o Dosis awal : 40 unit dalam 1 liter larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat (IV). 10 unit (IM).
o Dosis lanjutan : 20 unit dalam 1 liter larutan garam fisiologis
dengan 40 tts/mnt.
o Dosis maksimal per hari : tidak lebih dari 3 liter larutan
dengan oksitosin 40 unit per botol.
o Kontra indikasi : pemberian IV secara cepat atau bolus.
Ergometrin
o Dosis awal : IM atau IV (lambat) 0,2 mg.
o Dosis lanjutan : ulangi 0,2 mg IM setelah 15 menit. Bila
masih diperlukan beri IM/IV setiap 2-4 jam.
o Dosis maksimal per hari : total 1gr atau 5 dosis.
o Kontra indikasi : pre-eklampsia, vitium cordis, hipertensi.

Panduan Ponek Page 70


Misoprostol
o Dosis awal : oral atau rektal 400-600mcg.
o Dosis lanjutan : 400-600mcg 2-4 jam setelah dosis awal.
o Dosis maksimal per hari : total 1200mcg atau 2-3 dosis
ulangan.
o Kontra indikasi : nyeri konraksi, asthma, menggil, diare.
3. Pastikan plasenta lahir lengkap dan pastikan tidak ada laserasi jalan
lahir.
4. Lakukan tes laboratorium : cek darah lengkap dan cek uji beku darah
untuk mengkonfirmasi sistem pembekuan darah.
5. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
6. Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi
perdarahan lakukan tindakan spesifik. Sebelum tindakan operatif dapat
dilaksanakan, lakukan tindakan sementara untuk mencegah
memburuknya kondisi pasien, seperti :
o Kompresi bimanual eksterna.
o Kompresi bimanual interna.
o Kompresi aorta abdominalis.
7. Bila kondisi ibu dan sarana memungkinkan untuk tindakan operatif
lakukan :
o Ligasi ramus ascendens dan decendens arteri uterina dan arteri
ovarika.
o Histerektomi.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kebidanan.


2. Ruang bersalin.
3. Ruang operasi.

Panduan Ponek Page 71


KOMPRESI BIMANUAL DAN AORTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera haemoragic post partum.
TUJUAN Mampu mengetahui dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat kompresi
bimanual.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medis
B. Persiapan sebelum tindakan (pasien dan penolong)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Kosongkan kandung kemih
2. Lakukan pemeriksaan dengan benar sehingga dapat dipastikan
bahwa perdaran ini disebabkan oleh atonia uteri
3. Pastikan tetesan cairan infus yang berisi oksitosin 20 IU berjalan
dengan baik dan ergometrin 0,4mg (perhatikan kontra indikasi)
sudah diberikan secara intramuskuler. Tambahkan misoprostol
apabila kontraksi uterus kurang memadai.
E. Kompresi bimanual eksterna
1. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
2. Tekan ujung jari telunjuk, tngah dan manis satu tangan diantara
simfisis dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus
uteri naik kearah dinding abdomen
3. Letakkan sejauh mungkin, telapak tangan lain di korpus uteri
bagian belakang dan dorong uterus kearah korpus dengan ventral

Panduan Ponek Page 72


4. Geser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama kearah
fundus sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uteri
bagian depan
5. Lakukan kompresi korpus uteri dengan jalan menekan dinding
belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri dan
kanan (mendekatkan tangan belakang dan depan)
6. Perhatikan perdarahan pervaginam. Bila perdarahan berhenti,
pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi
dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti lanjut kelangkah
berikut (F).
F. Kompresi bimanual internal
1. Penolong berdiri dipdepan vulva, basahi tangan dengan larutan
antiseptik dengan ibu jari dan telunjuk, sisihkan kedua labia
mayus ke lateral
2. Masukkan tangan lain secara obstetrik melalui introitus kedalam
lumen vagina (bila perlu beri analgetika)
3. Masukkan tangan secara obstetrik menjadi kepalan dan letakkan
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking hingga fornik
anterior dan dorong segmen bawah uterus ke kranio-anterior
4. Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut dan upayakan
untuk mencakup bagian belakang korpus uteri seluas/banyak
mungkin
5. Lakukan kompresi uterus dengan jalan mendekatkan telapak
tangan luar dengan kepalan tangan dalam pada forniks anterior
6. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
kontraksi uterus membaik, kemudian lanjutkan kelangkah 7. Bila
perdarahan belum berhenti, lanjutkan ketindakkan berikut (G)
7. Keluarkan (perlahan-lahan) tangan kanan dengan mengubah
kepalan menjadi tangan obstetrik.
8. Masukkan kedua tangan kedalam wadah yang berisi lautan klorin
0,5%. Bersihkan sarung tangan dari darah atau cairan tubuh
pasien
9. Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam wadah
tersebut
10. Cuci tangandengan air dan sabun. Keringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering
11. Pakai sarung DTT yang baru secara benar
G. Kompresi aorta abdominalis
1. Baringkan ibu diatas ranjang,penolong menghadap kesisi kanan
pasien. Atur posisi pasienberada pada keetinggian yang sama
dengan pinggul penolong
2. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak menopang pada
kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio coxae
3. Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakan ujung jari
telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat ppaha, yaitu pada
perpotongan garis lipat paha dengan garis horizontal yang melalui
titik 1 sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi ats simfisis ossium
pubis. Pastikan pulsasi arteri tersebut teraba dengan baik
4. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari
titik pulsasi tersebut

Panduan Ponek Page 73


5. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk,
tengah, manis dan kelingking pada umbilikus kearah kolumna
vertebralis dengan arah tegak lurus
6. Dorong kepalan tangan kanan akan mengenai bagian yang keras
dibagian tengah/sumbu badan ibu dan apabila tekanan kepalan
tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri
femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah
tangan kanan) akan berkurang/berhenti (tergantung ari derajat
tekanan pada aorta)
7. Perhatikan perubahan perdarahan pe vaginam (kaitkan dengan
perubahan pulsasi arteri femoralis)
Perhatikan :
Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus
tidakberkontraksi dengan baik usahakan pemberian
preparat prostaglandin. Bila bahan tersebut tidak tersedia
atau uterus tetap tidak dapat berkontraksi setelah
pemberian prostaglandin, pertahankan posisi demikian
hingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan
Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih
berlangsung maka lakukan kompresi eksternal dan
pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai
fasilitas rujukan
Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus-menerus
maka lakukan pemasangan tampon padat utero-vaginal,
pasang gurita ibu dengan kencang dan lakukan rujukan
Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti
dan uterus berkontraksi dengan baik. Teruskan
pemberian uterotonika
8. Bila perdarahan berkurang atau berhenti pertahankan posisi
tersebut dan lakukan pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus
berkontraksi dengan baik
H. Pencegahan infeksi pascatindakan
I. Perawatan lanjutan
1. Perhatikan tanda-tanda vital, perdarahan, kontraksi uterus tiap 10
menit dalam 2 jam pertama. Buat catatan kondisi pasien dan
pemantauan pasca tindakan serta gejala-gejala yang harus
diwaspadai

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan ibu

Panduan Ponek Page 74


RETENSIO PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Belum lepasnya atau lahirnya plasenta selama jam dari sesudah bayi lahir
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus perdarahan selama persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Tegakkan diagnosa dengan akurat bahwa benar retensio plasenta
2. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta
3. Atasi syok
4. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanan aktif kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU
secara IM. Dan teruskan melakukan penegangan tali pusat terkendali
dengan hati-hati (cek apakah ada robekan pada jalan lahir)
5. Berikan cairan IV : Nacl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat. Untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang, sampai nadi dan tekanan
darah membaik dan kembali normal.
6. Lakukan tes laboratorium : cek darah lengkap dan pembekuan darah
7. Bila terjadi perdarahan maka plasenta harus dilahirkan secara
manual.
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang bersalin

Panduan Ponek Page 75


MANUAL PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus
dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong yang di
masukkan kedalam kavum uteri
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123 /RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan
Pasien
Penolong (operator dan asisten)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan penetrasi ke kavum uteri
1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui
selang infus
2. Lakukan katerisasi kandung kemih
3. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar
lantai
4. Secar obstetrik masukan satu tangan (punggung tangan kebawah)
kedalam vagina dengan menulusuri tali pusat bagian bawah
5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus
uteri

Panduan Ponek Page 76


6. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
7. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat kepangkal jari telunjuk)
E. Melepas plasenta dari dinding uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang aling bawah
Bila berada di belakang,tali pusat tetap berada diatas. Bila
dibagian depan , pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat
dengan punggung tangan menghadap keatas
Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara
plasenta dan dinding uterus
Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama (pungung
tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada dibawah
telapak tangan kanan
2. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser
ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan.
Catatan : sambil melakukan tindakan perhatikan keadaan pasien
F. Mengeluarkan plasenta
1. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat ada dinding uterus
2. Pindahkan tangan keluar supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta di keluarkan
3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta keluar
4. Letakkan plasenta pada tempat yang telah di sediakan
5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar)
kedorsokranial setelah plasenta lahir. Perhatikan kontraksi uterus dan
jumlah perdarahan yang keluar
G. Dekontaminasi tindakan
H. Cuci tangan pasca tindakan
I. Perawatan pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin

Panduan Ponek Page 77


SISA PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Perdarahan yang terjadi akhibat tertinggalnya kotiledon dan selaput ketuban
yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakhibatkan perdarahan
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
pasca persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut
sebagian besar pasien-pasien akan kembali lagi ketempat bersalin
dengan keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang kerumah dan
sub-involusi uterus.
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala
metritis dan dapat ditambahkan pemberian analgetika.
3. Lakukan eksplorasi (jika serviks masih terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan.bila serviks hanya dapat di lalui
instrumen, lakukanevakuasi sisa plasenta dengan AVM atau
kuretase.
4. Bila kadar Hb < 8gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb > 8gr%
berikan sulfas ferosus 600mg/hari selama 10 hari
UNIT TERKAIT 1. Dr.spesia;is kandungan
2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan

Panduan Ponek Page 78


ROBEKAN SERVIKS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontrsksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Komprehensif di Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang
terjulur,akan mengalami robekanpada posisi spina isiadika tertekan
kepala bayi.
2. Bila lasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan portio.
3. Jepitkan klem ovumpada kedua sisi portio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan
tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan.
4. Setealh tindakan periksa tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uterus, dan perdarahan pasca-tindakan.
5. Beriantibiotika profilaksis, kecuali bila dijumpai tanta-tada infeksi.
6. Bila terjadi defisit cairan, lakukan restorasi cairan.dan apabila kadar
Hb dibawah 8gr% berikan transfusi darah.
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan

Panduan Ponek Page 79


PROSEDUR PENJAHITAN ROBEKAN PORTIO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT IBU & ANAK AULIA
PROSEDUR DIREKTUR,
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu prosedur atu tindakan untuk menyatukan kembali jaringan yang luka
dan mencegah terjadinya perdarahan akhibat dari perlukaan jalan lahir
TUJUAN Mampu menatalaksanakan secara cepat dan tepat pada kasus perdarahan
selama persalinan
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan (pasien dan penolong)
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Siapkan pasien dalam posisi litotomi
2. Lakukan katerisasi
3. Pasang bilah spekulum bawah secara vertikal kemudian putar
gagang spekulum kebawah
4. Pasang spekulum atas,atur sedemikian rupa sehingga dinding
vagina dan portio tampak jelas

E. Eksplorasi ulangan (sebelum tindakan)


1. Periksa pandang apakah ada robekan dinding vagina atau pada
bagian lain
2. Setelah eksplorasi dinding vagina selesai, minta asisten untuk
memegang spekulum dan pertahankan pada posisinya

Panduan Ponek Page 80


3. Tangan kiri dan kanan, masing-masing memegang klem
ovumkemudian jepit portio depan dengan klem kiri 2,5cm lateral
dari tempat tersebut,jepitkan klem kanan (terhadap posisi
penolong)
4. Lepaskan klem pertama, pindahkan lagi kebagian portio 2,5cm
disebelah klem kedua dan seterusnya (mengikuti arah jarum jam)
5. Lakukan langkah tersebut diatas (jepitan bergantian) sehingga
semua bagian portio dapat diperiksa. Pada bagian yang terdapat
robekan tinggalkan 2 klem diantara robekan, lanjutkan pemeriksaan
dengan 2 klem yang lain

F. Penjahitan
1. Ambil kedua klem yang menandai tempat robekan
o Perbaiki posisi klem kiri dan kanan (diantara tempat
robekan) dengan memindahkan masing-masing klem ke
lateral kiri dan kanan (dengan jarak 2,5cmdari tepi robekan
kiri dan kanan)
o Upayakan agar cakupan jepitan klem dapat mencapai garis
yang melalui titik paling ujung dari robekan
o Bila pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri yang di
sebabkan oleh penjepitan atau pasien tidak kooperatif,
instruksikan asisten untuk menyuntikan sedatif dan
analgetik
2. Bila ujung robekan dapat dicapai, tusukkan jarum di mulai dari 1
cm diatas luka, ikat dengan jahitan angka delapan.
o Mulai penjahitan dari bagian distal terhadap operator
o Tusukkan jarum pada bagian luar kanan porsiotembuskan
kedalam dan silangkan kedalam kiri, tembuskan ke kiri luar
distal, menyebrangi garis robekan ke luar kanan
distalmenembus dalam kanan distal,silangkan ke kiri dalam
proksimal kemudian menembus ke kiri proksimal
o Buat simpul dan jepit sisa benang ebagai panduan jahitan
selanjutnya.
3. Lanjutkan penjahitan dengan cara yang sama hingga keujung luar
robekan hingga seluruh robekan portio terjahit dengan baik dan
perdarahan dapat di atasi.

G. Eksplorasi ulangan (pasca tindakan)


1. Lakukan pemeriksaan ulangan dengan menjepit portio dengan 2
klem ovum kemudian balikan posisi gagangklem agar permukaan
dalam portio dapat diperiksa. Pastikan perdarahan dari robekan
portio dapat teratasi dan lanjutkan eksplorasi pada bagian lain
setelah penanganan pada portio selesai.
2. Kontrol perdarahan pada dinding vagina atau sekitar vulva (jika
ditemukan)
3. Bersikan portio dan lumen vagina dengan kapas antiseptik
4. Lepaskan klem ovum yang masih terpasang pada portio
5. Lepaskan spekulum

Panduan Ponek Page 81


H. Dekontaminasi
I. Cuci tangan pasca tindakan
J. Perawatan pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin
3. Ruang perawatan ibu

Panduan Ponek Page 82


KETUBAN PECAH DINI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan


TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus ketuban pecah dini
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Pada kehamilan preterm
1. Rawat di rumah sakit,perhatikan tanda-tanda vital,tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin.
2. Posisikan pasien pada posisi trendelenberg.
3. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi.
4. Berikan antibiotika
Ampisillin 2gr/IV setiap 6 jam dan gentmisin 80mg IM.
5. Jika usia kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar.
6. Pada kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru-paru janin (bethametason 12mg/hr selama 2
hari atau dexamethason IM 5mg setiap 6 jam)
7. Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada
tanda-tanda infeksi, beri dexamethasone, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada usia kehamilan
37 minggu.

Panduan Ponek Page 83


8. Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada
tanda-tanda infeksi berikan tokolitik (salbutamol),
dexamethason dan terminassi kehamilan setelah 24 jam.
9. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada tanda-tanda infeksi beri
antibiotika dan terminasi kehamilan.
10. Jika persalinan harus terjadi maka penolong harus siap dengan
resusitasi dan perawatan bayi kecil.
B. Pada kehamilan aterm
1. Jika usia kehamilan >37 minggu induksi dengan oksitosin, bila
gagal secsio sesar.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dan terminasi
kehamilan.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Dokter spesialis anak
3. Ruang bersalin
4. Ruang perinatologi
5. Ruang operasi

Panduan Ponek Page 84


PROSEDUR SEKSIO SESAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/4

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Prosedur operasi untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding perut
dan uterus
TUJUAN Mampu memahami dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat prosedur
seksio sesar
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Menetapkan indikasi seksio sesaria
C. Menentukan jenis seksio sesaria
D. Mempersiapkan tim
E. Pencegahan infeksi dan persiapan operasi (pasien dan penolong)
F. Tindakan pembiusan
1. Induksi
Berikan oksigen melalui masker 3 liter per menit
Induksi dapat dilakukan dengan ketamin 0,5mg/kg yang
dilarutkan dalam NaCl 0,9% dalam kadar 10mg/ml yanng
disuntikaan iv pelan (2 menit).
Jika dalam 5 menit anak belum lahir, dosis ketamin yang sama
dapat di berikan sekali lagi
Segera setelah bola mata nampak bergerak tanpa sadar
(nystagmus), pembedahan dapat dimulai

Panduan Ponek Page 85


2. Anestesia
Umum dengan menggunakan N2O yang diberikan setelah tali
pusat dijepit
Regional dengan anestesia lumbal
Seksio sesar memerlukan stadium anestesia 3 plane 1 sampai
plane 2
3. Pemantauan
Awasi pupil pasien, jangan sampai melebar (mydriasis).
Pelebaran lebih dari 3 mm menunjukkan stadium yang sudah
terlalu dalam. Penggunaan eter yang terlalu tinggi dapat
menggangu kontraksi otot rahim,sehingga diperlukan dosis
oksitosin
Perhatian : pasien anemia/hipotensi sangat peka dengan obat
anestesi (dosis harus sangat dikurangi). Syok harus diatasi terlebih
dahulu sebelum operasi. Posisi pasien selama anestesia dan
sebelum sadar kembali kepala lebih rendah. Selalu disiapkan
pompa penghisap sebelum pasien muntah.
G. Tindakan operasi
1. Lakukan insisi mediana/pfanensial dengan pisau secara benar
2. Perdalam sayatan pada dinding abdomen sampai menembus
peritonium dan perlebar hingga sekitar 12 cm.
3. Observasi kondisi ataupun kelainan pada uterus, adneksa dan
parametrium dengan jalan menarik dinding abdomen kekiri-
kanan.
4. Angkat dinding perut dengan retraktor, selipkan kasa lebar basah
melingkupi sisi uterus gravidus untuk menampilkan dinding
depan uterus dan menyisihkan usus, ovarium, tuba dan organ
intraabdominal lainnya.
5. Dengan pisau, sayat segmen bawah uterus (sehingga mudah di
tembus dan diperlebar dengan jari) kemudian pecahkan ketuban
dan hisap cairan ketuban yang keluar.
6. Luksir keluar kepala janin, kemudian lahirkan seluruh tubuh
dengan cara yang sesuai. Bersihkan seluruh muka janin dengan
kain kasa lembab.
7. Tali pusat dijepit pada jarak 10-15cm dari umbilikus dan
digunting. Bayi diserahkan ke dokter anak untuk perawatan
selanjutnya.
8. Plasenta dilahirkan dengan melepasnya secara manual dari tempat
implantasinya kemudian tarik tali pusat dan sedikit menekan
fundus.
9. Tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dijepit dengan klem
penser/foerster, terutama pada kedua ujung luka sayatan.
10. Dilakukan eksplorasi kedalam kavum uteri dengan kasa yang
dijepitkan pada klem penser atau dengan menggunakan 2-3 jari
tangan operator dibalut dengan kasa. Pastikan tidak ada bagian
plasenta yang tertinggal.

Panduan Ponek Page 86


11. Dilakukan jahitanhemostasis dengan simpul 8 (figure of eight)
pada kedua ujung robekan uterus dengan menggunakan benang
polyglycolic atau kromic catgut no 0/1,0 dilanjutkan dengan
penjahitan segmen bawah secara jelujur terkunci.
12. Pastikan tidak adanya perdarahan melalui evaluasi ulang luka
jahitan
13. Keluarkan kasa basah, bersihkan rongga aabdomen dan lakukan
periksa ulang untuk meyakinkan tidak adanya perdarahan dari
tempat jahitan atau dari tempat lain.
14. Fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan
dijepit dengan kocher dan dijahit hingga subkutis dengan
polyglicolic acid (misal: dexon no 1).
15. Kulit dijahit dengan nylon atau polyglicolic acid secara subtikuler
16. Luka opersi di tutup dengan kasa dan povion iodin.
17. Kain penutup abdomen dilepas, hati-hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka operasi.
18. Vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dan bekuan darah dengan
menggunakan kasa yang dijepit pada penser klem.
19. Daerah vulva hingga paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan
tubuh.
H. Dekontaminasi
I. Cuci tangan pasca tindakan
J. Perawatan pasca bedah
1. Periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan, ukur jumlah urine
yang tertampung dikantong urine. Jumlah perdarahan, kontraksi
uterus dan tinggi fundus uteri.
2. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas dan
catat lama operasi.
K. Nasehat dan konseling pasca operasi
a. Kepada keluarga pasien
1. Beritahukan bahwa
Operasi telah selesai dan sampaikan jalannya operasi,
kondisi ibu saat ini dan apa yang diharapkan minimal
mencakup 24 jam pasca persalinan.
Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan
dan keadaan bayi.
Risiko fungsi reproduksi pasien dan
kehamilan/persalianan yang akan datang.
Kontrasepsi.
2. Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien
dapat dipulangkan.
3. Mintakan pada keluarga untuk ikut mengawasi pasien
khususnya terhadap risiko fungsi reproduksi berupa bekas
seksio sesar.

Panduan Ponek Page 87


b. kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi)
1. Beritahukan :
Keadaan pasien saat ini
Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan,
dan keadaan bayi.
Risiko fungsi reproduksi, kehamilan dan persalinan
yang akan datang.
2. Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan
kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga
pasien memahami, menerima dan dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai.
3. Jelaskan kembali resiko yang dihadapi oleh pasien, berikan
cukup waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa pasien
telah cukup mengerti dan faham.

UNIT TERKAIT 1. dokter spesialis kandungan


2. dokter anestesi
3. dokter anak
4. ruang operasi

Panduan Ponek Page 88


PROSEDUR HISTEREKTOMI SUBTOTAL DAN
TOTAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/4

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan operasi/bedah pengangkatan rahim/uterus yang dilakukan


pada wanita sebagai jalan keluar bagi yang bersangkutan dalam mengatasi
penyakitnya.
TUJUAN Mampu memahami dan menatalaksanakan secara cepat dan tepat prosedur
histerektomi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan (pasien, operator dan alat)
C. Tindakan
a. Membuka dinding perut
1. Baringkan pasien diatas meja operasi dan tanggalkan pakaian
pasien
2. Usapkan larutan antiseptik pada dinding abdomen hingga
precesus xyphoideus dan sepertiga atas paha
3. Tutup tubuh pasien dengan kain steril dan tempatkan lobang
kain pada daerah operasi
4. T anyakan pada petugas anestesi apakah operasi sudah dapat
dimulai
5. Lakukan sayatan mediana mulai dari 2,5cm diatas fundus uteri
hingga 1cm diatas simfisis
6. Sayatan diperdalam hingga mencapai rongga pelvic/abdomen

Panduan Ponek Page 89


7. Lindungi kandung kemih, masukkan kasa lebar dan pasang
retraktor sehingga uterus dan organ sekitar dapat di
presentasikan dngan jelas
b. Memisahkan adnexa dari uterus
1. Keluarkan uterus dari rongga abdomen
2. Ligamentum rotundum dekat dengan kornu uteri
diklem dengan 2 klem ochsner (kocher bengkok)
dipotong diantaranya dengan pisau atau gunting
kemudian ikat rangkap dengan benang kromik ukuran 0
atau 2-0
3. Lamina anterior ligamentum latum yang terbuka di insisi
dengan gunting dari tempat pemotongan menuju kebawah dan
medial kearah segmen bawah rahim.
4. Lamina posterior ligamentum latum tepat dibawah tuba fallopi,
ligamentum ovarii proprium serta pembuluh darah ovarium
didorong secara tumpul dengan 2 jari kedepan kemudian
digunting sehingga terbentuk lobang
5. Melalui lobang tersebut tuba faloopi, ligamentum ovarii
proprium serta pembuluh darah ovarium
klem dengan 2 kocher (oshsner) dan
potong diantara kedua klem dengan pisau
6. Longgarkan jepitan dan ikat puntung lateral dengan benang
kromik 0 atau 2-0
7. Puntung medial diikat dengan benang sutera dan jepit ujung
benang dengan klem untuk mengangkat uterus
8. Lamina posterior ligamentum latum dipotong kebawah dengan
gunting dekat dengan uterus mennuju kearah ligamentum
kardinale. Jepit dan ikat setiap perdarahan yang terjadi.
c. Membebaskan kandung kemih
1. Buka plika vesikouterina (diantara kedua ujung sayatan
ligamentum latum)
2. Kandung kemih serta peritonium dibebaskan dari segmen
bawah rahim secara tumpul :
gunakan jari yang dibungkus dengan kasa atau
diseksi tajam dengan gunting (jika ada perlengketan)
catatan : untuk histerektomi totalis kandung kemis harus
dibebaskan lebih luas ke lateral dan kebawah sejauh kira-
kira 2 cm di bawah ujung servik untuk mencegah
terpotongnya kandung kemih dan ureter.
d. Amputasi korpus uteri
1. Untuk histerektomi subtotal korpus uteri di potong berbentuk
corong setinggi diatas ostium interna diatas ligamentum
kardinale. untuk histerektomi totalis uterus belum di potong
dan lanjutkan ke langkah (e).
e. Identifiksi dan mengikat pembuluh darah uterus
1. Pinggir lateral uterus diperlihatkan dengan mengelevasi uterus
kesisi berlawanan

Panduan Ponek Page 90


2. Lembaran posterior ligamentum latum didorong kekaudal
bersama-sama dengan ligamnetum kardinale
3. Pengupasan diteruskan dengan gunting pengupas sampai arteri
uterina terlihat setinggi ostium uteri internum
4. Pembuluh darah uterus diklem dengan 2 klem kocher lurus
dekat dengan uterus kemudian dipotong diantaranya dan
pembuluh darah pada puntung lateral diikat rangkap dengan
kromik 0 atau 2-0
5. Puntung medial diikat dengan benang sutera dan klem dapat di
bebaskan
6. Ligamentum kardinale diklem dengan 2 klem lurus kocher
dekat dengan serviks, di insisi diantaranya dan di ikat
7. Tindakan yang sama dilakukan terus kebawah sampai fornik
lateral dari vagina tercapai. pembuluh darah ramus desendens
arteri uterina diklem, digunting dan di ikat
f. Membebaskan serviks dari vagina
1. Lamina posterior ligamentum latum di insisi sampai kepangkal
ligamentum sakrouterina terus kebelakang servik di kavum
douglasi
2. Peritoneum belakang dibebaskan dari servik dan fornik
posterior vagina dengan gunting metzenbaum
3. Ligamentum sakro uterina diklem dan diinsisi kemudian di ikat
dengan benang kromik no 0 atau 2-0
4. Dilakukan diseksi sampai ruang rekto vaginal terbuka
5. Forniks lateralis vagina kiri dan kanan di klem dengan klem
kocher bengkok dan di lakukan insisi sebelah medial dan
kranial dari klem dan dibawah servik sampai seluruh uterus
dan servik dapat di angkat
6. Forniks lateralis diikat dengan benang kromik dan dijahit ke
puntung ligamentum kardinale, sakrouterina dan ligamentum
rotundum
g. Menutup tunggul serviks dan peritonialisasi
1. Pada histerektomi subtotal tunggul servik ditutup dengan
jahitan terputus muka-belakang (ant-post) dengan benang
kromik atau polyglycolic acid no 1 atau (metrik 5) dari kiri
kekanan dengan jarak sekitar 1cm.
2. Pada histerektomi total sebagian operator menyukai menutup
puntung vagina dengan jahitan angka 8 dan sebagian hanya
melakukan hemostasis dengan jahitan jelujur terkunci (running
lock stitch)dari seluruh dinding vagina sehingga peritonium
menutupi semua puntung tersebut.
D. Menutup dinding perut
1. Lakukan penjahitan dinding perut dari fascia ke subkutis (all layer)
dengan benang polyglycolic acid
2. Aposisi kulit dengan jahitan subtikuler

Panduan Ponek Page 91


E. Perawatan pasca operasi
1. Perdarahan dan jumlah urine harus dipantau secara ketat
2. Analgesia diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan
3. Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian
4. Mobilisasi pada hari pertama setelah operasi penderita haruss turun
dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.
5. Pemulangan jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat
dipulangkan pada hari kelima setelah operasi

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang operasi

Panduan Ponek Page 92


METRITIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus metritis
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Lakukan pemeriksaan secara klinis dan rawat inap
2. Lakukan pemasangan infus
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
4. Berikan transfusi bila dibutuhkan
5. berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
6. Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
7. bila dicurigai adanya sisa plasenta,lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar)
8. bila ada pus lakukan drainase
9. bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparatomi dan keluarkan pus. bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang perawatan ibu

Panduan Ponek Page 93


SEPSIS PUERPERIUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Infeksi saluran genital yang terjadi setelah pecah ketuban, atau hingga 42
hari pasca persalinan atau aborsi
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus sepsis puerperium
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Lakukan pemeriksaan secara klinis dan pasang infus IV kristaloid
2. Berikan antibiotika
o pemberian antibiotika spektrum luas adalah terapi segera dan
menghentikan penyebaran infeksi lebih jauh. jika kultur dan uji
sensitivitas sudah diketahui, antibiotika diganti sesuai dengan
hasil kedua pengujian tersebut.
3. Mengevakuasi produk kehamilan yang tertinggal. AVM bisa digunakan
jika sesuai untuk kasus seperti ini.
4. Memantau jumlah sel darah putih setiap 48 jam atau menurut kondisi
klinisnya
5. Lanjutkan antibiotika hingga pasien tidak mengalami demam selama
24-48 jam dan tidak merasa nyeri
6. X-ray dada untuk membantu menentukan adanya emboli pulmoner
septik atau pneumonia
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang perawatan ibu

Panduan Ponek Page 94


BENDUNGAN PAYUDARA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo koesumo.PFK.MM

PENGERTIAN Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus bendungan payudara
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR A. Bila ibu menyusui bayinya :
1. Susukan sesering mungkin
2. Kedua payudara disusukan
3. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyususi
5. Sangga payudara
6. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
7. Bila demam tinggi berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4
jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
B. Bila ibu tidak menyusui :
1. Sangga payudara
2. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa nyeri
3. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan memijat atau memakai kompres hangat pada payudara
5. pompa dan kosongkan payudara
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan
2. Ruang perawatan ibu dan Poliklinik

Panduan Ponek Page 95


MASTITIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus mastitis
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. bila
diberikannya sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang
2. Kompres payudara
3. Sangga payudara
4. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya walau ada pus
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

Bila terdapat masa atau pus maka dapat diberikan tindakan :

1. Diperlukan anestesi umum (ketamin)


2. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, kepinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
3. Pecahkan kantung pus dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
4. Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam

Panduan Ponek Page 96


5. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
6. Sangga payudara
7. Kompres dingin
8. ibu dianjurkan tetap memberikan asi walaupun ada pus
9. Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang perawatan ibu
3. Ruang poliklinik

Panduan Ponek Page 97


INFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA
ABDOMINAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan
infeksi yang kurang baik
TUJUAN Mengenali, menentukan diagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat pada kasus infeksi luka perineal dan luka abdominal
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR
1. Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma dan
wound cellulitis
o wound abcess, wound seroma, wound hematoma suatu
pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous
atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka insisi
o wound cellilitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai
dari tempat insisi
3. Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan
pengeluaran serta kompres antiseptik
4. Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakuan debridemen
5. Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotik
6. Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampicilin 500 mg per oral selama
6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali per hari selama 5 hari

Panduan Ponek Page 98


7. Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri
penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1gr 4 kali per
hari) ditambah dengan gentamisi 5mg/kg BB per hari IV sekali
ditambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas
demam selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus dibuang.
lakukan jahitan sekunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik
8. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan
sering ganti

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis kandungan


2. Ruang bersalin dan perawatan ibu

Panduan Ponek Page 99


RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/6

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir
menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD.
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obat sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi
darah
TUJUAN 1. Dapat menatalaksankan tindakanresusitasi neonatus secara cepat dan
tepat
2. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
KEBIJAKAN
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Panduan Ponek Page 100


Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Tindakan resusitasi merupakan tindakan life saving pada bayi baru
lahir dengan asfiksia
2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakukan oleh tim yang
terkoordinasi dan yang telah ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masing-masing tim harus
diketahui
4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai
perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi

Persiapan alat
1. Periksa kelengkapan alat
2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya
3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga keselamatan
bayi
Penilaian awal setiap bayi baru lahir
1. Apakah air ketuban tanpa mekoneum?
2. Apakah bayi bernapas atau menangis?
3. Apakah tonus otot baik?
4. Apakah kulit bayi berwarna merah muda?
5. Apakah umur kehamilan cukup bulan?
Bila semua jawabanya Ya, bayi memerlukan perawatan rutin untuk
bayi baru lahir.
Bila salah satu jawabnya Tidak, bayi memerlukan beberapa langkah
awal resusitasi.
Langkah awal resusitasi {dilakukan dengan cepat dan diselesaikan dalam
waktu 30 detik)
1. Jaga lingkungan yang hangat dan kering
2. Letakkan pada posisi yang benar dan bersihkan jalan napas, terutama
bila ada mekoneum

Panduan Ponek Page 101


3. Bayi dikeringkan dan dilakukan stimulasi napas sambil dilakukan
reposisi kepala untuk membuka jalan napas
4. Berikan oksigen, bila perlu, untuk mengurangi sianosis
Evaluasi langkah awal
1. Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100x/menit, kulit berwarna
merah muda, selnjutnya bayi memerlukan perawatan suportif
2. Bila bayi tidak bernapas (apnea) atau denyut jantung <100x/menit, bayi
memerlukan tindakan selanjutnya (tahap B-memulai pernapasan}
Ventilasi tekanan positif/VTP (dilakukan selama 30 detik)
1. Pilih ukuran sungkup sedemikian sehingga menutup mulut, hidung dan
ujung dagu, tapi tidak menutup mata
2. Pastikan jalan napas bersih, lakukan isapan mulut dan hidung sekali
lagi untuk meyakinkan tidak ada sumbatan pada waktu melakukan
bantuan napas
3. Letakkan kepala bayi pada posisi sedikit ekstensi untuk membuka jalan
napas
4. Letakkan sungkup ke muka bayi dan rapatkan bantalan sungkup agar
tercapai tekanan positif yang diperlukan untuk mengembangkan paru
5. Pompa balon resusitasi dengan tekanan pertama > 30 mm H2O dengan
frekuensi 40-60x/menit
Evaluasi VTP
1. Sementara denyut jantung meningkat ke arah normal, tetap lanjutkan
ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali/menit
2. Bila denyut jantung stabil diatas 100 kali/menit, kecepatan dan
tekanan ventilasi diturunkan secara bertahap sambil dilakukan
rangsangan agar bayi bernafas
3. Bila bayi sudah bernafas spontan dan denyut jantung telah mencapai
normal, bantuan ventilasi dapat dihentikan setelah denyut jantung
dan nafas spontan adekuat
4. Lanjutkan pemberian oksigen arus bebas seperlunya agar bayi tetap
berwarna merah muda
5. Bila denyut jantung tidak meningkat dan < 60 x/m, lakukan tahap
resusitasi C dengan melakukan kompresi dada

Panduan Ponek Page 102


Kompresi Dada (dilakukan selama 30 detik)
1. Kompresi dada harus dilakukan bersama VTP, dan harus
dilaksanakan terkoordinir dengan melakukan ventilasi setelah
kompresi ke-3 (1:3), sehingga didapatkan frekuensi ventilasi 30 x
dan kompresi 90 x/m

Evaluasi Kompresi Dada


Bila denyut jantung > 60x/m, kompresi dada dapat dihentikan
tetapi VTP tetap dilanjutkan
Bila denyut jantung meningkat > 100x/m dan bayi mulai
bernafas spontan, VTP diturunkan secara perlahan-lahan
Bila denyut jantung tetap < 60x/m, lanjutkan ke tahap
resusitasi D dengan memberikan pengobatan (epinefrin)
Intubasi Endotrakeal
Tujuan :
1. Bila diperlukan menghisap mekoneum langsung dari trakea pada
bayi lahir dengan air ketuban bercampur mekoneum disertai distress
nafas
2. Memperbaiki ventilasi bayi dan memfasilitasi koordinasi ventilasi
dan kompresi dada
3. Jalan untuk memberikan epinefrin
Cara :
1. Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
2. Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen aliran bebas
harus diberikan selama prosedur
3. Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan lidah, tekan lidah
ke sisi kiri mulut, terus masukkan lagi daun laringoskop sampai
ujungnya di valekula, tepat di bawah lidah
4. Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi
pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu
mengangkat daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas
searah dengan pegangan laringoskop
5. Visualisasikan glotis dengan memberikan tekanan ke bawah pada
krikoid

Panduan Ponek Page 103


6. Masukkan pipa endotrakeal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut
7. Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan dan keluarkan laringoskop
dengan tangan kiri
Lakukan perasat tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik pipa ET
belum berhasil dimasukkan, lakukan ventilasi dengan balon dan sungkup
sampai keadaan bayi stabil dan lanjutkan memasang pipa ET kembali

Pemberian Epinefrin
Indikasi :
1. Denyut jantung tetap < 60 x/m setelah dilakukan VTP selama 30
detik dilanjutkan kompresi dada bersama selama VTP selama 30
detik
Cara pemberian :
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET : suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP
3. Melalui vena umbilikalis :
Pasang tali umbilikal secara longgar di sekitar dasar tali pusat
Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
Potong tali pusat secara steril dengan skapel di bawah klem 1-2
cm di atas garis kulit
Masukkan kateter ke vena umbilikalis dengan arah ke atas menuju
ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir
Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1-0,3 ml/kgBB) larutkan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi saline normal 0,5-1 ml
Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60 x/menit,
ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
Bila bayi tampak lemah dan ada bukti perdarahan, pikirkan
kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik

Penanganan hipovolemia akut


1. Pemberian cairan yang direkomendasikan adalah cairan kristaloid

Panduan Ponek Page 104


isotonik (salin normal, ringer laktat, darah golongan O) dan
pemberian paling mudah melalui vena umbilikal
2. Berikan dosis awal 10 ml/kgBB, bila belum ada perbaikan ulangi
pemberian 10 ml/kgBB
Penanganan asidosis metabolik
1. Pemberian natrium bikarbonat terlalu awal berbahaya. Jangan
memberikan natrium bikarbonat sebelum dilakukan ventilasi yang
adekuat pada paru-paru
2. Setelah semua langkah resusitasi dilakukan dan belum ada
perbaikan, berikan natrium bikarbonat dengan dosis 2 mEq/kgBB (4
ml/kgBB larutan 4,2 %)
3. Cara pemberian : melalui vena umbilikalis yang aliran darahnya
baik, diberikan secara lambat (tidak lebih dari 1 mEq/kgBB/menit)
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anak
2. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 105


PEMASANGAN C-PAP PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Continuous Positive Airway Pressure ( CPAP ) adalah alat yang digunakan
untuk memberikan terapi oksigen dengan tekanan tertentu secara kontinyu
pada pasien yang masih bisa bernafas spontan.
TUJUAN Mengatasi keadaan distress respirasi ringan dan sedang
Mengatasi keadaan apnea pada bayi prematur
Mencegah terjadinya kegagalan weaning ventilator
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR Indikasi umum:


1. Apnea ringan berulang dengan atau tanpa RDS
2. PaO2 < 60 mmHg pada FiO2 40%
3. sesudah ekstubasi
4. Weaning pada bayi yang tergantung ventilator
5. Gejala RDS ringan sampai sedang
CPAP pada bayi kurang bulan dengan sindrom distres respirasi:
1. Terapi awal RDS

Panduan Ponek Page 106


2. FiO2 sampai 40 % dengan tanda distres pernafasan
3. Klinis adanya retraksi sesudah pencabutan pipa ET
4. Apneu berulang
Persiapan alat
1. Pipa ET atau pipa lambung Fr 8/Fr 5 atau nasal prong
2. sumber O2 sentral
3. fasilitas analisa gas darah
4. CPAP atau ventilator dengan vasilitas CPAP untuk neonatus
5. plester
6. monitor oksimetri pulsus/SpO2
Prosedur pemasangan nasal CPAP
1. Siapkan pipa nasal sesuai ukuran yang dibutuhkan
2. masukkan pipa tersebut ke lubang hidung sedalam 2-3 cm
3. Fiksasi pipa menggunakan plester
Sambungkan pipa dengan CPAP yang telah diatur
flowmeter, konsentrasi oksigen dan tekanan PEEP
Pengaturan awal:
* Flow : 6 liter/menit
* konsentrasi oksigen ( FiO2 ) 40 %
* PEEP 5-8 ( bisa diatur sesuai kondisi pasien )
Pasang pipa lambung melalui mulut untuk mengeluarkan
udara yang tertelan karena dapat mendesak diafragma ke
atas
Awasi letak dan aliran pipa setiap saat karena sumbatan
lendir atau terlepas
Awasi pengembangan dada dan tanda-tanda
pneumotoraks
4. Lakukan rontgen toraks setelah pemasangan CPAP untuk
mengevaluasi pengembangan dada dan resiko terjadinya
pneumotoraks.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 107


PEEP

Awal
-nasal CPAP ........................................................................................ 7 cmH2O
- tidak membaik dalam 10 menit 1 cmH2O/setiap
kali

Maksimum:
- nasal CPAP10-12
cmH2O
- ET CPAP8-12
cmH2O

Panduan Ponek Page 108


TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN
(TTN)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Merupakan penyakit ringan pada bayi mendekati cukup usia atau bayi cukup
usia yang memperlihatkan gawat pernafasan segera setelah lahir
TUJUAN Dapat mendeteksi, mendiagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat kasus TTN
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Oksigenisasi
2. Pembatasan cairan
3. Pemberian minum setelah takipnea membaik
4. Mengkonfirmasi dignosis dengan menyisihkan penyebab takipnea lain
misalnya pnemonia, penyakit jantung kongenital, hyaline membrane
disease (HMD) dan hiperventilasi serebral
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anak
2. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 109


HYALINE MEMBRANE DISEASE (HMD)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hyaline membrane disease (HMD), juga disebut respiratory distress


syndrome (RDS) merupakan penyakit pernafasan yang terutama
mempengaruhi bayi kurang bulan
TUJUAN Dapat mendeteksi, mendiagnosa dan menatalaksanakan secara cepat dan
tepat kasus HMD
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Dukungan dasar yaitu pengaturan suhu dan cairan parenteral serta obat-
obatan (antibiotik)
2. Pemberian oksigen lebih disukai O2 40% yang telah dipanaskan dan
dilembabkan dengan menggunakan head box
3. Dukungan pernafasan diperlukan jika pasien terus melemah dibawah
kondisi FiO2 lebih dari 60% dan atau jika PaO2 kurang dari 50 mmHg.
continuous positif airway pressure (C-PAP) kemudian dicoba.

Panduan Ponek Page 110


4. Dibawah tindakan C-PAP
o PH < 7,2
o Atau PO2 <40 mmHg FiO2 > 60%
o Atau PCO2 >60mmHg
o Defisit basa > - 10
UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anak
2. Ruang perinatologi

Panduan Ponek Page 111


TERAPI SINAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi menggunakan sinar Ultraviolet dengan
panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud untuk
menurunkan kadar Bilirubin.
TUJUAN Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak
memerlukan fototerapi lagi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Persiapan alat fototerapi :
1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini untuk
mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta
melindungi dari bahaya sinar ultraviolet.
2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu dibawah
lampu 28oC 30oC
3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresens
menyala dengan baik.
4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip

Panduan Ponek Page 112


5. Catat tanggal kapan lampu mulai dipasang dan pastikan durasi total
penggunaan lampu.
6. Ganti lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan,
walaupun lampu masih menyala (sesuai standard alat yg dipakai).
7. Gunakan kain pada boks bayi, atau inkubator dan letakkan tirai putih
mengelilingi area sekeliling unit tersebut berada untuk memantulkan
kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi.
Cara melakukan fototerapi
1. Letakkan bayi dibawah lampu terapi sinar
2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk
atau manual dari pabrik pembuat unit.
3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar sinar.
4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam.
5. Pastikan bayi diberi minum :
Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan, paling tidak
setiap 3 jam.
Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi minum dan
lepaskan penutup mata.
Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI dengan air,
dekstrosa adatu PASI.
Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatip pemberian minum. Naikkan
volume pemberian ASI peras dalam sehari (10-15% dari kebutuhan
rumatan sehari, mungkin sampai 25%) atau dengan menambah 25
ml/kg susu selama bayi dibawah lampu terapi sinar. Jika masukan
cairan tidak mencukupi, diberikan cairan per infus.
6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah volume cairan 10%.
Selama bayi dibawah lampu terapi sinar.
7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa lambung,
tidak perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.
8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan
air secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.

Panduan Ponek Page 113


9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi
menerima terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.
10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka
pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua
dan bayi.
11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain :
Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang
tidak dapat dilakukan selama dibawah lampu terapi sinar.
Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi
untuk mengetahui sianosis sentral.
12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam. Untuk
bayi dalam inkubator, thermistor probe harus dilindungi dari sinar.
13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :
Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun dibawah kadar indikasi
dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl (sesuai usia kronologis bayi).
14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi
tukar, lakukan terapi sinar intensif dengan menggunakan 2 atau 3 alat
terapi sinar, evaluasi 6 jam kemudian, bila tidak terjadi penurunan
kadar bilirubin segera dilakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi
Tukar).
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 114


TATALAKSANA HIPERGLIKEMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah > 125 mg/dl

TUJUAN Menurunkan kadar glukosa darah sampai 80-120 mg/dl

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Persiapan alat/obat :
1. kapas, alkohol, set infus, infusion pump
2. cairan salin normal dan glukosa < 4,7% + elektrolit
Cara :
1. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi
2. Tusukkan jarum set infus sampai masuk vena; kontrol; darah keluar
dari vena masuk ke pangkal jarum
3. Pasang set infus dengan cairan salin normal dan masukkan sebanyak 2
cm
4. Berikan cairan glukosa < 4,7% + elektrolit dengan dosis sesuai
kebutuhan cairan rumatan per hari.

Panduan Ponek Page 115


5. Memberikan drip insulin dengan dosis 0,05 0,1 mcg per kg BB per
menit sampai gula darah sesuai nilai normal.
6. Melakukan monitoring ketat gula darah tiap jam saat pemberian insulin
sampai 48 jam setelah insulin diberhentikan dan gula darah bayi tetap
normal.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 116


TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 g/dl pada bayi kurang bulan /
cukup bulan disertai gejala apnea, hipotonia, kejang, asfiksia, refleks isap
turun, letargis, hipotermia, syok, ibu DM
TUJUAN Meningkatkan kadar glukosa sampai kadar yang tidak membahayakan bayi
baru lahir / neonates
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Manajemen glukosa darah < 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemi
1. Pasang jalur IV jika belum terpasang
2. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara IV bolus pelan dalam lima
menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan dengan
dosis yang sama larutan glukosa melalui pipa lambung
3. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan menurut umur dan berat
badan (GIR 6-8 mg/kg/menit)
4. Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan
kemudian tiap tiga jam :

Panduan Ponek Page 117


Jika kadar glukosa darah masih tetap 25 mg/dl (1,1 mmol/l) ulangi
pemberian bolus glukosa seperti tersebut diatas danlanjutkan
pemberian infus.(volume cairan dinaikkan atau GIR dinaikkan
sampai 10 mg/kg/menit)
Jika kadar glukosa darah 25-45 mg/dl (1,1 2,6 mmol/l), teruskan
infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap tiga jam sampai
kadar glukosa >45 mg/dl (2,6 mmol/l) .
Bila kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih dalam
dua kali pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjuk tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah setelah kadar glukosa
darah kembali normal
5. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
6. Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan
infus setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infus glukodsa
dengan tiba-tiba
Manajemen glukosa darah antara 25 Mg/dL 45 mg/dL tanpa tanda
Hipoglikemia
1. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
2. Pantau tanda hipoglikemia, bila dijumpai tanda tersebut, tangani seperti
tersebut diatas
3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian
minum berikutny :
Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda
hipoglikemia, tangani seperti tersebut diatas
Jika kadar glukosa darah masih antara 25-45 mg/dl, naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian
minum dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum
Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini.

Panduan Ponek Page 118


Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah kembali
normal
1. Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun,
tangani seperti tersebut diatas.
2. Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar
glukosa darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan
3. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut
diatas
4. Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka
pengukuran dihentikan

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 119


TATALAKSANA HIPERKALSEMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hiperkalsemia adalah kadar kalsium total dalam serum > 11,0 mg/dl atau
kadar ion kalsium serum > 5,0 mg/dl pada bayi yang disertai gejala hipotoni,
ensefalopati, hipertensi, distres pernapasan, nafsu makan menurun atau
muntah.
TUJUAN Menurunkan kadar kalsium sampai kadar normal

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Persiapan alat/obat :
1. Kapas, alkohol 70%
2. Syring 20 cc/set infus
3. Salin normal
Pelaksanaan :
1. Siapkan set infus diisi dengan larutan salin normal
2. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi
3. Tusukkan jarum set infus sampai masuk vena; kontrol darah keluar dari
vena masuk ke pangkal jarum

Panduan Ponek Page 120


4. Dosis normal salin I.V 10-20 cc/kg BB dalam 15-30 menit
5. Glukokortikoid 1m/i.v/oral
6. Tutup bekas tusukan jarum dengan kapas, diplester
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 121


TATALAKSANA HIPOKALSEMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hipokalsemia adalah kadar kalsium darah < 8 mg/dl pada bayi cukup bulan
dan < 7 mg/dl (1,75 mmol/L) pada bayi kurang bulan, yang dibagi menjadi :
1. Akut; disertai gejala apnea, iritabel, spasmus karpopedal,
tonusmeningkat, klonus, hiperrefleksi, terbukti tetani atau kejang
2. Kronis; dapat terjadi riketsia, yang ditandai adanya apnea,
demineralisasi tulang, kadar alkali fosfat meningkat, fraktur tulang
rusuk dan tulang panjang
TUJUAN Menangani hipokalsemia pada bayi baru lahir / neonatus

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Persiapan alat/obat :
1. Kapas, alkohol 70%, plester
2. Siring 10 cc (1 buah)
3. Kalsium glukonat 10%
Cara :
1. Sterilkan kulit diatas vena yang akan diinjeksi
2. Kontrol syring -> tak ada udara

Panduan Ponek Page 122


3. Tusukkan jarum sampai masuk vena -> kalau pengisap ditarik keluar
darah masuk ke syring
4. Masukkan obat perlahan-lahan dosis 1-2 ml/kg BB kalsium glukonas
10% dalam waktu lebih dari 20-60 menit
5. Perhatikan respons penderita selama penyuntikan
6. Tutup bekas tusukan jarum dengan kapas, diplester
Cara penanganan hipokalsemia onset akut :
1. Bila bayi kurang bulan tanpa gejala hipokalsemia dan penyakit lain,
tidak memerlukan penanganan khusus. Hipokalsemia membaik secara
spontan selama 3 hari
2. Bila kadar kalsium turun < 6,5 mg/dl (terutama pada BBLSR) berikan
infus kalsium secara kontinyu dimulai dengan dosis kalsium glukonat
45 mg/kg/hari atau 5 ml/kg/hari. Pertahankan kadar kalsium serum
sekitar 7 mg/dl.
3. Bila bayi mengalami gangguan kardiovaskular, asfiksia saat lahir,
distres pada masa perinatal, syok septik, lebih dianjurkan pemberian
kalsium melalui vena sentral. Pertahankan kadar kalsium serum sekitar
7 mg/dl.
Cara penanganan krisis hipokalsemia dengan kejang, apnea dan tetani,
biasanya dengan kadar kalsium < 5 mg/dl
1. Berikan kalsium glukonat 10% dosis 1-2 ml/kg melalui infus selama 5
menit
2. Monitor denyut jantung dan lokasi infus
3. Ulangi dosis dalam 10 menit bila tidak ada respons klinik
4. Lanjutkan dosis inisial; berikan dosis rumatan secara parenteral atau
oral dengan dosis 200-800 mg/kg/hari dosis terbagi

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 123


TATALAKSANA HIPERTTERMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 37,5 oC


TUJUAN Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Bila suhu diduga kerna paparan panas yang berlebihan :
1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat :
Letakkan bayi didalam suhu lingkungan yang normal (25-28oC)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas
normal
Bila suhu sangat tinggi (>39oC), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10 sampai 15 menit dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah
dari suhu tubuh bayi
2. Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator :
Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi didalam inkubator,
buka inkubator sampai suhu dalam batas normal.

Panduan Ponek Page 124


3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan :
1. Terapi untuk kemungkinan besar Sepsis
2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25-28oC)
3. Lepas pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas
normal.
5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 30oC), bayi dikompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya lebih rendah
dari 4oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37.5oC
1. Yakinkan bayi mendapat cukup cairan atau minuman :
Anjur ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui,
beri ASI peras dan gunakan cara alternatip pemberian minum
Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun-ubun besar cekung,
elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrana mukosa kering),
tangani untuk dehidrasi
2. Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani
untuk hipoglikemia
3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah mencapai
batas normal.
4. Setelah suhu bayi normal :
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan
baikserta tidak ada masalah yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi
di rumah dan melindungi dari pemanasan yang berlebihan

Panduan Ponek Page 125


6. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
serta tidak ada masalah yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit,
bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di
rumah dan melindungi dari pemanasan yang berlebihan
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

TABEL Klasifikasi Suhu tubuh abnormal

Temuan
Riwayat Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar dengan suhu Suhu tubuh 32 C-36.4 C
o o Hipotermia sedang
lingkungan yang rendah Gangguan napas
Waktu timbulnya kurang dari 2 Denyut jantung kurang
hari dari 100 kali per menit
Malas minum
Letargi
Bayi terpapar dengan suhu Suhu tubuh kurang dari 32
o
lingkungan yang rendah C
Waktu timbulnya kurang dari 2 Tanda lain Hipotermia
hari sedang
Kulit teraba keras
Napas pelan dan dalam
Tidak terpapar dengan dingin Suhu tubuh berfluktuasi
atau panas yang berlebihan antara 36 oC-39 oC
Sedang berada di suhu
lingkungan yang stabil
Fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil
Bayi berada di lingkungan yang Suhu tubuh lebih dari 37.5
o
sangat panas, terpapar dengan C
matahari, berada di dalam Tanda dehidrasi
inkubator, atau pemancar panas (elastisitas kulit
berkurang, mata dan ubun-
ubun besar cekung, lidah
dan membrana mukosa
kering)
Malas minum
Frekuensi nampas lebih
dari 60 kali per menit
Denyut jantung lebih dari
160 kali per menit
Letargi
Iritabel

Panduan Ponek Page 126


TATALAKSANA HIPOTERMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Hipotermia pada bayi lahir adalah penurunan suhu tubuh sampai di bawah
36,5oC (normal 36,5-37,5 oC)
TUJUAN Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir / neonatus dengan
faktor resiko BBLR, prematur, asfiksia atau kondisi lain
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Tindakan Pencegahan
Siapkan ruang yang cukup hangat
Bayi dengan asfiksia, distres respirasi atau sepsis membutuhkan
suhu ruang lebih tinggi dibanding bayi dengan berat yang sama
tanpa masalah
Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasi
Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk
Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik mandi
ditunda
Jangan hilangkan verniks
Tutuplah kepala dengan handuk bersih dan kering

Panduan Ponek Page 127


Berikan bayi ke dada ibunya, dan selimuti keduanya
Khusus bayi kecil (BBLR) lakukan perawatan bayi lekat (PBL)
dengan metoda Kanggura (lihat cara PBL) bila kondisi sudah
stabil.
Susukan bayi dalam 30 menit setelah lahir.
2. Penanganan hipotermia berat (suhu tubuh <32oC)
Segera hangatkan bayi dengan menggunakan pemancar panas yang
sebelumnya telah dihangatkan (bila mungkin). Gunakan inkubator atau
ruangan hangat bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang
hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat
Hindari paparan panas yg berlebih & posisi bayi sering diubah
Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas > 60 atau < 30
kali/menit, retraksi dada, merintih)
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis
rumatan, dan pipa infus tetap terpasang dibawah pemancar
panas, untuk menghangatkan cairan
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45
mg/dl, tangani untuk hipoglikemia
Nilai bayi untuk tanda kegawatan (misalnya gangguan
nafas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga
kesiapan untuk minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali ke batas normal
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar
pelayanan untuk penanganan Sepsis
Anjurkan menyusu segera setelah bayi siap
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bila refleks menelan bayi tidak baik, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC
Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5
o
C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian
lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam

Panduan Ponek Page 128


Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan
suhu ruangan setiap jam
Setelah suhu tubuh bayi normal:
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila
suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara
menjaga bayi agar tetap hangat selama di rumah.
3. Penanganan hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35 oC)
Ganti pakaian yang dingin dan basah, dengan pakaian yang
hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat
Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulita dengan kulit (perawatan bayi lekat)
Bila tidak ada :
Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat
pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat
bila perlu
Periksa suhu alat penghangat dan ruangan hangat, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu
Hindari paparan panas yang berlebihan dan lebih sering
mengubah posisi bayi
Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak
dapat disusui, berikan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara memberikan minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya
gangguan nafas, kejang dan tidak sadar) dan segera mencari
pertolongan, bila terjadi hal tersebut periksa kadar glukosa darah,
bila < 45 mg/dl, tangani untuk hipoglikemia
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 05oC,
berarti usaha mengangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu
setiap 2 jam

Panduan Ponek Page 129


Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari
0,5oC/jam, cari tanda sepsis
Setelah suhu normal :
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama waktu 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan
baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di
Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara
menghangatkan bayi di rumah.

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 130


TATALAKSANA POLISITEMIA
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Polisitemia adalah peningkatan hematokrit > 65% (pada bayi baru lahir > 68
%) yang disebabkan oleh transfusi palsenta (terlambat mengikat tali pusat,
transfusi kembar), hipoksia intrauterin (insufisiensi plasenta pada bayi post
matur, bayi KMK, ibu preeklamsia/eklamsi, ibu dengan penyakit jantung
berat, ibu mendapat propanolol dan ibu dengan diabetes melitus).
Polisitemia pada neonatus ditandai dengan gejala gangguan napas, takipnea,
hipoglikemia, letargis, iritabel, apnea, kejang, reflek isap turun, nafsu makan
turun dan sianosis.
TUJUAN Menurunkan kadar hematokrit sampai kadar batas normal menurut prosedur
yang ada.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR 1. Bila kadar hematokrit > 65% dan terdapat gejala gangguan akibat
polisitemia, lakukan transfusi tukar parsial dengan rumus (asumsi
volume darah = 80 cc/kg BB) = volume tukar (ml) = (Berat badan (kg)
x volume darah) x (Hct pasien Hct yang diinginkan), prosedur
transfusi tukar dibahas di bab tertentu)

Panduan Ponek Page 131


2. Kadar hematokrit yang diinginkan berkisar antara 50-55
3. Cairan yang dapat digunakan adalah = plasmanate, albumin 5%, NaCl
atau plasma beku segar.
4. Periksa kadar hematokrit selama prosedur transfusi tukar dan setelah itu
serial hematokrit dilakukan setiap 6 jam
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 132


TATALAKSANA PADA BAYI DARI IBU
DIABETESMILITUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKITAULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes Melitus ( DM )
TUJUAN Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR 1. Pada bayi berumur kurang 3 hari , amati tanda tanda hipoglikemia
sampai umur 3 hari.
2. Periksa kadar glukose darah pada umur 3 jam untuk bayi lahir dalam.
3. Periksa kadar glukose darah pada saat masuk kamar bayi untuk bayi
lahir luar.
4. Periksa kadar glukose darah lagi 1, 2, 4, 6, 8, 12 jam secara serial
sampai usia 48 jam.
5. Bila kadar glukose 45 mg/dl atau bayi menunjukkan kadar
hipoglikemia ( tremor atau letargi ) tangani untuk hipoglikemia (
lihat hipoglikemia )
6. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah
lain , bayi dapat minum dengan baik , pulangkan bayi pada hari ke 3

Panduan Ponek Page 133


7. Bila bayi berumur 3 hari atau lebih tidak menunjukkan tanda tanda
penyakit, bayi tidak perlu pengamatan.
8. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan dirumah sakit , bayi dapat dipulangkan.
9. Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling
tidak 8 kali sehari, siang dan malam.

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 134


TATALAKSANA BAYI DARI IBU HEPATITIS B
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg
positif
TUJUAN Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya
HbsAg Positif
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR 1. Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B ( VHB ) 0,5 ml IM segera


setelah lahir ( sebaiknya dalam 12 sesudah lahir ) dilanjutkan dosis
ke-2 atau ke -3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.
2. Apabila orang tua bersedia membeli imunoglobulin Hepatitis B ,
berikan immunoglobulin hepatitis B 200 IU ( 0,5 ml ) IM disuntikkan
pada paha sisi yang lainnya , dalam waktu 24 jam setelah lahir atau
paling lambat 48 jam setelah lahir.
3. Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Panduan Ponek Page 135


4. Bila bayi tidak diberikan Immunoglobulin maka ibu tidak dianjurkan
untuk menyusui bayinya.

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi
3. Ruang Kamar Bersalin
4. Ruang Operasi

Panduan Ponek Page 136


TATALAKSANA PERDARAHAN
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Bayi dengan kondisi perdarahan atau dengan tanda pucat yang terjadi baik
saat lahir atau sesudahnya dengan atau tanpa gejala perdarahan internal atau
eksternal
TUJUAN Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Manajemen umum
Perdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan
1. Hentikan perdarahan
2. berikan vitamin K1 1 mg IM sekali , tanpa memandang apakah bayi
telah di beri pada saat lahir
3. Bila ada tanda syok beri infus NaCL 0,9 % dan ringer laktat dengan
dosis 10 ml/kgbb selama 10 menit dan dapat diulangi setelah 20 menit
bila tanda syok masih berlanjut, beri tranfusi darah segera
menggunakan darah golongan O rhesus negatif
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit,
trombosit, faal hemostasis (PT,aPTT) serta golongan darah dan reaksi

Panduan Ponek Page 137


silang bila belum dikerjakan. Bila hemoglobin kurang dari 12 g/dl beri
transfusi darah
5. Bila syok belum teratasi beri oksigen dan infus ringer laktat atau NaCL
0,9 % dengan tetesan 10 ml/kg dalam 10 menit bila tidak ada perbaikan
dapat diulangi sekali lagi

Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan


1. Bila ada pucat disertai syok, naikkan tetesan infus menjadi 20
ml/kgbb dalam 1 jam
2. Periksa tanda sepsis. Bila ada tanda sepsis berikan antibiotik ( lihat
protap sepsis neonatorum )
3. Periksa kadar glukose darah . bila kadar gula darah kurang 45 mg /dl
tangani untuk hipoglikemia ( lihat protap hipoglikemia )
4. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin.bila hemoglobin < 12
g/dl beri transfusi darah.

Manajemen spesifik
Kondisi perdarahan pada bayi baru lahir
1. bila perdarahan tidak berhenti dalam 3 jam, tangani sebagai kasus
sepsis neonatorum ( lihat protap sepsis neonatorum )
2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin/hematokrit tiap hari
3. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darah

Koagulopati
1. tangani sebagai kasus sepsis
2. bila hemoglobin < 10 g/dl beri transfusi darah

Kehilangan darah akibat masalah obstetrik


1. ambil sampel darah setiap hari dan periksa kadar HB sekali sehari
2. Bila hemoglobin < 10g/dl beri transfusi darah
3. Bila hemoglobin antara 10-13g/dl : beri transfusi darah bila ada tanda
syok, dan bila tidak ada tanda syok ulangi pemeriksaan hemoglobin

Panduan Ponek Page 138


setiap 3 hari dan beri transfusi darah bila kapan saja hemoglobin <
10g/dl
Pucat tidak diketahui penyebabnya atau anemia pada bayi sakit atau
bayi kecil
1. bila hemoglobin < 8 g/dl beri transfusi darah
2. bila kondisi stabil periksa hemoglobin tiap minggu selama bayi
masih dirawat di rumah sakit, bila kapan saja hemoglobin < 8g/dl
beri transfusi darah

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 139


MANAJEMEN CAIRAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Pemberian cairan secara intravena pada bayi dalam keadaan tertentu supaya
bayi menerima cairan, kalori dan elektrolit yang dibutuhkan
TUJUAN Memberikan cairan intravena pada bayi , agar kebutuhan cairan, kalori dan
elektrolitnya terpenuhi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR
Bayi yang memerlukan cairan intravena adalah:
1. Sakit berat
2. Kecil
3. Dehidrasi

PILIHAN CAIRAN IV
1. Berikan Glukose 10% dan kalsium glukonas dalam 2 hari pertama
2. Pada hari ketiga berikan NaCl, KCL, kalsium glukonas dalam glukose
10%

Panduan Ponek Page 140


3. Lebih baik gunakan cairan 5:1 (Glukose 10% dengan NaCl 0,9% 5:1)
bila tersedia, untuk mengurangi resiko infeksi dan salah mencampur
cairan
4. Bila cairan tersebut tidak tersedia, tambahkan 5 ml/kgBB NaCl 0,9% ke
dalam glukose yang diperlukan pada hari itu
CARA PEMBERIAN CAIRAN IV
1. Gunakan siringe pump untuk memberikan cairan pada bayi.
2. Sebelum memberikan cairan IV periksa :
2.1. Tanggal kadalawarsa cairan
2.2. Apakah segel/penutup botol masih utuh
2.3. Apakah cairan masih jernih
3. Masukkan cairan yang dibutuhkan sehari ke dalam mikrobiuret
4. Hitung jumlah tetes yang akan diberikan
5. Atur pengatur tetes agar bayi mendapat cairan yang dibutuhkan
JUMLAH CAIRAN DAN MINUMAN SELAMA HARI PERTAMA
1. Tentukan jumlah cairan yang diperlukan setiap hari dari tabel III.1.
yang mengkombinasikan jumlah cairan IV dan peroral (Ingat bahwa
hari pertama adalah hari kelahiran bayi)
2. Kurangi jumlah cairan yang diperoleh bayi melalui oral dari jumlah
total cairan yang diperlukan
3. Sesuaikan jumlah cairan apabila bayi mempunyai masalah (misal bayi
diletakkan di bawah alat pemancar panas atau mendapat terapi sinar,
tambahkan jumlah yang dibutuhkan bayi sebanyak 10% karena
bayikehilangan panas lebih banyak)
4. Rubahlah jumlah cairan yang dibutuhkan kedalam ml/jam atau tetes/
menit.
Tabel III.1 Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi sejak lahir
Usia 1 2 3 4 5+
1500 g 60 80 100 120 150
< 1500 80 100 120 140 150

Panduan Ponek Page 141


PEMANTAUAN BAYI YANG MENDAPAT CAIRAN IV
1. Periksa dan sesuaikan kecepatan dan jumlah cairan setiap 4 jam
2. Periksa tempat pemasangan jalur IV setiap jam, bila ada
pembengkakan atau kemerahan berarti cairan keluar ke jaringan
subkutan
3. Ganti set infus setiap 72 jam walaupun masih terisi cairan (dapat
menjadi sumber infeksi)
4. Periksa kadar glukose setiap 6 jam:
4.1.Apabila kadar glukose darah < 45 mg/dl (2,6 mmol/L) tangani
sebagai hipoglikemia
4.2.Apabila kadar glukose >103 mg/dl (6 mmol/L)
4.2.0.1.Ganti cairan ke glukose 5 %
4.2.0.2.Ukur kadar glukose darah setelah 3 jam
5. Nilai hidrasi setiap hari :
5.1.Apabila ada tanda dehidrasi (lidah dan selaput lendir kering,
turgor kurang, mata dan ubun-ubun cekung). Tambahkan jumlah
cairan sebanyak 10% pada saat dehidrasi ditemukan.
5.2.Apabila ada tanda kelebihan cairan (peningkatan berat yang
berlebihan, edema pada mata), kurangi jumlah cairan sebanyak
30% selama 24 jam)
6. Catat jumlah urine bayi setiap kali kencing.Apabila jumlah urine
dalam 24 jam menurun atau tidak ada, hitung kenaikan berat badan
dan berikan cairan sebanyak yang diberikan hari sebelumnya
7. Timbang bayi setiaphari, apabila terjadi penurunan berat badan >5%,
tingkatkan jumlah cairan 10 ml/kg.

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 142


MANAJEMEN PEMBERIAN MINUM
PADA BAYI KECIL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Managemen pemberian minum pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram.
TUJUAN Memberi minum pada bayi berat lahir rendah

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR PRINSIP UMUM
1. Apabila bayi mendapat ASI , pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun.
Periksa apakah bayi puas setelah menyusu.
Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai
kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari).
Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan
berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu (hal) dan catat.
Bayi dengan berat 1500-2500 gram tidak boleh kehilangan
berat lebih dari 10% dari berat lahirnya pada 4-5 hari pertama

Panduan Ponek Page 143


Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram dapat kehilangan
berat sampai 15% dari berat lahir selama 7-10 hari pertama.
2. Apabila kenaikan berat badan bayi tidak memadai, tangani sebagai
Masalah kenaikan berat badan kurang.
3. Apabila bayi telah menyusu ibu perhatikan cara pemberian ASI dan
kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali.
4. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
selama 3 hari berturut sebanyak 20 gram perhari, timbang bayi 2 kali
seminggu.

BERAT LAHIR 1750-2500 Gram


BAYI SEHAT
1. Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, dianjurkan bayi menyusu lebih
sering ( misal setiap 2 jam ) bila perlu.
2. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektivitas menyusui . apabila bayi kurang dapat menisap, tambahkan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.
BAYI SAKIT
1. Apabila bayi dapat minum peroral dan tidak memerlukan cairan IV ,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
2. Apabila bayi memerlukan cairan IV:
Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama. Mulai
pemberian minum pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil.
Dianjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (
misal: gangguan nafas, kejang) berikan ASI peras melalui pipa
lambung.
Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur ( tabel 1 )
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( misal 3 jam sekali )
apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi
masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.

Panduan Ponek Page 144


Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan
bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
TABEL 1 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit dengan
Berat 1750 -2500 gram

UMUR
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7

Kecepatan cairan IV5 4 3 2 0 0 0


( ml/jam atau tetes
Mikro/menit )

Jumlah ASI setiap 0 6 14 22 30 35 38


3 jam ( ml/kali )

BERAT LAHIR 1500-1749 Gram


BAYI SEHAT
1.Berikan ASI peras melalui cangkir /sendok sesuai dengan tabel II
o Apabila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan dengan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (
terdapat batuk atau tersedak ) berikan minum dengan pipa lambung.
o Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak ( ini dapat berlangsung
setelah sehari-dua hari namun adakala memakan waktu lebih dari
seminggu)
2.Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam ) apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi masih kelihatan
lapar boleh mendapat tambahan ASI setiap kali minum.
3. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok , coba untuk
menyusu langsung.

Panduan Ponek Page 145


TABEL II Jumlah ASI untuk bayi sehat dengan berat 1500-1749 kg

Pemberian Umur
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah
minum setiap
3 (ml/kali) 12 18 22 26 30 33 35

BERAT LAHIR 1500-1749 Gram


BAYI SEHAT
1. Berikan ASI peras melalui cangkir/sendok sesuai dengan tabel III
o Apabila jumlah yang dibituhkan tidak dapat diberikan dengan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (
terdapat batuk atau tersedak ) berikan minum dengan pipa
lambung.
o Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila
bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak ( ini dapat
berlangsung setelah sehari dua hari namun adakala memakan
waktu lebih dari seminggu.
o Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok ,
coba untuk menyusu langsung.
TABEL III Jumlah ASI untuk bayi sehat dengan berat 1250-1499 gram

Pemberian Umur/hari
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI
setiap 3 jam
(ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

BAYI SAKIT
1. Hanya beri cairan IV untuk 24 jam pertama
2. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari kedua dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahansesuai tabel IV

Panduan Ponek Page 146


3. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam ) apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg perhari tetapi masih kelihatan lapar boleh
mendapat tambahan ASI setiap kali minum
4. Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir atau sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak ( ini dapat berlangsung setelah sehari-duahari namun adakala
memakan waktu lebih dari seminggu.)
5. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok , coba
untuk menyusu langsung.

TABEL IV Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit dengan berat
1250 sampai 1490 gram.

Pemberian Umur/hari
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 3 3 3 2 2 0 0
IV (ml/jam atau
tetes
mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 0 6 9 16 20 28 30
3 jam (ml/kali)

BERAT LAHIR KURANG DARI 1250 Gram (TIDAK TERGANTUNG


KONDISI)
1. Hanya beri caiarn IV untuk 48 jam pertama.
2. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai pada hari ketiga dan
kurangi jumlah caiarn IV secara perlahan sesuai dengan Tabel V
3. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam) apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg/hari tetapi masih kelihatan lapar boleh
mendapat tambahan ASI setiap kali minum.

Panduan Ponek Page 147


4. Lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
(ini dapat berlangsung lebih dari seminggu).
5. Apabila bayi telah dapat minum baik dengan cangkir/sendok coba
untuk menyusu langsung.
TABEL V Jumlah cairan IV dan ASI untuk semua bayi dengan berat
kurang dari 1,25 kg.
Pemberian Umur/hari
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan
IV (ml/jam/tetes
mikro/menit 4 4 3 3 2 2 0
Jumlah ASI
setiap 3 jam
(ml/kali) 0 0 3 5 8 11 15
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 148


NUTRISI PARENTERAL TOTAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Kelainan bawaan saluran cerna , Enterkolitis rekrotikans (EKN), Distres


respirasi berat,digesti dan absorpsi makanan yang buruk , operasi major dan
bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan penyulit.
TUJUAN Untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan pertumbuhan

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR 1. Pasang jalur intravena


2. Hitung kebutuhan cairan,kalori,protein, elektrolit yang dibutuhkan setiap
hari atau setiap ada perubahan
3. Cairan nutrisi parenteral yang telah dibuat sesuai item-item dibuat untuk
24 jam , dalam ruangan dan cara sesuai protap pembuatan cairan
parenteral
4. Berikan dengan infus pump sedangkan lipid dalam syringe pump
5. Atur mesin infus/syringe pump sesuai dosis dan durasi yang telah dibuat

Panduan Ponek Page 149


6. Awasi tiap 1-3 jam kondisi jalur intravena dan ketepatan dosis dan
durasi sesuai item 5
7. Evaluasi tanda vital dan tanda klinik dan metabolisme lain setiap 3 jam
Monitor kadar gula darah dan penunjang lain sesuai protap yang ada

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 150


KATETER UMBILIKAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Memasukan kateter umbilical melalui umbilical melalui vena umbilical


TUJUAN 1. Kedaruratan
Sebagai akses vaskularisasi darurat
Untuk transfusi tukar

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR Dokter yang melakukan pemasangan kateter umbilical telah mendapat


pelatihan dari Supervisor Neonatologi
1. Persiapan alat
Lampu penghangat/ radiant warmer
Gaun steril, masker steril, tutup kepala steril dan sarung
tangan
Pita ukur
Kasa steril dan antiseptik betadin 10%, alkohol 70%
Duk berlubang, bantal pasien

Panduan Ponek Page 151


Set jahit/ hecting set, klem, gunting, pisau bisturi
Kateter umbilikal, 3 way, spuit 5 cc 2 buah
Alat monitor kardiorespiratori

2. Pelaksanaan
Sebelum tindakan dilakukan pengukuran jarak pundak ke
umbilical, kemudian dicocokkan dengan diagram tentang panjang
kateter arteri/ vena umbilical
Pasang plastic penampung urin
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Dokter memakai gaun, masker, tutup kepala dan sarung tangan
steril
Pertahankan status thermoregulasi bayi, pemasangan kateter
umbilikal dilakukan dibawah radiant warmer. Lengan dan
tungkai ditahan dengan bantal pasir
Kateter umbilikal dihubungkan dengan 3 way dan spuit berisi
cairan yang dikehendaki, pastikan cairan mengisi penuh seluruh
kateter. Untuk arteri umbilikalis diberikan cairan heparin 1 unit/
mL* dengan continous drip 0,5-1 mL/ jam (*cara membuatnya:
0,1 mL heparin dilarutkan dalam NaCl 0,9% sampai 1 mL,
kemudian ambil 0,1 mL dimasukkan ke spuit berisi 50mL NaCl
0,9%)
Dilakukan pengikatan pada perbatasan kulit dan umbilikus untuk
mencegah terjadinya perdarahan; dan pemotongan tali pusat kira-
kira sepanjang 1 cm dari kulit
Kateter umbilikal dimasukkan secara gentle sesuai panjang yang
telah direncanakan (ditambah 1 cm), kemudian dilakukan aspirasi
untuk mmembuktikan aliran darah serta penjahitan untuk fiksasi
Observasi tanda vital saat pemasangan kateter umbilikal seperti
takikardi atau bradikardi, distres pernapasan, perubahan pada
tekanan darah, ketidakstabilan temperatur

Panduan Ponek Page 152


Tempat pemasangan kateter umbilikal tidak boleh ditutup untuk
memonitor tanda-tanda pendarahan dan kemerahan/ infeksi.
Kateter umbilikal yang telah terpasang dihubungkan dengan
selang infus digantung

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 153


PENGAMBILAN DARAH DAN KULTUR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Mengambil sejumlah sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan


mikrobiologi (kultur darah) secara aseptik.
TUJUAN 1. Untuk mengetahui mikroba penyebab infeksi pada bayi.
2. Memberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan hasil kultur darah.
3. Mendapatkan hasil kultur darah yang adekuat (tidak terkontaminasi).
4. Mengetahui pola kuman dan resistensi antimikroba diruangan
perawatan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR 1. Persiapan Petugas :


Lepaskan aksesoris dan perhiasan (jam tangan, cincin, gelang,
kalung, dll.).
Pastikan ID Card tidak menggantung.
Gulung lengan baju sampai sebatas siku.

Panduan Ponek Page 154


2. Persiapan Alat :
Sarung tangan steril
Set steril pengambilan darah dan kultur darah yang terdiri dari:
Duk berlubang steril
Kain hijau pengalas ukuran 25 x 35 cm
Pinset anatomis
Kapas bulat
Kasa steril
Plester steril
Spuit 3 cc
Jarum suntik
Alcohol swab
Botol Kultur
Octanisept
Handrub
3. Cuci tangan prosedural sesuai standar prosedur operasional.
4. Buka set steril pengambilan kultur darah.
5. Buka buka spuit 3 cc dan alcohol swab.
6. Bersihkan tangan sampai dengan siku menggunakan handrub.
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. Buka inkubator dan disinfeksi lengan bayi yang akan diambil
sampelnya menggunakan kasa yang sudah dibasahi dengan octanisept.
9. Letakkan kain hijau pengalas di bawah lengan bayi.
10. Pasang duk berlubang steril di atas kain hijau pengalas.
11. Bersihkan area lengan yang akan digunakan untuk tempat mengambil
kultur darah menggunakan kapas bulat dengan gerakan memutar dari
dalam ke luar.
12. Tusukkan jarum spuit 3 cc ke vena menggunakan tangan kanan.
13. Bila jarum sudah masuk ke vena, tarik jarum sampai darah memenuhi
spuit 3 cc.
14. Keluarkan jarum, gunakan kapas untuk menghentikan pendarahan,
gunakan plester.

Panduan Ponek Page 155


15. Pegang jarum dan ganti dengan spuit 3 cc baru dan kembali ambil darah
dari vena.
16. Bersihkan ujung botol kultur dengan menggunakan alcohol swab.
17. Gantilah jarum pada spuit 3 cc kemudian masukkan darah ke dalam
botol kultur.
18. Setelah darah dimasukkan ke dalam botol kultur, kocoklah botol kultur
beberapa kali.
19. Lepas sarung tangan steril, buang ke tempat sampah.
20. Cuci tangan prosedural sesuai standar prosedur operasional.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 156


TRANSFUSI DARAH PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke resipien. Transfusi darah
dalam klinik meliputi:
Darah lengkap (whole blood)
Komponen darah (1960): sel darah merah, leukosit, trombosit, plasma
(beku-segar), kriopresipitat
TUJUAN Sebagai salah satu terapi pada kasus hematologi onkologi

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR
Jumlah transfusi SDM yang diperlukan
Darah lengkap:
BB(kg) x 6 x (Hbdiinginkan Hbtercatat)
SDM pekat (2/3 dari darah lengkap):
BB(kg) x 4 x (Hbdiinginkan Hbtercatat)

Panduan Ponek Page 157


Dosis SDM untuk transfusi
Hb penderita (g/dL) JumLah SDM (diberikan dalam 3-4 jam)
7-10 10 mL/kgBB
5-7 5 mL/kgBB*
<5, payah jantung (-) 3 mL/kgBB*
<5, payah jantung () 3mL/kgBB + furosemid
<5, payah jantung (+) Transfusi tukar
* dapat diulang dengan interval 6-12 jam
Indikasi transfusi SDM
Kadar Hb <7 g/dL, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda
jika pasien asimptomatik
Kadar Hb 7-10 g/dL bila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang
bermakna secara klinis & laboratorium
Kadar Hb 10 g/dL dengan indikasi tertentu (PPOK berat & penyakit
jantung iskemik berat)
Neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb 11 g/dL, bila
tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada bayi
prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen, batas untuk memberi transfusi adalah
Hb 13 g/dL
Suspensi trombosit
Dosis pemberian: BB(kg) x 1/13(liter) x 3-4 (unit)
Indikasi:
o Mengatasi perdarahan pada pasien dengan hitung trombosit
<50.000/L, bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus
batasnya menjadi <100.000/L
o Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/L pada
pasien yang akan menjalani operasi atau prosedur invasif lainnya
o Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami
perdarahan
Suspensi granulosit
Diberikan pada:
o Neonatus dengan sepsis, granulosit <3000/L
o Sepsis dengan granulosit <500/L
o Disfungsi granulosit dengan infeksi

Panduan Ponek Page 158


Plasma segar beku (FFP)
Indikasi:
o Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
o Perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal
o Renjatan hipovolemik (perdarahan >>)
o Penyakit hati
o Defisiensi imun
o Protein-losing enteropathy
Dosis: 20-40 mL/kgBB
Kriopresipitat
Dosis:
o 40-50 U/kgBB loading dose
o 20-25 U/kgBB tiap 12 jam
Indikasi:
o Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan
menjalani prosedur invasif & terapi pada pasien yang mengalami
perdarahan
o Pasien dengan hemofilia A & penyakit von Willebrand yang
mengalami perdarahan atau akan menjalani operasi
Albumin
Indikasi: hipoproteinemia, luka bakar berat, hiperbilirubinemia pada
neonatus. Dosis: 1-3 gram/kgBB
Imunoglobulin
Indikasi: mengatasi infeksi khusus (varisela, hepatitis B), pada defisiensi
imun. Dosis: 1-3 mL/kgBB
Risiko transfusi darah
Reaksi akut: terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi.
Dibagi menjadi 3 kategori:
o Reaksi ringan: pruritus, urtikaria, rash
o Reaksi sedang-berat: gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea
ringan, & nyeri kepala
o Reaksi yang membahayakan nyawa: gelisah, nyeri dada, nyeri di
sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung,
nyeri kepala, & dispnea

Panduan Ponek Page 159


Reaksi lambat:
o Reaksi hemolitik lambat: 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala
demam, anemia, ikterik, & hemoglobinuria
o Purpura pasca transfusi: komplikasi yang jarang tetapi potensial
membahayakan pada transfusi SDM atau trombosit
o Penyakit graft-versus-host, kelebihan besi (hemosiderosis)
o Supresi imun: mengubah sistem imun resipien
Penularan infeksi: tergantung pada prevalensi penyakit di masyarakat,
keefektifan skrining, status imun resipien, & jumlah donor tiap unit darah
o Transmisi HIV, transmisi virus lain
o Penularan virus hepatitis B & virus hepatitis C
o Kontaminasi bakteri, kontaminasi parasit
Transfusi darah masif
Penggantian sejumLah darah yang hilang atau lebih banyak dari total
volume darah pasien dalam waktu <24 jam (anak/bayi: 80-90 mL/kgBB)
Komplikasi transfusi darah masif:
o Asidosis, hipotermia, hiperkalemia
o Keracunan sitrat & hipokalsemia
o Kekurangan fibrinogen & faktor koagulasi
o Kekurangan trombosit, DIC, mikroagregat
Skrining donor darah
Pemeriksaan harus dilakukan secara individual
Jenis pemeriksaan sesuai standard WHO: sifilis, hepatitis B, hepatitis C, &
HIV
Metode tes dapat menggunakan Rapid test, Automated test, maupun ELISA
hanya bila sensitivitasnya >99%
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 160


KEJANG DEMAM PADA ANAK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu
diatas 38,4oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut
TUJUAN o Pemberian pengobatan maupun tindakan untuk mengatasi keadaan klinis
pasien akibat kejang demam
o Mengatasi bila terjadi komplikasi
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR
Kriteria Diagnosis
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks.
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kejang umum, hanya
1x kejang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks berlangsung >10-15 menit, fokal atau >1x
dalam 24 jam

Panduan Ponek Page 161


Anamnesis jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum
kejang, riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, usia
saat kejang, riwayat epilepsi dalam keluarga
Indikasi rawat bila:
1. Usia <6 bulan
2. Hiperpireksia
3. Kejang demam pertama
4. Kejang demam kompleks
5. Adanya kelainan neurologis
Terapi
Medikamentosa
1. Saat Kejang (lihat Bagian Penghentian Kejang Demam)
2. Terapi profilaksis intermiten pada saat demam
a. Antopiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau Ibuprofen
5-10 mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam
b. Antikejang
Diazepam oral 0,3 ml/kgBB/dosis tiap 8 jam atau Diazepam
rektal 0,5 mg/kgBB/hari tiap 12 jam
c. Pengobatan jangka panjang
Dipertimbangkan pada kejang demam kompleks dengan faktor
risiko.
Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari
Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari
3. Edukasi orang tua
BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

Kejang
1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB<10kg
: 5 mg
BB>10kg : 10 mg
2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
Kejang
Diazepam rektal

Panduan Ponek Page 162


(5 menit)
Di Rumah Sakit

Kejang
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit (3-5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)

Kejang
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit

Kejang
Transfer ke ruang rawat intensif
Keterangan :
a. Bila kejang berhenti terapi intermiten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor risiko lainnya.
b. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena
dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi
efek samping aritmia dan hipotensi.
UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak
2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 163


OBSERVASI BAYI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan pemantauan ketat yang dilakukan pada bayi yang memenuhi
kriteria observasi
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya kondisi yang lebih berat yang dapat berakibat fatal
pada bayi.
2. Mencegah pemberian tindakan yang berlebihan pada bayi yang
memiliki resiko tinggi
3. Melakukan deteksi dini pada bayi yang memiliki resiko tinggi

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia

PROSEDUR Kriteria bayi yang perlu diobservasi :

1. Takipneu : laju nafas 60-70x permenit

2. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita Diabetes Mellitus

3. Bayi yang lahir dari ibu dengan persalinan beresiko tinggi :

- PEB

Panduan Ponek Page 164


- Perdarahan ante partum

- Infeksi intra uterine

- Infeksi lain pada ibu

4. Bayi dengan :

- gawat janin sebelum persalinan

- riwayat asfiksia ringan sedang (AS menit 1 dan 5 : 4-7)

- Cairan ketuban abnormal (berwarna hijau atau berbau)

- Usia Gestasi < 35 minggu

- Berat lahir 2000 2500 gram

- kelainan bawaan

- Hipotermi : suhu < 36,5 0C

Langkah langkah :

1. Bayi yang memiliki kriteria di atas diterima oleh perawat Perina dan
ditempatkan dalam inkubator di ruang observasi .

2. Perawat segera melaporkan bayi yang baru diterima ke Dokter Spesialis


Anak yang bertugas di Perina saat itu.

3. Perawat melakukan pemantauan ketat tanda vital (nadi, laju nafas,


saturasi) dan sistem organ (neuro,sirkulasi,respirasi,pencernaan) selama
6 jam.

4. Bila dijumpai tanda dan gejala yang memenuhi kriteria untuk dirawat di
ruang perinatologi maka perawat melaporkan ke Dokter anak DPJP dan
atas persetujuan DPJP bayi di pindahkan ke ruang perinatologi.

6. Bila setelah 6 jam bayi stabil dan memenuhi kriteria rawat gabung
maka bayi dapat dipindahkan keruang rawat gabung dengan ibu.

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Anak


2. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 165


PEMAKAIAN INKUBATOR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan merawat bayi dalam suatu tempat yang bertujuan
mempertahankan stabilitas suhu bayi
TUJUAN Mempertahankan stabilitas suhu bayi 36,5 0C 37,5 0C sehingga tidak
terjadi kompikasi akibat hipotermia maupun hipetermia.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Kriteria Bayi yang dirawat dalam inkubator:

1. Bayi Berat lahir < 1800 gram

2. Bayi dengan Usia Gestasi < 35 minggu

3. Bayi yang mengalami hipotermia (suhu tubuh < 36,5 0C)

4. Bayi sakit yang mendapat terapi cairan intravena

5. Bayi dalam ruangan observasi

6. Bayi yang masih memerlukan pematauan saturasi

Panduan Ponek Page 166


Langkah langkah :

1. Bayi yang memenuhi kriteria perawatan incubatordimasukkan ke


dalam incubator.
2. Mengatur suhu incubator sesuai dengan usia gestasi, berat badan
bayi serta usia hari perawatan.
3. Bayi dalam keadaan telanjang, semua pakaian dilepaskan kecuali
pampers.
4. Melakukan monitor suhu bayi tiap 15 menit setelah diletakkan bayi
diletakkan dalam incubator hingga suhu bayi 36,5 0C 37,5 0C.
5. Bila bayi mengalami hipotermi (< 36,5 0C ) maka suhu incubator
dinaikkan bertahap sehingga tercapai suhu normal bayi.
6. Bila bayi mengalami hipertermi (> 37,5 0C ) maka suhu incubator
diturunkan bertahap sehingga tercapai suhu normal bayi.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 167


PEMAKAIAN KUVIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu tindakan merawat bayi dalam suatu tempat yang bertujuan
mempertahankan stabilitas suhu bayi
TUJUAN Mempertahankan stabilitas suhu bayi 36,5 0C 37,5 0C sehingga tidak
terjadi kompikasi akibat hipotermia maupun hipetermia.

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 123/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif Rumah Sakit Aulia
PROSEDUR Kriteria Bayi yang dirawat dalam kuvis:

1. Bayi Berat lahir 1500 - 1800 gram

2. Bayi dengan Usia Gestasi 35-37 minggu

3. Transisi dari incubator sebelum bayi dipulangkan

Langkah langkah :

1. Bayi yang memenuhi kriteria perawatan kuvis dimasukkan ke dalam


kuvis.

Panduan Ponek Page 168


2. Mengatur suhu kuvis sesuai dengan usia gestasi, berat badan bayi serta
usia hari perawatan.

3. Bayi dalam keadaan memakai baju diletakkan dalam kuvis.

4. Melakukan monitor suhu bayi tiap 8 jam sesuai jadwal shift perawat,
suhu bayi dipertahankan 36,5 0C 37,5 0C.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi

Panduan Ponek Page 169


PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEP 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Perawatan metode kanguru mother care (PMK) atau disebut juga asuhan
kontak kulit dengan (skin to skin contact) merupakan metode khusus bagi
berat lahir rendah atau bayi prematur
TUJUAN Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur atau BBLR,
menstabilkan denyut jantung dan pola pernafasan, memberikan kehangatan
serta meningkatkan hubungan emosional ibu.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 203/Menkes/SK/111/2008
Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Nasional Perawatan Metode
Kanguru (PMK)
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 122/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit
Aulia
PROSEDUR
A. Kriteria bayi PMK
1. Berat badan lahir kurang dari 1800 gr.
2. Keadaan umum dstabil selama 3 hari berturut-turut meliputi
Nadi 120-160 x/mnt
Pernafasan 30-66 x/menit

Panduan Ponek Page 170


Suhu 36,5-37,5
B. Tata laksana
1. Tahap persiapan
Persiapan alat-alat
Alat penguku tanda-tanda vital (termometer, jam tangan)
Gendongan dan topi bayi
2. Persiapan orang tua
Komunikasikan antara tenaga kesehatan dan orang tua sangat
penting dalam menunjang keberhasilan PMK
Jelaskan maksud, tujuan dan cara melakukan PMK kepada orang
tua dan keluarga akan termotivasi untuk melakukan PMK
apabila memahami manfaatnya. Sekaligus akan mengurangi
kecemasan mengingat PMK mungkin saja sesuatu yang belum
pernah diketahui sebelumnya.
Minta ibu atau ayah untuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi, dan informasikan bahwa tindakan mencuci tangan
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi
Buka pakaian atas ibu atau ayah untuk memfasilitasi terjadinya
kontak kulit dengan kulit

C. Tahap implementasi
1. Posisikan bayi pada dada ibu atau ayah Letakkan bayi di antara
payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
Posisi bayi di jaga dengan kain panjang atau pegikat lainnya.
Kepala bayi di palingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi
sedikit tengadah (ekstensi). Tungkai bayi haruslah dalam posisi
kodok, tangan harus dalam keadaan fleksi.
2. Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
3. Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga bayi
4. Ikatan kain dengan kuat agar saat ibu bagun dari duduk bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut
menutupi dada si bayi dan pastikan ikatan kain tersebut tidak
menganggu pernafasan bayi

Panduan Ponek Page 171


5. Pakaikan topi bayi
6. Pakai kembali pakaian baju atas ibu atau ayah

D. Tahap evaluasi
1. Pantau kondisi bayi mencakup TTV dan saturasi oksigen
2. Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan tindakan
sesuai dengan masalah yang di temukan

UNIT TERKAIT 1. Dokter spesialis anak


2. Dokter spesialis kandungan
3. Ruang perinatologi
4. Ruang perawatan ibu

Panduan Ponek Page 172


RAWAT GABUNG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Memberikan pelayanan kepada bayi baru lahir dimana bayi ditempatkan
beserta ibunya di dalam satu ruangan

TUJUAN 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian inu dan bayi


2. Memenuhi hak ibu dan bayi untuk selalu berada di samping ibu setiap
saat
3. Menstimulasi supaya bayi memperoleh kolostrumdan asi
4. Memperoleh stimulasi mental dini untuk tumbuh kembang anak

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 199/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Rawat Gabung
PROSEDUR Persyaratan dalam rawat gabung terdiri dari:
1. Kondisi bayi
Semua bayi kecuali bayi beresiko dan mempunyai kelainan
yang tidak memungkinkan untuk menyusu pada ibu
2. Kondisi ibu
Ibu dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

Panduan Ponek Page 173


3. Ruang rawat gabung
Bayi ditempatkan dalam box tersendiri dengan tempat tidur ibu
Bila tidak terdapat tempat tidur atau box bayi, maka bayi dapat
diletakan di tempat tidur di samping ibu (bedding in)
Agar mengurangi bahaya jatuh sebaiknya diberi penghalang
atau pembatas di samping tempat tidur
Tata Cara Rawat Gabung
1. Bayi dirawat secara rawat gabung apabila sesuai dengan kriteria
2. Bidan atau Perawat yang bertugas bertanggung jawab untuk
memberikan penjelasan atau nasehat kepada ibu tentang perawatan
bayinya
3. Perawatan sehari - hari harus dilakukan di tempat tidur masing -
masing
4. 24 jam sesudah dilahirkan bayi dimandikan dengan sabun bayi dan
air hangat lalu dikeringkan
5. Bayi ditimbang berat badannya dan dicatat setiap hari, apabila berat
badan turun lebih dari 10 % segera dilaporkan kepada dokter yang
merawatnya
6. Bayi harus diperiksa dalam keadaan telanjang minimal sekali sehari
7. Dicatat apakah mekonium sudah keluar dan bayi sudah miksi
8. Ditanyakan / diperiksa pada ibu apakah pengeluaran Asi / Kolostrum
sudah lancar atau belum
9. Harus ditekankan dan diyakinkan pada ibu tentang pemberian Asi,
manfaatnya, serta kerugiannya bila bayi tidak mendapat Asi
10. Apabila terdapat bayi yang sakit atau tidak mau menyusui ,
dilaporkan pada dokter yang bertanggung jawab dan bila perlu
dipindahkan ke ruang perawatan perina.
11. Apabila keadaannya sudah baik, bayi dapat dikembalikan kepada
ibunya { kalau masih dirawat } atau dapat dipulangkan bersama
ibunya , atas instruksi dokter anak yang merawat.
UNIT TERKAIT 1. Ruang perawatan ibu
2. Ruang bersalin
3. Ruang Perinatologi
4. Ruang poliklinik

Panduan Ponek Page 174


PERAWATAN TALI PUSAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM


PENGERTIAN Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai hari 1 kelahiran sampai
dengan tali pusat lepas (puput)

TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 199/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Rawat Gabung

PROSEDUR
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

Panduan Ponek Page 175


C. Tahap Kerja
1. Pasang perlak dan pengalas disamping kanan bayi
2. Bersihkan dan keringkan tali pusat
3. Bila tali pusat masih basah, bersihkan dari arah ujung ke pangkal
4. Bila tali pusat sudah kering, bersihkan dari arah pangkal ke ujung
5. Setelah selesai, pakaian bayi dikenakan kembali. Sebaiknya bayi
tidak boleh dipakaikan gurita karena akan membuat lembab
daerah tali pusat sehingga kuman/bakteri tumbuh subur dan
akhirnya menghambat penyembuhan. Tetapi juga harus dilihat
kebiasaan orang tua/ibu (personal hygiene)
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
3. Mencuci tangan
4. Lakukan dokumentasi

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perawatan


2. Ruang Bersalin

Panduan Ponek Page 176


IDENTIFIKASI BAYI PULANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/3

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Suatu sistem identifikasi kepada bayi untuk membedakan antara bayi yang
satu dengan bayi yang lain sehingga mempermudah , memperlancar dan
untuk menghindari adanya kesalahan.
TUJUAN 1. Untuk membedakan bayi yang satu dengan yang lain
2. Untuk menghindari kesalahan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 199/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Rawat Gabung
PROSEDUR Kriteria bayi pulang
A. Bayi yang setelah dalam perawatan menunjukkan adanya
pemulihan kesehatan, tidak terpasang alat alat medis.
B. Bayi berat badan > 1800 gr, reflek hisap dan menelan baik
C. Harus ada Ibu bayi saat bayi akan pulang, jika ibu bayi sedang
sakit atau meninggal harus ada bukti bukti kuat lain seperti
KTP Ibu / bapak bayi, surat nikah, surat kuasa dari ibu yang di
tanda tangani dengan di lampirkan materai, jika ibu meninggal
bayi hanya boleh diambil oleh ayah kandungnya.

Panduan Ponek Page 177


1. Persayaratan dari segi bayi :
a. Bayi dengan Berat badan > 1800 gr.
b. Kondisi bayi sehat yaitu :

c. Tidak ada gangguan Kardio Respiratorik.


d. Reflek hisap dan menelan baik
e. Tidak ada cacat bawaan misal hidrocefalus, meningocele, atresia ani
atau cacat lain.
f. Bayi yang sudah bebas dari masa krisis dan siap untuk pulang.
2. Persyaratan dari segi ibu :
Ibu sehat (fisik dan mental)

Ruang Rawat Bayi Pulang

Ruang perawatan Kebidanan kls I.II.III,VIP,VVIP

Ruang Perina

1. Cek Identitas bayi peneng nama, RM dan tanggal kelahiran


2. Ganti pakaian bayi dengan pakaian yang sudah di siapkan ibu
sambil melihat ulang identitas pada peneng bayi serta jenis kelamin
bayi
3. Bedong bayi dan keluarkan satu tangan bayi yang terdapat peneng
serta tunjukkan kepada ibu identitas di peneng bayi tersebut
4. Berikan form perencanaan pulang yang berisi tentang jadwal untuk
melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit , pentingnya ASI bagi
pertumbuhan bayi dan cara cara perawatan bayi selama di rumah
seperti cara memandikan, perawatan tali pusat dan lainnya.
5. Tanyakan kembali kepada ibu atau keluarga jika ada hal hal yang
belum di mengerti dalam melakukan perawatan bayi
6. Dokumentasikan pada identifikasi bayi pulang dan buku pulang
untuk ibu menulis tanggal pulang, nama ibu dan di sertai dengan
tanda tangan ibu bayi

Panduan Ponek Page 178


7. Jika ibu bayi sakit atau meninggal keluarga harus menunjukan bukti
bukti yang kuat seperti KTP, surat kuasa yang di tandatangani ibu
dengan di lampirkan materai atau jika ibu bayi meninggal bayi
boleh dibawa pulang oleh ayah kandungnya.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi


2. Ruang Ranap Ibu

Panduan Ponek Page 179


GAGAL RAWAT GABUNG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEB 00 1/1

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL 2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Gagal Rawat Gabung adalah suatu kegagalan, dimana bayi yang sudah di
lakukan rawat gabung dengan ibu kembali ke ruangan bayi atau tidak dalam
satu perawatan dengan ibunya.
TUJUAN 1. Bayi yang harus di lakukan pengawasan khusus
2. Bayi dapat di berikan pengobatan sesuai dengan kondisi penyakitnya.

KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 199/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Rawat Gabung
PROSEDUR Kriteria gagal rawat gabung:
1. Bayi demam
2. Bayi muntah coklat
3. Bayi ikterik
4. Bayi sianosis, sesak napas, letargi
5. Bayi kejang

Panduan Ponek Page 180


Tempat Perawatan : Ruang Bayi / Perina
1. Ibu boleh menyusui bayi jika tidak ada kontra indikasi
2. Bayi dirawat kembali ke Ruang Bayi / Perina apabila memerlukan
pengobatan.
3. Dokter Anak, Perawat atau Bidan yang bertugas, bertanggung
jawab untuk memberikan penerangan atau nasehat kepada ibu
tentang kondisi bayi yang memerlukan pengobatan.
4. Ibu / Ayah bayi selaku orang tua menandatangani persetujuan
tindakan yang akan di lakukan pada bayi mereka dan
informasikan tentang perubahan perawatan bayi yang tidak dalam
satu ruang perawatan dengan ibu bayi.
5. Informasikan kepada Ibu bayi, ibu di perbolehkan menyusui bayi
di ruang bayi selama tidak ada kontraindikasi pada bayi untuk
menyusui dan disesuaikan dengan jadwal yang telah di tetapkan
di ruang bayi dan selama tidak ada kontraindikasi pada bayi untuk
menyusu pada ibunya.
6. Informasikan pula ibu boleh mengirimkan ASI setiap saat yang di
masukkan dalam botol susu yang sudah dibersihkan.
7. Edukasi pada ibu pentingnya pemberian ASI selama bayi di
rawat, ibu juga dapat memeras ASI di Ruang Bayi atau di Pojok
ASI.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi


2. Ruang Ranap Ibu

Panduan Ponek Page 181


TATA LAKSANA MERUJUK PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEP 00 1/2

Rumah Sakit AULIA

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :


STANDAR RUMAH SAKIT AULIA
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL
2 Februari 2015

Dr Gatot Soeryo Koesumo,PFK.MM

PENGERTIAN Proses mengalihkan penanganan pasien dari dokter satu ke dokter yang lain
baik di dalam maupun di luar rumah sakit, biasanya rujukan dilaksanakan
terhadap pasien yang memerlukan pelayanan yang kompetensinya tidak
dimiliki oleh yang merujuk.
TUJUAN Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit AULIA
KEBIJAKAN Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Perorangan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Aulia Nomor 124/RS/SK-
DIR/XI/2015 Tentang Panduan Sistem Rujukan
PROSEDUR
1. Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya alat, fasilitas
atau pasien memerlukan penanganan lanjutan yang tidak tersedia di
rumah sakit Aulia
2. Siapkan formulir rujukan yang sudah diisi oleh PJ pasien atau dokter
jaga
3. Perawat menghubungi rumah sakit yang kan dituju, pastikan RS
tersebut sudah ada tempat untuk pasien tersebut
4. Perawat menghubungi petugas/supir ambulance rumah sakit Aulia
5. Perawat menyiapkan obat-obatan, hasil pemeriksaan lain dan barang-
barang milik pasien dan surat rujukan

Panduan Ponek Page 182


6. Petugas administrasi/kasir rawat inap menyelesaikan administrasi
ruangan
7. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi kebagian kasir
rawat inap dan membawa kwitansi pembayaran rawat inap.
8. Keluarga menunjukan kwitansi pembayaran kepada perawat.
9. Antarkan pasien ke RS yang dituju
UNIT TERKAIT 1. Semua Unit Perawatan
2. Supir ambulance
3. Kasir

Panduan Ponek Page 183

Anda mungkin juga menyukai