Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN RINITIS ALERGI

KELOMPOK I

1. Putu Budi Arsana ( 0702115001 )


2. I Dw Ayu Lidya Ari ( 0702115002 )
3. Ni Putu Resiki ( 0702115007 )
4. Rai Dewi Damayanti P ( 0702115008 )
5. I Made Meiyasa ( 0702115014 )
6. I Made Mertha Harianto ( 0702115018 )
7. Ni Wayan Astrianing ( 0702115022 )
8. Nyoman Sri Ariwati ( 0702115032 )
9. Made Dewi Suwardiani ( 0702115033 )
10. Nym Oka Puspa Sujani L ( 0702115038 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN - B

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2008

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RINITIS ALERGI

Oleh kelompok I

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


a. Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit / kelainan yang merupakan manifestasi klinis reaksi
hipersensivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ
sasaran.
( Kapita Selekta Kedokteran, jilid I hal 106)
Rinitis alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan
dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat ( hipersensitivitas tipe I )
( Brunner and Suddart, Edisi 8 vol 3, hal 1767)

b. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan,
mengenai sekitar 8% hingga 10 % dari populasi penduduk A.S ( 20-30%
penduduk remaja.

c. Etiologi
Penyebab tersering adalah alergen inhalan ( dewasa) dan ingestan (anak-anak).
Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan
pencernaan. Diperberat oleh factor nonspesifik seperti asap rokok, bau yang
merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban yang tinggi.

d. Patofisiologi
Dari etiologi yaitu alergen dimulai dengan konsumsi atau inhalasi antigen.
Sehingga terjadi pelepasan mediator ( hiatamin, bradikinin, serotonin), dimana
histamine adalah merupakan mediator utama reaksi alergi pada mukosa nasal.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan juga vasodilatasi terjadi akibat
odema jaringan. Odema pada mukosa hidung dapat dingakat masalah keperawatan
bersihan jalan nafas. Selain itu juga odema jaringan dapat menyebabkan epistaksis
sehingga dapat ditarik masalah keperawatan risiko aspirasi. Karena odema pada
jaringan sehingga secret hidung jernih, bersin ada rasa gatal muncul masalah
perubahan kenyamanan. Dari jaringan mukosa terjadi perlambatan silia sehingga
memudahkan kuman untuk masuk kedalam saluran nafas bagian bawah muncul
masalah risiko infeksi. Pada bagian sinus paranasal timbul rasa nyeri sehingga
dapat muncul masalah keperawatan nyeri akut.

WOC RINITIS ALERGI..!!!

Allergen

Inhalasi & konsumsi antigen

Jaringan mukosa

pe permeabilitas kapiler perlambatan silia sinus paranasal

vasodilatasi kuman mdh msuk sal. pnfsan bwah nyeri

odema jaringan Risiko Infeksi Nyeri Akut

secret hidung jernih odema mukosa hidung epistaksis

bersin, rasa gatal Risiko Aspirasi

Bersihan Jalan Nafas

Perubahan kenyamanan

e. Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis berdasarkan atas :
1. Rinitis alergi musiman.
Hanya ada pada negara yang memiliki 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik
yaitu tepung sari dan spora jamur.
2. Rinitis alergi sepanjang tahun
Timbul terus menerus atau intermitten
f. Gejala klinis
-Kongesti nasal
-Secret hidung yang jernih serta encer
-Bersin- bersin
-Rasa gatal pada hidung
-Sering terdapat rasa gatal pada tenggorok dan palatum mole
-Timbul batuk kering atau suara parau
- Sakit kepala, nyeri didaerah paranasal
-Epistaksis dapat juga menyertai rhinitis alergi

g. Komplikasi
Asma alergik
Obstruksi nasal kronik
Otitis kronik dengan gangguan pendengaran
Anosmia ( gangguan kemampuan membau)
Pada anak-anak deformitas dental orofasial

h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada rinitis alergi memperlihatkan lakrimasi berlebihan, sclera
dan konjungtiva yang merah daerah gelap periorbita ( mata biru alergi),
pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis yang berwarna kepucatan
hingga keunguan, secret hidung encer jernih dan keriput lateral pada krista
hidung. ( BOIES, Edisi 6 hal 196).

i. Pemeriksaan diagnostic / penunjang


Pemeriksaan sitologi hidung sebagai pemeriksaan penyaring atau pelengkap.
Ditemukan eosofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi
inhalan, basofil kemungkinan alergi ingestan dan sel polimorfonuklear
menunjukkan infeksi bakteri.
Pada pemeriksaan darah tepi, hitung eosinofil dan IgE total serum dapat
normal atau meningkat.
Yang lebih bermakna tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent
test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).
Dapat juga dicari secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau
berseri, uji tusuk ( prick test ), uji provokasi hidung / uji inhalasi dan uji
gores. Pemeriksaan eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.
( Kapita Selecta Kedokteran, Jilid I hal 107)

j. Therapy / Tindakan Penanganan


Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Terapi dapat mencakup salah satu
atau seluruh intervensi berikut ini : tindakan menghindari alergen, farmakoterapi
atau imunoterapi.
Terapi penghindaran ( menghindari alergen)
Setiap upaya harus dilakukan untuk menghilangkan alergen yang bekerja
sebagai factor pemicu. Tindakan sederhana dan kontrol lingkungan sering
efektif untuk mengurangi gejala. Contoh tindakan ini adalah penggunaan alat
pengendali suhu ruangan atau air conditioner, pembersih udara, pelembab /
penghilang kelembaban dan lingkungan yang bebas asap.

Farmakoterapi
1. Antihistamin
Merupakan kelompok utama obat yang diprogramkan untuk mengatasi
gejala rinitis alergik. Efek samping yang utama dari kelompok obat ini
adalah sedasi. Efek samping tambahan mencakup keadaan gelisah,
tremor, vertigo, mulut yang kering, palpitasi, anoreksia, mual dan
vomitus. Contoh kelompok kimia preparat antihistamin H1 berefek
sedasi: difenildramin, hidroksizin, CTM, tripelenamina, prometazin.
Contoh kelompok kimia preparat antihistamin H1 tidak berefek sedasi:
Hismanal, Claritin, seldane.

2. Preparat adrenergic
Merupakan vasokontriksi pembuluh darah mukosa dan dapat diberikan
secara topical (nasal serta oftalmika) disamping peroral. Pemberian
topical (tetesan dan semprotan ) menyebabkan efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan peroral.

3. Natrium kromolin intranasal


Merupakan semprotan yang bekerja dengan cara menstabilkan membrane
sel mast dan menghambat pelepasan histamine serta mediator lainnya
dalam respons alergi.

4. Kortikosteroid
Merupakan indikasi untuk kasus alergi yang berat dan persisiten. Dapat
diberikan sistemik atau intranasal untuk kortikosteroid yang diabsopsi
buruk seperti beklometason atau flunisolid.

Imunoterapi
Merupakan indikasi hanya jika hipersensivitas Ig E terlihat pada alergen
inhalan yang spesifik yang tidak dapat dihindari oleh pasien ( debu rumah,
serbuk sari).
Tujuan imunoterapi mencakup : penurunan kadar IgE dalam darah,
peningkatan tingkat penghambatan antibody Ig G dan pengurangan sensitivitas
sel mediator.

B. KONSEP DASAR ASKEP


a. Pengkajian
Data subjektif :
pasien mengatakan gatal pada hidungnya
pasien mengeluh sakit kepala
batuk kering
pasien mengatakan bersin-bersin
Data objektif :
secret hidung jernih
odema mukosa hidung
nyeri di daerah paranasal
epistaksis
gatal pada tenggorokan

Masalah keperawatan yang muncul :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Risiko aspirasi
3. Nyeri akut
4. Perubahan kenyamanan
5. Risiko terhadap infeksi

b. Rencana keperawatan
Berdasarkan masalah diatas maka prioritas diagnose keperawatan yang muncul
yaitu sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/ d dengan peningkatan produksi secret d/d
pasien mengatakan gatal pada hidungnya, batuk kering, pasien mengatakan
bersin-bersin, secret hidung jernih, nyeri di daerah paranasal, epistaksis,
odema mukosa hidung
2. Nyeri akut b/d respons alergi d/d pasien mengatakan sakit kepala, pasien
mengatakan gatal pada hidungnya, pasien mengatakan bersin-bersin, odema
mukosa hidung,epistaksis, nyeri di daerah paranasal.
3. Perubahan kenyamanan b/d odema pada mukosa hidung d/d pasien
mengatakan bersin-bersin, rasa gatal,secret hidung jernih,
4. Risiko aspirasi b/d edema jaringan
5. Risiko terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder
terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

Adapun rencana perawatan yang dapat dilakukan yaitu :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/ d dengan peningkatan produksi secret d/d
pasien mengatakan gatal pada hidungnya, batuk kering, pasien mengatakan
bersin-bersin, secret hidung jernih, nyeri di daerah paranasal, epistaksis,
odema mukosa hidung
Tujuan : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

Kriteria hasil :
ronchi tidak ada
wheezing tidak ada
tidak ada penumpukan sekrret
respirasi 20 X / menit

Tindakan perawatan Rasional

1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Takipnea, pernapasan dangkal dan


pernapasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan atau
cairan paru.

2. Auskultasi area paru, catat area 2.Penurunan aliran udara terjadi pada
penurunan/tak ada aliran udara dan area konsolidasi dengan cairan,
bunyi napas krakels krakels terdengar sebagai respon
terhadap pengumpulan cairan,
secret.

3. Berikan minum air hangat daripada 3. Cairan hangat memobilisasi dan


air dingin mengeluarkan secret.
4. Kolaborasi pemberian mukolitik, 4. Membantu menurunkan spasme
ekspektoran bronkus dengan mobilisasi secret.

2. Nyeri akut b/d respons alergi d/d pasien mengatakan sakit kepala, pasien
mengatakan gatal pada hidungnya, pasien mengatakan bersin-bersin, odema
mukosa hidung,epistaksis, nyeri di daerah paranasal.
Tujuan : nyeri pasien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :- pasien mengatakan nyerinya berkurang


- Pasien tidak meringis lagi
- Tanda tanda vital normal

Tindakan perawatan Rasional

1. Tentukan karakteristik nyeri, misal 1. nyeri dada biasanya ada dalam


: tajam, ditusuk, konstan beberapa derajat dalam pneumonia,
juga dapat timbul komplikasi
pneumonia seperti perikarditis dan
endokarditis.

2. Pantau tanda vital 2. perubahan frekuensi jantung atau


TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri

3. Berikan tindakan nyaman, misal : 3. tindakan non analgesikdiberikan


relaksasi, pijatan punggung dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek terapi
analgesic.

4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Diharapkan dapat membantu


analgesic. mengurangi nyeri

3. Perubahan kenyamanan b/d odema pada mukosa hidung d/d pasien


mengatakan bersin-bersin, rasa gatal,secret hidung jernih,
Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda kearah perbaikan kenyamanan

Tindakan perawatan Rasional

1.Minta pasien menunjukkan lokasi 1.Memudahkan pemberian intervensi


dan lama waktu munculnya rasa
tidak nyaman

2.Pantau berat ringan rasa tidak 2.Mengetahui sejauh mana rasa tidak
nyaman yang dirasakan dengan nyaman sehingga memudahkan
menunjuk pada skala nyeri intervensi

3.Pantau saat muncul awitan rasa 3.Menghindari pencetus merupakan


tidak nyaman salah satu metode distraksi yang
effektif

4. Risiko aspirasi berhubungan dengan edema jaringan

Tujuan : Tidak terjadi gangguan aspirasi

Kriteria hasil : Jalan napas pasien lancar

Tindakan perawatan Rasional

1. Kurangi resiko aspirasi, jika pada 1.Membantu membuka saluran napas


pasien tirah baring, tinggikan
posisi kepala
2. Bantu bersihkan sekresi dari 2.Mengurangi resiko aspirasi
hidung menggunakan tissue

3. Kaji kembali adanya obstruksi 3.Untuk menentukan intervensi


karena sekresi selanjutnya

5. Risiko terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder


terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

Tujuan : infeksi tidak terjadi


Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal

Tindakan perawatan Rasional

1. Pantau tanda vital, khususnya 1. Selama periode waktu ini potensial


selama awal terapi komplikasi dapat terjadi maka
perlu dilakukan pemantauan
terhadap tanda-tanda infeksi

2. Observasi adanya inflamasi 2. Perkembangan infeksi dapat


memperlambat pemulihan

3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi 3. Mungkin diberikan secara


: anti biotic profilaktik atau menurunkan
jumlah organisme sehingga tidak
terjadi penyebaran kuman

c. Evaluasi
1. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih atau jelas
2. Nyeri pasien berkurang atau hilang
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda kearah perbaikan kenyamanan
4. Tidak terjadi gangguan aspirasi
5. Tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA
- Brunner & Suddart. (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
- Carpenito, L.J. (2001) Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan), Ed.8. EGC,
Jakarta.
- Doenges. ( 2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
- Mansjoer, A. (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
- Boeis. ( 1997 ), Buku Ajar Penyakit THT,Edisi 6, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai