Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN PERIOPERATIF ANESTESI

PADA RESEKSI FEOKROMOSITOMA

Mordekhai L. Laihad

Bagian Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: mllaihad@yahoo.co.id

Abstract: Definitive therapy of pheochromocytoma is a surgical resection. Anesthetic


perioperative management toward pheochromocytoma resection plays a very important role in
decreasing morbidity and mortality. This management includes preoperative preparations,
intraoperative management and postoperative management. The preoperative preparations
involving multidiscipline approaches have several objectives: controlling blood pressure,
creating an adequate intravascular volume, assessing effects of the disease to end-organs,
recognizing conditions pertaining to pheochromocytoma, and controlling blood glucose and
electrolyte levels. The intraoperative management is a continuation of the preoperative
preparations. Its main objective is to preclude the event of hypertension crisis. The
postoperative management is aimed to anticipate important complications which possibly
occur in the early postoperative period, such as: hypertension, hypotension, and
hypoglycemia.
Keywords: pheochromocytoma, anesthesia, management, preoperative, intraoperative,
postoperative

Abstrak: Terapi definitif terhadap feokromositoma adalah reseksi. Penanganan perioperatif


anestesi pada reseksi feokromositoma sangat berperan dalam menekan morbiditas dan
mortalitas. Penanganan ini meliputi persiapan preoperatif, penangananan intraoperatif dan
penanganan pasca bedah. Persiapan preoperatif dilakukan secara multidisiplin dan bertujuan
untuk mengendalikan tekanan darah, mencukupi volum intravaskuler, menilai pengaruh
penyakit terhadap end-organ, mengenali dampak dari kondisi-kondisi yang terkait dengan
feokromositoma, serta normalisasi kadar glukosa dan elektrolit. Penanganan intraoperatif
merupakan kesinambungan dari persiapan preoperatif dan bertujuan utama menghindari
terjadinya krisis hipertensi. Penanganan pasca bedah bertujuan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya komplikasi penting pada periode pasca bedah dini yakni hipertensi,
hipotensi dan hipoglikemi.
Kata kunci: feokromositoma, anestesi, penanganan, preoperatif, intraoperatif, pasca bedah

World Health Organization mendefinisikan adrenal. Untuk penyederhanaan, istilah feo-


feokromositoma sebagai tumor pada medula kromositoma seringkali digunakan untuk
adrenal, berkembang dari sel-sel kromafin merujuk tumor-tumor yang terletak di adre-
yang berasal dari neuroblas pada neural nal maupun ekstra-adrenal, karena tidak
crest yang menghasilkan katekolamin. Feo- terdapat perbedaan bermakna dari segi
kromositoma disebut juga paraganglioma gambaran klinis maupun penanganan anes-
intra-adrenal, sedangkan tumor-tumor ter- tesi. Penanganan perioperatif feokromosito-
kait paraganglia ekstra-adrenal simpatetik ma masih merupakan suatu tantangan yang
yang juga memroduksi katekolamin dikla- rumit di bidang anestesi, yang membutuh-
sifikasikan sebagai paraganglioma ekstra- kan persiapan preoperatif yang intensif serta

20
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 21

penanganan dan perawatan intraoperatif dan Untuk suatu penilaian yang terperinci
pasca bedah yang cermat. Pasien dapat tentang status kardiovaskuler, dianjurkan
memperlihatkan beragam gejala yang men- untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardio-
cerminkan sekresi katekolamin (norepi- grafi (EKG), X-foto dada dan ekokar-
nefrin, epinefrin, ataupun dopamin) berle- diografi M-mode. Pemeriksaan EKG dapat
bihan ke dalam sirkulasi. Pelepasan kate- mendeteksi adanya hipertrofi, aritmia, kar-
kolamin menyebabkan hipertensi yang nya- diomiopati, iskemia maupun infark jantung.
ta, seringkali berat dan refrakter terhadap Pada X-foto dada dapat diamati adanya
pengobatan konvensional.1-4 kardiomegali maupun edema paru. Ekokar-
Meskipun terdapat perkembangan pesat diografi M-mode harus digunakan untuk
dalam teknologi, pemantauan dan farmako- menilai disfungsi ventrikel kiri, mengeva-
logi yang terkini, namun penanganan peri- luasi perbaikan setelah blokade adrenergik
operatif feokromositoma masih merupakan alfa, dan menentukan waktu yang optimal
suatu keadaan yang sangat menegangkan untuk pembedahan. Pemeriksaan darah
untuk seorang ahli anestesi, apalagi pada lengkap dan hematokrit diikuti oleh peman-
keadaan-keadaan dimana tumor tidak ter- tauan serial menyajikan suatu penilaian
diagnosis. Pasien yang terdiagnosis ketika yang adekuat tentang ekspansi volum ketika
induksi anestesi dapat mencetuskan suatu blokade adrenergik alfa telah dimulai.
krisis hipertensi dengan mortalitas men- Penilaian fungsi ginjal haruslah dilakukan
dekati 80%. Penanganan medis preoperatif melalui pemeriksaan biokimiawi seperti
yang tepat secara dramatis menurunkan ureum, kreatinin dan elektrolit. Terapi in-
morbiditas dan mortalitas selama penanga- sulin mungkin dibutuhkan bila terdapat hi-
nan pembedahan dari tumor ini. 5-7 perglikemia. Selain itu bila terdapat hiper-
kalsemia, adanya MEN tipe II harus dicu-
rigai.2,3
PERSIAPAN PREOPERATIF Krisis adrenergik menyebabkan terjadi-
Persiapan preoperatif haruslah dilaku- nya suatu situasi yang tak terkendali pada
kan dalam suatu upaya bersama yang meli- saat induksi anestesi, intubasi dan selama
batkan ahli anestesi, ahli bedah, dan ahli penanganan tumornya. Penanganan medis
penyakit dalam atau endokrinologi. Tujuan preoperatif yang tepat secara dramatis me-
utama persiapan preoperatif adalah untuk nurunkan morbiditas dan mortalitas selama
menekan morbiditas dan mortalitas akibat penanganan operatif feokromositoma. Oleh
sekresi katekolamin berlebihan yang dapat karena itu penting untuk melakukan opti-
menyebabkan terjadinya krisis hipertensi. malisasi pasien preoperatif. Dalam 50 tahun
Keadaan ini dapat mengakibatkan perdarah- terakhir sehubungan dengan reseksi ini
an dan infark organ-organ vital, gagal jan- terdapat penurunan mortalitas dari 40-60%
tung kongestif, disritmia jantung dan kema- menjadi 0.6%. Plouin dkk9 (2001) melapor-
tian. Beberapa hal yang harus menjadi per- kan bahwa dengan penanganan perioperatif
hatian dalam persiapan preoperatif adalah:4,8 yang adekuat diperoleh mortalitas sebesar
2,4% dan morbiditas 23,6%. Kerjasama
1. Pengendalian tekanan darah yang yang erat antara ahli kardiologi, endokrino-
meningkat. logi, bedah dan anestesi sangat dibutuhkan
2. Mencukupi volum intravaskuler. untuk memperoleh suatu hasil akhir yang
3. Penilaian pengaruh penyakit terhadap baik dan memuaskan.1,9
end-organ (antara lain kardiomiopati). Persiapan preoperatif secara konven-
4. Pengenalan dampak-dampak potensial sional dilakukan dengan blokade adrenergik
dari kondisi yang terkait dengan alfa dalam suatu periode 10-14 hari, selan-
feokromositoma (antara lain neoplasia jutnya penambahan blokade adrenergik beta
endokrin multipel tipe II dan sindroma dibutuhkan untuk mengatasi setiap kejadian
von Hippel-Lindau). takiaritmia. Umumnya para pasien dapat di-
5. Normalisasi kadar glukosa dan elektrolit persiapkan dengan aman untuk pembedahan
22 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30

melalui penanganan rawat jalan. Blokade secara berhati-hati dengan dosis kecil dan
alfa biasanya dicapai dengan fenoksi- meningkatkannya secara bertahap sampai
benzamin oral 20 mg tiga kali sehari, yang terjadi hipotensi ortostatik yang meng-
merupakan suatu agen penghambat adre- indikasikan suatu blokade alfa yang ade-
nergik alfa yang non kompetitif dan non kuat. Meskipun telah dilakukan blokade alfa
selektif. Pemberian fenoksibenzamin seba- preoperatif, namun peningkatan tekanan
gai pencegahan tunggal dapat menurunkan darah masih dapat terjadi pada periode
mortalitas dari 43% menjadi 3%. Golstein intraoperatif, khususnya selama manipulasi
dkk melaporkan bahwa 69% pasien tanpa tumor. Selama blokade reseptor alfa, taki-
blokade alfa adrenergik mengalami kom- kardi dan aritmia dapat terjadi akibat akti-
plikasi perioperatif, dibanding yang meng- vitas reseptor beta yang terimbangi. Selain
gunakan blokade alfa adrenergik hanya takikardi, efek samping lainnya adalah pu-
3%.Obat ini juga memberikan efek ekspansi sing, sinkop, kongesti hidung serta hipotensi
volum secara spontan, tetapi hal ini terjadi orthostatik. Takikardi dan aritmia dapat di-
secara bertahap dan memerlukan waktu dua kendalikan secara hati-hati dengan meng-
sampai tiga minggu. Waktu paruh fenoksi- gunakan penghambat adrenergik beta.
benzamin lebih dari 24 jam. Pemantauan Blokade beta tidak seharusnya dilakukan
tekanan darah non invasif harus dilakukan sampai blokade adrenergik alfa telah nyata
pada posisi baring dan berdiri selama terjadi (biasanya dua hari setelah peng-
pemberian terapi.3,6 hambat alfa diberikan), karena stimulai alfa
Antagonis adrenergik alfa 1 yang kom- yang tidak terimbangi dapat menyebabkan
petitif selektif menjadi pilihan oleh bebera- hipertensi berat. Perhatian juga diperlukan
pa ahli anestesi karena tidak menyebabkan pada pasien-pasien dengan kardiomiopati
refleks takikardi, memiliki waktu kerja yang yang mungkin mengalami edema paru
lebih singkat, dapat disesuaikan secara cepat akibat penghentian stimulasi beta. Jadi,
sebelum pembedahan dan durasi terjadinya blokade adrenergik beta harus dihindari
hipotensi pasca bedah berkurang. Roberts pada pasien-pasien dengan kardiomiopati
dkk2 menggunakan doxazosin pada masa yang diinduksi oleh katekolamin karena
preoperatif untuk 20 pasien dengan feokro- dapat menyebabkan terjadinya hipotensi,
mositoma atau paraganglioma dengan dosis bradikardi dan asystolic arrest. Antagonis
2-8 mg sehari. Mereka mendapatkan bahwa adrenoseptor beta-1 selektif seperti atenolol
tekanan darah preoperatif terkendali dengan (100 mg per hari) atau bisoprolol (10-20 mg
baik seperti halnya dengan fenoksibenza- per hari) seharusnya digunakan untuk
min. Antagonis adrenergik alfa 1 kompetitif meminimalkan efek-efek samping yang
selektif lainnya seperti prazosin juga dapat tidak diinginkan pada bronkus maupun
digunakan. Obat ini memiliki suatu waktu vaskulatur perifer. Antagonis beta-1 non-
paruh eliminasi yang singkat (dua sampai selektif seperti propanolol (40-240 mg per
tiga jam) dan membutuhkan pemberian hari) atau metoprolol (50-200 mg per hari)
dosis yang lebih sering dimulai dengan 1 juga dapat digunakan tetapi harus secara
mg tiga sampai empat kali sehari dan secara hati-hati terutama pada pasien-pasien de-
bertahap ditingkatkan sampai 12 mg sehari. ngan riwayat penyakit jalan napas obstruktif
Konsentrasi dalam darah dapat berkurang ataupun penyakit vaskuler perifer.2,3
menjadi kadar yang tidak efektif pada waktu Penghambat-penghambat saluran kalsi-
pembedahan bila dosis terakhir diberikan um juga telah digunakan pada periode
saat malam sebelum pembedahan. Terazo- preoperatif maupun intraoperatif untuk me-
sin merupakan suatu alternatif serupa dari ngendalikan hemodinamik meskipun kurang
antagonis adrenergik alfa 1 selektif. Pilihan efektif dibandingkan dengan penghambat
obat tergantung tidak hanya pada keinginan alfa adrenergik. Sebagai contoh nifedipin
dokter tetapi juga berdasarkan ketersediaan 30-90 mg per hari dan nikardipin 5 mg per
dan keefektifan biaya. Apapun obat yang jam, ditingkatkan 2,5 mg per jam setiap 5
digunakan, penting untuk memulainya menit sampai suatu dosis maksimum 15 mg
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 23

per jam. Obat-obat ini menghambat influks saat pembedahan.2


kalsium ke dalam otot polos vaskuler yang Alfa-metil-p-tirosin (AMPT)/metyro-
diperantarai oleh norepinefrin; dengan de- sine/demser) telah digunakan pada tahun
mikian dapat mengendalikan hipertensi dan 1960 untuk menghambat konversi tirosin
takiaritmia. Terdapat tiga peran utama peng- menjadi dopa melalui penghambatan tirosin
hambat saluran kalsium pada feokromo- hidroksilase, sehingga mengurangi sintesis
sitoma: (1) sebagai suplemen penghambat katekolamin sekitar 40-80%. Obat ini sangat
adrenoseptor pada pasien-pasien dengan efektif namun penggunaannya dibatasi oleh
kontrol tekanan darah yang tidak adekuat, tingginya insidens efek samping yaitu diare,
sehingga tidak memerlukan peningkatan sedasi, fatigue dan agitasi.2,9
dosis penghambat alfa adrenergik; (2) untuk Sedasi dan ansiolitik preoperatif yang
menggantikan penghambat adrenoseptor lebih disukai adalah benzodiazepin. Selain
pada pasien-pasien dengan efek-efek itu penentraman hati oleh ahli anestesiologi
samping yang berat; dan (3) untuk men- juga akan mengurangi ansietas dan men-
cegah hipotensi menetap yang diinduksi cegah fluktuasi hemodinamik nyata yang
oleh penghambat adrenoseptor pada pasien- terjadi segera pada periode preoperatif. Pa-
pasien dengan hipertensi intermiten. Peng- sien seringkali mengalami hipertensi selama
hambat saluran kalsium tidak menyebabkan manipulasi pembedahan tumor meskipun
hipotensi ortostatik selama periode normo- blokade farmakologi telah lengkap. Oleh
tensif. Obat-obat ini juga dapat mencegah karena itu medikasi untuk blokade alfa dan
spasme koroner yang terkait dengan kate- beta harus dilanjutkan sampai hari pem-
kolamin; karena itu dapat bermanfaat saat bedahan, terkecuali fenoksibenzamin yang
feokromositoma disertai dengan vasospas- harus dihentikan sehari sebelum pembedah-
me koroner.3 an karena memiliki waktu paruh panjang
Meskipun labetalol beraktivitas antago- dan dapat menyebabkan hipotensi pasca
nis terhadap reseptor alfa dan beta, namun bedah.1-3
tidak seharusnya digunakan sebagai pilihan Untuk penilaian suatu penanganan
utama untuk blokade adrenergik reseptor. preoperatif feokromositoma yang adekuat,
Dengan labetalol, pemakainya diperhadap- kriteria Roizen berikut ini harus dipenuhi
kan pada suatu rasio tetap dari aktivitas dengan tujuan untuk mengurangi morbiditas
antagonistik reseptor alfa terhadap beta, dan mortalitas (sampai <3%):6,10
yaitu sekitar 1:7 (bila diberikan secara oral),
Tekanan darah <160/90 mmHg selama
yang dapat mengakibatkan episode para-
24 jam sebelum pembedahan.
doks dari hipertensi bahkan krisis hiperten-
Hipotensi ortostatik, tapi tidak dengan
si. Perlu diperhatikan bahwa aktivitas anta-
tekanan darah <80/45 mmHg.
gonistik alfa terhadap beta setidaknya harus
1:4 untuk mencapai efek antihipertensi yang Tidak terdapat perubahan-perubahan
adekuat. Lebih lanjut lagi labetalol secara segmen ST maupun gelombang T se-
bermakna mengurangi pengambilan dari I- lama satu minggu sebelum pembedahan.
metaiodobenzylguanidine (MIBG) dan ha- Tidak terdapat lebih dari lima kali
rus dihentikan sekitar dua minggu sebelum kontraksi ventrikel prematur per menit.
I-MIBG scintigraphy.2,3
Tidak terdapat banyak bukti yang men- Pacak3 menyatakan bahwa tujuan pe-
dukung penggunaan obat-obat antihipertensi nanganan preoperatif adalah mencapai
lainnya pada penanganan preoperatif feo- tekanan darah preoperatif 130/80 mmHg
kromositoma. Manfaat penggunaan peng- pada keadaan duduk, sekitar 100 mmHg
hambat ACE ataupun antagonis angiotensin tekanan sistolik sementara berdiri (tidak
II untuk hipertrofi ventrikular masih diragu- kurang dari 80/45 mmHg), denyut jantung
kan pada penanganan preoperatif feokromo- target sekitar 60-70 kali per menit
sitoma, umumnya karena stimulus hiperten- sementara duduk dan 70-80 kali per menit
si (norepinefrin) biasanya kembali normal sementara berdiri. Di institusi lain target
24 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30

tekanan darah bisa lebih rendah ataupun sehingga menyebabkan peningkatan positif
lebih tinggi, tergantung pada pengalaman palsu norepinefrin dan metabolitnya
institusional. Meskipun demikian rekomen- (metanefrin). Linezolid, suatu antibiotik
dasi menyangkut tekanan darah dan denyut oxazolidinone baru, memiliki efek peng-
jantung harus didukung oleh penelitian- hambatan terhadap monoamin oksidase.
penelitian nonsistematik observasional dan Antagonis reseptor dopamin seperti meto-
pengalaman perorangan, serta dibandingkan klopramide, klorpromazin, dan proklor-
dengan penelitian-penelitian klinik pros- perazine yang digunakan sebagai obat
pektif yang layak.3 antipsikotik dan antiemetik, juga dapat
Pemakaian obat-obatan yang mem- memrovokasi pelepasan katekolamin dari
provokasi pelepasan katekolamin yang di- feokromositoma. 3,7
produksi oleh tumor atau mengganggu Untuk pasien pediatri tidak terdapat
turnover katekolamin akan berakibat buruk, pertimbangan-pertimbangan khusus dalam
bahkan mematikan. Pelepasan norepinefrin persiapan preoperatif kecuali ketika dibe-
dan epinefrin dapat diprovokasi oleh gluka- rikan AMPT/metyrosine. Kepada orang tua
gon, steroid, histamin, angiotensin II dan harus diberikan instruksi yang jelas untuk
vasopresin. Pengeluaran katekolamin dari segera melaporkan ke dokter bila anak
vesikel-vesikel penyimpanan oleh amin- mereka mengalami gejala depresi dan
amin simpatomimetik (tyramine pada keju, ansietas setelah mengonsumsi obat tersebut.
pisang, anggur, saus kecap, advokat, dan Pada kehamilan penggunaan penghambat
setiap bahan yang difermentasikan, diasap- alfa dan beta adrenergik tidak bermasalah,
kan maupun ikan dan daging yang lama) kecuali propanolol yang dilaporkan ber-
diikuti oleh pelepasannya ke dalam sirkulasi hubungan dengan retardasi pertumbuhan
merupakan contoh lain yang dapat mempro- intrauterin, bradikardi fetal dan hipoglikemi,
vokasi feokromositoma secara farmakologi. serta kelahiran prematur.3
Obat-obat yang digunakan pada pengobatan Di kebanyakan pusat-pusat kesehatan,
obesitas seperti phentermine, phendimen- pasien yang akan menjalani reseksi feokro-
trazine, methamphetamine, dan phenyl- mositoma diinapkan sehari sebelum pembe-
ethylamin merupakan amin simpatomimetik dahan. Pemberian cairan kristaloid dimulai
dengan aksi langsung pada adrenoseptor. pada malam sebelum pembedahan untuk
Penggunaan dekongestan hidung dengan menghasilkan ekspansi volum intravaskuler
formula yang mengandung efedrin, pseudo- dan reduksi frekuensi dan beratnya hipo-
eferin, atau fenilpropanolamin dapat menye- tensi pasca bedah.3
babkan provokasi terhadap feokromositoma Kinney dkk5 melakukan penelitian se-
untuk melepaskan katekolamin. Obat-obat cara retrospektif dari catatan-catatan medis
yang mengurangi reuptake norepinefrin 143 pasien feokromositoma yang menjalani
seperti antidepresan trisiklik (amitriptilin, reseksi pada tahun 1983-1996. Mereka me-
nortriptilin, edronax, duloxetine), pengham- nyimpulkan beberapa faktor preoperatif
bat monoamin oksidase (deprenyl) berkon- yang dapat memprediksi terjadinya peristi-
tribusi secara bermakna meningkatkan ka- wa-peristiwa yang tidak diinginkan selama
dar norepinefrin terutama yang berasal dari periode intraoperatif. Faktor-faktor predik-
terminal saraf simpatetik. Penghambat tor tersebut meliputi ukuran tumor > 6.9 cm,
reuptake norepinefrin dapat mengganggu peningkatan kadar vanillylmandelic acid
penyelidikan biokimiawi dan pencitraan (VMA) > 30 mg/24 jam, peningakatan ka-
melalui dua mekanisme: 1) menghambat dar metanefrin > 8,4 mg/24 jam, norepi-
pengambilan 123I- dan 131I-MIBG dan obat- nefrin > 685 g/24 jam dan epinefrin >220
obat pencitraan lainnya (18F-fluorodopa- g/24.
mine) yang menggunakan transporter nor- Algoritme yang direkomendasikan un-
epinefrin oleh sel tumor; dan 2) meng- tuk penanganan preoperatif pasien-pasien
hambat reuptake norepinefrin oleh trans- feokromositoma dapat terlihat pada Gambar
porter norepinefrin membran sel neuronal, 1.3
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 25

Option 1: Preferred by most medical Option 2: Mainly for low risk patients
centers

- adrenoceptor blocker calcium channel blocker


(preferrably phenoxybenzamine) (treatment period can be less than 10-14
Adjust every other day according to BP days)
reading adjust according to BP reading
|
if tachycardia found Demser
(if available and preferred by a center)
Outpatient
- adrenoceptor blocker Preferrably
(preferrably cardioselective) 7-14 days
not earlier than 2-3 days after blockade

Demser Monitor BP and HR


if available and preferred by a center)

calcium channel blocker


(if BP still not well controlled)

Monitor BP and HR Monitor BP and HR


Fluid replacement Fluid replacement
Intpatient
At midnight before operation (NIH): At midnight before operation (NIH): 1-2 days
phenoxybenzamine and Demser Demser

Fluid replacement only* Fluid replacement only Operation

Gambar 1. Algoritme penanganan preoperatif yang direkomendasikan pada pasien-pasien dengan


feokromositoma. BP, tekanan darah; HR, denyut jantung, *Bila penghambat 1-adrenoseptor yang
digunakan, maka dapat diberikan satu dosis pada pagi hari sebelum pembedahan. Sumber: Pacak,
2007.3

PENANGANAN INTRAOPERATIF mungkin diperlukan pada beberapa kasus.


Dewasa ini, eksisi transperitoneal laparo-
Penanganan intraoperatif merupakan
skopik feokromositoma telah dapat dila-
suatu kesinambungan dari penanganan pre-
operatif. Seperti halnya penanganan pre- kukan. Laparoskopi adrenelektomi dapat
operatif, penanganan intraoperatif juga dilakukan dengan aman untuk eksisi tumor
bertujuan utama untuk menghindari ter- berukuran < 7 cm. Pembedahan terbuka bia-
jadinya krisis hipertensi yang dapat meng- sanya lebih cepat, namun pasien akan mem-
akibatkan perdarahan dan infark organ- butuhkan masa inap yang lebih lama. Pada
organ vital, gagal jantung kongestif, dis- keadaan dimana tidak didapatkan komplika-
ritmia jantung, dan bahkan kematian. Pena- si akibat blokade adrenergik persisten,
nganan anestesi dan pemantauan untuk pasien dapat keluar dari rumah sakit 36-48
pembedahan feokromositoma dan paragang- jam setelah pembedahan laparoskopi. Lo-
lionoma tergantung pada beberapa cakupan kalisasi tumor yang lebih akurat disertai
pendekatan pembedahan. Adrenelektomi modalitas diagnosis yang ada dapat melu-
untuk feokromositoma secara tradisional angkan pendekatan pembedahan selektif
telah dilakukan dengan pembedahan retro- yang tampak pada laparoskopi. Hasil pene-
peritoneal lateral terbuka; meskipun demi- litian-penelitian memperlihatkan bahwa ni-
kian suatu pendekatan transabdominal lai-nilai hemodinamik intraoperatif selama
26 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30

pembedahan laparoskopi sebanding dengan sentral dapat dipasang segera setelah


pembedahan tradisional. Komunikasi yang induksi. Kateter arteri pulmoner bukan
erat antara ahli bedah dan anestesi sangat merupakan suatu keperluan yang absolut
penting untuk keberhasilan penanganan tetapi harus dipersiapkan untuk pasien-
intraoperatif pasien yang menjalani reseksi pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang
feokromositoma. Diskusi pada periode pre- berat dan gangguan kardiovaskular pre-
operatif untuk mengantisipasi masalah-ma- operatif. Pemantauan rutin harus mencakup
salah intraoperatif merupakan tindakan yang EKG, kapnografi, konsentrasi oksigen yang
penting dan menuntun ahli anestesi dalam diinspirasi (FiO2), oksimeter nadi, blokade
membuat persiapan yang adekuat untuk neuromuskular, temperatur dan produksi
penanganan anestetik.2,7 urin.1
Berbagai teknik anestesi telah berhasil Dua kateter intravena ukuran besar
digunakan untuk reseksi feokromositoma. harus dipasang. Satu diantaranya sebelum
Anestesi regional digunakan secara tersen- induksi dengan menggunakan anestesi lokal
diri atau dikombinasikan dengan anestesi untuk pemberian obat-obatan dan cairan.
umum. Roberts2 menyarankan suatu teknik Pasien kemudian dapat diposisikan secara
anestesi rasional yang praktis, terdiri dari hati-hati untuk insersi kateter epidural pada
kombinasi epidural torakal tengah sampai level T10-11 sampai T12-L1. Ada juga
bawah dan anestesi umum yang adekuat, yang melakukan insersi kateter epidural
serta antagonis adrenergik selektif untuk sebelum induksi anestesi. Epidural dapat
mengendalikan gejolak-gejolak hemodina- digunakan untuk analgesia intraoperatif dan
mik sebagai respons terhadap manipulasi pasca bedah. Opiat intravena seperti fentanil
tumor. Banyak obat telah disarankan untuk dapat digunakan intraoperatif dan pembe-
mengendalikan gejolak-gejolak hemodina- rian bolus epidural diikuti oleh infus konti-
mik intraoperatif, tetapi pilihan obat khusus- nyu dapat digunakan untuk analgesia pasca
nya di negara berkembang sangat tergan- bedah.1
tung pada ketersediaan obat disamping ke- Setelah memulai pemantauan dan
butuhan pasien.1,2 preoksigenasi, anestesi dimulai dengan
Penanganan perioperatif feokromosito- induksi propofol 1-2 mg/kg dan fentanil 2-5
ma masih merupakan suatu tantangan dalam mcg/kg. Thiopentone telah digunakan seca-
bidang anestesi bahkan di pusat-pusat pela- ra luas tanpa adanya efek yang merugikan,
yanan yang terbaik sekalipun, dan meng- tetapi dapat menyebabkan pelepasan
haruskan keterlibatan ahli bedah dan anes- histamin yang harus dihindari pada pasien-
tesi yang berpengalaman. Pasien harus di- pasien ini. Etomidat memberikan stabilitas
transfer secara berhati-hati ke dalam ruang kardiovaskuler tetapi menyebabkan nyeri
operasi untuk menghindari setiap ketegang- pada saat injeksi dan pergerakan involunter
an yang dapat memicu pelepasan katekola- yang tidak diinginkan. Ketamin tidak digu-
min. Setelah dihubungkan dengan monitor nakan karena menyebabkan peningkatan
EKG dan oksimeter nadi serta menilai katekolamin secara tidak langsung. Mida-
tekanan darah secara non invasif, kateter zolam dapat digunakan untuk memfasilitasi
vena sentral dan arteri untuk pemantauan ko-induksi. Opiat-opiat lainnya seperti
hemodinamik harus dipasang dengan meng- alfentanil ataupun sufentanil juga dapat
gunakan anestesi lokal. Hal ini dapat dica- digunakan untuk menggantikan fentanil.
pai dengan menggunakan suatu teknik seca- Infus remifentanil juga telah digunakan dan
ra berhati-hati dan senantiasa berupaya me- memperlihatkan hasil-hasil yang baik serta
nenangkan pasien sehingga dapat diperoleh dapat dipertimbangkan bila tersedia dan me-
identifikasi segera dari fluktuasi hemodina- mungkinkan dari segi biaya. Morfin dapat
mik selama induksi dan rumatan anestesi menyebabkan pelepasan histamin sehingga
serta manipulasi pembedahan tumor; dan dihindari penggunaannya, walaupun terda-
juga menuntun intervensi farmakologik. pat laporan tentang keamanan penggunaan-
Bila pasien terlihat cemas maka kateter vena nya pada pasien feokromositoma. Demikian
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 27

pula dengan penggunaan kokain yang me- simpatetik. Nitrous oksida juga tidak di-
nyebabkan rangsangan simpatis harus di- kontraindikasikan dan dapat ditambahkan
hindari.1-3 bila diinginkan. Obat pelumpuh otot yang
Setelah induksi dapat diberikan obat- diberikan secara bolus maupun infus digu-
obat pelumpuh otot. Suxamethonium telah nakan untuk mempertahankan kondisi pem-
berhasil digunakan untuk rapid sequence bedahan yang baik.1,7
induction pada seorang wanita hamil de- Bila infus epidural digunakan intraope-
ngan feokromositoma yang menjalani sek- ratif, dosis lanjutan fentanil ataupun opiat
sio sesarea menggunakan anestesi umum, lainnya tidak lagi dibutuhkan. Untuk men-
tetapi sebaiknya dihindari karena fasikulasi capai analgesia intraoperatif dan pasca
otot yang ditimbulkannya dapat menekan bedah yang adekuat dengan epidural, infus
tumor secara mekanik. Atrakurium dan bupivakain 0,1-0,125% dengan fentanil 2
mivakurium diketahui dapat menyebabkan mcg/ml dengan kecepatan 6-12 ml per jam
pelepasan histamin. Prys-Roberts3 telah diberikan setelah satu bolus awal 8-10 ml
menggunakan atrakurim secara reguler bupivakain 0,25%.1
untuk pasien dengan feokromositoma sejak Untuk pemulihan efek pelumpuh otot
tahun 1984 tanpa adanya efek-efek yang digunakan kombinasi neostigmin dan
tidak diingini. Vekuronium, rokuronium dan glycopyrolate, karena takikardi yang dikait-
cisatrakurium telah diperlihatkan menye- kan dengan atropin bisa mengakibatkan
babkan stabilitas kardiovaskuler dan pele- suatu lonjakan hipertensif. Keputusan untuk
pasan histamin yang sangat kurang serta melakukan pemulihan blokade neuromusku-
nampaknya merupakan obat-obat yang ler pada akhir pembedahan atau merencana-
sesuai untuk tujuan ini. Pankuronium dapat kan ventilasi pasien di Intensive Care Unit
menyebabkan peningkatan kadar katekola- (ICU) sampai dicapai stabilitas tergantung
min secara tidak langsung sehingga harus pada keadaan pasien preoperatif dan
dihindari penggunaannya. Demikian pula perjalanannya intraoperatif. Bahkan bila
dengan kurare yang dapat mencetuskan dilakukan ekstubasi pada akhir pembedah-
pelepasan histamin. Namun terdapat lapor- an, pasien tetap di rawat di ICU atau high
an-laporan klinik tentang penggunaan kedua dependency unit setidaknya selama 24 jam
jenis obat tersebut secara aman pada pasien pertama dan dimonitor secara ketat untuk
feokromositoma. Pemberian satu bolus lido- kemungkinan ketidakstabilan hemodinamik-
kain intravena (1-2 mg/kg) sebelum intubasi nya.1,7
dapat melemahkan respons yang diinduksi Manipulasi tumor dapat menyebabkan
katekolamin, termasuk disritmia jantung.2-4 suatu respons hemodinamik yang bermakna;
Rumatan anestesi dengan mengguna- tekanan darah sistolik maupun diastolik da-
kan isofluran 1-2% dalam suatu campuran pat meningkat dengan cepat. Sodium nitro-
udara-oksigen dengan FiO2 sekitar 0,5. Iso- prusid (SNP), fentolamin, prasozin, nitro-
fluran lebih dipilih karena tidak seperti gliserin dan berbagai obat lainnya seperti
halnya halotan, obat ini tidak menyebabkan magnesium sulfat, nikardipine, diltiazem,
sensitisasi miokardium terhadap katekola- esmolol telah digunakan untuk mengendali-
min. Sevofluran juga telah digunakan de- kan peningkatan tekanan darah intraoperatif
ngan berhasil, tergantung pada ketersediaan (Tabel 1). Beberapa ahli lebih menyukai
dan masalah ekonomi. Ambilan dan elimi- sodium nitroprusid karena merupakan suatu
nasinya yang cepat memungkinkan pengen- arterio-venodilator yang poten dengan aksi
dalian kedalaman anestesi dan hemodina- yang cepat dan singkat, serta digunakan
mik yang lebih mudah. Sekarang ini kea- dengan cara infus intravena yang dititrasi
manan desflurane juga telah dikemukakan. (sekitar 0,5 mcg/kg/menit). Cyanide dosis
Obat inhalasi ini efektif dalam mengen- kecil tidak bermasalah toksisitas. Nitro-
dalikan lonjakan hipertensi pada pasien- gliserin intravena juga dapat digunakan
pasien yang telah dipersiapkan dengan baik, untuk tujuan ini. Obat ini mempunyai onset
meskipun diketahui menyebabkan stimulasi dan durasi yang cepat (serupa dengan SNP)
28 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30

Tabel 1. Obat-obat preoperatif dan intraoperatif yang digunakan pada reseksi feokromositoma untuk
mengendalikan respons terhadap katekolamin.4
Obat Dosis Indikasi
Fentolamin 2,5-5 mg IV kecepatan 1 mg/mnt, ulangi tiap 5 Penanganan krisis hipertensi
menit sampai tekanan darah terkontrol. akut
Infus konstan, 100 mg/500 ml D5W sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan.
Nitroprusid 0,5-10 mcg/kg/mnt IV, sampai tercapai tekanan Penanganan episode hipertensi
darah yang diinginkan akut
Nitrogliserin 0,5-10 mcg/kg/mnt IV, sampai tercapai tekanan Penanganan episode hipertensi
darah yang di inginkan akut
Doksazosin 2-16 mg/hari oral Persiapan preoperatif
Penyekat - Atenolol, metoprolol, propanolol, esmolol, Hanya digunakan preoperatif
setelah - adrenergik terhambat
labetalol, dosis dititrasi sampai tercapai efek yang
diinginkan sempurna.
Digunakan intraoperatif untuk
penanganan episode hipertensi
akut atau takikardi
Fenoksibenzamin 20-30 mg/hari dosis awal, dapat ditingkatkan 60- Persiapan preoperasi dapat dica-
250 mg/hari (1 mg/kg/hari dibagi dalam tiga dosis) pai dalam 10-14 hari.
sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan Digunakan untuk mencegah
krisis hipertensi
Nikardipin 20-60 mg/hari dalam tiga dosis terbagi, oral. Persiapan preoperatif dan kon-
0,5-10 mcg/kg/mnt IV sampai tercapai tekanan trol hemodinamik intraoperatif
darah yang diinginkan atau 1-2 mg IV bolus.
MgSO4 2-4 g IV bolus Kontrol krisis hipertensi pre-
1-2 g/jam infus IV operatif, kontrol hemodinamik
intraoperatif
Fenoldopam 0,02-0,1 mcg/kg/mnt infus IV Kontrol hemodinamik intra-
operatif
Urapidil 10-15 mg/jam infus IV Persiapan preoperatif dan kon-
trol hemodinamik intraoperatif
-metil- Mulai 250 mg oral empat kali sehari ditingkatkan Pengurangan cadangan kate-
paratirosin sampai makasimum 4 gr/hr. kolamin preoperatif dengan
menghambat sintetis kate-
kolamin pada tingkat enzim.
Efek maksimum dalam 2-3 hari,
dimulai 7-14 hari preoperatif

dan terutama mempengaruhi pembuluh da- takikardi dan takiaritmia. Esmolol memiliki
rah vena. Obat penghambat adrenergik alfa efek-efek hemodinamik yang secara khusus
kompetitif juga telah digunakan intra- sesuai untuk penanganan feokromositoma
operatif sebagai infus atau dengan incre- intraoperatif. Efeknya yang cepat dan durasi
mental dose 1-2 mg untuk mengendalikan yang singkat membuat obat ini mudah untuk
krisis hipertensi akut karena memiliki aksi dititrasi, baik untuk mengendalikan denyut
cepat dan waktu paruh singkat. Obat ini di- jantung maupun tekanan darah. Beberapa
kaitkan dengan takikardi namun pada ahli juga telah menggunakan metoprolol 1-2
pasien-pasien yang juga menerima anta- mg intra vena dalam bolus intraoperatif
gonis adrenergik beta efek tersebut tidak dengan hasil yang baik.1-3
tampak.2-4 Magnesium sulfat menghambat pele-
Penggunaan antagonis adrenergik beta pasan katekolamin dari sel-sel kromafin pa-
intraoperatif dapat menolong pengendalian da medula adrenal maupun ujung saraf
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 29

adrenergik serta mengubah respons reseptor hipoglikemi.


adrenergik. James12 mengemukakan suatu Sekitar 50% pasien tetap mengalami
seri 17 pasien yang pengendalian hemo- hipertensi selama beberapa hari. Hal ini
dinamik intraoperatifnya dicapai dengan umumnya berkaitan dengan peningkatan
dosis awal 40-60 mg/kg diikuti infus 1-2 g kadar katekolamin yang tersimpan di ujung
per jam (Tabel 1). Magnesium sulfat secara saraf adrenergik, yang menetap selama satu
khusus berguna dalam mengendalikan he- minggu setelah reseksi feokromositoma.
modinamik pada pasien-pasien feokromo- Oleh karena itu untuk memulai kembali
sitoma yang gagal dengan pengobatan kon- ataupun melanjutkan medikasi antihiper-
vensional. James dkk12 mengombinasikan tensi mungkin masih dibutuhkan selama
magnesium sulfat dengan obat konvensional beberapa hari. Adanya tumor residual harus
dalam mengendalikan krisis feokromosito- dipertimbangkan pada kasus-kasus dengan
ma. Infus intraoperatif magnesium sulfat hipertensi persisten lebih dari seminggu,
telah digunakan dengan sukses dalam pe- dan kadar katekolamin harus diperiksa
nanganan feokromositoma pada kehamilan. secara berulang.
Dosis-dosis tambahan magnesium sulfat di- Hipotensi persisten mungkin dapat
butuhkan untuk semua pasien pada saat di- terjadi akibat efek residual dari blokade
lakukan manipulasi tumor. Penghambat sa- adrenergik yang diberikan preoperatif
luran kalsium misalnya nifedipin dan nikar- dan/atau fatigue persisten (vasoplegi) dari
dipin juga telah digunakan untuk pengen- mekanisme vasokonstriktor. Ketika ka-
dalian hemodinamik intraoperatif.1,11,12 tekolamin yang berlebihan menghilang sete-
Sampai saat ini masih sulit untuk lah pengangkatan tumor, respons vaskuler
memberikan tanggapan terhadap medikasi untuk mempertahankan tekanan menjadi
terbaik yang dapat digunakan untuk pengen- lemah. Namun dalam hal ini perlu juga
dalian hemodinamik selama reseksi feokro- dicurigai adanya perdarahan intra-abdomen.
mositoma. Hal ini disebabkan karena keti- Pada keadaan hipotensi, perlu diberikan
dakmungkinnya untuk melakukan percoba- cairan untuk menormalkan status volum,
an-percobaan dengan rancangan teracak dan transfusi darah bila terjadi perdarahan
akibat kurangnya kasus ini. Telah disaran- intra-abdomen. Setelah tercapainya normo-
kan untuk para ahli anestesi agar berpegang volemia namun pasien masih dalam
pada kelaziman mereka akan obat-obat keadaan hipotensi, dapat diberikan
maupun metode tertentu. Pada negara ber- vasopresor bila perlu.2,7,10
kembang, ketersediaan dan kemampuan Setelah pengangkatan tumor, supresi
juga menjadi pertimbangan utama.2,4 sel beta pankreas tidak terjadi lagi. Kadar
Setelah vena adrenal diligasi, bisa insulin bisa meningkat dan menyebabkan
terdapat suatu penurunan kadar katekolamin hipoglikemia. Lipolisis dan glikogenolisis
dalam sirkulasi secara mendadak yang dapat juga menghilang akibat pengangkatan tumor
menyebabkan terjadinya hipotensi. Pada dan blokade alfa. Perlu diingat bahwa ense-
saat ini obat-obat vasodilator dan pengham- falopati dan blokade adrenergik residual
bat adrenergik harus dihentikan dan diberi- dapat mengaburkan tanda-tanda dan gejala-
kan satu bolus cairan. Dilakukan pengawas- gejala hipoglikemia. Karena itu kadar glu-
an intensif terhadap kehilangan darah, dan kosa darah harus dipantau pada periode
pemberian darah bila diperlukan. Infus perioperatif. Selain itu cairan intravena yang
vasopresor seperti norepinefrin atau fenil- mengandung glukosa harus diberikan sete-
efrin mungkin dibutuhkan sewaktu-waktu.2,7 lah pengangkatan tumor.2,7
Penanganan perioperatif yang optimal
serta kerjasama yang baik antara ahli bedah,
PENANGANAN PASCA BEDAH
anestesia dan penyakit dalam/endokrinologi
Terdapat tiga komplikasi penting yang berperan penting dalam menurunkan mor-
paling sering dijumpai pada periode pasca biditas dan mortalitas pasien dengan feokro-
bedah dini, yaitu hipertensi, hipotensi dan mositoma.
30 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30

SIMPULAN 4. Peterfreund RA, Lee SL. Endocrine


surgery and intraoperative management
Sampai saat ini reseksi masih meru- of endocrine conditions. In: Longnecker
pakan terapi definitif pada feokromositoma. DE, Brown DL, Newman MF, Zapol
Walaupun mortalitas perioperatif telah ber- WM, editors. Anesthesiology. New
kurang secara nyata dewasa ini, penanganan York:McGraw Hill, 2008; p.1433-6.
anestesi pada pasien-pasien yang menjalani 5. Kinney MAO. Perianesthetic risks and
reseksi masih tetap merupakan suatu outcomes of pheochromocytoma and
tantangan, bahkan bagi ahli anestesi yang paraganglioma resection. Anesth Analg.
telah berpengalaman. Pengendalian hiper- 2000;91:1118-23.
tensi preoperatif dengan penghambat adre- 6. Myklejord DJ. Undiagnosed pheochromo-
cytoma: the anesthesiologist nightmare.
nergik alfa, diikuti oleh penghambat adre-
Clin Med Res. 2004;2(1):59-62.
nergik beta bila diperlukan, serta ekspansi 7. Kerr GE, Fontes ML. Pheocromocytomas.
volum yang adekuat merupakan hal-hal In: Yao FSF, editor. Anesthesiology:
penting yang sangat berperan untuk me- Problem-oriented Patient Management.
ngurangi morbiditas dan mortalitas yang Philadelphia: Lippincott Williams &
terkait pembedahan ini. Berbagai teknik dan Wilkins, 2008;707-81.
medikasi anestesi serta kombinasi obat-obat 8. John AD, Sieber FE. Evaluation of the
vasodilatasi dan antihipertensi telah diguna- patient with endocrine disease or
kan intraoperatif selama reseksi feokromo- diabetes mellitus. In: Longnecker DE,
sitoma dengan memberikan hasil yang baik. Brown DL, Newman MF, Zapol WM,
Penanganan pasca bedah yang intensif turut editors. Anesthesiology. New York:
McGraw Hill, 2008;181-4.
berperan penting dalam keberhasilan tindak-
9. Plouin PF. Factors associated with
an operasi. Dan sehubungan dengan rumit- perioperative morbidity and mortality in
nya patofisiologi penyakit ini, penanganan patiens with pheochromocytoma: analy-
anestesi harus disesuaikan dengan situasi sis of 165 operations at a single center. J
masing-masing pasien, ditunjang oleh kerja- Clin Endocrinol Metab. 2001;86:1480-6.
sama tim yang telah berpengalaman (ahli 10. Augoustides JG. Perioperative physiologic
anestesi, bedah dan penyakit dalam/endo- pertubations of pheochromocytoma:
krinologi). opportunities for integrated pharmaco-
logic management of systemic vascular
resistance [homepage on the internet].
DAFTAR PUSTAKA Nodate [cited 2008 Oct 05]. Available
1. Ahmed A. Perioperative management of from: http//www.usuhs.mil/ane/resident/
pheochromocytoma: anaesthetic impli- pbls/pheo.pdf
cation. J Pak Med Assoc. 2007;57:140-5. 11. Dugas G. Pheochromocytoma and preg-
2. PC Roberts. Pheochromocytoma-recent nancy: a case report and review of
progress in its management. BJA. 2000; anesthetic management. Can J Anesth.
85(1):44-57. 2004;51:134-8.
3. Pacak K. Preoperative management of the 12. James MF, Cronje L. Pheochromocytoma
pheochromocytoma patient. J Clin En- crisis: the use of magnesium sulfate.
docrinol Metab. 2007;92(11): 4069-79. Anest Analg. 2004;99:680-6.

Anda mungkin juga menyukai