1.1. Latarbelakang
Arsitektur adalah seni bangunan yang bersifat universal. Rumah tinggal
sebagai salah satu karya arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat yang tidak dapat berdiri secara independen dan bebas, dipengaruhi
oleh ideologi, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berpengaruh pada
jenis, kualitas, dan produk karya arsitektur (Utabertha, 2003). Adapun menurut
Rasdi (2003), Arsitektur Islam berprinsip pada Alquran dan Sunah (Hadis Nabi),
dan menjadikan arsitektur Islam sebagai bagian integral dari Islam, yaitu Way of
life.
Merujuk pendapat Utaberta (2008), terdapat dua pendekatan untuk
memahami Arsitektur Islam. Pendekatan pertama berorientasi pada objek
sebagai produk masyarakat Islam, sedangkan pendekatan kedua lebih melihat
pada nilai dan prinsip dasar dalam Islam. Pendekatan kedua inilah yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan antara hal yang menjadi
produk masyarakat Islam dan nilai dasar prinsip Islam. Semua produk
masyarakat Islam itu belum tentu bernilai Islam, tetapi produk nilai prinsip Islam
sudah pasti Islami. Menurut Utaberta (2008), yang mengamati penulisan Spahic
Omer, akademisi yang menggunakan pendekatan nilai prinsip Islam, terdapat
tiga komponen sebagai inti pembahasan dan kerangka berpikir beliau. Pertama,
pemahaman dan pengertian tentang sejarah Islam. Kedua, analisis terhadap
Alquran dan Sunah sebagai sumber utama Islam. Ketiga, aktualisasi dari analisis
dan rumusan sebelumnya. Penerapan nilai prinsip Islam dalam arsitektur juga
dikemukakan oleh Munichy (2010), sebagai arsitek muslim, bahwa penerapan
nilai prinsip Islam dalam berarsitektur diharapkan mampu menjamin hubungan
hablumminallah, hablumminannas, dan hablumminalalamin. Pengaturan
tersebut akan menghasilkan konsep arsitektur Islami yang berpijak pada Alquran
dan Hadis, yang mencakup lima hal penting yaitu fungsi, bentuk, teknik,
keamanan, dan kenyamanan yang kesemuanya harus mempertimbangkan
kontekstualitas dan efisiensi.
Nilai-nilai Keislaman terdapat pada dua kitab, yaitu Alquran dan Hadis
(Sunah Rasul). Alquran merupakan firman Allah SWT sebagai pedoman hidup
manusia yang ditujukan untuk seluruh umat di dunia, baik umat muslim maupun
nonmuslim. Adapun Hadis merupakan sabda Rasul yang menjelaskan isi
1
2
Alquran. Kedua kitab ini memberikan petunjuk hidup untuk umat manusia, tidak
hanya untuk kehidupan akhirat, tetapi juga kehidupan dunia. Oleh karena itu,
arsitektur yang merupakan kebutuhan manusia di dunia sebaiknya juga
bercermin pada nilai-nilai yang terkandung pada kedua kitab tersebut (Pramono,
2010). Penggalan pendapat Kamil Khan Mumtaz dalam Utaberta, 2008,
menyebutkan bahwa jika Islam merujuk pada Agama Islam, dan muslim
merujuk pada orang-orang yang memeluk Islam, terminologi Arsitektur Islam
akan merujuk pada yang diinspirasikan oleh pemikiran dan aplikasi Islam, dan
dibuat untuk melayani kebutuhan religius Islam. Muslim atau orang-orang yang
memeluk Islam, pada dasarnya beraktivitas dengan mengikuti hal yang
diperintahkan dalam Islam dan menjauhi hal yang dilarang di dalamnya. Dalam
konteks rumah tinggal, terdapat aturan dan arahan dari ayat Alquran dan Sunah
Nabi yang membimbing aktivitas. Apabila hal tersebut dilakukan secara rutin
setiap hari, hal itu akan menjadi sikap hidup atau way of life bagi orang yang
melaksanakannya yang berpengaruh pada peruangan yang ditinggalinya dan
berpengaruh pada perwujudan rumah tinggalnya.
Menurut Wahid Ahmadi (2004), sikap hidup muslim dalam sebuah
masyarakat muslim akan berdampak pada terbentuknya peradaban muslim,
sedangkan wajah sebuah peradaban merupakan bagian dari ekspresi nilai-nilai
yang melahirkannya. Kebudayaan dan peradaban Islami pada masyarakat
muslim akan berpengaruh pada perwujudan masyarakat dari nilai-nilai yang telah
terinternalisasi yang melekat (tersibghah) dalam masyarakat tersebut dan
terwujud pada bentukan fisik arsitektur Islam sebagai produk budaya fisik yang
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ajaran Islam merupakan
seperangkat nilai yang integral (mutakamil) dan komprehensif (syamil).
Ajarannya membimbing umat manusia seutuhnya menuju kehidupan yang lurus.
Fisik, akal pikiran, perasaan, jiwa, dan hati nurani diarahkan menuju satu satu
titik yang merupakan tujuan akhir seluruh kehidupan, yaitu Allah SWT. Kita
sesungguhnya berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Keterkaitan
antara nilai Islam, budaya Islam, dan perwujudannya dapat diuraikan dalam dua
hal. Pertama, jika nilai-nilai Islam seorang muslim (masyarakat muslim) telah
mengkarakter, nilai tersebut akan memunculkan kebudayaan dan peradaban
Islam yang berpengaruh terhadap perwujudan ruang. Kedua, perwujudan
3
arsitektur (termasuk rumah tinggal) dipengaruhi oleh nilai-nilai Islami yang ada
pada manusia dan masyarakatnya.
Menurut Rasdi (2003), pengertian Karya Arsitektur Islam (termasuk rumah
tinggal) tidak hanya terbatas pada perwujudan bentuknya, tetapi juga pada nilai-
nilai hakiki dan semangat moral/akhlak, serta hikmah yang terkandung di
dalamnya. Perwujudan/ekspresinya tergantung pada ijtihad dan kretivitas arsitek,
pendekatan terhadap materi, ruang, waktu, cara berfikir, dan sudut pandang
yang tolok ukurnya bersumber pada Alquran dan Hadis. Rumah tinggal Islami
merupakan salah satu karya arsitektur Islam yang masih perlu dibahas lebih
mendalam, terkait dengan nilai-nilai Islam yang mengkarakter pada diri
penghuninya yang akhirnya terwujud pada bangunan rumah tinggalnya.
Idealnya, nilai-nilai Islam perlu diwujudkan dalam sebuah bangunan rumah
tinggal sehingga tercipta sebuah bangunan yang berguna untuk kehidupan dunia
dan sekaligus bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Nilai-nilai Islam yang tertuang
dalam ajaran akhlaklah yang akan ditelusuri melalui penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Handryant (2011), menyebutkan bahwa
Islam sebagai sebuah agama rahmatan lil alamin memberikan wawasan bahwa
sebuah rumah tidak hanya menjadi tempat berkumpul anggota keluarga, tetapi
juga menjadi tempat pendidikan dan pembelajaran. Islam juga menjelaskan
hubungan antara rumah, perumahan, dan permukiman dengan alam, sehingga
setiap elemen di dalam rumah harus dapat mencerminkankan kedamaian dan
kesatuan dengan lingkungan, serta menjelaskan pula berbagai aspek tentang
rumah tinggal di dalam Islam. Sebaliknya, yang terjadi pada masyarakat
Indonesia dewasa ini adalah rendahnya pemahaman umat Islam tentang konsep
rumah tinggal Islami (sebuah survei di Surakarta, 2010), juga isu yang
berkembang di masyarakat yang mempertanyakan bentuk rumah tinggal islami
tersebut (kompas.com, 4-7-09). Pertanyaan lain yang muncul adalah yang
mempertanyakan bentuk konsep permukiman yang menerapkan prinsip Islam.
Agama Islam dipeluk mayoritas penduduk Indonesia, maka
kecenderungan masyarakat muslim terhadap permintaan produk perumahan
dengan konsep Islam akan semakin tinggi. Dengan demikian, tidak
mengherankan jika saat ini semakin banyak pengembang yang menggarap
proyek hunian berkonsep Islami (kompas,com, 19-8-09).
4
yang artinya: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
sebagai khalifah di muka bumi ini berarti bahwa manusia tersebut merupakan
pemimpin, sekaligus pemelihara dan penjaga (Utaberta, 2003). Oleh karena itu,
manusia memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan alam
ini untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pernyataan tersebut jelas
bermakna bahwa Islam adalah agama rahmatan lilalamin (rahmat bagi seluruh
alam) sehingga lingkungan binaan, dalam hal ini produk arsitektur, harus
berprinsip pelestarian alam, yaitu serasi-awet-lestari (Noeman, 2003).
Akhir-akhir ini, telah terjadi kerusakan lingkungan dan krisis energi di bumi.
Kerusakan itu kini telah nyata, seperti terjadinya pemanasan global, cuaca yang
tidak menentu, pencemaran udara, bencana alam, kerusakan lingkungan, serta
krisis energi yang berakibat pada menurunnya kualitas hidup. Hal tersebut terjadi
karena konsumsi manusia yang berlebihan dalam menggunakan sumber daya
alam. Padahal, jika ditinjau kembali, jumlah sumber daya alam yang ada di dunia
ini terbatas sehingga pada akhirnya alam tidak mampu lagi mensuplai dan
memperbarui sumbernya untuk kebutuhan manusia dalam jumlah yang lebih
(Moughtin, 2005). Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, dikhawatirkan
manusia dan makhluk di bumi tidak dapat terus hidup. Disinyalir, sekitar 48%
penyumbang kerusakan di bumi disebabkan oleh bidang pembangunan
(konstruksi), mulai dari pengambilan sumber daya alam sampai polusi yang
dihasilkannya (Holcim, Akmal, 2007). Sebetulnya, prinsip pengingatan akan
kehidupan yang berkelanjutan dan banyaknya kerusakan dimuka bumi telah
tercantum dalam Alquran Surat Ar-Ruum (30) ayat 41:
Yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
sistem budaya, yaitu core element (seting yang selalu tetap) dan peripheral
element (seting yang berubah sesuai perkembangan).
Menurut Maslow (2003), kebutuhan manusia menunjukkan hierarki dari
kebutuhan yang paling dasar/pokok hingga kebutuhan tingkat lanjut (advance).
Teori Maslow tersebut menjelaskan hierarki kebutuhan manusia terhadap
pemenuhan hunian. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini pada
umumnya akan berjenjang lima tahapan, mulai dari 1) Psysiological Needs atau
Survival Needs (Fisiologis), 2) Safety Needs atau Security Needs (Keamanan), 3)
Social Needs (Sosial), 4) Esteem Needs (Penghargaan), dan 5). Self
Actualization Needs (Kebutuhan aktualisasi diri). Kaitan Social Need dengan
manusia sebagai makhluk sosial dalam ajaran Islam adalah interaksi hubungan
hablum minannas, yaitu bahwa pada dasarnya manusia ingin berhubungan
dengan manusia lainnya dan ingin diakui serta diterima sebagai anggota
masyarakat.
Teori Al Faruqi (1999) tentang Seni Islam (Arsitektur Islam) menyatakan
bahwa seni Islam selain sebagai ungkapan keindahan juga merupakan ungkapan
kebenaran dan kebaikan bagi para pemeluknya. Beliau merumuskan bahwa seni
Islam merupakan pandangan tentang keindahan yang muncul dari pandangan
dunia tauhid yang merupakan inti ajaran Islam, yaitu keindahan yang dapat
membawa kesadaran penanggap kepada ide transendensi. Klasifikasi Al Faruqi
(1999) terhadap produk estetis dunia Islam (Produk Seni Islam) yang konsisten
dengan dasar pandangan tauhid adalah (1) seni sastra, (2) seni kaligrafi, (3) seni
dekorasi, (4) arabesque/stilisasi versi Islam, (5) seni suara, meliputi handasah al-
shawt/tilawah Alquran, seni musik, dan seni pertunjukan/performance art, serta
(6) seni ruang (spatial art) meliputi arsitektur, pertamanan (hortikultura &
aquakultura), tata kota (urban planning), dan tata desa (rural planning). Contoh
penggunaan Struktur Arabesk (stilisasi versi Islam) dalam seni ruang di
antaranya (a) struktur multi unit, (b) struktur saling mengunci (interlocking), (c)
struktur berkelok, dan (d) struktur mengembang. Al Faruqi menempatkan
Arsitektur sebagai salah satu bagian dalam seni ruang, yang di dalamnya
terdapat enam karakteristik estetis seni Islam, yaitu abstraksi, struktur modular,
kombinasi suksesif, repetisi, dinamisme, dan kerumitan. Teori-teori tersebut
terwujud dalam fisik rumah tinggal yang sangat beragam, bergantung pada
pemahaman, pemaknaan, dan tingkah laku yang diungkapkan, baik secara
9
terdiri atas enam keimanan, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat,
iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi/Rasul Allah, iman kepada hati
kiyamat, dan iman kepada takdir Allah. Rukun Islam sebagai dasar pengamalan
terdiri atas lima rukun, yaitu syahadat, salat, puasa, zakat dan haji (Shihab,
1992). Masing-masing harus dikerjakan dan diamalkan sesuai kemampuan
dalam tingkatan pemahaman manusia terhadap Iman, Islam, dan Ihsan. Selain
itu, keduanya pun tercermin dalam nilai-nilai Islami yang tampak secara batiniah
dan lahiriah, yang juga berdampak pada wujud kehidupan individu dan sosial
pada kehidupan dunia sebagai bekal hidup di akhirat.
Prinsip Iman merupakan dasar keyakinan yang fundamental dalam ajaran
Islam. Keyakinan kuat terhadap Allah, yakni keyakinan bahwa Allah itu Maha
Esa, Mahakuasa, Mahakaya, dan Maha segala-galanya, akan menempatkan
manusia pada kedudukan yang sebenar-benarnya yang taat dan patuh serta
berserah diri kepada zat penciptanya, yaitu Allah subhanahuwataala. Sikap
berserah diri dan tunduk yang didasari keyakinan penuh inilah yang disebut
Islam. Dengan keimanan yang kuat, kokoh, dan membaja dengan dilandasi oleh
rasa berserah diri sepenuhnya kepada zat pencipta, Allah SWT, manusia akan
merasa bahwa semua tingkah laku, perbuatan, dan ucapannya selalu diawasi
dan dikontrol oleh Allah SWT. Pemahaman tersebut menyebabkan manusia
berhati-hati dalam bertindak, tidak melakukan penyelewengan, ketidakjujuran,
kemunafikan, dan sebagainya karena perbuatan manusia setiap harinya selalu
diketahui Allah dan terekam, serta tercatat oleh malaikat. Semua kegiatan
muslim berlandaskan pada ibadah untuk mencari rida Allah ini disebut Ihsan.
Jadi, ajaran Islam yang pokok adalah Iman, Islam, dan Ihsan.
Dari berbagai uraian sebelumnya, dapat diuraikan tentang State of the Art
mengenai penelitian Nilai-nilai Keislaman dalam Rumah Tinggal, sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.1 berikut:
11
Gambar 1.1: State of the art Nilai-nilai Keislaman dalam Rumah Tinggal
a. Isu kebutuhan rumah tinggal bernilai keislaman pada masa kini, yang
disandingkan dengan fenomena yang muncul berupa melemahnya
karakter kehidupan beragama Islam.
b. Kebutuhan untuk mengantisipasi menurunnya kehidupan beragama
Islam, khususnya dalam perwujudan rumah tinggalnya sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terwujudnya rumah tinggal Islami.
c. Keterkaitan antara teori atau konsep rumah tinggal pada umumnya
belum dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Dalam Islam, ilmu tidak
dapat dipisahkan dengan agama sehingga dilakukan penggabungan
antara The Law of God (prinsip berdasar hukum Allah, yaitu Nilai-nilai
keislaman, yang tercantum dalam Al-Quran), dan The Law of Nature
(prinsip berdasar hukum alam dan teori hasil olah pikir manusia)
sebagai teori pendukung.
najis, muhrim, tamzis, balig, gender, ruang orang tua, kawasan haram, dan
kawasan wakaf.
3. Penelitian Mappaturi (2012) tentang pagar hunian sebagai citra, estetika,
atau simbol permusuhan terhadap lingkungan sekitar, dikaitkan dengan
perintah Islam untuk memuliakan tetangga, yaitu menjaga hablumminannas
dengan tetangga. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa dalam
mendesain pagar hunian yang bersifat semi transparan, sebaiknya memberi
kesan terbuka serta pengaruh baik pada rasa persaudaraan dan interaksi
dengan tetangga.
4. Penelitian Triyosoputri dan Etikawati (2012) mengkaji tentang peranan dan
pengaruh nilai Islam pada rumah tinggal di Malang. Penelitian ini mempunyai
fokus kajian pada elemen pembatas ruang publik dan ruang privat.
Temuannya berupa adanya pembatas antara ruang publik dan ruang privat
yang bersifat permanen dan nonpermanen.
5. Penelitian literatur oleh Nurjayanti (2004) tentang Aplikasi Konsep Islam
pada Rumah Tinggal merekomendasikan konsep ruang dalam/interior,
konsep ruang luar, dan bentuk bangunan. Pada pola rumah tinggal islami,
terdapat fungsi mushala sebagai tempat salat sekeluarga, terdapat
pemisahan yang jelas antara publik dan privat, adanya perlindungan
terhadap wanita dengan ruang berhijab, serta rumah estetis dan bersih dari
najis.
6. Penelitian literatur oleh Ikhwanuddin (2004) tentang Interpretasi Tekstual
Konsep Ruang dalam Islam, menyatakan bahwa nilai ruang dalam Islam
selalu dikaitkan dengan fungsi ruang, aktivitas yang dilakukan di dalamnya,
dan pelakunya. Pelaku dalam hal ini sangat mempertimbangkan faktor
gender: seluruhnya pria, seluruhnya wanita, atau campuran keduanya.
7. Penlitian literatur oleh Nashrah dan Arsyad (2010) tentang Penerapan
Konsep Arsitektur Islami sebagai Alternatif dalam Perencanaan dan
Perancangan Rumah Tinggal menunjukkan adanya konsep peruangan pada
rumah tinggal islami yang di antaranya juga mengacu pada tulisan Nurjayanti
(2004).
8. Publikasi oleh Sukawi (2010) berjudul Wujud Arsitektur Islam pada Rumah
Tradisional Kampung Kulitan Semarang menunjukkan adanya akulturasi
budaya yang disebabkan oleh Islam. Hal ini terlihat dari bentuk bukaan
17
fasade berupa tiga pintu yang melambangkan Islam, Iman, dan Ihsan.
Terdapat ornamen bentuk lubang angin berupa hiasan geometris dan floris
yang sesuai dengan ajaran Islam, serta bentuk denah dengan pembagian
zona yang jelas antara publik, semi publik, dan privat.
9. Publikasi oleh Burhanuddin (2010), yang berjudul Konsep Teritori dan
Privasi sebagai Landasan Perancangan dalam Islam. Penelitian tersebut
menerangkan bahwa konsep teritori dan privasi yang dewasa ini sudah
jarang kita jumpai dalam suatu rumah tangga, sangat dipengaruhi oleh
kondisi era modern. Konsep teritori terlhat pada batas-batas berkunjung
(bertamu) bagi tamu yang tidak mempunyai hubungan keluarga (bukan
muhrimnya). Desain rumah tinggal sangat menpengaruhi penerapan batas-
batas teritori dan privasi, misalnya seorang tamu dapat melihat langsung ke
dalam ruang keluarga pada saat berkunjung. Tatanan berperilaku dalam
kesehariannya terkadang terabaikan oleh kebiasaan-kebiasaan yang ada.
Hal ini seharusnya dikontrol dengan kaidah dan norma-norma yang
terkandung dalam ajaran Islam.
oleh developer dengan menggunakan citra muslim dan dianggap mewakili era
sekarang, dibangun mulai tahun 2006.
Orisinalitas penelitian terkait metode penelitian studi kasus menunjukkan
bahwa desertasi di bidang arsitektur yang telah menggunakan metoda studi
kasus belum banyak dilakukan sebelumnya. Ada beberapa penelitian studi
Disertasi S3 dan Thesis S2 yang berasal dari bidang ilmu arsitektur maupun
yang bukan dari bidang ilmu arsitektur, antara lain:
(1). Penelitian Disertasi (Ph.D dari University of London, tahun 2000), berjudul:
Residential Land Developers Behaviour in Jabotabek, Indonesia yang diteliti oleh
Winarso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus yang
merupakan penelitian eksplorasi tentang perilaku developer di Jabodetabek.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa harga tanah lebih dominan daripada jarak
rumah ke pusat kota atau tempat kerja. Studi kasus di dalamnya digunakan
sebagai metoda untuk problem solving.
(2). Penelitian Disertasi (Dr. bidang ilmu manajemen UGM, tahun 2012) berjudul
Studi Eksplorasi tentang Keselarasan Strategi Teknologi Informasi dan Strategi
Bisnis diteliti oleh Wahyuni. Penelitian ini menggunakan metoda studi kasus,
berupa kasus jamak dengan paradigma kualitatif-interpretivis.
(3) Penelitian Disertasi (Dr. bidang ilmu Geografi UGM, tahun 2011) berjudul
Perubahan Pola Spasial Pergerakan Penduduk dan Lokasi Pelayanan Ekonomi
yang Tersubstitusi oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus:
Perkotaan Yogyakarta). Penelitian ini ditulis oleh Rachmawati, menggunakan
metoda studi kasus, berupa kasus tunggal.
(4) Penelitian Thesis S2 Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah
UGM (2010) berjudul Strategi Bermukim Buruh Migran Industri, Studi Kasus
Buruh Migran Industri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang oleh Hutomo,
merupakan penelitian eksplanatoris dengan metode studi kasus, berupa kasus
jamak.
Penelitian tersebut diatas menggunakan metoda studi kasus, namun
berbeda dengan penelitian penulis yang berupa penelitian studi kasus
eksploratoris, dengan paradigma postpositivistik dimana data penelitian diambil
dengan berlandaskan teori dan empiri. Dalam hal jumlah kasus peneliti
menggunakan kasus jamak pada permukiman berlatar belakang muslim.