Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ACNE VULGARIS

1. Definisi
Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain
akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari
apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung.
Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang
kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau
membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak
faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya
Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam
etiologi (Dorland, 2002).
2. Klasifikasi
Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga
bagian yaitu:
a. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale,
akne mekanika dan lainnya.
b. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne
pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.
c. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones dan akne
radiasi.
3. Etiologi
Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha (dalam
Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktorfaktor yang mempengaruhi
terjadinya akne adalah:
a. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang
menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45%
remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke
dua orang tuanya tidak menderita akne.
b. Faktor ras
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan
yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang
Jepang.
c. Hormonal
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan
dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti
menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 6070% akne yang diderita
menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu
setelah menstruasi.
d. Diet
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis
makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah
mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.
e. Iklim
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum
epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan
dapat memperburuk akne.
f. Lingkungan
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
g. Stres
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.
4. Manifestasi Klinis
Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup,
papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk
yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada
komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan
daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering
disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh
paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi
pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-
sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane
dalam Nelson 1999).
Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan
estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di
tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure
melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo).
Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung
unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo)
(wasitaatmadja, 2007)
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya akne diperlukan untuk pengobatan. Ada
berbagai pola pembagian gradasi akne yang dikemukakan. Menurut wasitaatmadja
(1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN
Dr. Cipto Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:
a. Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak beradang
pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.
b. Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak beradang
lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi, sedikit lesi
beradang pada lebih dari satu predileksi.
c. Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak lebih
beradang pada satu atau lebih predileksi.
5. Komplikasi
Semua tipe Acne berpotensi meniggalkan sekuele. Hamper semua lesi Acne akan
meninggalkan akula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh. Pada warna
kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan berbulan bulan
setelah lesi Acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada beberapa
individu. Selain itu, adanya Acne juga meneyebabkan dampak psikologis. Dikataka 30
50% penderita Acne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya Acne.
6. Patofisiologi
Jerawat merupakan proses inflamasi kronik pada kelenjar sebasea, yang sering dialami
oleh remaja dan dewasa muda akan menghillang dengan sendirinya pada usia 20 30
tahun. Walaupun demikian ada banyak kasus orang setengah baya yang mengalami Acne.
Acne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum.
Pada system hormon, hormon androgen adalah perngsang sekresi sebum, sedangkan
estrogen mengurangi produksi sebum. Suatu awitan mendadak serangan akne yang
disertai hirsutisme dan / atau kelainan menstruasi mungkin menunjukkan adanya
gangguan endrokrin pada pasien wanita. Akne pada wanita berusia sekitar 20 an, 30
an, dan 40 an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya
minyak dan menimbulkann komedo.
Factor factor mekanik , seperti mengusap, tekanan fleksi, dapat juga mencetuskan Acne.
Obat obatan juga dapat mencetuskan Acne. Kortikosteroid oral kronik yang dipakai
untuk mengobati penyakit lain ( seperti lupus eritemasus sistemik atau transplan ginjal )
dapat menimbulkan putula di permukaan kulit wajah, dada, dan punggung. Kontrasepsi
oral biasanya dapat membantu pengobatan Acne karena mengandung estrogen. Akan
tetapi, pada beberapa wanita, kontrasepsi oral justru dapat memperburuk keadaan. Obat
obatan lain yang diketahui dapat mempercepat atau memperberat Acne adalah bromide,
yodida, lifetonin, litium, dan hidrazid asam isonikotinat.
7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis.
1) Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi
hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur
kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone,
DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone
(FSH).
2) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan
ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.
b. Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely
arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular
menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding
follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan
atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign
body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis
dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).
9. Penatalaksanaan
Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat
sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.
a. Pengobatan topikal.
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan
iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi
jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya
seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
b. Pengobatan sistemik.
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di
samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan
mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti
bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara
kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan
retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non
steroid.
c. Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki
jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan
jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).
10. Pencegahan Akne Vulgaris
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah
lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup
berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya;
menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan
sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini
penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus
asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).
ASUHAN KEPERAWATAN
ACNE VULGARIS

Anda mungkin juga menyukai