Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK OPTIK P4
INTERFEROMETER

Disusun oleh :

Syamsur Rijal 02311745000040

Asisten :
Iman Ramacaesar R 02311745000059

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
i

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


TEKNIK OPTIK P4
INTERFEROMETER

Disusun oleh :

Syamsur Rijal 02311745000040

Asisten :
Iman Ramacaesar R 02311745000059

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
ii

ABSTRAK
Interferometer adalah alat yang dirancang untuk
menghasilkan pola interferensi dari perbedaan panjang lintasan,
interferometer dibagi menjadi beberapa jenis yang salah satunya
yaitu interferometer michelson. Pada praktikum kali ini
digunakan sebuah perangkat lunak thorlab yang digunakan untuk
mengamati grafik perubahan jumlah frinji dengan panjang
lintasan yang berbeda. Selain menggunakan software kita juga
mengamati perubahan jumlah frinji berdasarkan teori dengan
menggunakan rumus, dan juga mengamati perubahan frinji pada
video yang telah direkam saat praktikum. Jika merujuk pada teori,
maka nilai panjang gelombang pada sumber cahaya yakni laser
He-Ne adalah 632,8 nm. Dengan cara memutar secara perlahan-
lahan skrup pengatur pada M2 sebesar 10m, 20m, dan 30 m
kemudian menghitung perubahan frinji yang diamati pada layar
yaitu sebanyak 32 , 59,67 dan 94,67, sedangkan dengan
perhitungan rumus didapat hasil yaitu 31.6, 63.2 dan 94.8,
sedangkan dari grafik didapat hasil 30, 61, dan 92. Pada
eksperimen kali ini dari analisis data hasil eksperimen dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan dengan
rumus dan hasil percobaan. Hal ini dapat terjadi karena berbagai
hal, salah satunya kesalahan set up alat dan human error. Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui semakin besar
perbedan panjang lintasan, maka semakin banyak pola pergeseran
frinji yang dihasilkan

Kata Kunci : Interferometer, Interferometer michelson,


perubahan pola frinji
ABSTRACT
Interferometer is a tool designed to produce interference
patterns of different length of path, interferometer divided into
several types one of which is michelson interferometer. In this
lab, a thorlab software is used to observe the change in the
number of fringe charts with different path lengths. In addition to
using the software we also observed a change in the number of
frinji based on theory by using formulas, and also observed the
fringe changes in the video that had been recorded during the
lab. If it refers to the theory, then the wavelength value at the
light source ie He-Ne laser is 632.8 nm. By slowly rotating the
regulator screw on M2 of 10m, 20m, and 30m then
calculating the observed fringe changes on the screen are 32,
59.67 and 94.67, while the calculation of the formula is 31.6, 63.2
and 94.8, the graph obtained results 30, 61, and 92. In this
experiment from the analysis of experimental data results can be
seen that there are differences in the calculation results with the
formula and the results of the experiment. This can happen
because of various things, one of them error set up tool and
human error. From the experiments that have been done can be
known the greater the length of trajectory of the track, the more
patterns of fringe shifts generated

Keywords: Interferometer, michelson interferometer, change of


fringe pattern

iii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat


Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Teknik Optik ini
dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam Laporan ini kami membahas tentang interferometer
michelson, dan mengetahui pengaruh perubahan panjang lintasan
terhadap jumlah pola frinji yang dihasilkan. Kami berharap
laporan yang kami buat ini nantinya dapat bermanfaat bagi
seluruh pembacanya, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pembacanya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
Laporan ini, khususnya kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada asisten praktikum Teknik Optik.
Kami mengetahui masih banyak kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan sebagai bahan perbaikan dalam penyusunan
laporan yang akan datang.

Surabaya, 27 November 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................ i
ABSTRAK................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Permasalahan.................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah............................................................. 2
1.4 Tujuan ............................................................................ 2
1.5 Sistematika Laporan ....................................................... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Interferensi ..................................................................... 3
2.2 Interferensi Michelson.................................................... 5
2.3 Bagian-bagian Interferometer ........................................ 6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan ............................................................... 11
3.2 Langkah Prercobaan ....................................................... 11
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data ................................................................... 13
4.2 Pembahasan .................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .................................................................... 17
5.2 Saran .............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Constructive interference .................................... 3


Gambar 2. 2 Destructive interference ...................................... 4
Gambar 2.3 Skema Interferometer Michelson ......................... 5
Gambar 2.4 Meja Interferometer ............................................. 6
Gambar 2.5 Sumber Cahaya (Laser)........................................ 7
Gambar 2.6 Bangku Sumber Cahaya ....................................... 7
Gambar 2.7 Beam Splitter........................................................ 8
Gambar 2.8 Cermin.................................................................. 8
Gambar 2.9 Beam Expander .................................................... 9
Gambar 2.10 Layar ................................................................. 10
Gambar 3. 1 Set Up Eksperimen .............................................. 11
Grafik 4.1 Gelombang pada OPM dengan L 10 m ............... 14
Grafik 4.2 Gelombang pada OPM dengan L 20 m ................ 14
Grafik 4.3 Gelombang pada OPM dengan L 30 m ............... 15

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Perhitungan Rumus ............... 13


Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan melalui pengamatan .............. 13
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan OPM ...................................... 15

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Michelson dan Morley melakukan percobaan dengan
menggunakan sebuah Interferometer yang diharapkan dapat
menghasilkan pola interferensi-interferensi yang terjadi ketika
dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat. Agar
hasil interferensi dapat diamati maka syarat yang harus dipenuhi
adalah dua sumber cahaya harus koheren dan memiliki beda fase
yang selalu tetap (memiliki frekuensi dan amplitudo harus sama).
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat
tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi yang
ditemikan oleh Michelson pada tahun 1881.
Prinsip dari interferometer ini yaitu membagi amplitudo
gelombang cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama.
Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan
dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter). Sumber
cahaya ini awalnya ditembakkan ke interferometer dan akan
mengalami pemfokusan melalui lensa cembung. Selanjutnya akan
diteruskan ke beam splitter atau pemecah cahaya sehingga cahaya
akan terbagi 2 yakni sebagian dipantulkan dan sebagian
diteruskan. Dua hasil pemecahan ini kemudian dipantulkan
kembali dan menyatu pada sebuah layar sehingga terjadi pola
interferensi yang terjadi karena adanya perbedaan panjang
lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah
disatukan tersebut (A, 2010).
Untuk dapat mengetahui cara kerja dari alat Inferometer
tersebut, sekaligus dapat melihat langsung bentuk princing yang
terbentuk. Dimana dari hasil princing itu, dapat digunakan
sebagai perbandingan dengan hasil teori,pengamatan video, dan
menggunakan software maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Permasalahan

1
2

Dari latar belakang di atas dapat permasalahan yang ingin


diselesaikan melalui praktikum ini adalah :
a. Bagaimana prinsip kerja interferometer michelson?
b. Bagaimana pengaruh perubahan jarak dengan jumlah
pergeseran frinji?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Mengetahui prinsip kerja interferometer Michelson
b. Mengetahui pengaruh perubahan jarak dengan pergeseran
frinji.

1.4 Sistematika Laporan


Dalam laporan praktikum kali ini terdiri atas lima Bab
dengan beberapa sub bab pada setiap babnya, berikut ini
sistematika laporan pada praktikum kali ini.
a. BAB I PENDAHULUAN : dalam bab ini berisikan
tentang latar belakang diadakannya praktikum kali ini,
selain itu berisikan juga permasalahan yang ingin
diselesaikan dalam pelaksanaan praktikum kali ini serta
tujuan tujuan diadakannya praktikum kali ini
b. BAB II DASAR TEORI : dalam bab ini berisikan tentang
teori-teori yang dijadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan praktikum kali ini
c. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN : dalam bab ini
berisikan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini
d. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN : dalam bab
ini berisikan tentang analisa dari hasil praktikum yang
telah dilakukan serta pembahasan dari praktikum
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN : dalam bab ini
berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari
pelaksanaan praktikum kali ini serta saran untuk
pelaksanaan praktikum untuk kedepannya
3

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Interferensi
Interferensi merupakan superposisi dua gelombang atau lebih.
Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang
gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang
yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya
tergantung pada perbedaan fasenya. Jika beda fasenya adalah 0
atau kelipatan 360o, maka gelombang akan sefase dan
berinterferensi saling menguatkan (konstruktif). Amplitudo yang
dihasilkan merupakan penjumlahan dari masing-masing
gelombang. Jika perbedaannya 180o maka gelombang yang
dihasilkan akan saling melemahkan (destruktif). Amplitudo yang
dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo masing-masing
gelombang. Perbedaan fase antara dua gelombang sering
disebabkan oleh adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh oleh kedua gelombang (Anonim, 2017).

Gambar 2. 3 Constructive interference


4

Gambar 2. 4 Destructive interference

Interferensi gelombang tidak teramati kecuali sumbernya


koheren, atau perbedaan fase diantara gelombang konstan
terhadap waktu. Koherensi dalam optika biasanya didapatkan
dengan membagi cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas
atau lebih yang kemudian digabungkan untuk menghasilkan pola
interferensi. Pembagian ini dapat dicapai dengan memantulkan
cahaya dari dua permukaan yang terpisah.
Alat yang dirancang untuk menghasilkan pola interferensi
dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optik.
Interferometer dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interferometer
pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo.
Pada pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas
cahaya pertama dibagi menjadi dua, sehingga menghasilkan dua
buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar
akan membentuk pola interferensi yang berwujud garis gelap
terang berselang-seling. Pada interferometer pembagi amplitudo,
dapat diumpamakan sebuah gelombang cahaya yang jatuh pada
suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan
diteruskan dan sebagian lainnya akan dipantulkan. Kedua
gelombang memiliki amplitudo yang lebih kecil dari gelombang
sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi.
Jika dua gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah
layar maka akan dihasilkan pola interferensi (Anonim, 2017).
5

2.2 Interferometer Michelson


Skema kerja interferometer seperti yang digambarkan pada
Gambar 2.3. Sinar yang bersumber dari sumber monokromatis
dibelah/split menjadi dua berkas sinar oleh cermin M0 (beam
splitter) yang memiliki kemiringan 45o dari arah sinar yang
datang. Beam splitter mentransmisikan setengah dari cahaya yang
datang menuju cermin Mi dan meneruskan sisanya ke cermin M2.
Sehingga masing masing berkas menempuh panjang lintasan yang
berbeda (L1 dan L2). Setelah terpantul dari cermin M1 dan M2,
kedua berkas kembali bertemu dan terjadi superposisi yang
menghasilkan pola interferensi yang diamati lewat teleskop atau
bisa juga dengan menggunakan layar (Anonim, 2017).

Gambar 2.3 Skema Interferometer Michelson

Bentuk pola interferensi dari kedua berkas bergantung dari


beda panjang lintasan yang telah dilalui. Pergantian antara pola
terang ke terang atau gelap ke gelap sesuai sebanding dengan
perbedaan fase sebesar 2n yang sebanding dengan selisih satu
panjang gelombang antara dua panjang lintasan yang ditempuh
berkas. Ketika cermin M2 bergerak pada arah refleksi sinar,
panjang lintasannya akan berubah dan pola yang tertangkap pada
layar akan menunjukkan pergeseran frinji (Anonim, 2017).
6

Jika Li mereprensentasikan panjang lintasan awal dari


cermin M2 (L2), dan AL adalah perubahan panjang L2, maka
perubahan panjang lintasan dapat diekspresikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang
n.
L ........................................................................ (2.1)
2
Jumlah pergeseran frinji (cycle) dinotasikan sebagai n.
Simbol X merupakan panjang gelombang sumber cahaya
pembentuk interferensi.

2.3 Bagian-bagian Interferometer


2.3.1 Meja Interferometer (table optic)

Gambar 2.4 Meja Interferometer

Meja interferometer adalah suatu alat yang digunakan


dalam percobaan interferometer Michelson yang nantinya
meja ini berfungsi untuk meletakkan alat-alat lain yang
digunakan dalam percobaan interferometer. Meja
interferometer berbentuk persegi panjang dengan permukaan
datar yang bertujuan agar cahaya dari sumber dapat diarahkan
sejajar terhadap permukaan meja sehingga dapat dipantulkan
oleh cermin dengan sudut datang dan sudut pantul berimpitan
(00), perlakuan tersebut bertujuan agar cahaya dari sumber
berinterferensi dengan cahaya yang dipantulkan (Sari, 2017).
7

2.3.2 Sumber Cahaya

Gambar 2.5 Sumber Cahaya (Laser)

Sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan


interferometer Michelson berupa cahaya monokromatik, salah
satu yang adalah laser. Laser merupakan sumber cahaya
tunggal dari radiasi tampak yang koheren. Pada panjang
gelombang yang lebih panjang, mudah untuk menghasilkan
gelombang koheren sehingga sering digunakan dalam
percobaan interferometer Michelson. Selain itu juga cahaya
keluaran laser mempunyai koherensi terhadap waktu dan
ruang sangat besar dibandingkan dengan sumber cahaya lain
(Sari, 2017).

2.3.3 Bangku Sumber Cahaya

Gambar 2.6 Bangku Sumber Cahaya


8

Bangku sumber cahaya adalah suatu alat yang digunakan


untuk meletakkan sumber cahaya yang akan digunakan dalam
percobaan nantinya. Bangku sumber cahaya ini berfungsi
nantinya agar sumber cahaya yang digunakan tidak bergeser-
geser artinya tetap pada posisinya (Sari, 2017).

2.3.4 Pembagi Berkas (Beam Splitter)

Gambar 2.7 Beam Splitter

Beam Splitter dalam percobaan interferometer Michelson


digunakan untuk membagi berkas cahaya. Dimana berkas
cahaya nantinya sebagian akan dipantulkan pada adjustable
mirror dan sebagian lagi akan ditranmisikan ke movable
mirror. Beam Splitter berupa semi transprance mirror yang
memiliki kemampuan transmisi dan juga refleksi dalam
percobaan interferometer Michelson digunakan untuk
membagi berkas cahaya dengan cara sebagian cahaya akan
dipantulkan pada adjustable mirror dan sebagian lagi akan
ditranmisikan ke movable mirror (Sari, 2017).

2.3.5 Cermin
9

Gambar 2.8 Cermin


Dalam percobaan intererometer Michelson ada dua
cermin yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Adjustable Mirror (M1)
Adjustable Mirror adalah cermin yang dipasang dengan
posisi tetap. Cermin ini berfungsi untuk memantulkan sumber
cahaya kembali ke beam splitter yang kemudian sumber
cahaya ini akan menuju layar.
Movable Mirror (M2)
Movable Mirror adalah cermin yang bisa digerakan
artinya cermin ini tidak dipasang dengan posisi tetap. Cermin
ini juga berfungsi untuk memantulkan sumber cahaya kembali
ke beam Splitter yang kemudian sumber cahaya ini akan
menuju layar. Selain untuk memantulkan sumber cahaya
kembali, cermin juga digunakan untuk menghitung jarak
perubahan lintasan dengan menggerakan cermin ini.

2.3.6 Beam Expander

Gambar 2.9 Beam Expander

Beam expander adalah komponen pada optik yang


digunakan untuk memperbesar beam. Beam Expander
merupakan konsep dasar yang digunakan pada teleskop (Sari,
2017).
10

2.3.7 Layar (Screen)

Gambar 2.10 Layar

Layar atau screen adalah alat yang digunakan untuk


menangkap terjadinya peristiwa interferensi, dengan layar ini
akan terlihat cincin-cincin yang berupa garis terang dan gelap
yang merupakan hasil interferensi. Layar juga bersifat semi
transaparan yang bertujuan agar peristiwa interferensi dapat
dilihat dari sisi sebaliknya (Sari, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan
Pada eksperimen ini peralatan yang dibutuhkan antara lain:
a. Beam splitter 50:50
b. 2 buah cermin
c. Beam ekspander
d. Laser He-Ne
e. Micro displacement
f. Layar
g. Statif
h. Tuas

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur pada eksperimen ini adalah sebagai berikut :
a. Peralatan disusun seperti pada gambar :

Gambar 3. 2Set Up Eksperimen

b. Salah satu cermin diletakkan diatas micro displacement


sebagai measurement mirror.

11
12

c. Micro Displacment digerakkan menggunakan tuas sebesar 10


micron, pastikan tidak ada getaran dari luar saat pergeseran
dilakukan.
d. Jumlah pergeseran frinji dicatat.
e. Langkah c sampai e diulangi dengan variasi perubahan jarak
20 dan 30 micron.
f. Hasil pecobaan dibandingkan dengan hasil perhitungan
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Pada praktikum ini interferometer digunakan untuk
mengamati pergeseran jumlah frinji (n). Dengan mengubah jarak
pada microdisplacement (L) sebesar 10 m, 20 m, dan 30 m
maka akan diperoleh nilai banyaknya pergeseran pola frinji (n)
dengan sumber cahaya dari laser He-Ne yang memiliki nilai
panjang gelombang () sebesar 632.8 nm.

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Perhitungan Rumus


L
(nm) N
(m)
10 632,8 31,60556258
20 632,8 63,21112516
30 632,8 94,81668774

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan melalui pengamatan


L
(nm) I II III N
(m)
10 632,8 33 30 33 32
20 632,8 59 58 62 59,67
30 632,8 93 93 95 93,67

Nilai n pada Tabel 4.2 di atas di dapatkan dari percobaan


manual menggunakan kamera video yang direkam untuk
mendapatkan pola frinji (gelap terang) dengan menghitung pola
frinji yang terdapat dalam video yang telah direkam dengan
menggunakan jarak perbedaan lintasan sebesar 10,20 dan 30 m.

Pada percobaan ketiga yaitu untuk mengetahui nilai n pada


percobaan Interferometer Michelson dapat dlihat menggunakan

13
14

sensor yang telah terhubung dengan OPM (Optical Power Meter)


sehingga didapatkan grafik seperti di bawah ini :

10 m
3.00E-05
2.50E-05
2.00E-05
1.50E-05
1.00E-05
5.00E-06
0.00E+00
50

85
1
8
15
22
29
36
43

57
64
71
78

92
99
106
113
120
Grafik 4.1 Gelombang pada OPM dengan L 10 m

20 m
3.00E-05
2.50E-05
2.00E-05
1.50E-05
1.00E-05
5.00E-06
0.00E+00
154
1
10
19
28
37
46
55
64
73
82
91
100
109
118
127
136
145

163

Gambar 4.2 Gelombang pada OPM dengan L 20 m


15

30 m
3.00E-05

2.00E-05

1.00E-05

0.00E+00
1
12
23
34
45
56
67
78
89
100
111
122
133
144
155
166
177
188
199
210
221
Gambar 4.3 Gelombang pada OPM dengan L 30 m

Pada gambar 4.1, gambar 4.2 dan gambar 4.3 di atas


merupakan grafik dimana percobaan Interferometer Michelson ini
menggunakan L (perubahan panjang lintasan) sebesar 10, 20
dan 30 m sehingga di dapatkan nilai n yang terlihat pada Tabel
4.3.

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan OPM


L (m) (nm) n
10 632,8 30
20 632,8 61
30 632,8 92

4.2 Pembahasan
Pada praktikum P4 Teknik Optik mengenai interferometer
Michelson ini, praktikan menyusun serangkaian alat optik agar
sesuai dengan susunan interferometer Michelson pada Gambar
3.1. Laser yang digunakan memiliki panjang gelombang sebesar
632.8 nm. Laser, beam splitter dan measurement mirror harus
dipastikan berada pada satu garis lurus, begitu pula dengan
reference mirror dan beam splitter agar interferensi dapat diamati
pada layar. Percobaan dilakukan dengan melakukan pergeseran
16

sebesar 10, 20 dan 30 mikron pada measurement mirror sambil


menghitung jumlah pergeseran frinji yang terjadi pada layar.
Berdasarkan percobaan ini, diperoleh data bahwa pada
pergeseran 10 mikron, terjadi rata-rata pergeseran frinji sebanyak
32 kali pada layar. Pada pergeseran cermin 20 mikron, 59,67 kali
pergeseran frinji terjadi dan pada pergeseran sebesar 30 mikron,
pergeseran frinji terjadi sebanyak 93,67 kali. Sedangkan
berdasarkan persamaan L= n, diperoleh pergeseran frinji
untuk pergeseran cermin sebesar 10, 20, dan 30 mikron secara
berturut-turut adalah sebesar 31.6, 63.2, dan 94.8 kali. Sedangkan
hasil berdasarkan grafik yang dihasilkan dari software thorlab
untuk pergeseran cermin sebesar 10, 20, dan 30 mikron secara
berturut-turut adalah sebesar 30, 61, dan 93 kali . Terjadinya
perbedaan ini salah satunya dapat disebabkan oleh kesalahan
perhitungan pada saat perhitungan pergeseran frinji karena pola
interferensi pada layar yang terkadang tidak jelas (blur) akibat
terjadinya vibrasi pada meja eksperimen.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut
a. Prinsip dasar inferometer Michleson adalah adanya
pemanfaatan gejala interferensi cahaya yang berasal dari
2 gelombang cahaya yang sefase. Dalam hal ini
digunakan beam splitter untuk membagi sinar laser
(dengan panjang gelombang 632.8 nm) sehingga
menghasilkan 2 gelombang yang koheren. Pada
inferometer Michleson, adanya perbedaan lintasan optik
(l) akan membentuk suatu pergeseran frinji.
b. Jumlah pergeseran frinji pada perubahan jarak 10 m, 20
m, 30 m berturut-turut adalah 32, 59,67, 93,67.
c. Pengaruh perubahan jarak terhadap jumlah pergeseran
frinji adalah semakin besar perubahan jarak maka
semakin banyak jumlah pergeseran frinji. Jumlah
pergeseran frinji dari hasil praktikum tidak sesuai hasil
perhitungan namun mendekati sesuai, karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi saat pengambilan
data.
5.2 Saran
Saran ke depannya untuk praktikum ini adalah:
a. Sebaiknya dilakukan perbaikan penyangga pada cermin
untuk menjaga kestabilan dan mengurangi getaran dalam
pengambilan data sehingga didapatkan hasil yang sesuai.
b. Praktikan lebih teliti dalam melaksanakan percobaan
agar tidak ada kesalahan pengaturan yang dapat
berakibat pada kesalahan pengambilan data.

17
18

Halaman ini sengaja dikosongkan


19

DAFTAR PUSTAKA

A, S. (2010). Laporan Eksperimen Interferometer Michelson


Fisika II. Jember: Universitas Negeri Jember.
Anonim. (2017). Modul Praktikum Teknik Optik . Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sari, O. N. (2017, 11 5). Academia. Diambil kembali dari
www.academia.edu/7006694/Interferometer

Anda mungkin juga menyukai