Naskah diterima: 26 Maret 2015; direvisi: 10 Mei 2015; disetujui: 20 Mei 2015
Abstrak
Pemberian nama pada bayi saat lahir, secara umum, memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hal
itu dapat dijumpai di Indonesia, termasuk di Bali. Dalam masyarakat Bali pemberian nama
pada bayi umumnya memiliki harapan-harapan tertentu. Kajian ini termasuk dalam bidang
ilmu linguistik antropologi. Sehubungan dengan hal itu, tulisan ini membahas dua masalah:
struktur linguistik dan makna, baik makna leksikal/tekstual maupun makna kontekstual.
Berdasarkan analisis struktur linguistik, ditemukan nama-nama orang Bali yang tergolong
dalam tiga jenis kata: (1) kata sandang, (2) kata sifat, dan (3) kata bilangan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara leksikal nama orang Bali mempunyai makna pengharapan dan
makna kenangan. Di samping itu, secara kontekstual, nama-nama tersebut mengandung
makna tersendiri sesuai dengan interpretasi pemberi nama.
Abstract
Giving the name of the baby at birth, in general, has a specific purpose. It can be found in
Indonesia, including Bali. In Balinese, naming babies generally has certain expectations. This
study belongs to the linguistic anthropology. Accordingly, this paper discusses two issues:
the linguistic structure and meaning, both lexical meaning/ textual and contextual meaning.
Based on the analysis of the linguistic structure, it was found that the names of Balinese were
classified into three types of words: (1) articles, (2) adjectives, and (3) numeral. The result
shows that lexically the names of Balinese have the meaning of expectation and memory.
Besides, contextually, these names contain special meaning based on the interpretation of
the giver.
Sehubungan dengan hal itu, pada kaitannya dengan tulisan ini, yaitu linguistik
kesempatan ini akan dibahas satu masalah antropologi adalah struktur linguistik, makna
saja, yaitu golongan sosial. Golongan sosial linguistik/tekstual, dan makna kontekstual/
merupakan satu kesatuan manusia yang ditandai tersirat yang terkandung dalam nama-nama
oleh suatu ciri tertentu yang memiliki ikatan yang diberikan atau melekat pada orang Bali.
identitas sosial. Golongan sosial yang dimaksud Uraian tersebut mengindikasikan
adalah lapisan atau kelas sosial yang dikenal adanya dua masalah yang perlu dikaji, yaitu
dalam pandangan masyarakat kuno sebagai (1) struktur linguistik nama masyarakat Bali,
lapisan bangsawan, orang biasa, budak, dan (2) makna linguistik dan kontekstual yang
sebagainya. terkandung pada nama dan di balik nama-
Golongan sosial seperti yang tersebut nama tersebut. Secara khusus penelitian ini
di atas juga terdapat dalam masyarakat atau bertujuan untuk menjawab permasalahan
budaya Bali. Golongan sosial di Bali sangat yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu (1)
dipengaruhi oleh sistem keagamaan atau mendeskripsikan struktur linguistik nama dalam
religi. Di Bali dikenal adanya empat golongan masyarakat Bali, dan (2) mendeskripsikan
sosial, yaitu brahmana, kesatria, waisya, dan dan mendalami makna linguistik dan makna
sudra. Keempat golongan itu lazim disebut kontekstual yang terkandung pada nama dan
catur wangsa, catur warna, atau kasta (Wiana, di balik nama tersebut.
2006:10). Dalam masyarakat Bali terdapat Ada tiga konsep dasar yang dijabarkan
empat golongan kasta, yaitu brahmana, dan berhubungan dengan masalah dalam
kesatria, waisya, dan sudra. Penggolongan pada tulisan ini, yaitu (1) nama, (2) struktur, dan (3)
umumnya disebut catur warna, catur wangsa, makna. Nama adalah kata untuk menyebut atau
catur jatma/janma (Agung, 2001:45). memanggil orang, tempat, barang, binatang,
Masing-masing golongan sosial dan sebagainya. Nama julukan adalah nama
masyarakat Bali itu memiliki ciri-ciri tertentu. yang ditambahkan pada nama asli (biasanya
Salah satu ciri yang membedakan golongan berkaitan dengan ciri-ciri tubuh atau watak khas
atau kelas sosial yang satu dengan yang lainnya pemilik nama). Nama panggilan adalah nama
adalah nama yang melekat padanya. Nama- yang digunakan dalam penyapaan (Sugono
nama orang Bali yang beragam mencerminkan dkk., 2008:950).
bahwa mereka berasal dari kelas atau golongan Struktur atau bentuk adalah penampakan
sosial yang berbeda. atau rupa satuan bahasa; satuan gramatikal
Berdasarkan latar belakang tersebut, atau leksikal yang dipandang secara fonis
ruang lingkup tulisan ini dibatasi hanya pada yang bersangkutan dengan bunyi bahasa atau
nama orang, bukan nama tempat, desa, jalan, grafemis yang berhubungan dengan tulisan atau
atau yang lainnya. Tulisan ini termasuk dalam huruf (Kridalaksana, 2001:26) Adapun struktur
lingkup linguistik antroplogi karena mengkaji yang dimaksud dalam hal ini adalah struktur
struktur linguistik dan makna--bagian dari linguistik yang membentuk nama dan gelar
ilmu bahasa--dalam hubungannya dengan masyarakat Bali.
golongan atau sistem sosial dan sistem relegi Makna menurut Palmer (1976:22) tidak
yang merupakan bagian dari kebudayaan Bali. semata-mata mereeksikan realitas dunia nyata,
Linguistik antropologi adalah cabang ilmu tetapi lebih menampakkan minat atau perhatian
bahasa yang memusatkan kajiannya pada dari pemakainya. Sementara itu, Halliday
bidang antropologi atau kebudayaan. Dalam (1978:112, 123124) mengatakan bahwa
bahasa sebagai proses sosial tidak terlepas kasta dan tradisi; struktur keluarga; dan sistem
dari seperangkat makna atau teks. Makna perkawinan. (4) Memahami Perbedaan Catur
diproduksi dan direproduksi berdasarkan Warna, Kasta, dan Wangsa, ditulis oleh I Ketut
kondisi sosial tertentu dan melalui pelaku Wiana tahun 2006. Buku tersebut memberikan
dan objek-objek materi tertentu. Makna konstribusi terhadap tulisan ini khususnya
dalam hubungannya dengan subjek dan objek yang berhubungan dengan bentuk-bentuk
secara konkret tidak bisa diuraikan, kecuali nama dalam masyarakat Bali. Berdasarkan
berdasarkan seperangkat hubungannya dengan kajian pustaka tersebut dapat diketahui bahwa
struktur sosial masyarakat, hubungan peran, penelitian dan kajian yang dilakukan oleh
dan perilaku. Makna yang dimaksud dalam peneliti terdahulu lebih bersifat umum. Dalam
tulisan ini tidak hanya makna berdasarkan teks, tulisan ini, kajian lebih dipusatkan pada
tetapi juga makna berdasarkan konteksnya yang struktur linguistik, makna linguistik, dan makna
terdapat dalam struktur linguistik dan bentuk- kontekstual nama masyarakat Bali.
bentuk lingual. Makna nama dalam masyarakat Teori yang digunakan sebagai acuan
Bali dalam hal ini diartikan sebagai sebuah tulisan ini adalah teori linguistik antropologi/
kata yang memiliki makna linguistik/tekstual/ antropolinguistik. Linguistik antropologi
tersurat dan makna kontekstual/tersirat (Riana, adalah cabang ilmu yang mempelajari variasi
2003:10--11). dan penggunaan bahasa dalam hubungannya
dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh
TEORI kebiasaan etnik, kepercayaan, etika bahasa,
Berdasarkan studi pustaka yang adat istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain
dilakukan, ada beberapa tulisan yang ditulis dari suatu suku bangsa. Linguistik antropologi
oleh para peneliti terdahulu, baik itu berupa menitikberatkan pada hubungan antara bahasa
hasil penelitian maupun buku yang relevan dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat
untuk dikaji dalam hubungannya dengan (Sibarani, 2004:50).
tulisan ini, seperti (1) Ulap-Ulap: Wacana Palmer (1996:36) menggunakan istilah
Ritual Masyarakat Hindu di Bali, ditulis oleh linguistik budaya untuk bidang ilmu tersebut.
I Wayan Sudiarta tahun 2000, (2) Aksara Bali Linguistik budaya adalah sebuah disiplin ilmu
dalam Upacara Caru Rsi Gana dalam Perspektif yang muncul sebagai persoalan dari ilmu
Linguistik Kebudayaan, ditulis oleh I Wayan antropologi yang merupakan perpaduan dari
Mandra tahun 2003. Kedua kajian tersebut ilmu bahasa dan budaya. Linguistik budaya
memberikan kontribusi terhadap tulisan ini secara mendasar tidak hanya berhubungan
terutama yang menyangkut metode, teori ,dan dengan kenyataan objektif, tetapi juga mengenai
kajian tentang bentuk dan makna sebagai sesuatu bagaimana orang/masyarakat itu berbicara,
yang khas dalam studi linguistik kebudayaan mengenai dunia yang mereka gambarkan sendiri.
atau linguistik antropologi. (3)Perubahan Linguistik budaya berhubungan dengan makna/
Sosial dan Pertentangan Kasta di Bali Utara, arti yang bersifat interpretatif (penafsiran), atas
ditulis oleh oleh Anak Agung Gde Putra Agung keseluruhan konteks (linguistik, sosial, dan
tahun 2001. Dalam kaitannya dengan tulisan budaya).
ini, penulis dalam bukunya membahas sistem Linguistik kebudayaan adalah sebuah
sosial tentang sistem kasta yang meliputi studi yang meneliti hubungan intrinsik antara
penggolongan kasta, pembentukan kasta, dan bahasa dan budaya, bahasa dipandang sebagai
Berdasarkan tabel tersebut dapat Kata-kata yang bercetak tebal pada tabel
diketahui bahwa kata sandang sebagai unsur di atas, yaitu bagus dan ayu dapat membedakan
depan pada nama masyarakat Bali dapat jenis kelamin sang pemilik nama. Contoh
membedakan jenis kelamin. Kata sandang /i/ nama (1 dan 2) adalah nama yang berasal dari
menandakan bahwa si pemilik nama berjenis golongan brahmana. Sementara itu, contoh 3
kelamin laki-laki. Sementara itu, kata sandang s.d. 7 adalah nama-nama orang yang berasal
/ni/ yang berada di bagian depan nama dari golongan kesatria.
masyarakat Bali menandakan pemiliknya
berjenis kelamin perempuan. Hal itu berlaku Kata Bilangan
pada nama golongan masyarakat biasa (waisya, Kata bilangan/numeralia adalah kata
sudra). yang menunjukkan bilangan atau kuantitas
(Sugono dkk., 2008:970). Dalam hubungannnya
Kata Sifat/Adjektiva dengan tulisan ini, kata bilangan tersebut dapat
Adjektiva adalah kata yang menerangkan menunjukkan urutan kelahiran.
nomina (kata benda) dan secara umum dapat Kata bilangan dalam bahasa Jawa Kuno
bergabung dengan kata lebih dan sangat yang telah diserap ke dalam bahasa Bali, yaitu
(Sugono dkk., 2008:970). Dalam hubungannya eka, dwi, tri, catur, panca, dan seterusnya
dengan tulisan ini, kata sifat berdiri sendiri/ tidaksampai dengan dasa adalah kata bilangan
pernah digabung dengan kata lainnya. Kata sifat yang sering digunakan sebagai bagian dari
yang dimaksud adalah kata bagus dan ayu. Kata unsur nama masyarakat Bali. Perhatikan tabel
bagus bermakna tampan, dan ayu bermakna berikut.
cantik. Kedua kata sifat itu apabila digunakan
sebagai unsur nama masyarakat Bali akan Tabel 3 Kata Bilangan sebagai Unsur
membedakan jenis kelamin si pemilik nama. Nama
Penggunaan kata bagus dan ayu pada umumnya Makna kata
No. Nama
dijumpai pada nama-nama masyarakat Bali bilangan
golongan brahmana dan kesatria, seperti contoh
1. I Putu Ekatini Negari satu
nama pada tabel berikut.
2. Ni Made Dwi Antika dua
Tabel 2 Kata Sifat sebagai Unsur Nama
3. Ni Nyoman Tri Handayani tiga
Makna Kata
No. Nama
Sifat 4. I Ketut Catur Widiantara empat
Kata-kata yang bercetak tebal sebagai Tabel 4 Contoh Singkatan Nama Depan
bagian dari nama dalam tabel di atas tergolong No. Singkatan Nama Depan Asal-usul
kata bilangan. Kata-kata tersebut adalah /eka/, 1. IB. Brahmana
/dwi/, /tri/, /catur/, /panca/, /sapta/, dan /sanga/. 2. IA. Brahmana
Pada umumnya, kata bilangan /eka/ sebagai
3. Cok. I.A. Kesatria
bagian atau unsur nama orang menunjukkan
4. Cok. Bgs. Kesatria
bahwa si pemilik nama adalah anak yang
lahir ke-1, 5, 9, dan seterusnya. Berdasarkan 5. A.A. Gd. Kesatria
s.d. 17) adalah singkatan nama depan golongan penggunaan bahasa itu. Makna kontekstual atau
masyarakat biasa atau kebanyakan. Masing- makna situasional sering juga disebut makna
masing sebagai berikut. I Wy, I W., I Wyn. (I gramatikal (Chaer, 1990:64).
Wayan); I Gd. (I Gede); I Pt. (I Putu); I Ngh. Dalam Sugono (2002:703) dijelaskan
(I Nengah); I Md. (I Made); I N, I Nymn., I Ny. bahwa kata kontekstual berarti berhubungan
(I Nyoman); dan I Kt. (I Ketut). dengan konteks. Makna kontekstual adalah
makna yang didasarkan atas hubungan antara
Makna Linguistik/Tekstual dan Makna ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu.
Kontekstual Uraian itu sejalan dengan uraian yang terdapat
Makna linguistik adalah makna primer, dalam Kridalaksana (2001:132), bahwa
yaitu makna nama dalam masyarakat Bali makna kontekstual adalah hubungan ujaran
berdasarkan struktur atau bentuknya. Makna dan situasi dimana ujaran itu dipakai.Makna
kontekstual muncul sebagai hasil dari teori kontekstual juga sering disebut makna budaya.
kontekstual yang pertama kali diungkapkan Makna kontekstual yang dimaksud dalam
oleh J.R. Firth pada tahun 1930. Dari tangan tulisan ini adalah (1) makna yang ada di balik
Firth dapat diwarisi pikiran tentang konteks nama masyarakat Bali, dan (2) makna yang
situasi dalam analisis makna. Teori kontekstual berhubungan dengan konteks nama tersebut.
mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau Berdasarkan kajian yang dilakukan
simbol ujaran tidak mempunyai makna jika terhadap nama masyarakat Bali ditemukan
ia terlepas dari konteksnya. Akan tetapi, ada dua makna linguistik atau makna struktur.
pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap Makna tersebut adalah makna pengharapan
kata mempunyai makna dasar atau primer yang dan makna kenangan. Di balik makna linguistik
terlepas dari konteks situasi dan kedua kata itu yang juga dikenal dengan makna tekstual, juga
baru mendapat makna sekunder sesuai dengan ada makna kontekstual, yaitu makna di balik
konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu makna sebenarnya. Makna kontektual dalam
tidak akan lepas dari konteks pemakaiannya. hubungannya dengan nama masyarakat Bali
Oleh karena itu, pendapat yang membedakan sifatnya interpretatif.
antara makna primer atau makna dasar dan
makna sekunder atau makna kontekstual secara Makna Pengharapan
eksplisit mengakui pentingnya konteks situasi Makna pengharapan adalah makna yang
dalam analisis makna (Parera, 1990:17--18). mengandung pengharapan agar pemilik nama
Ullman 1977 dalam Sumarsono, 1985 seperti makna namanya (Sibarani, 2004:115).
(87--91) menyebut teori kontekstual sebagai Makna pengharapan yang dimaksud dalam hal
teori operasional yang berkaitan dengan ini adalah makna yang menyatakan harapan si
makna dalam tutur, yang berbeda dengan teori pembuat nama terhadap si bayi yang baru lahir.
referensial yang berkaitan dengan makna dalam Dengan berbagai harapan mereka membuat
bahasa. Makna kontekstual adalah makna nama untuk anak cucunya. Makna pengharapan
sebuah kata yang berada di dalam satu konteks. itu tercermin dari nama yang diberikan, berikut
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan ini.
situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan
Riana, I Ketut. 2003. Linguistik Budaya: Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa
Kedudukan dan Ranah Pengkajiannya. Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat).
Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tetap dalam Bidang Linguistik Budaya
pada Fakultas Sastra Unud. Denpasar: Ullman, S. 1977. Semantics: an Introduction to the
Universitas Udayana. Science of Meaning. Basil Blackwell,
Oxford. Terjemahan oleh Sumarsono.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: 1985. Pengantar Semantik. Singaraja:
Antropologi Lingusitik, Linguistik Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indo-
Antropologi. Medan: Poda. nesia, FKIP, Unud.
Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik, Kedudukan, Wiana, I K. 2006. Memahami Perbedaan Catur Warna,
Aneka Jenisnya, dan Faktor Penentu Kasta, dan Wangsa. Surabaya: Penerbit
Wujudnya. Yogyakarta: Fakultas Sastra Paramita.
Universitas Gadjah Mada.