1. Kehidupan Politik
Pertentangan dua golongan ini di menangkan oleh golongan unitaris. Pada tanggal 18
Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen dan Senat RIS mengeluarkan
Undang-Undang Darurat No.11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan
Kenegaraan RIS. Berdasarkan undang-undang tersebut satu-persatu negara bagian RIS
menggabungkan diri dengan Negara RI di Yogyakarta. Sehingga sampai bulan April 1950
negara RIS hanya terdiri dari tiga bagian, yaitu RI, Negara Sumatra Timur, dan Negara
Indonesia Timur. Dalam rangka usaha membangun gejolak rakyat indonesia, pemerintah RI
menganjurkan kepada pemerintah RIS agar mengadakan perundingan dengan Negara
Sumatra Timur serta Negara Indonesia Timur yang menyerahkan persoalan kepada
pemerintar RIS. Sementara itu pada bulan Mei 1950 pemerintah RIS dan pemerintah RI
mengadakan perundingan. Hasil perundingan berupa Piagam Persetujuan tgl 19 Mei 1950.
Alasannya:
1) Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus
1945.
2) Pada umumnya masyarakat Indonesia tidak puas dengan hasil KMB yang melahirkan negara
RIS, menyatakan keinginannya agar bergabung dengan Republik Indonesia.
3) Dengan sistem pemerintaha Federal berarti melindungi manusia indonesia yang setuju
dengan penjajah Belanda.
c. Penggantian Kabinet
1). Kabinet Natsir (6 September 1950)
Program kerja Kabinet Natsir :
a) Meningkatkan keamanan negara dan ketertibanmasyarakat
b) Memperbaiaki susunan pemerintah
c) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
d) Memperjuangkan masuknya Irian Barat ke dalam RI
2). Kabinet Sukiman (26 April 1951)
3). Kabinet Wilopo (30 Maret 1952)
Program kerja Kabinet Wilopo:
a) Mempersiapkan pemilihan umum
b) Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam RI
c) Meningkatkan keamanan, kesejahteraan, dan pendidikan
e. Pemilihan Umum
Sesudah beberapa kali berganti kabinet pemerintah, akhirnya Kabinet Baharudin Harahap
dapat melaksanakan pemilu sukses. Pada tanggal 29 September 1955, diselenggarakan
pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 pemilihan
untuk anggota konstituante { badan pembuat UUD}.
Sekitar 39juta rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih berduyung duyung menuju
tempat pemungutan suara untuk melaksanakan hak pilihnya. Setelah diadakan perhitungan
suara, muncul empat partai besar sebagai pengumpul suara terbanyak yaitu Partai Nasional
Indonesia (PNI) memperoleh 57 kursi, majelis Syuro Muslimin Indonesia {Masyumi}
memperoleh 57 kursi,Nahdatul Ulum {NU} memperoleh 45 kusi, dan Partai komunis
Indonesia{PKI} memperoleh 39 kursi.
Pemilihan umum tahap berikutnya untuk memilih anggota konstituante diadakan pada
tanggal 15 Desember 1955. Pemilu untuk anggota konstituante, hasilnya di antara empat
partai besar (PNI, Masyumi, NU, dan PKI) tetap berimbang.
Hasil pemilu pertama ternyata tidak memenuhi harapan rakyat. Rakyat menghendaki
pemerintahan yang stabil ternyata tidak terwujud. Wakil-wakil rakyat yang terpilih tetap
memperjuangkan kepentingan partainya sendiri. Pertentangan partai politik semakin hebat.
f. Dekret Presiden 5 juli 1959
Salah Satu hasil penting dari pemilu l (1955) adalah terbentuknya badan konstituante
yang bertugas menyusun UUD yang baru. Pada tanggal 20 November 1956, konstituante
mulai bersidang yang dibuka oleh Presiden Soekarno.
Walaupun telah tiga tahun bersidang, namun konstituante belum menyelesaikan tugasnya
sebab setiap kali sidang selalu terjadi perdebatan sengit di antara anggotanya. Oleh karena
itu, pada tanggal 20 April 1959 Presiden Soekarno berpidato lagi di depan sidang
konstituante yang menganjurkan agar dalam rangka pelaksanaan demokrasi terpimpim,
konstituante menetapkan saja UUD 1945 menjadi UUD negara Republik Indonesia yang
tetap.
Pada tanggal 3 juni 1959, konstituante mengadakan reses yang kemudian ternyata untuk
selamanya. Sehubungan dengan itu, maka KSAD Letjen A.H Nasution melarang anggota
konstituante melakukan kegiatan politik.
Berdasarkan hukum darurat perang maka pada hari Minggu 5 Juli 1959 pada jam 17.00,
dalam upacara resmi di istana negara, Presiden Soekarno mengumumkan Dekret Presiden
sebagai berikut :
1) Membubarkan Konstituante.
2) Memberlakukan kembali UUD 1945
3) Menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi
4) Akan segera dibentuk MPRS dan DPAS
2. Kehidupan Ekonomi
Setelah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi yang sangat berat akibat dari hasil KMB, antara lain berupa
utang luar negeri dan utang dalam negeri. Pada masa demokrasi liberal dikeluarkan beberapa
kebijakan ekonomi berikut ini :
a. Gunting Syafruddin
Guna mengatasi defisit anggaran dan mengurangi peredaran uang, pada tanggal 20
maret 1950 Menteri keuangan Syafruddin mengambil tindakan memotong uang dengan
memberlakukan setengahnya untuk mata uang yang bernilai Rp. 2,50,00 ke atas.
b. Nasionalisme de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
Pada masa kabinet Sukiman, pemerintah berusaha untuk mengatasi krisis moneter
(keuangan). Salah satu upaya yang ditempuh adalah menasionalisasi de Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia. Lebih lanjut dalam rangka menaikkan pendapatan, pemerintah
berupaya menurunkan biaya ekspor dan melakukan penghematan secara drastis.
1. Kehidupan Politik
Dekret Presiden 5 Juli 1959 ternyata mendapat dukungan dari berbagai lapisan
masyarakat, di antaranya sebagai berikut.
a. KSAD mengeluarkan perintah harian yang ditunjukan kepada seluruh anggota TNI untuk
melaksanakan Dekret Presiden 5 Juli 1959
b. Mahkamah Agung membenarkan adanya Dekret Presiden tersebut.
c. DPR hasil pemilu tahun 1955 menyatakan kesediaannya untuk bekerja berdasarkan UUD
1945
Sebagai tindak lanjut dekret tersebut, maka pada tanggal 10 Juli 1959 pemerintah membentuk
sebuah kabinet yang disebut kabinet karya. Kabinet karya dipimpin langsung oleh Presiden.
Dengan demikian kabinet parlemen berganti dengan sistem kabinet presidensial, sedangkan
sistem demokrasi liberal diganti dengan sistem demokrasi terpimpin.
Kebijakan-kebijakan yang diambil pada masa demokrasi terpimpin antara lain sebagai berikut
:
a. Pembentukan DPR
Berdasarkan Penetapan Presiden no.1 Tahun 1959, yang dikeluarkan pada tanggal 22 Juli
1959 menyatakan bahwa sebelum terbentuk DPR menurut UUD 1945, maka DPR hasil
pemilu tahun 1959 atas dasar UU no. 7 Tahun 1953 tetap menjalankan tugasnya.
b. Pembentukan MPRS
Berdasarkan pasal 1 Ayat 1 dan pasal 2 Ayat 2 UUD 1945 lembaga tertinggi negara harus
dibentuk adalah MPR. Namun berhubung belum melaksanakan pemilu maka MPR dibentuk
berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959, Ketua MPR adalah Chaerul Saleh.
c. Pembentukan DPAS
Berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959 dibentuk Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS)
d. Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappernas)
Pada bulan Agustus 1959 dibentuk dewan perancang nasional yang di ketuai oleh
Muh.Yamin. Pada Tahun 1963, Depernas diganti menjadi Badan Perancang Nasional
(Bappernas) yang dipimpin langsung oleh Presiden sendiri.
e. Pembentukan Front Nasional
Pada tanggal 31 Desember tahun 1959 dibentuk Front Nasional yang berfungsi sebagai
lembaga negara yang melaksanakan pembangunan semesta Indonesia.
f. Pembentukan DPR-GR
Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena DPR menolak Anggaran
Belanja Negara yang diajukan oleh Presiden.Kemudian Presiden membentuk DPR Gotong
Royong (DPR-GR) pada tanggal 24 Juni 1960.
2. Kehidupan Ekonomii
Sampai saat dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959, keadaan ekonomi Indonesia
Masih sangat suram akibat timbulnya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk Merencanakan
pembangunan di bawah kabinet karya, pada tanggal 15 Agustus 1959 maka dibentuk Dewan
Perancang Nasional (Depernas) yang dipmpin oleh Muh.Yamin.
Untuk memperbaiki keadaan ekonomi, pada tanggal 28 Maret 1963 pemerintah
mengeluarkan landasan ekonomi baru yang disebut Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan
Dekon adalah menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokrasi, dan bebas dari sisa-
sisa imperalisme mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
3. Kebijakan Politik Luar Negri
a. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia
Pada masa demokrasi terpimpin pemerintah melaksanakan politik mercusuar. Politik
mercusuar adalah politik mencari kemegahan di mata dunia Internasional. Tindakan
pemerintah yang menyimpang dari pelaksanaan politik luar negri bebas aktif sebagai berikut :
1) Membagi kekuatan politik dunia menjadi dua sebagai berikut :
a) Old Established Forces (Oldefo) terdiri atas negara-negara imperalis, negara kapitalis, dan
negara berkembang yang cenderung imperialis.
b) New Emerging Forces (Nefo) terdiri dari negara-negara berkembang anti imperalis, negara
sosialis, dan negara komunis.
1. Dalam rangka politik mercusuar, pemerintah RI menyelenggarakan pesta olahraga negara-
negara Nefo pada tahun 1963. Kegiatan tersebut dinamakan Ganefo.
2. Pembentukan Jakarta-Peking. Kenyataan ini membuktikan bahwa Indonesia betul-betul
melibatkan diri pada salah satu blok, yaitu blok komunis.
b. Indonesia keluar dari PBB
Penyebab indonesia keluar dari PBB adalah diterimanya Malaysia menjadi anggota tetap
Dewan Keamanan PBB. Dengan masuknya malaysia menjadi anggota tidak tetap DK PBB,
maka presiden Soekarno menyampaikan pidato di depan sidang umum PBB dengan judul
Membangun Dunia Kembali. Indonesia mengancam jika Malaysia tetap diangkat menjadi
anggota dewan keamanan PBB, maka Indonesia akan keluar dari PBB.
Ternyata Malaysia tetap diangkat menjadi anggota Dewan keamanan PBB sehingga pada
tanggal 7 Januari 1965, Indonesia menyatakan keluar dari anggota PBB. Dengan keluarnya
Indonesia dari keanggotaan PBB, maka Indonesia semakin terpencil dari pergaulan dunia.
c. Konfrontasi dengan Malaysia
Presiden Soekarno beranggapan bahwa Federasi Malaysia adalah proyek neokolonialisme
imperialisme (nekolim) yang membahayakan revolusi Indonesia, maka Indonesia harus
mencegah berdirinya Malaysia. Untuk kepentingan tersebut, maka Presiden Soekarno
mengeluarkan komando yang dikenal dengan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi
sebagai berikut :
1. Perhebatan ketahanan revolusi Indonesia.
2. Bantulah Perjuangan rakyat di Malaysia, Singapura, Sabah, dan Serawak.