Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum tata pemerintahan disetiap Negara berkembang sejalan dengan tipe


negarayang menjadi pilihan pendiri masing-masing Negara dan hal secara tegs
dirumuskan secara konstitusional. Kerika pilihan pendiri, jatuh pada tipe Negara
kesejahteraan modern maka persoalan-persoalan yang masuk dalam ran hukum tata
pemerintahan berbeda dengan pilihan pada tipe Negara hukum formal.

Hukum tata pemerintahan dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur


hubungan yang menyangkut hak dan kewajiban pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan dengan pihak yang diperintah (rakyat, warga Negara, penduduk, public)
baik dalam rangka terselenggaranya kekuasaan pemerintahan maupun
terselenggaranya kerjasama didalam pencapaian tujuan Negara sebagaimana yang
diisyaratkan oleh konstitusional.

Dengan demikian ruang lingkup kajian Hukum Tata Pemerintahan adalah


menyangkut hubungan hukum dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintaan sebagai pemegang kekuasaan Negara. Mengai hal yang berkaitan dengan
hukum tata pemerintahan tersebut penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
pemerintahan dalam hal melaksanakan fungsinya sebagai pengayoman dan
pengaturan. Yakni sebagaimana bentuk dan asas hukum tata pemerintahan terksus
sebagai heteronom.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan di bahas
yaitu :

1. Bagaimana Bagaimana Bentuk Hukum Tata Pemerintahan Heteronom ?

2. Bagaimana Asas dalam Hukum Tata Pemerintahan Heteronom ?

1
C. TUJUAN PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bentuk Hukum Tata Pemerintahan.

2. Untuk mengetahui Asas Yang digunakan dalam Hukum Tata Pemerintahan


Heteronom.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. BENTUK HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM

Telah dijelaskan pada makalah sebelumnya bahwa aturan Hukum Tata


Pemerintahan Heteronom adalah aturan yang karena isinya mengatur hubungan
hukum antara pemerintah dengan rakyat dalam berbagai status dan posisinya (peran)
didalam satu kesatuan kekuasan dan pengaturan.

Namun konsep pemerintah dan pemerintahan memiliki arti yang sempit dan
arti yang luas maka ruang lingkup Hukum Tata Pemerintahan heteronom menjadikan
Hukum Tata Pemerintahan heteronom dalam pengertian yang luas dana dalam
pengertian yang sempit.

Hukum Tata Pemerintahan heteronom dalam artian yang luas tidak saja
mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat sebatas pengertian
pemerintahan dalam artian yang sempit akan tetapi mencakup hubungan hukum
pemerintahan dalam pengertian kelembagaan negara (organ negara) dengan
kelembagaan negara dan antara kelembagaan negara dengan warga negara. Semua
aturan hukum berkenaan dengan hukum tata pemerintahan heteronom kami
berpendapat bahwa dalam konteks peraturan atau hukum tertulis, aturan hukumnya
disebut peraturan dasar dari pemerintahan negara yang dalam bentuknya disebut
Undang-Undang Dasar dan konstitusi.

Di Indonesia, peraturan dasar negara di muat dalam Undang-Undang Dasar


1945 ( selain itu yang pernah berlaku adalah konstitusi Negara Republik Indonesia
Serikat dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950) yang terdiri dari pembukaan
yang memuat empat alinea dan batang tubuh yang memuat sejumlah pasal yang
mengatur kelembagaan negara dan hak hak warga serta ditambah dengan aturan
peralihandan aturan tambahan.

3
Kemudian, jika aturan Hukum Tata Pemerintahan heteronom dalam arti yang
sempit yaitu dilihat dalam bentuk terjadinya, maka hukum tata pemerintahan
heteronom dalam lokus pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapatlah
dibagi atas :

(1) Perturan Pusat


(2) Peraturan Setempat

Peraturan pusat adalah peraturan yang tertulis yang dibuat oleh pemerintah
yang berlaku diseluruh atau sebagian wilayah negara baik dalam berlakunya secara
horizontal seperti undang undang yang mengatur kelembagaan eksekutif maupun
secara vertikal dan holistik sebagaimana Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pokok pokok Pemerintahan Daerah, sedangkan yang hanya berlaku hanya
untuk sebagian wilayah contohnya undang undang Otonomi Khusus Papua Dan
Aceh.

Peraturan pusat, produk bersama Dewan Perwakilan Rakyat ( konteks Undang


Undang Dasar 1945 setelah amandemen terakhir) adalah mengatur hubungan
Hukum Tata Pemerintahan dalam artian yang sempit dengan rakyat dalam berbagai
peran ( status dan posisinya seperti warga negara, penduduk, anggota masyarakat,
kelompok kepentingan), yang dalam bentuknya disebut Undang Undang. Untuk
kemudian diikuti oleh peraturan pusat yang dibuat oleh pemerintah dalam artian
sempit baik dalam kerangka implementasi dari undang undang maupun dari
kerangka yang dibuat sendiri oleh pemerintah (presiden bersama para menteri sebagai
pembantunya) yang dalam bentuknya disebut peraturan pemerintah.

Selain itu,pada tingkat peraturan pusat, dikenal pula peraturan yang secara
khusus dibuat oleh presiden karena wewenang sebagai kepala eksekutif sekaligus
sebagai kepala rumah tangga negara yang disebut peraturan presiden dan seterusnya
ada dalam bentuk peraturan menteri, peraturan bersama para menteri, hingga
seterusnya pada tingkat peraturan setempat.

4
Yang dimaksud dengan peraturan setempat adalah setiap peraturan tertulis
yang dibuat oleh pemerintah setempat dan hanya berlaku ditempat atau didaerah itu
saja. Misalnya Peraturan Daerah Sulawesi Selatan, Peraturan Daerah Kabupaten X,
Peraturan Daerah Kota Y, dan seterusnya dengan apa yang disebut dalam Peraturan
Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Walikota yang kesemuanya itu dalam isinya
mengatur hubungan pemerintah sebagai penguasa dengan rakyan dengan berbagai
peran ( status dan posisinya) sebagai pihak yang dikuasai dan diatur.

Dengan demikian, bentuk hukum tata pemerintahan heteronom mulai peraturan dasar
negara hingga peraturan setempat secara berturut dapat disebutkan sebagai berikut :

(1) Undang Undang Dasar sebagai aturan dasar yang tertinggi, sebagai grund
norm, sebagai norma pokok yang mendasar karena isi dan terjadinya. Karena
isinya memuat asas kerohanian negara sedangkan terjadinya dikehendaki dan
dibentuk oleh pembentuk negara untuk mengatur hubungan hukum antara
kelembagaan negara dan hubungannya dengan warga negara, serta peraturan
dasar lainnya berkenaan dengan hukum peralihan dan tambahan sebagai
penyempurna suatu konstitusi atau konstitusi dalam kerangka pendekatan
secara holistik.
(2) Undang Undang sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki oleh
lembaga pembuat undang undang yaitu lembaga legislatif dan karena isinya
memuat aturan aturan yang mengatur aspek aspek tertentu dalam
penyelenggaraan negara dan pengaturan atas warga negara dan hal itu sebagai
penjabaran dari tuntutan pasal pasal dalam undang undang dasar.
(3) Peraturan Pemerintah sebagai aturan yang karena terjadinya dikehendaki dan
dibentuk oleh pemerintah dalam artian sebagai lembaga eksekutuf dan dari
segi isinya sebagai penjabaran atas isi yang diperintahkan oleh undang
undang.
(4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang sebagai aturan karena
terjadinya dikehendaki oleh pemerintah namun dalam kekuatan berlakunya
sama dengan Undang Undang dan dari segi isinya memuat aturan aturan

5
yang pada prinsipnya harus diberlakukan melalui Undang Undang dan
karena sifatnya sangat mendesak dan ada karena alasan secara yuridis
membenarkannya dan hanya berlaku dalam waktu tertentu seperti Perpu
tentang APBN yang tidak disetujui oleh DPR sehingga Undang Undang
tentang APBN tahun lalu yang diberlakukan.
(5) Peraturan Menteri sebagai aturan yang karena terjadinya dibentuk oleh
Menteri sesuai dengan bidang yang diatur dari segi isinya mengatur hal hal
yang bersifat tehnis atas peraturan suatu pemerintah.
(6) Peraturan Daerah sebagai aturan yang karena terjadinya dibentuk oleh
Pemerintah Daerah dan dari segi isinya mengatur penyelenggaraan
pemerintahan daerah dari suatu daerah, hingga pada bentuk peraturan desa.
(7) Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota aturan yang terjadinya dibentuk oleh
Gubernur/Bupati/Walikota sebagai kepala eksekutif tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, hingga pada bentuk peraturan kepala desa.

B. ASAS DALAM HUKUM TATA PEMERINTAHAN HETERONOM

Banyaknya peraturan-peraturan yang diperlakukan dalam rangka mengatur


hubungan hukum antara pemerintahan dengan rakyat, memungkinkan terjadinya
benturan-benturan hukum yang berakibat dimungkinkan konflik antara pemerintah
dengan rakyat, konflik antar pemerintah dan bisa mungkin konflik antar rakyat.
Untuk mencegah kemungkinan itu terjadi, diberlakukan asas hukum. Asas dapat
diartikan sebagai aksioma yang memberi jalan pemecahannya jika sesuatu aturan
diberlakukan atau aturan yang mana harus diberlakukan bila terjadi bentrokan
beberapa aturan dalam pelaksanaannya.

1. Asasa-Asas dimaksud dapat disebut sebagai berikut :


2. Asas lex special derogate lex generalis
3. Asas lex posteriore lex priori
4. Asas undang-undan tidak berlaku surat
5. Asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat

6
6. Asas Welvaarstaat

Asas pertama dimaksud bahwa undang-undang yang bersifat khusus


menyampingkan undang-undang yang bersifat umum, dimana pembuat undang-
undang itu sama. Seperti,undang-undang tentang perkawinan dengan undang-undang
perikatan dalam kitab undang-undang hukum perdata.

Undang-undang tentang perkawinan adalah lex specialis sedangkan undang-


undang tentang perikatan adalah lex generalize. Jika ada peristiwa yang menyakut
hubungan hukum demikian dan hubungan hukum itu menyangkut perikatan
perkawinan, maka lex specialis itu yang harus diberlakukan.

Berdasarkan contoh terlihat bahwa makna dari asas ini adalah memberlakukan
suatu undang-undang yang menyebut dengan tegas peristiwa yang diselesaikan.
Dengan demikian tidak terjadi bentrokan hukum didalam penyelesaian suatu
peristiwa. Bagi pembuat aturan perundang-undangan asas ini pun perlu diperhatikan
sehingga kalau aturan umum yang dikehendaki maka tidak perlu menyebut dengan
tegas peristiwa yang diatur.

Akan tetapi jika dikehendaki aturan khusus, maka penyebutan dengan tegas
peristiwa-peristiwa yang diatur adalah merupakan suatu keharusan.

Selanjutnya asas yang kedua dimaksudkan bahwa undang-undang yang


berlaku belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu, dimana hal
yang diatur oleh kedua undang-undang tersebut mengenai suatu hal yang tertentu
mengenai suatu hal yang tertentu walau dalam makna dan tujuan berbeda atau
bertentangan sekalipun.

Seperti undang-undang Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 dengan beberapa


undang-undang mengenai Perpajakan sebelumnya seperti Ordonansi Pajak Perseroan
1925, Ordonansi pajak pendapatan 1944, Undang-Undang No. 8 Tahun 1967 tentang
perubahan tata cara pemugutan pajak pendapatan 1944 dan Undang-Undang No. 10
tahun 1970 tentang pajak atas bunga dan Devidert.

7
Undang-undang yang pertama adalah sebagai lex postiore sedangkan undang-
undang disebut terakhir yang terdiri dari beberapa aturan hukum adalah lex priori.
Yang diberlakukan adalah lex posteriore walaupun maknannya berlainan. Terkecuali
dari aturan pidana menurut KUH Pidana Pasal 1 Ayat 2, asas ini tidak bisa
diberlakukan dalam peristiwa yang diselesaikan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang diminta.

Pasal ini menyatakan : Apabila terjadi perubahan pada perundang-undangan


setelah saat peristiwa terjadi maka diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan terdakwa. Ini berarti walaupun lex posteriore adalah undang-undang
yang belakangan lahir, tetapi tidak menguntungkan terdakwa maka lex priori yang
menguntungkan maka harus diberlakukan. Bagi pembuat peraturan perundang-
undangan asas ini harus diperhatkan dan perlu diterapkan dalam isi / materi
perundang-undangan pada bagian-bagian tertentu didalam paste vorm sesuatu
peraturan perundang-undangan.

Kemudian asas yang ketiga adalah yang dimaksudkan bahwa undang-undang


hanya boleh dipergunakan pada peristiwa yang disebutkan pada undang-undang
tersebut peristiwa itu terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku. Seperti
contoh : Undang-undang tentang Narkotik. Ini hanya berlaku pada peristiwa yang ada
sangkut pautnya dengan narkotik dan peristiwa narkotik yang terjadi setealh undang-
undang itu diberlakukan.

Asas ini konsisten dengan Pasal 1 Ayat 1 Kitab Undang-Undang hukum


pidana : tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum kecuali peraturan yang
mendahului perbuatan itu. Asas ini biasa disebut asas Nullum Delichktum atau asas
legalitas yang artinya asas yang memperlakukan sesuatu sesuai aturan-aturan hukum
yang berlaku. Pembuat aturan perundang-undangan inipun harus tercermin dalam
isi/materi demi kepastian hukumnya. Berdasarkan itu pula, maka asas ini dapat juga
disebut asas legal security.

8
Asas yang keempat tidak berlakau universal artinya tidak semua Negara yang
menganutnya seperti Amerika Serikat. Di Indonesia pernah berlaku pada saat
berlakunya UUDS 1950. Bisa dilihat pada Pasal 95 Ayat 2. Maksud dari asas ini
adalah bahwa Undang-Undang tidak dapat diuji oleh undang-undang dasar walaupun
ternyata undang-undang itu bertentangan dengan undang-undang dasar. Hakim
sekalipun tidak punya kewenangan untuk mengujinya ini dimaksudkan untuk
melindungi hak dan kewenangan pembuat undang-undang itu.

Dan asas yang kelima yaitu asas welvaartstaat dimaksudkan bahwa undang-
undang sebagai sarana dimaksudkan undang-undang sebagai sarana untuk
semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi
masyrakat maupun individu melalui pembaharuan atau pelestarian. Bagi pembuat
undang-undang asas ini mencegah kesewenang-wenangan pembuat undang-undang
dengan asas membawa suatu undang-undang sebagai sesuatu yang merupakan huruf
mati sejak diundangkan sehingga bagi suatu undang-undang perlu dipenuhi beberapa
syarat antara lain : perlunya keterbukaan bagi DPR dalam persidangannya dan fungsi
eksekutif dalam pembuatan undang-undang dengan harapan akan adanya tanggapan
warga masyarakat yang berminant memberikan hak kepada masyrakat untuk
mengajukan usul-usul tertulis kepada penguasa, apakah dengan jalan diundang
dengan resmi oleh penguasa ataukah lewat secara dengar pendapat (hearing) di DPR
atauakah dengan cara lain yang dianggap dapat melibatkan masyarakat dalam proses
pembuatan undang-undang.

Demikian beberapa asas yang diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-


undangan dalam pengertian bahwa kelima asas ini tidaklah diterapkan secara
simultan tetapi dapat secara satu atau dua asas pada setiap aturan yang dibentuk. Dan
ini tergantung pada system hukum nasional dari masing-masing Negara.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aturan Hukum Tata Pemerintahan heteronom adalah aturan yang karena


isinya mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat dalam berbagai
status dan posisinya (peran) di dalam satu kesatuan, kesatuan dan pengaturan.

Ruang lingkup Hukum Tata Pemerintahan heteronom mengikuti konsep


pemerintahan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Hukum Tata Pemerintahan
heteronom dalam artian yang luas tidak saja mengatur hubungan hukum antara
pemerintah dengan rakyat sebatas pengertian pemerintahan dalam artian yang sempit
akan tetapi mencakup hubungan hukum pemerintahan dalam pengertian kelembagaan
negara (organ negara) dengan kelembagaan negara dan antara kelembagaan negara
dengan warga negara. Semua aturan hukum berkenaan dengan Hukum Tata
Pemerintahan heteronom, disebut peraturan dasar dari pemerintahan negara yang
dalam bentuknya disebut undang-undang dasar atau konstitusi.

Di Indonesia, peraturan dasar negara di muat dalam Undang-Undang Dasar


1945 ( selain itu yang pernah berlaku adalah konstitusi Negara Republik Indonesia
Serikat dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950) yang terdiri dari pembukaan
yang memuat empat alinea dan batang tubuh yang memuat sejumlah pasal yang
mengatur kelembagaan negara dan hak hak warga serta ditambah dengan aturan
peralihandan aturan tambahan.

Kemudian, jika aturan Hukum Tata Pemerintahan heteronom dalam arti yang
sempit yaitu dilihat dari bentuk terjadinya, maka hukum tata pemerintahan heteronom
dalam lokus pemerintahan Negara Republik Indonesia dapatlah dibagi atas Peraturan
Pusat Dan Peraturan Setempat. Bentuk hukum tata pemerintahan heteronom mulai
peraturan dasar negara hingga peraturan setempat secara berturut dapat disebutkan
sebagai berikut : (1)Undang Undang Dasar, (2) Undang Undang, (3) Peraturan

10
Pemerintah, (4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, (5) Peraturan
Menteri, (9) Peraturan Daerah, (10) Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.

Asas tata pemerintahan heteronom dapat diartikan sebagai aksioma yang


memberi jalan pemecahannyajika sesuatu aturan diberlakukan atau aturan yang mana
harus diberlakukan bila terjadi bentrokan beberapa aturan dalam pelaksanaannya.
Asas-asas dimaksud dapat disebut sebagai berikut:

1. Asas lex special derogat lex generalis


2. Asas lex posteriorevlex priori
3. Asas undang undang tidak berlaku surut.
4. Asas undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

B. SARAN

Dalam bentuk dan asas Hukum tata pemerintahan Heteronom menggunakan


bahasa yang tidak mudah dipahami oleh penulis sehingga menimbulkan dampak
kebingungan terhadap pemikiran mahasiswa. Karena dalam ssumber yang di jadikan
referensi menggunakan bahasa ilmiah yang baku sedangkan kami belum fasih atau
mengetahui bahasa atau kata ilmiah yang bauku, mlas dari itu apabila inging
mengetahui jelas mengenaai bentuk dan asaa Hukum Tata Pemerintahan kita harus
mampu mengetahui bahasa ilmiahh yang baku.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Faried dan Nurlina Muhidin. 2012. Hukum Tata Pemerintahan heteronom dan
Otonom. Bandung : Rafika Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai