KARSINOMA OROFARING
pengetahuan dari anatomi, staging, etiologi, histopatologi dan sifat klinis kanker,
berbagai pilihan terapi serta pengelolaan yang tepat dari komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang.
HISTOPATOLOGI
Lesi pre kanker dapat muncul di orofaring namun penyebaran lebih sedikit. Lesi
merupakan plak putih. Eritroplasia berupa macula atau papula yang membatasi plak.
Liken planus biasanya, putih dan lembut pada mukosa bukal atau pada palatum molle.
Nikotin mukosistis dapat memberikan beberapa gambaran pada palatum mulai dari
leukoplakia, area hiperkeratotik, plak kecil atau besar atau lesi yang menimbul.
Gambaran lesi ini semua dapat terlihat pada pasien perokok atau peminum berat dimana
Lebih dari 90 % tumor ganas orofaring adalah skumos sel karsinoma. Berdasakan
histologis terbagi menjadi lima yaitu nonkeratinizing, keratinizing, verukosa, spindle sel,
secara submukosa dan memiliki pushing margin dan berasal dari mukosa traktus
respiratorius.
Keratinizing karsinoma sering berasal dari jaringan ektodermal. Secara umum lesi
2. Karsinoma verukosa
Pada orofaring jarang, lebih sering pada rongga mulut, merupakan varian dari
skuamosa sel karsinoma tipe diferensiasi baik. Secara histologis termasuk berdiferensiasi
baik, epitel yang terkeratinisasi panjang, dan terlihat lipatan papiloma. Pertumbuhannya
3. Spindel karsinoma
dengan variasi campuran sel skuamosa. Tumor ini menyebar ke nodus limfatikus
Umumnya muncul pada dasar lidah. Harus dibedakan dengan adenoid kistik
tumor yang terdapat pada kelenjar saliva minor. Pengelolaan sama seperti skuamosa sel
karsinoma.
5. Limfositik Karsinoma
Lesi limfositik terbanyak adalah limfoma. Muncul paling banyak pada tonsil
palatina.
Kelenjar saliva minor yang tersebar sepanjang palatum molle dan dasar lidah
ETIOLOGI
lebih sedikit dibanding dengan karsinoma sel skuamosa di rongga mulut. Tembakau
Tumor orofaring juga banyak terdapat pada orang yang peminum berat. Alkohol
berperan sebagai iritan terhadap mukosa yang secara tidak langsung menyebabkan
malnutrisi dan sclerosis. Keduanya dapat menstimulasi aktivitas karsinogenik dan secara
karsinogenik
Pada beberapa pasien berhubungan dengan papiloma virus dan kanker tonsil.
Staging saat ini berdasar pada Americant Joint Committee on Cancer (AJC)
system (1980). Pada sistem ini staging klinis dilakukan sebelum terapi, dan klasifikasi
T Tumor primer
T2 : Tumor 2-4 cm
T3 : Tumor>= 4 cm
T4 : Tumor lebih dari 4 cm dan invasi ke antrum, M. Pterigoid, pangkal lidah, kulit
dan leher
N KGB regional
M Metastase
M1 : metastase ada
Staging:
Stadium I : T1N0M0
Stadium II : T2N0M0
T2/T3N1M0
Stadium IV : T4N0/N1M0
T 1-4N0/N1M0
T1-4N2/N3M0
T1-4N1-4M1-4
Residential tumor ( R )
sepanjang neurovaskular di leher dan kepala. Menyebar ke limfatik dan nodus limfatikus,
masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke bagian tubuh lain secara sistemik. Invasi
Sesuai dengan pembesaran lesi maka yang terkena struktur yang lebih dalam, dan
tumor dasar lidah secara klasik pertumbuhannya lebih vertical dan ke dalam. Ketika
tumor melibatkan dinding faring, penyebaran submukosa sering terjadi, namun fasia
prevertebral biasanya tidak terkena kecuali bila telah berat. Invasi perineural dapat
muncul lebih sering pada karsinoma kistik. Fungsi dari saraf yang terkena dapat
terganggu atau tidak. Umumnya tulang dan kartilago dapat menjadi barier dari
penyebaran tumor dan biasanya tidak terkena kecuali bila telah berat. Periosteum dan
perikondrium juga merupkan barier alamiah karena kepadatannya dan kurangnya kapiler
didalamnya. Sekali tumor orofaring menginvasi secara dalam, maka ruang para faringeal
dapat terkena, yang dapat mengakibatkan penyebaran tumor ke atas dan ke bawah leher
Scan 74-4
EVALUASI DIAGNOSTIK
Gejala yang dapat timbul : sakit tenggorokan , perdarahan, perubahan suara, dan
disfagi. Pemeriksaan dapat secara tidak langsung melalui kaca laryngeal dan
penting untuk semua kasus. lesi primer harus secara akurat digambarkan. Panendoskopi
rutin pada semua kasus meskipun lesi primer jelas dan batas dapat dilihat dengan mudah.
Panendoskopi dilakukan selain untuk melihat luasnya lesi primer juga untuk mencari
tumor primer lainnya. Pemeriksaan lainnya adalah dengan biopsi lesi. Pemeriksaan
inferior. CT scan dapat menentukan luasnya lesi khususnya sekitar basis kranii.
Pemeriksaaan noninvasif evaluasi sistem vascular adalah dengan MRI. Saat ini diagnosis
PENATALAKSANAAN
Permasalahan terbesar kanker orofaring adalah diagnosis yang terlambat. Kanker
oropharing seringkali tidak menimbulkan gejala sampai dengan stadium lanjut dan timbul
dengan metastase pada cervical saat pemeriksaan awal. Dahulu kanker orofaring
dianggap lebih agresif dan anaplastik dibanding kanker ronga mulut anterior. Konsep
terapi tumor ini saat ini telah banyak berubah dahulu terapinya dengan pembedahan pada
lesi primer dan tempat metastasenya. Kemudian terapi beralih menjadi radiasi sebagai
pengelolaan awal dan setelah beberapa tahun kemudian terapi pilihan adalah kombinasi
radiasi dan bedah. Perubahan dan perkembangan teknik radiasi, reseksi bedah dan
Peran kemoterapi saat ini berkembang sebagai terapi untuk lesi ini (Schuller
1991) Tujuan kemoterapi untuk meningkatkan kontrol lokal regional pada lesi yang berat
telah memberikan respon yang baik pada beberapa pasien tanpa penambahan morbiditas
setelah reseksi bedah atau setelah terapi radiasi (Jacobs and Pajak, 1987). Bila
terapi. Untuk setiap pasien ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi selain dari