Anda di halaman 1dari 12

SISTEM NAMA ORANG BALI:

KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA

NAMING SYSTEM OF BALINESE:


STUDY OF STRUCTURE AND MEANING

I Gde Wayan Soken Bandana


Balai Bahasa Provinsi Bali
Jalan Trengguli I Nomor 34, Denpasar 80238, Bali, Indonesia
Telepon (0361) 461714, Faksimile (0361) 463656
Pos-el: bandana_soken@yahoo.co.id

Naskah diterima: 26 Maret 2015; direvisi: 10 Mei 2015; disetujui: 20 Mei 2015

Abstrak
Pemberian nama pada bayi saat lahir, secara umum, memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hal
itu dapat dijumpai di Indonesia, termasuk di Bali. Dalam masyarakat Bali pemberian nama
pada bayi umumnya memiliki harapan-harapan tertentu. Kajian ini termasuk dalam bidang
ilmu linguistik antropologi. Sehubungan dengan hal itu, tulisan ini membahas dua masalah:
struktur linguistik dan makna, baik makna leksikal/tekstual maupun makna kontekstual.
Berdasarkan analisis struktur linguistik, ditemukan nama-nama orang Bali yang tergolong
dalam tiga jenis kata: (1) kata sandang, (2) kata sifat, dan (3) kata bilangan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara leksikal nama orang Bali mempunyai makna pengharapan dan
makna kenangan. Di samping itu, secara kontekstual, nama-nama tersebut mengandung
makna tersendiri sesuai dengan interpretasi pemberi nama.

Kata kunci: nama, struktur, makna

Abstract
Giving the name of the baby at birth, in general, has a specific purpose. It can be found in
Indonesia, including Bali. In Balinese, naming babies generally has certain expectations. This
study belongs to the linguistic anthropology. Accordingly, this paper discusses two issues:
the linguistic structure and meaning, both lexical meaning/ textual and contextual meaning.
Based on the analysis of the linguistic structure, it was found that the names of Balinese were
classified into three types of words: (1) articles, (2) adjectives, and (3) numeral. The result
shows that lexically the names of Balinese have the meaning of expectation and memory.
Besides, contextually, these names contain special meaning based on the interpretation of
the giver.

Keyword: name, structure, meaning

PENDAHULUAN tersebut, yaitu kategori sosial, golongan sosial,


Pada umumnya, wujud kesatuan komunitas, kelompok, dan perkumpulan.
kolektif manusia disebut masyarakat. Selain Masing-masing istilah tersebut memiliki
masyarakat, ada beberapa istilah khusus untuk konsep, syarat-syarat pengikat, dan ciri-ciri
menyebut wujud kesatuan kolektif manusia tertentu (Koentjaraningrat, 1986:143).

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 1


Sistem Penamaan Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna (I Gde Wayan Soken Bandana) Halaman 1 11

Sehubungan dengan hal itu, pada kaitannya dengan tulisan ini, yaitu linguistik
kesempatan ini akan dibahas satu masalah antropologi adalah struktur linguistik, makna
saja, yaitu golongan sosial. Golongan sosial linguistik/tekstual, dan makna kontekstual/
merupakan satu kesatuan manusia yang ditandai tersirat yang terkandung dalam nama-nama
oleh suatu ciri tertentu yang memiliki ikatan yang diberikan atau melekat pada orang Bali.
identitas sosial. Golongan sosial yang dimaksud Uraian tersebut mengindikasikan
adalah lapisan atau kelas sosial yang dikenal adanya dua masalah yang perlu dikaji, yaitu
dalam pandangan masyarakat kuno sebagai (1) struktur linguistik nama masyarakat Bali,
lapisan bangsawan, orang biasa, budak, dan (2) makna linguistik dan kontekstual yang
sebagainya. terkandung pada nama dan di balik nama-
Golongan sosial seperti yang tersebut nama tersebut. Secara khusus penelitian ini
di atas juga terdapat dalam masyarakat atau bertujuan untuk menjawab permasalahan
budaya Bali. Golongan sosial di Bali sangat yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu (1)
dipengaruhi oleh sistem keagamaan atau mendeskripsikan struktur linguistik nama dalam
religi. Di Bali dikenal adanya empat golongan masyarakat Bali, dan (2) mendeskripsikan
sosial, yaitu brahmana, kesatria, waisya, dan dan mendalami makna linguistik dan makna
sudra. Keempat golongan itu lazim disebut kontekstual yang terkandung pada nama dan
catur wangsa, catur warna, atau kasta (Wiana, di balik nama tersebut.
2006:10). Dalam masyarakat Bali terdapat Ada tiga konsep dasar yang dijabarkan
empat golongan kasta, yaitu brahmana, dan berhubungan dengan masalah dalam
kesatria, waisya, dan sudra. Penggolongan pada tulisan ini, yaitu (1) nama, (2) struktur, dan (3)
umumnya disebut catur warna, catur wangsa, makna. Nama adalah kata untuk menyebut atau
catur jatma/janma (Agung, 2001:45). memanggil orang, tempat, barang, binatang,
Masing-masing golongan sosial dan sebagainya. Nama julukan adalah nama
masyarakat Bali itu memiliki ciri-ciri tertentu. yang ditambahkan pada nama asli (biasanya
Salah satu ciri yang membedakan golongan berkaitan dengan ciri-ciri tubuh atau watak khas
atau kelas sosial yang satu dengan yang lainnya pemilik nama). Nama panggilan adalah nama
adalah nama yang melekat padanya. Nama- yang digunakan dalam penyapaan (Sugono
nama orang Bali yang beragam mencerminkan dkk., 2008:950).
bahwa mereka berasal dari kelas atau golongan Struktur atau bentuk adalah penampakan
sosial yang berbeda. atau rupa satuan bahasa; satuan gramatikal
Berdasarkan latar belakang tersebut, atau leksikal yang dipandang secara fonis
ruang lingkup tulisan ini dibatasi hanya pada yang bersangkutan dengan bunyi bahasa atau
nama orang, bukan nama tempat, desa, jalan, grafemis yang berhubungan dengan tulisan atau
atau yang lainnya. Tulisan ini termasuk dalam huruf (Kridalaksana, 2001:26) Adapun struktur
lingkup linguistik antroplogi karena mengkaji yang dimaksud dalam hal ini adalah struktur
struktur linguistik dan makna--bagian dari linguistik yang membentuk nama dan gelar
ilmu bahasa--dalam hubungannya dengan masyarakat Bali.
golongan atau sistem sosial dan sistem relegi Makna menurut Palmer (1976:22) tidak
yang merupakan bagian dari kebudayaan Bali. semata-mata mereeksikan realitas dunia nyata,
Linguistik antropologi adalah cabang ilmu tetapi lebih menampakkan minat atau perhatian
bahasa yang memusatkan kajiannya pada dari pemakainya. Sementara itu, Halliday
bidang antropologi atau kebudayaan. Dalam (1978:112, 123124) mengatakan bahwa

2 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283


Halaman 1 11 (I Gde Wayan Soken Bandana) System of Balinese: Study of Structure and Meaning

bahasa sebagai proses sosial tidak terlepas kasta dan tradisi; struktur keluarga; dan sistem
dari seperangkat makna atau teks. Makna perkawinan. (4) Memahami Perbedaan Catur
diproduksi dan direproduksi berdasarkan Warna, Kasta, dan Wangsa, ditulis oleh I Ketut
kondisi sosial tertentu dan melalui pelaku Wiana tahun 2006. Buku tersebut memberikan
dan objek-objek materi tertentu. Makna konstribusi terhadap tulisan ini khususnya
dalam hubungannya dengan subjek dan objek yang berhubungan dengan bentuk-bentuk
secara konkret tidak bisa diuraikan, kecuali nama dalam masyarakat Bali. Berdasarkan
berdasarkan seperangkat hubungannya dengan kajian pustaka tersebut dapat diketahui bahwa
struktur sosial masyarakat, hubungan peran, penelitian dan kajian yang dilakukan oleh
dan perilaku. Makna yang dimaksud dalam peneliti terdahulu lebih bersifat umum. Dalam
tulisan ini tidak hanya makna berdasarkan teks, tulisan ini, kajian lebih dipusatkan pada
tetapi juga makna berdasarkan konteksnya yang struktur linguistik, makna linguistik, dan makna
terdapat dalam struktur linguistik dan bentuk- kontekstual nama masyarakat Bali.
bentuk lingual. Makna nama dalam masyarakat Teori yang digunakan sebagai acuan
Bali dalam hal ini diartikan sebagai sebuah tulisan ini adalah teori linguistik antropologi/
kata yang memiliki makna linguistik/tekstual/ antropolinguistik. Linguistik antropologi
tersurat dan makna kontekstual/tersirat (Riana, adalah cabang ilmu yang mempelajari variasi
2003:10--11). dan penggunaan bahasa dalam hubungannya
dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh
TEORI kebiasaan etnik, kepercayaan, etika bahasa,
Berdasarkan studi pustaka yang adat istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain
dilakukan, ada beberapa tulisan yang ditulis dari suatu suku bangsa. Linguistik antropologi
oleh para peneliti terdahulu, baik itu berupa menitikberatkan pada hubungan antara bahasa
hasil penelitian maupun buku yang relevan dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat
untuk dikaji dalam hubungannya dengan (Sibarani, 2004:50).
tulisan ini, seperti (1) Ulap-Ulap: Wacana Palmer (1996:36) menggunakan istilah
Ritual Masyarakat Hindu di Bali, ditulis oleh linguistik budaya untuk bidang ilmu tersebut.
I Wayan Sudiarta tahun 2000, (2) Aksara Bali Linguistik budaya adalah sebuah disiplin ilmu
dalam Upacara Caru Rsi Gana dalam Perspektif yang muncul sebagai persoalan dari ilmu
Linguistik Kebudayaan, ditulis oleh I Wayan antropologi yang merupakan perpaduan dari
Mandra tahun 2003. Kedua kajian tersebut ilmu bahasa dan budaya. Linguistik budaya
memberikan kontribusi terhadap tulisan ini secara mendasar tidak hanya berhubungan
terutama yang menyangkut metode, teori ,dan dengan kenyataan objektif, tetapi juga mengenai
kajian tentang bentuk dan makna sebagai sesuatu bagaimana orang/masyarakat itu berbicara,
yang khas dalam studi linguistik kebudayaan mengenai dunia yang mereka gambarkan sendiri.
atau linguistik antropologi. (3)Perubahan Linguistik budaya berhubungan dengan makna/
Sosial dan Pertentangan Kasta di Bali Utara, arti yang bersifat interpretatif (penafsiran), atas
ditulis oleh oleh Anak Agung Gde Putra Agung keseluruhan konteks (linguistik, sosial, dan
tahun 2001. Dalam kaitannya dengan tulisan budaya).
ini, penulis dalam bukunya membahas sistem Linguistik kebudayaan adalah sebuah
sosial tentang sistem kasta yang meliputi studi yang meneliti hubungan intrinsik antara
penggolongan kasta, pembentukan kasta, dan bahasa dan budaya, bahasa dipandang sebagai

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 3


Sistem Penamaan Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna (I Gde Wayan Soken Bandana) Halaman 1 11

fenomena budaya yang kajiannya berupa HASIL DAN PEMBAHASAN


language in cultural atau language and Struktur yang dimaksud dalam tulian
cultural (Riana, 2003:8). Secara ontologis, ini adalah struktur linguistik atau bentuk-
linguistik kebudayaan menjadikan bentuk, bentuk lingual yang terkandung dalam nama
fungsi, dan makna pemakaian bahasa sebagai masyarakat Bali. Adapun struktur linguistik
objek materi kajiannya (Mbete, 2004:25). yang dibahas adalah struktur morfologis,
Dalam tulisan yang berjudul nama dalam semantik, dan ejaan.
masyarakat Bali: kajian struktur dan makna Struktur morfologis yang dikaji meliputi
teori ini digunakan untuk mengakaji struktur kata sandang, kata sifat, dan kata bilangan.
linguistik, makna linguistik/tekstual, dan Struktur semantik menyangkut masalah
makna kontekstual. Secara linguistik, nama makna linguistik dan kontekstual pada nama.
masyarakat Bali mengandung struktur, makna Sementara itu, yang berhubungan dengan ejaan
linguistik, dan makna kontekstual. adalah singkatan nama masyarakat Bali.

METODE PENELITIAN Struktur Morfologis


Metode dalam tulisan ini dibedakan Kata Sandang
menjadi tiga, yaitu (1) metode dan teknik Kata sandang adalah unsur yang dipakai
pemerolehan data, (2) metode dan tenik untuk membatasi atau memodikasi nomina.
analisis data, dan (3) metode dan teknik Kata sandang dalam hubungannya dengan nama
penyajian hasil analisis data. Pada tahap orang Bali adalah unsur yang membatasi atau
pemerolehan data tulisan ini digunakan tiga mendahului nama yang sekaligus secara umum
metode, yaitu (1) metode studi pustaka, (2) dapat membedakan jenis kelamin si pemilik
metode observasi, dan (3) wawancara. Metode nama. Kata sandang yang dimaksud, yaitu
studi pustaka dilakukan untuk memperdalam /i/ dan /ni/. Nama orang Bali pada umumnya
dan memperluas wawasan terhadap masalah didahului oleh kata sandang /i/ dan /ni/. Kata
yang akan dikaji serta mendalami teori yang sandang /i/ adalah penanda jenis kelamin
telah digunakan oleh para peneliti terdahulu. laki-laki. Kata sandang /ni/ adalah penanda
Untuk memperoleh data yang lengkap yang jenis kelamin perempuan. Namun, dalam
terkait dengan nama dan gelar masyarakat Bali, kenyataannya saat ini sudah banyak orang Bali
digunakan metode kualitatif berupa observasi yang tidak menggunakan kata tersebut di bagian
dan wawancara/interviu (Danandjaja, 1989:13). depan namanya.
Metode wawancara adalah kegiatan penemuan
data dengan melakukan tanya jawab secara Tabel 1 Kata Sandang sebagai Unsur
sistematis antara pihak pewawancara dengan Nama Depan
pihak pemberi data (Nawawi, 1983:111). No. Nama Jenis Kelamin
Tahap penyajian hasil analisis data tulisan ini 1. I Gusti Putu Ardana Laki-laki
menggunakan metode formal dan informal 2. I Dewa Gede Palguna Laki-laki
seperti yang dikemukakan oleh Sudaryanto
3. I Wayan Sutama Laki-laki
(1982:16). Ketiga metode itu dibantu dengan
4. Ni Made Wardani Perempuan
teknik catat, teknik induktif, deduktif, dan
argumentatif. 5. Ni Nyoman Putrini Perempuan
6. Ni Ketut Alit Astuti Perempuan

4 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283


Halaman 1 11 (I Gde Wayan Soken Bandana) System of Balinese: Study of Structure and Meaning

Berdasarkan tabel tersebut dapat Kata-kata yang bercetak tebal pada tabel
diketahui bahwa kata sandang sebagai unsur di atas, yaitu bagus dan ayu dapat membedakan
depan pada nama masyarakat Bali dapat jenis kelamin sang pemilik nama. Contoh
membedakan jenis kelamin. Kata sandang /i/ nama (1 dan 2) adalah nama yang berasal dari
menandakan bahwa si pemilik nama berjenis golongan brahmana. Sementara itu, contoh 3
kelamin laki-laki. Sementara itu, kata sandang s.d. 7 adalah nama-nama orang yang berasal
/ni/ yang berada di bagian depan nama dari golongan kesatria.
masyarakat Bali menandakan pemiliknya
berjenis kelamin perempuan. Hal itu berlaku Kata Bilangan
pada nama golongan masyarakat biasa (waisya, Kata bilangan/numeralia adalah kata
sudra). yang menunjukkan bilangan atau kuantitas
(Sugono dkk., 2008:970). Dalam hubungannnya
Kata Sifat/Adjektiva dengan tulisan ini, kata bilangan tersebut dapat
Adjektiva adalah kata yang menerangkan menunjukkan urutan kelahiran.
nomina (kata benda) dan secara umum dapat Kata bilangan dalam bahasa Jawa Kuno
bergabung dengan kata lebih dan sangat yang telah diserap ke dalam bahasa Bali, yaitu
(Sugono dkk., 2008:970). Dalam hubungannya eka, dwi, tri, catur, panca, dan seterusnya
dengan tulisan ini, kata sifat berdiri sendiri/ tidaksampai dengan dasa adalah kata bilangan
pernah digabung dengan kata lainnya. Kata sifat yang sering digunakan sebagai bagian dari
yang dimaksud adalah kata bagus dan ayu. Kata unsur nama masyarakat Bali. Perhatikan tabel
bagus bermakna tampan, dan ayu bermakna berikut.
cantik. Kedua kata sifat itu apabila digunakan
sebagai unsur nama masyarakat Bali akan Tabel 3 Kata Bilangan sebagai Unsur
membedakan jenis kelamin si pemilik nama. Nama
Penggunaan kata bagus dan ayu pada umumnya Makna kata
No. Nama
dijumpai pada nama-nama masyarakat Bali bilangan
golongan brahmana dan kesatria, seperti contoh
1. I Putu Ekatini Negari satu
nama pada tabel berikut.
2. Ni Made Dwi Antika dua
Tabel 2 Kata Sifat sebagai Unsur Nama
3. Ni Nyoman Tri Handayani tiga
Makna Kata
No. Nama
Sifat 4. I Ketut Catur Widiantara empat

1. Ida Bagus Gede Ardana tampan 5. I Wayan Panca Adiguna lima

2. Ida Ayu Aridawati cantik 6. I Nyoman Sapta Wiguna tujuh

3. I Gusti Ayu Arista Dewi cantik 7. Ni Wayan Sangawati sembilan

4. I Gusti Bagus Suryawan tampan 8. Ni Luh Partami pertama

5. Dewa Bagus Palgunadi tampan 9. I Gusti Ngurah Partama pertama

6. Dewa Ayu Suwitri cantik

7. Sang Ayu Eny Parwati cantik

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 5


Sistem Penamaan Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna (I Gde Wayan Soken Bandana) Halaman 1 11

Kata-kata yang bercetak tebal sebagai Tabel 4 Contoh Singkatan Nama Depan
bagian dari nama dalam tabel di atas tergolong No. Singkatan Nama Depan Asal-usul
kata bilangan. Kata-kata tersebut adalah /eka/, 1. IB. Brahmana
/dwi/, /tri/, /catur/, /panca/, /sapta/, dan /sanga/. 2. IA. Brahmana
Pada umumnya, kata bilangan /eka/ sebagai
3. Cok. I.A. Kesatria
bagian atau unsur nama orang menunjukkan
4. Cok. Bgs. Kesatria
bahwa si pemilik nama adalah anak yang
lahir ke-1, 5, 9, dan seterusnya. Berdasarkan 5. A.A. Gd. Kesatria

kata bilangan tersebut dapat diketahui urutan 6. A.A.I Kesatria


kelahiran seseorang. Namun, pada kenyataannya 7. A.A.A. Kesatria
banyak nama dalam masyarakat Bali yang tidak 8. I Gst. Bgs./Gst. Ngr. Kesatria
sesuai dengan hal tersebut. Hal itu disebabkan 9. I Gst. A. Kesatria
oleh mereka hanya asal membuat nama, tanpa
10 Dw. Bgs. Kesatria
mengerti atau tanpa memperhatikan atau tidak
11. Dw. A. Kesatria
peduli dengan makna nama yang dibuatnya.
Selain itu, kata pertama dalam bahasa Bali yang 12. Ngkn. Kesatria

bermakna ke-1 juga sering digunakan sebagai 13. Dsk. Kesatria


nama. Kata pertama digunakan sebagai unsur 14. I W, Wy, Wyn., I Gd., I Pt. sudra
nama seorang laki-laki. Kalau berjenis kelamin 15. I Ngh., I Md. sudra
perempuan maka akan diberi nama partami. 16. I N., I Nymn, I Ny. sudra
17. I Kt. sudra
Ejaan
Ejaan dalam hubungannnya dengan
tulisan ini adalah cara penulisan nama dalam
Singkatan nama depan (1 dan 2), IB. dan
masyarakat Bali. Hal yang dimaksud adalah
IA. adalah singkatan dari Ida Bagus dan Ida
penulisan nama dengan singkatan. Singkatan
Ayu. Apabila dilihat dari satus sosialnya, mereka
adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
berasal dari golongan brahmana. Contoh 3 s.d.
atas satu huruf atau lebih (Pusat Bahasa,
13 adalah singkatan nama depan orang yang
2003:32).
tergolong kasta kesatria. Masing-masing adalah
Singkatan nama dalam masyarakat Bali
sebagai berikut. Cok. I.A. adalah singkatan dari
sering dijumpai baik dalam dokumen resmi
cokorda istri agung; Cok. Bgs. Singkatan dari
maupun tidak resmi. Singkatan-singkatan
Cokorda Bagus; A.A.Gd. singkatan dari Anak
tersebut pada umumnya dituliskan untuk nama
Agung Gede; A.A.I singkatan dari Anak Agung
depan masyarakat Bali. Berdasarkan singkatan-
Istri; A.A.A singkatan dari Anak Agung Ayu/
singkatan itu dapat diketahui dari kasta atau
Anak Agung Anom; I Gst. Bgs. singkatan dari
golongan mana mereka berasal. Perhatikan
I Gusti Bagus; I Gst. Ngr. (I Gusti Ngurah);
tabel berikut.
I Gst. A. (I Gusti Agung); Dw. Bgs. (Dewa
Bagus); Dw. A. (Dewa Ayu); Ngkn. (Ngakan);
dan Dsk. (Desak). Untuk contoh nomor (14

6 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283


Halaman 1 11 (I Gde Wayan Soken Bandana) System of Balinese: Study of Structure and Meaning

s.d. 17) adalah singkatan nama depan golongan penggunaan bahasa itu. Makna kontekstual atau
masyarakat biasa atau kebanyakan. Masing- makna situasional sering juga disebut makna
masing sebagai berikut. I Wy, I W., I Wyn. (I gramatikal (Chaer, 1990:64).
Wayan); I Gd. (I Gede); I Pt. (I Putu); I Ngh. Dalam Sugono (2002:703) dijelaskan
(I Nengah); I Md. (I Made); I N, I Nymn., I Ny. bahwa kata kontekstual berarti berhubungan
(I Nyoman); dan I Kt. (I Ketut). dengan konteks. Makna kontekstual adalah
makna yang didasarkan atas hubungan antara
Makna Linguistik/Tekstual dan Makna ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu.
Kontekstual Uraian itu sejalan dengan uraian yang terdapat
Makna linguistik adalah makna primer, dalam Kridalaksana (2001:132), bahwa
yaitu makna nama dalam masyarakat Bali makna kontekstual adalah hubungan ujaran
berdasarkan struktur atau bentuknya. Makna dan situasi dimana ujaran itu dipakai.Makna
kontekstual muncul sebagai hasil dari teori kontekstual juga sering disebut makna budaya.
kontekstual yang pertama kali diungkapkan Makna kontekstual yang dimaksud dalam
oleh J.R. Firth pada tahun 1930. Dari tangan tulisan ini adalah (1) makna yang ada di balik
Firth dapat diwarisi pikiran tentang konteks nama masyarakat Bali, dan (2) makna yang
situasi dalam analisis makna. Teori kontekstual berhubungan dengan konteks nama tersebut.
mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau Berdasarkan kajian yang dilakukan
simbol ujaran tidak mempunyai makna jika terhadap nama masyarakat Bali ditemukan
ia terlepas dari konteksnya. Akan tetapi, ada dua makna linguistik atau makna struktur.
pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap Makna tersebut adalah makna pengharapan
kata mempunyai makna dasar atau primer yang dan makna kenangan. Di balik makna linguistik
terlepas dari konteks situasi dan kedua kata itu yang juga dikenal dengan makna tekstual, juga
baru mendapat makna sekunder sesuai dengan ada makna kontekstual, yaitu makna di balik
konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu makna sebenarnya. Makna kontektual dalam
tidak akan lepas dari konteks pemakaiannya. hubungannya dengan nama masyarakat Bali
Oleh karena itu, pendapat yang membedakan sifatnya interpretatif.
antara makna primer atau makna dasar dan
makna sekunder atau makna kontekstual secara Makna Pengharapan
eksplisit mengakui pentingnya konteks situasi Makna pengharapan adalah makna yang
dalam analisis makna (Parera, 1990:17--18). mengandung pengharapan agar pemilik nama
Ullman 1977 dalam Sumarsono, 1985 seperti makna namanya (Sibarani, 2004:115).
(87--91) menyebut teori kontekstual sebagai Makna pengharapan yang dimaksud dalam hal
teori operasional yang berkaitan dengan ini adalah makna yang menyatakan harapan si
makna dalam tutur, yang berbeda dengan teori pembuat nama terhadap si bayi yang baru lahir.
referensial yang berkaitan dengan makna dalam Dengan berbagai harapan mereka membuat
bahasa. Makna kontekstual adalah makna nama untuk anak cucunya. Makna pengharapan
sebuah kata yang berada di dalam satu konteks. itu tercermin dari nama yang diberikan, berikut
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan ini.
situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 7


Sistem Penamaan Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna (I Gde Wayan Soken Bandana) Halaman 1 11

Tabel 5 Makna Pengharapan 2. I Ketut Dharma


Makna Ling- seorang anak laki-laki, anak ke-4
No. Nama
uistik atau ke-8, dari golongan masyarakat
1. I Ketut Selamet selamat biasa yang diharapkan selalu berpihak
2. I Ketut Dharma kebenaran, ke- kepada kebenaran atau selalu ingat akan
wajiban kewajibannya.
3. I Gusti Ayu Putu Hapsari bidadari
4. Anak Agung Istri Purnama- bulan purnama 3. Ni Gusti Ayu Putu Hapsari
wati seorang anak perempuan pertama dari
5. Ni Putu Ayu Candra Dewi Dewi bulan golongan ksatria yang diharapkan kelak
6. I Gusti Putu Raditya Putra putra matahari akan tumbuh menjadi wanita yang cantik
7. Ida Bagus Ketut Maha Indra Dewa Indra, bagaikan bidadari.
pengelana
8. I Gede Susila perbuatan baik 4. Anak Agung Istri Purnamawati
9. I Wayan Simpen simpan
seorang anak perempuan dari golongan
kesatria yang diharapkan kelak akan
10. I Ketut Sudarsana teladan yang
baik tumbuh menjadi gadis yang cantik bagaikan
11. I Wayan Teguh kuat
bulan purnama.
12. I Nyoman Arya orang besar
5. Ni Putu Ayu Candra Dewi
13. I Wayan Tambun kumpul
seorang anak perempuan, anak ke-1
14. I Wayan Terima terima dari golongan masyarakat biasa yang
diharapkan akan tumbuh menjadi gadis
Berdasarkan tabel tersebut dapat cantik bagaikan Dewi Bulan.
diketahui bahwa nama-nama tersebut memiliki
makna secara linguistik atau makna struktur. 6. I Gusti Putu Raditya Putra
Secara linguistik, unsur-unsur nama yang seorang laki-laki dari golongan kesatria
bercetak tebal pada tabel secara berturut- yang kelak ketika besar diharapkan menjadi
turut (17) memiliki makna selamat, seorang yang gagah berani bagaikan putra
kebenaran/ kewajiban, bidadari, bulan Dewa Surya.
purnama, dewi bulan, putra matahari, dewa
indra,perbuatan baik, simpan, teladan yang 7. Ida Bagus Ketut Maha Indra
baik, kuat, orang besar, kumpul, dan seorang laki-laki, anak ke-4 dari golongan
terima. brahmana yang diharapkan akan menjadi
Secara kontekstual, nama-nama tersebut orang besar atau termasyur bagaikan Dewa
memiliki makna tersendiri bergantung pada Indra atau menjadi seorang pengelana/
interpretasi si pembuat nama. Berikut contoh pengembara terkenal.
interpretasi makna yang dimaksud.
1. I Ketut Selamet 8. I Gede Susila
seorang anak laki-laki, anak ke-4 atau seorang laki-laki, anak ke-1, golongan
ke-8, dari golongan masyarakat biasa, masyarakat biasa yang diharapkan selalu
yang diharapkan selalu memperoleh berbuat baik atau kebaikan.
keselamatan.

8 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283


Halaman 1 11 (I Gde Wayan Soken Bandana) System of Balinese: Study of Structure and Meaning

9. I Wayan Simpen hari kelahiran, bulan kelahiran, dan urutan


seorang laki-laki, anak ke-1, golongan kelahiran. Berdasarkan hal itu, berikut contoh
masyarakat biasa yang diharapkan untuk nama-nama masyarakat Bali yang mengandung
bisa menyimpan harta benda dengan baik makna kenangan.
atau pintar menabung. 1. Ni Putu Anjar Asmara Agustin
2. Luh Putu Juli Arini
10. I Ketut Sudarsana 3. Luh Febriani
seorang laki-laki, anak ke-4, golongan 4. Putu Nova Pritayani
masyarakat biasa yang diharapkan selalu 5. Putu Yuni Lestari
akan menjadi tauladan bagi saudara dan 6. Dian Silvia Oktarini
teman-temannya. 7. Luh Novita Satri
8. Ketut Septiani
11. I Wayan Teguh 9. I Kadek Juli Astina
seorang laki-laki, anak ke-1, golongan 10. Ni Putu Novi Antari
masyarakat biasa yang diharapkan menjadi 11. Luh Putu Eka Juliani (Siswa Kelas XI SMKN 2
orang yang kuat dalam menghadapi Singaraja, Tahun 2006)
kenyataan hidup. 12. Dewa Gede Prambananta
13. Ni Putu Ekatini Negari
12. I Nyoman Arya 14. Cokorda Istri Sukrawati
seorang laki-laki, anak ke-3, golongan 15. Cokorda Istri Mingguwatini
masyarakat biasa yang diharapkan kelak 16. I Made Ngara Riasa
ketika dewasa akan menjadi orang besar 17. I Nyoman Budha Mariasa
atau memiliki kedudukan yang tinggi. 18. Ni Ketut Sangawati
19. Ni Nyoman Sapta Wirya
13. I Wayan Tambun 20. I Wayan PancaAstawa
seorang laki-laki, anak ke-1, golongan
masyarakat biasa yang diharapkan kelak Data 111 menyatakan bahwa nama-
akan menjadi orang yang pandai dalam nama tersebut mengandung makna kenangan
mengumpulkan harta benda. berdasarkan bulan kelahiran. Kata-kata Febri,
Yuni, Juli, Agustin, Nova, Novi, dan Septi
14. I Wayan Terima sebagai bagian dari unsur nama diambil dari
seorang laki-laki, anak ke-1, golongan nama-nama bulan Februari, Juni, Juli, Agustus,
masyarakat biasa yang diharapkan akan September, dan November.
menjadi orang yang dapat menyukuri Data 12 dan 13 mengandung makna
nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya kenangan berdasarkan tempat. Kata negari
atau dapat menjalani kehidupan apa pada nama Ni Putu Ekatini Negari berdasarkan
adanya. wawancara dengan pemilik namanya me-
ngandung makna tempat. Kata negari identik
Makna Kenangan dengan negara (salah satu kota di Bali). Kata
Makna kenangan yang dimaksud negari digunakan sebagai unsur nama karena
adalam hal ini adalah nama yang diberikan oleh pemiliknya berjenis kelamin perempuan.
orangtua kepada anaknya untuk mengenang Kata negari dipilih sebagai unsur nama
suatu hal, misalnya tentang suatu tempat, untuk mengenang bahwa yang bersangkutan

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 9


Sistem Penamaan Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna (I Gde Wayan Soken Bandana) Halaman 1 11

dilahirkan di Kota Negara, Bali. Demikian pula DAFTAR PUSTAKA


halnya Prambananta yang berasal dari nama
prambanan (sebuah candi di Jawa Tengah). Agung, A.A.Gde Putra. 2001. Perubahan Sosial
dan Pertentangan Kasta di Bali Utara.
Selanjutnya, contoh 14 s.d. 17 adalah nama-
Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.
nama yang mengandung makna kenangan
berdasarkan hari kelahiran. Sukra Jumat, Chaer, Abdul. 1990. Semantik Bahasa Indonesia.
Minggu Minggu, Ngara Selasa, dan Budha Jakarta: Rineka Cipta.
Rabu adalah bagian nama-nama hari dalam
Danandjaja, James. 1989. Kebudayaan Petani Desa
satu minggu. Hal itu mengandung makna Trunyan Di Bali. Jakarta: Universitas
bahwa si pemilik nama lahir pada hari-hari Indonesia.
tersebut. Sementara itu, kata sanga sembilan,
sapta tujuh, dan panca limaadalah kata Duranti, Alessandro. 1997. Linguistik Anthropology.
Cambridge: Cambridge University
bilangan yang mengandung makna kenangan Press.
berdasarkan urutan kelahiran.
Halliday, M.A.K. 1978. Language and Social
SIMPULAN Semiotic: The Social Interpretation of
Language and Meaning. London: Edward
Kajian dalam tulisan ini difokuskan
Arnold.
pada struktur linguistik dan makna. Struktur
linguistik dibedakan menjadi dua, yaitu kajian Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi.
struktur morfologis dan ejaan. Berdasarkan Jakarta: Aksara Baru.
struktur morfologis ditemukan nama masyarakat
Kridalaksana, Harimurti. 2001.Kamus Linguistik
Bali yang menggunakan kata sandang, kata Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia
sifat, dan kata bilangan. Dalam hubungannya Pustaka Utama.
dengan masalah ejaan, ditemukan penulisan
unsur nama depan masyarakat Bali dengan Mbete, Aron Meko. 2004. Lingusitik Kebudayaan:
Rintisan Konsep dan Beberapa Aspek
singkatan. Kajiannya. (Dalam Bawa, I Wayan dan I
Kajian makna dibedakan menjadi dua, Wayan Cika (penyunting): Bahasa dalam
yaitu makna linguistik atau struktur dan makna Perspektif Kebudayaan). Denpasar:
kontekstual. Secara linguistik, makna nama Universitas Udayana.
masyarakat Bali ditemukan dua macam, yaitu
Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian
makna pengharapan dan makna kenangan. Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
Secara kontekstual, nama masyarakat Bali University Press.
memiliki makna tersendiri sesuai dengan
interpretasi si pembuat nama. Palmer, F.R. 1976. Semantics: A New Out Line.
Cambridge:Cambridge University Press.

SARAN Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural


Upaya pelestarian bahasa dan budaya Linguistics. USA: The University of
Bali patut terus dilaksanakan. Artikel tentang Texas Press.
hubungan bahasa dan budaya Bali khususnya
Parera, Jose Daniel. 1990. Teori Semantik. Jakarta:
yang berkaitan dengan nama ini tentu banyak Penerbit Erlangga.
kekurangannya. Walaupun demikian, semoga
usaha kecil ini ada manfaatnya. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:
Balai Pustaka.

10 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283


Halaman 1 11 (I Gde Wayan Soken Bandana) System of Balinese: Study of Structure and Meaning

Riana, I Ketut. 2003. Linguistik Budaya: Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa
Kedudukan dan Ranah Pengkajiannya. Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat).
Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tetap dalam Bidang Linguistik Budaya
pada Fakultas Sastra Unud. Denpasar: Ullman, S. 1977. Semantics: an Introduction to the
Universitas Udayana. Science of Meaning. Basil Blackwell,
Oxford. Terjemahan oleh Sumarsono.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: 1985. Pengantar Semantik. Singaraja:
Antropologi Lingusitik, Linguistik Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indo-
Antropologi. Medan: Poda. nesia, FKIP, Unud.

Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik, Kedudukan, Wiana, I K. 2006. Memahami Perbedaan Catur Warna,
Aneka Jenisnya, dan Faktor Penentu Kasta, dan Wangsa. Surabaya: Penerbit
Wujudnya. Yogyakarta: Fakultas Sastra Paramita.
Universitas Gadjah Mada.

ISSN 0854-3283 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 11


12 , Vol. 27, No. 1, Juni 2015 ISSN 0854-3283

Anda mungkin juga menyukai