855 1696 2 PB PDF
855 1696 2 PB PDF
Mordekhai L. Laihad
20
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 21
penanganan dan perawatan intraoperatif dan Untuk suatu penilaian yang terperinci
pasca bedah yang cermat. Pasien dapat tentang status kardiovaskuler, dianjurkan
memperlihatkan beragam gejala yang men- untuk dilakukan pemeriksaan elektrokardio-
cerminkan sekresi katekolamin (norepi- grafi (EKG), X-foto dada dan ekokar-
nefrin, epinefrin, ataupun dopamin) berle- diografi M-mode. Pemeriksaan EKG dapat
bihan ke dalam sirkulasi. Pelepasan kate- mendeteksi adanya hipertrofi, aritmia, kar-
kolamin menyebabkan hipertensi yang nya- diomiopati, iskemia maupun infark jantung.
ta, seringkali berat dan refrakter terhadap Pada X-foto dada dapat diamati adanya
pengobatan konvensional.1-4 kardiomegali maupun edema paru. Ekokar-
Meskipun terdapat perkembangan pesat diografi M-mode harus digunakan untuk
dalam teknologi, pemantauan dan farmako- menilai disfungsi ventrikel kiri, mengeva-
logi yang terkini, namun penanganan peri- luasi perbaikan setelah blokade adrenergik
operatif feokromositoma masih merupakan alfa, dan menentukan waktu yang optimal
suatu keadaan yang sangat menegangkan untuk pembedahan. Pemeriksaan darah
untuk seorang ahli anestesi, apalagi pada lengkap dan hematokrit diikuti oleh peman-
keadaan-keadaan dimana tumor tidak ter- tauan serial menyajikan suatu penilaian
diagnosis. Pasien yang terdiagnosis ketika yang adekuat tentang ekspansi volum ketika
induksi anestesi dapat mencetuskan suatu blokade adrenergik alfa telah dimulai.
krisis hipertensi dengan mortalitas men- Penilaian fungsi ginjal haruslah dilakukan
dekati 80%. Penanganan medis preoperatif melalui pemeriksaan biokimiawi seperti
yang tepat secara dramatis menurunkan ureum, kreatinin dan elektrolit. Terapi in-
morbiditas dan mortalitas selama penanga- sulin mungkin dibutuhkan bila terdapat hi-
nan pembedahan dari tumor ini. 5-7 perglikemia. Selain itu bila terdapat hiper-
kalsemia, adanya MEN tipe II harus dicu-
rigai.2,3
PERSIAPAN PREOPERATIF Krisis adrenergik menyebabkan terjadi-
Persiapan preoperatif haruslah dilaku- nya suatu situasi yang tak terkendali pada
kan dalam suatu upaya bersama yang meli- saat induksi anestesi, intubasi dan selama
batkan ahli anestesi, ahli bedah, dan ahli penanganan tumornya. Penanganan medis
penyakit dalam atau endokrinologi. Tujuan preoperatif yang tepat secara dramatis me-
utama persiapan preoperatif adalah untuk nurunkan morbiditas dan mortalitas selama
menekan morbiditas dan mortalitas akibat penanganan operatif feokromositoma. Oleh
sekresi katekolamin berlebihan yang dapat karena itu penting untuk melakukan opti-
menyebabkan terjadinya krisis hipertensi. malisasi pasien preoperatif. Dalam 50 tahun
Keadaan ini dapat mengakibatkan perdarah- terakhir sehubungan dengan reseksi ini
an dan infark organ-organ vital, gagal jan- terdapat penurunan mortalitas dari 40-60%
tung kongestif, disritmia jantung dan kema- menjadi 0.6%. Plouin dkk9 (2001) melapor-
tian. Beberapa hal yang harus menjadi per- kan bahwa dengan penanganan perioperatif
hatian dalam persiapan preoperatif adalah:4,8 yang adekuat diperoleh mortalitas sebesar
2,4% dan morbiditas 23,6%. Kerjasama
1. Pengendalian tekanan darah yang yang erat antara ahli kardiologi, endokrino-
meningkat. logi, bedah dan anestesi sangat dibutuhkan
2. Mencukupi volum intravaskuler. untuk memperoleh suatu hasil akhir yang
3. Penilaian pengaruh penyakit terhadap baik dan memuaskan.1,9
end-organ (antara lain kardiomiopati). Persiapan preoperatif secara konven-
4. Pengenalan dampak-dampak potensial sional dilakukan dengan blokade adrenergik
dari kondisi yang terkait dengan alfa dalam suatu periode 10-14 hari, selan-
feokromositoma (antara lain neoplasia jutnya penambahan blokade adrenergik beta
endokrin multipel tipe II dan sindroma dibutuhkan untuk mengatasi setiap kejadian
von Hippel-Lindau). takiaritmia. Umumnya para pasien dapat di-
5. Normalisasi kadar glukosa dan elektrolit persiapkan dengan aman untuk pembedahan
22 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30
melalui penanganan rawat jalan. Blokade secara berhati-hati dengan dosis kecil dan
alfa biasanya dicapai dengan fenoksi- meningkatkannya secara bertahap sampai
benzamin oral 20 mg tiga kali sehari, yang terjadi hipotensi ortostatik yang meng-
merupakan suatu agen penghambat adre- indikasikan suatu blokade alfa yang ade-
nergik alfa yang non kompetitif dan non kuat. Meskipun telah dilakukan blokade alfa
selektif. Pemberian fenoksibenzamin seba- preoperatif, namun peningkatan tekanan
gai pencegahan tunggal dapat menurunkan darah masih dapat terjadi pada periode
mortalitas dari 43% menjadi 3%. Golstein intraoperatif, khususnya selama manipulasi
dkk melaporkan bahwa 69% pasien tanpa tumor. Selama blokade reseptor alfa, taki-
blokade alfa adrenergik mengalami kom- kardi dan aritmia dapat terjadi akibat akti-
plikasi perioperatif, dibanding yang meng- vitas reseptor beta yang terimbangi. Selain
gunakan blokade alfa adrenergik hanya takikardi, efek samping lainnya adalah pu-
3%.Obat ini juga memberikan efek ekspansi sing, sinkop, kongesti hidung serta hipotensi
volum secara spontan, tetapi hal ini terjadi orthostatik. Takikardi dan aritmia dapat di-
secara bertahap dan memerlukan waktu dua kendalikan secara hati-hati dengan meng-
sampai tiga minggu. Waktu paruh fenoksi- gunakan penghambat adrenergik beta.
benzamin lebih dari 24 jam. Pemantauan Blokade beta tidak seharusnya dilakukan
tekanan darah non invasif harus dilakukan sampai blokade adrenergik alfa telah nyata
pada posisi baring dan berdiri selama terjadi (biasanya dua hari setelah peng-
pemberian terapi.3,6 hambat alfa diberikan), karena stimulai alfa
Antagonis adrenergik alfa 1 yang kom- yang tidak terimbangi dapat menyebabkan
petitif selektif menjadi pilihan oleh bebera- hipertensi berat. Perhatian juga diperlukan
pa ahli anestesi karena tidak menyebabkan pada pasien-pasien dengan kardiomiopati
refleks takikardi, memiliki waktu kerja yang yang mungkin mengalami edema paru
lebih singkat, dapat disesuaikan secara cepat akibat penghentian stimulasi beta. Jadi,
sebelum pembedahan dan durasi terjadinya blokade adrenergik beta harus dihindari
hipotensi pasca bedah berkurang. Roberts pada pasien-pasien dengan kardiomiopati
dkk2 menggunakan doxazosin pada masa yang diinduksi oleh katekolamin karena
preoperatif untuk 20 pasien dengan feokro- dapat menyebabkan terjadinya hipotensi,
mositoma atau paraganglioma dengan dosis bradikardi dan asystolic arrest. Antagonis
2-8 mg sehari. Mereka mendapatkan bahwa adrenoseptor beta-1 selektif seperti atenolol
tekanan darah preoperatif terkendali dengan (100 mg per hari) atau bisoprolol (10-20 mg
baik seperti halnya dengan fenoksibenza- per hari) seharusnya digunakan untuk
min. Antagonis adrenergik alfa 1 kompetitif meminimalkan efek-efek samping yang
selektif lainnya seperti prazosin juga dapat tidak diinginkan pada bronkus maupun
digunakan. Obat ini memiliki suatu waktu vaskulatur perifer. Antagonis beta-1 non-
paruh eliminasi yang singkat (dua sampai selektif seperti propanolol (40-240 mg per
tiga jam) dan membutuhkan pemberian hari) atau metoprolol (50-200 mg per hari)
dosis yang lebih sering dimulai dengan 1 juga dapat digunakan tetapi harus secara
mg tiga sampai empat kali sehari dan secara hati-hati terutama pada pasien-pasien de-
bertahap ditingkatkan sampai 12 mg sehari. ngan riwayat penyakit jalan napas obstruktif
Konsentrasi dalam darah dapat berkurang ataupun penyakit vaskuler perifer.2,3
menjadi kadar yang tidak efektif pada waktu Penghambat-penghambat saluran kalsi-
pembedahan bila dosis terakhir diberikan um juga telah digunakan pada periode
saat malam sebelum pembedahan. Terazo- preoperatif maupun intraoperatif untuk me-
sin merupakan suatu alternatif serupa dari ngendalikan hemodinamik meskipun kurang
antagonis adrenergik alfa 1 selektif. Pilihan efektif dibandingkan dengan penghambat
obat tergantung tidak hanya pada keinginan alfa adrenergik. Sebagai contoh nifedipin
dokter tetapi juga berdasarkan ketersediaan 30-90 mg per hari dan nikardipin 5 mg per
dan keefektifan biaya. Apapun obat yang jam, ditingkatkan 2,5 mg per jam setiap 5
digunakan, penting untuk memulainya menit sampai suatu dosis maksimum 15 mg
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 23
tekanan darah bisa lebih rendah ataupun sehingga menyebabkan peningkatan positif
lebih tinggi, tergantung pada pengalaman palsu norepinefrin dan metabolitnya
institusional. Meskipun demikian rekomen- (metanefrin). Linezolid, suatu antibiotik
dasi menyangkut tekanan darah dan denyut oxazolidinone baru, memiliki efek peng-
jantung harus didukung oleh penelitian- hambatan terhadap monoamin oksidase.
penelitian nonsistematik observasional dan Antagonis reseptor dopamin seperti meto-
pengalaman perorangan, serta dibandingkan klopramide, klorpromazin, dan proklor-
dengan penelitian-penelitian klinik pros- perazine yang digunakan sebagai obat
pektif yang layak.3 antipsikotik dan antiemetik, juga dapat
Pemakaian obat-obatan yang mem- memrovokasi pelepasan katekolamin dari
provokasi pelepasan katekolamin yang di- feokromositoma. 3,7
produksi oleh tumor atau mengganggu Untuk pasien pediatri tidak terdapat
turnover katekolamin akan berakibat buruk, pertimbangan-pertimbangan khusus dalam
bahkan mematikan. Pelepasan norepinefrin persiapan preoperatif kecuali ketika dibe-
dan epinefrin dapat diprovokasi oleh gluka- rikan AMPT/metyrosine. Kepada orang tua
gon, steroid, histamin, angiotensin II dan harus diberikan instruksi yang jelas untuk
vasopresin. Pengeluaran katekolamin dari segera melaporkan ke dokter bila anak
vesikel-vesikel penyimpanan oleh amin- mereka mengalami gejala depresi dan
amin simpatomimetik (tyramine pada keju, ansietas setelah mengonsumsi obat tersebut.
pisang, anggur, saus kecap, advokat, dan Pada kehamilan penggunaan penghambat
setiap bahan yang difermentasikan, diasap- alfa dan beta adrenergik tidak bermasalah,
kan maupun ikan dan daging yang lama) kecuali propanolol yang dilaporkan ber-
diikuti oleh pelepasannya ke dalam sirkulasi hubungan dengan retardasi pertumbuhan
merupakan contoh lain yang dapat mempro- intrauterin, bradikardi fetal dan hipoglikemi,
vokasi feokromositoma secara farmakologi. serta kelahiran prematur.3
Obat-obat yang digunakan pada pengobatan Di kebanyakan pusat-pusat kesehatan,
obesitas seperti phentermine, phendimen- pasien yang akan menjalani reseksi feokro-
trazine, methamphetamine, dan phenyl- mositoma diinapkan sehari sebelum pembe-
ethylamin merupakan amin simpatomimetik dahan. Pemberian cairan kristaloid dimulai
dengan aksi langsung pada adrenoseptor. pada malam sebelum pembedahan untuk
Penggunaan dekongestan hidung dengan menghasilkan ekspansi volum intravaskuler
formula yang mengandung efedrin, pseudo- dan reduksi frekuensi dan beratnya hipo-
eferin, atau fenilpropanolamin dapat menye- tensi pasca bedah.3
babkan provokasi terhadap feokromositoma Kinney dkk5 melakukan penelitian se-
untuk melepaskan katekolamin. Obat-obat cara retrospektif dari catatan-catatan medis
yang mengurangi reuptake norepinefrin 143 pasien feokromositoma yang menjalani
seperti antidepresan trisiklik (amitriptilin, reseksi pada tahun 1983-1996. Mereka me-
nortriptilin, edronax, duloxetine), pengham- nyimpulkan beberapa faktor preoperatif
bat monoamin oksidase (deprenyl) berkon- yang dapat memprediksi terjadinya peristi-
tribusi secara bermakna meningkatkan ka- wa-peristiwa yang tidak diinginkan selama
dar norepinefrin terutama yang berasal dari periode intraoperatif. Faktor-faktor predik-
terminal saraf simpatetik. Penghambat tor tersebut meliputi ukuran tumor > 6.9 cm,
reuptake norepinefrin dapat mengganggu peningkatan kadar vanillylmandelic acid
penyelidikan biokimiawi dan pencitraan (VMA) > 30 mg/24 jam, peningakatan ka-
melalui dua mekanisme: 1) menghambat dar metanefrin > 8,4 mg/24 jam, norepi-
pengambilan 123I- dan 131I-MIBG dan obat- nefrin > 685 g/24 jam dan epinefrin >220
obat pencitraan lainnya (18F-fluorodopa- g/24.
mine) yang menggunakan transporter nor- Algoritme yang direkomendasikan un-
epinefrin oleh sel tumor; dan 2) meng- tuk penanganan preoperatif pasien-pasien
hambat reuptake norepinefrin oleh trans- feokromositoma dapat terlihat pada Gambar
porter norepinefrin membran sel neuronal, 1.3
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 25
Option 1: Preferred by most medical Option 2: Mainly for low risk patients
centers
pula dengan penggunaan kokain yang me- simpatetik. Nitrous oksida juga tidak di-
nyebabkan rangsangan simpatis harus di- kontraindikasikan dan dapat ditambahkan
hindari.1-3 bila diinginkan. Obat pelumpuh otot yang
Setelah induksi dapat diberikan obat- diberikan secara bolus maupun infus digu-
obat pelumpuh otot. Suxamethonium telah nakan untuk mempertahankan kondisi pem-
berhasil digunakan untuk rapid sequence bedahan yang baik.1,7
induction pada seorang wanita hamil de- Bila infus epidural digunakan intraope-
ngan feokromositoma yang menjalani sek- ratif, dosis lanjutan fentanil ataupun opiat
sio sesarea menggunakan anestesi umum, lainnya tidak lagi dibutuhkan. Untuk men-
tetapi sebaiknya dihindari karena fasikulasi capai analgesia intraoperatif dan pasca
otot yang ditimbulkannya dapat menekan bedah yang adekuat dengan epidural, infus
tumor secara mekanik. Atrakurium dan bupivakain 0,1-0,125% dengan fentanil 2
mivakurium diketahui dapat menyebabkan mcg/ml dengan kecepatan 6-12 ml per jam
pelepasan histamin. Prys-Roberts3 telah diberikan setelah satu bolus awal 8-10 ml
menggunakan atrakurim secara reguler bupivakain 0,25%.1
untuk pasien dengan feokromositoma sejak Untuk pemulihan efek pelumpuh otot
tahun 1984 tanpa adanya efek-efek yang digunakan kombinasi neostigmin dan
tidak diingini. Vekuronium, rokuronium dan glycopyrolate, karena takikardi yang dikait-
cisatrakurium telah diperlihatkan menye- kan dengan atropin bisa mengakibatkan
babkan stabilitas kardiovaskuler dan pele- suatu lonjakan hipertensif. Keputusan untuk
pasan histamin yang sangat kurang serta melakukan pemulihan blokade neuromusku-
nampaknya merupakan obat-obat yang ler pada akhir pembedahan atau merencana-
sesuai untuk tujuan ini. Pankuronium dapat kan ventilasi pasien di Intensive Care Unit
menyebabkan peningkatan kadar katekola- (ICU) sampai dicapai stabilitas tergantung
min secara tidak langsung sehingga harus pada keadaan pasien preoperatif dan
dihindari penggunaannya. Demikian pula perjalanannya intraoperatif. Bahkan bila
dengan kurare yang dapat mencetuskan dilakukan ekstubasi pada akhir pembedah-
pelepasan histamin. Namun terdapat lapor- an, pasien tetap di rawat di ICU atau high
an-laporan klinik tentang penggunaan kedua dependency unit setidaknya selama 24 jam
jenis obat tersebut secara aman pada pasien pertama dan dimonitor secara ketat untuk
feokromositoma. Pemberian satu bolus lido- kemungkinan ketidakstabilan hemodinamik-
kain intravena (1-2 mg/kg) sebelum intubasi nya.1,7
dapat melemahkan respons yang diinduksi Manipulasi tumor dapat menyebabkan
katekolamin, termasuk disritmia jantung.2-4 suatu respons hemodinamik yang bermakna;
Rumatan anestesi dengan mengguna- tekanan darah sistolik maupun diastolik da-
kan isofluran 1-2% dalam suatu campuran pat meningkat dengan cepat. Sodium nitro-
udara-oksigen dengan FiO2 sekitar 0,5. Iso- prusid (SNP), fentolamin, prasozin, nitro-
fluran lebih dipilih karena tidak seperti gliserin dan berbagai obat lainnya seperti
halnya halotan, obat ini tidak menyebabkan magnesium sulfat, nikardipine, diltiazem,
sensitisasi miokardium terhadap katekola- esmolol telah digunakan untuk mengendali-
min. Sevofluran juga telah digunakan de- kan peningkatan tekanan darah intraoperatif
ngan berhasil, tergantung pada ketersediaan (Tabel 1). Beberapa ahli lebih menyukai
dan masalah ekonomi. Ambilan dan elimi- sodium nitroprusid karena merupakan suatu
nasinya yang cepat memungkinkan pengen- arterio-venodilator yang poten dengan aksi
dalian kedalaman anestesi dan hemodina- yang cepat dan singkat, serta digunakan
mik yang lebih mudah. Sekarang ini kea- dengan cara infus intravena yang dititrasi
manan desflurane juga telah dikemukakan. (sekitar 0,5 mcg/kg/menit). Cyanide dosis
Obat inhalasi ini efektif dalam mengen- kecil tidak bermasalah toksisitas. Nitro-
dalikan lonjakan hipertensi pada pasien- gliserin intravena juga dapat digunakan
pasien yang telah dipersiapkan dengan baik, untuk tujuan ini. Obat ini mempunyai onset
meskipun diketahui menyebabkan stimulasi dan durasi yang cepat (serupa dengan SNP)
28 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 20-30
Tabel 1. Obat-obat preoperatif dan intraoperatif yang digunakan pada reseksi feokromositoma untuk
mengendalikan respons terhadap katekolamin.4
Obat Dosis Indikasi
Fentolamin 2,5-5 mg IV kecepatan 1 mg/mnt, ulangi tiap 5 Penanganan krisis hipertensi
menit sampai tekanan darah terkontrol. akut
Infus konstan, 100 mg/500 ml D5W sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan.
Nitroprusid 0,5-10 mcg/kg/mnt IV, sampai tercapai tekanan Penanganan episode hipertensi
darah yang diinginkan akut
Nitrogliserin 0,5-10 mcg/kg/mnt IV, sampai tercapai tekanan Penanganan episode hipertensi
darah yang di inginkan akut
Doksazosin 2-16 mg/hari oral Persiapan preoperatif
Penyekat - Atenolol, metoprolol, propanolol, esmolol, Hanya digunakan preoperatif
setelah - adrenergik terhambat
labetalol, dosis dititrasi sampai tercapai efek yang
diinginkan sempurna.
Digunakan intraoperatif untuk
penanganan episode hipertensi
akut atau takikardi
Fenoksibenzamin 20-30 mg/hari dosis awal, dapat ditingkatkan 60- Persiapan preoperasi dapat dica-
250 mg/hari (1 mg/kg/hari dibagi dalam tiga dosis) pai dalam 10-14 hari.
sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan Digunakan untuk mencegah
krisis hipertensi
Nikardipin 20-60 mg/hari dalam tiga dosis terbagi, oral. Persiapan preoperatif dan kon-
0,5-10 mcg/kg/mnt IV sampai tercapai tekanan trol hemodinamik intraoperatif
darah yang diinginkan atau 1-2 mg IV bolus.
MgSO4 2-4 g IV bolus Kontrol krisis hipertensi pre-
1-2 g/jam infus IV operatif, kontrol hemodinamik
intraoperatif
Fenoldopam 0,02-0,1 mcg/kg/mnt infus IV Kontrol hemodinamik intra-
operatif
Urapidil 10-15 mg/jam infus IV Persiapan preoperatif dan kon-
trol hemodinamik intraoperatif
-metil- Mulai 250 mg oral empat kali sehari ditingkatkan Pengurangan cadangan kate-
paratirosin sampai makasimum 4 gr/hr. kolamin preoperatif dengan
menghambat sintetis kate-
kolamin pada tingkat enzim.
Efek maksimum dalam 2-3 hari,
dimulai 7-14 hari preoperatif
dan terutama mempengaruhi pembuluh da- takikardi dan takiaritmia. Esmolol memiliki
rah vena. Obat penghambat adrenergik alfa efek-efek hemodinamik yang secara khusus
kompetitif juga telah digunakan intra- sesuai untuk penanganan feokromositoma
operatif sebagai infus atau dengan incre- intraoperatif. Efeknya yang cepat dan durasi
mental dose 1-2 mg untuk mengendalikan yang singkat membuat obat ini mudah untuk
krisis hipertensi akut karena memiliki aksi dititrasi, baik untuk mengendalikan denyut
cepat dan waktu paruh singkat. Obat ini di- jantung maupun tekanan darah. Beberapa
kaitkan dengan takikardi namun pada ahli juga telah menggunakan metoprolol 1-2
pasien-pasien yang juga menerima anta- mg intra vena dalam bolus intraoperatif
gonis adrenergik beta efek tersebut tidak dengan hasil yang baik.1-3
tampak.2-4 Magnesium sulfat menghambat pele-
Penggunaan antagonis adrenergik beta pasan katekolamin dari sel-sel kromafin pa-
intraoperatif dapat menolong pengendalian da medula adrenal maupun ujung saraf
Laihad, Penanganan Perioperatif Anestesi pada Reseksi Feokromositoma 29