PENDAHULUAN
pneumonia setiap tahun pada anak usia dibawah lima tahun, dengan sebanyak 20 juta
kasus cukup parah untuk membutuhkan perawatan di rumah sakit. Pneumonia adalah
penyebab utama kematian karena penyebab infeksi pada anak usia <5 tahun, dengan
pada anak usia dibawah lima tahun dan 14,5 per 10.000 pada anak usia 0 sampai 16
tahun. Insiden penumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di
negara berkembang.1,3
perempuan di dunia tahun 2015 dan urutan kedua penyebab kematian pada laki-laki.
Sedangkan pada pada data tahun 2015, pneumonia merupakan urutan kedua setelah
1
1.2 Batasan Masalah
dokter muda mengenai bronkopneumonia pada anak yang diterapkan pada kasus
yang ditemukan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terhadap cedera, seperti infeksi. Bila saluran udara juga terlibat, bisa juga disebut
(pneumonia "ganda" atau "multilobar"), karena proses infeksi akibat invasi dan
2.2 Epidemiologi
dibawah 5 tahun pada berbagai negara dikumpulkan ke dalam enam wilayah WHO
Kawasan Mediterania Timur dan Wilayah Pasifik Barat) seperti daerah berkembang
dan maju. Perkiraan kejadian pneumonia klinis paling tinggi terdapat di Asia
Tenggara (0,36 episode per usia anak), diikuti oleh Afrika (0,33 episode per usia anak)
dan Mediterania Timur (0,28 episode per usia anak), dan terendah di Pasifik Barat
3
(0,22 episode per usia anak), Amerika (0,10 episode per usia anak) dan Eropa (0,06
balita setelah diare. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, proporsi
pneumonia sebagai penyebab kematian balita di Indonesia adalah sebesar 15,5% yang
merupakan urutan kedua setelah diare sebesar 25,2%. Prevalensi pneumonia pada
balita menurut provinsi pada tahun 2007 memiliki rentang antara 0,15% hingga
Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.9
4
2.3 Etiologi
group B dan bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonas sp., dan Klebsiella sp.
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut,
pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping bakteri, atau
campuran bakteri dan virus. Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Berikut ini berbagai
bakteri dan virus yang menjadi penyebab pneumonia pada anak sesuai kelompok usia
5
Tabel 1. Etiologi pneumonia pada anak sesuai kelompok usia di negara maju5
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Bakteri Bakteri
E. Coli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillud influenzae
Lahir 3 hari Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus herpes simpleks
Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe
B
Moraxella catharalis
3 minggu 3 bulan Staphylococcus aureus
Ureaplasma urealyticum
Virus Virus
Virus adeno Virus sitomegalo
Virus influenza
Virus parainfluenza 1, 2, 3
Respiratory syncytial virus
Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe
Mycoplasma pneumoniae B
Streptococcus pneumoniae Moraxella catharalis
4 bulan 5 tahun Neisseria meningitidis
Staphylococcus aureus
Virus Virus
Virus adeno Virus varisela zoster
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Respiratory syncytial virus
Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp.
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
5 tahun remaja Virus adeno
6
Virus Epstein-Barr
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus reno
Respiratory syncytial virus
Virus varisela zoster
faktor risiko yang terkait dengan host, lingkungan dan infeksi. Kategori faktor risiko
pneumonia masa kanak-kanak berikut antara lain definite (memiliki bukti paling
konsisten menunjukkan peran faktor risiko); likely (sebagian besar bukti konsisten
menunjukkan perannya, namun dengan beberapa temuan yang berlawanan, atau bukti
peran yang jarang namun konsisten); dan possible (dengan laporan peran secara
sporadis dan tidak konsisten dalam beberapa konteks). Faktor risiko pengembangan
pneumonia yang terkait dengan host atau lingkungan disajikan dalam Tabel 2.8
Tabel 2. Faktor risiko pneumonia yang berhubungan dengan host dan lingkungan8
7
Curah hujan (kelembaban)
Daerah dataran tinggi (udara dingin)
Kekurangan vitamin A
Urutan kelahiran
Polusi udara luar
2.4 Patogenesis
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran napas dan paru dapat melalui berbagai
cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, apirasi dari bahan-bahan yang ada di
nasofaring dan orofaring, perluasan langsung dari tempat lain, maupun penyebaran
secara hematogen. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat
mencapai alveoli yang dapat meyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya.11
pertahanan imun dan non imun normal pada host untuk menyebabkan pneumonia.
berdasarkan ukuran, bentuk, dan muatan elektrostatik yaitu refleks batuk, mukosiliar,
Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan sekitarnya. Bagian paru yang
terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan PMN, fibrin, eritrosit, cairan
edema, dan ditemukan kuman di alveoli. Infeksi virus ditandai oleh akumulasi sel
8
mononuklear di submukosa dan ruang perivaskular, yang mengakibatkan obstruksi
parsial jalan napas. Pada infeksi bakteri, alveoli dipenuhi cairan protein, yang
memicu masuknya sel sel darah merah dan sel polimorfonuklear, stadium ini disebut
fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium
ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selama resolusi, debris intraalveolar dicerna
masuknya udara dan perkusi yang tumpul. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat
di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
Pada tahap pertama, yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah infeksi, paru
Terdapat banyak bakteri dan beberapa neutrofil. Tahap hepatisasi merah (2-3 hari),
adanya eritrosit, neutrofil, sel epitel yang deskuamasi, dan fibrin di dalam alveoli.
Pada tahap hepatisasi kelabu (2-3 hari), paru berwarna abu kecoklatan sampai kuning
karena eksudat fibrinopurulen, disertai sel darah merah, dan hemosiderin. Tahap akhir
dari resolusi ditandai dengan resorpsi dan pemulihan paru. Inflamasi fibrin dapat
9
Disebut hiperemia, hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
mediator-mediator peradangan dari sel mast setelah pengaktifan sistem imun dan
cedera jaringan yaitu prostaglandin dan histamin. Degranulasi sel mast juga
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan diantara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah dan paling berpengaruh dan
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari
adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, warna paru menjadi merah.
Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
10
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsoprsi oleh
Tanda dan gejala pneumonia seringkali tidak spesifik dan bervariasi secara
luas berdasarkan usia pasien dan organisme infeksius yang terlibat. Takipnea adalah
temuan paling sensitif pada pasien dengan diagnosis pneumonia. Pemeriksa harus
mengamati usaha pernafasan pasien dan menghitung pernapasan selama satu menit
penuh. Pada bayi, pengamatan harus mencakup usaha saat makan, kecuali bayi
otot pernapasan tambahan, seperti napas cuping hidung dan retraksi subkostal,
penurunan komplians.10
tingkat pernapasan WHO lebih mungkin terkena pneumonia dari pada anak-anak
tanpa takipnea. Ambang batas tingkat pernapasan WHO adalah sebagai berikut:10
11
- Anak di bawah 2 bulan: 60x/menit
Penilaian saturasi oksigen dengan pulse oxymetry harus dilakukan pada awal
evaluasi semua anak dengan gejala pernafasan. Sianosis mungkin terjadi pada kasus
yang parah. Anak-anak dengan gejala pernafasan mungkin memiliki infeksi saluran
pernapasan atas yang bersamaan dengan sekresi saluran napas atas yang berlebihan.
Hal ini menciptakan masalah potensial lainnya, yaitu transmisi suara pada saluran
napas bagian atas. Dalam banyak kasus, suara yang dibuat oleh sekresi saluran napas
bagian atas hampir bisa mengaburkan suara nafas yang benar dan menyebabkan
diagnosis yang keliru. Jika etiologi suara yang didengar melalui stetoskop tidak jelas,
pemeriksa harus mendengarkan suara pada lapangan paru dan kemudian menahan
stetoskop di dekat hidung anak. Jika suara dari kedua lokasi kira-kira sama,
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare, kadang-
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu,
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala
12
dan tanda pneumonia lebih beragamdan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan
Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar biasanya ditemukan
keluhan gastrointestinal seperti muntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala
respiratori seperti takipneu, retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung,
ronkhi, dan sianosis.Ronkhi hanya ditemukan bila ada infiltrat di alveolar. Retraksi
mengandalkan gejala klinis sederhana dan terdiri dari 3 langkah: 1) identifikasi anak-
anak yang harus dievaluasi untuk pneumonia, 2) identifikasi kasus pneumonia, dan 3)
inisiasi pengobatan yang tepat. Kriteria masuk untuk algoritma WHO adalah adanya
batuk atau sulit bernafas, yang seharusnya mendorong klinisi untuk mengevaluasi
pada usia anak dan laju pernapasan. Tanda pneumonia saat auskultasi mungkin juga
ada, termasuk crackles, suara napas yang berkurang atau suara napas bronkial.
Kategorisasi lebih lanjut pada pneumonia berat dan sangat parah tergantung pada
temuan klinis tambahan seperti adanya retraksi, radang pada hidung, pendarahan,
13
2.6 Pemeriksaan Penunjang
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada
terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum,
hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan infeksi
berat yang dirawat. Gambaran foto rontgen thoraks dapat membantu mengarahkan
dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa
dan hiperaerasi.
dapat mengenai satu lobus atau pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi
14
tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu
tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, disebut sebagai round pneumonia.
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai
2.7 Diagnosis
paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala
respiratori berikut: takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraki, ronki, dan suara
WHO:5
Pneumonia berat
Pneumonia
15
Bukan pneumonia
Pneumonia
Bukan pneumonia
2.8 Tatalaksana
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif berupa pemberian
elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik atau
pengobatan. Terapi antibiotik harus diberikan pada anak dengan pneumonia yang
atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak respon dengan antibiotik beta-laktam
atau kloramfenikol dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau
16
sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etilogi yang ditemukan. Pada pneumonia di
selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi. Bila pasien sudah
tidak demam atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan
berobat jalan.5
berisiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan pneumonia
keterbatasan atau tidak adanya akses terhadap modalitas pengujian diagnostik seperti
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat. Antibiotik yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, co-
17
Kloramfenikol 100 mg/kg/hari Tiap 6 jam
2.9 Komplikasi
bakteri.5
18
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : an. JF
Umur :20-12-2010/6 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn.
Pekerjaan Ayah : Petani
Nama Ibu : Ny. SH
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat : Mandiangin
Tanggal masuk : 16 September 2017
No. RM : 26.16.79
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesis terhadap ibu pasien.
A. Keluhan Utama
19
Muntah tidak ada, tersedak disangkal
BAK warna dan jumlah biasa
BAB warna dan konsistensi biasa
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada
Riwayat kontak dengan unggas yang mati mendadak tidak ada
Pasien telah sering mengalami infeksi jamur berulang di rongga mulut
dan mendapatkan nystatin oral.
Pasien telah dikenal menderita hipotiroid sejak usia 5 bulan, rutin
kontrol ke poli anak, mendapatkan tiroksin dan rutin fisioterapi
20
F. Riwayat Persalinan
Lama Hamil : 39-40 minggu
Cara Lahir : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
H. Imunisasi
Jenis I II III IV
1. BCG 1 bulan - - -
2. DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
3. Polio 2 hari 2 bulan 3 bulan 4 bulan
4. Campak 9 bulan - - -
5. Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan -
21
L. Riwayat Makan Minum Anak
ASI : 0-2 tahun
Susu formula: 6 bulan - sekarang
Buah Biskuit : 6 bulan 1 tahun
Buah susu : 4 bulan 1 tahun
Bubur tim : 1 tahun 2 tahun
Nasi tim: 2 tahun 5 tahun
Makanan keluarga: sejak umur 5 tahun hingga sekarang, 3 kali sehari, tidak
habis 1 porsi setiap porsi
22
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB\
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
(2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada
Mulut : mukosa bibir dan mulut basah, oral thrush (+)
Telinga : Bentuk normal, sekret (-).
Tenggorok : Tonsil dan faring tidak hiperemis
Leher : JVP 5-2 cm H2O
Thorax : Normochest
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Pulmo
Inspeksi : Retraksi (+) epigastrium
Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+ di
seluruh lapangan paru, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Urogenital : A1 P1 G1
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
23
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (16
September 2017)
VII.PENATALAKSANAAN
Terapi
1. 02 2 l/menit
2. IVFD KAEN 1B 12 tpm makro
3. Sementara puasa
24
4. Amoksisilin 3x225 mg IV
5. Gentamisin 2x20 mg IV
6. Nystatin 4 x 1 cc PO
7. As. Folat 1x5 mg PO
8. Vitamin A 100.000 IU PO
9. Paracetamol 100 mg PO (T >38,5o C)
Edukasi
Beri makan anak dengan porsi kecil dan frekuensi sering
- Jika demam dikompres hangat atau diberi obat penurun panas
- Kontrol ke poli anak teratur
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Follow up
S/ Sesak napas berkurang, demam tidak ada, muntah tidak ada. Pasien masih kurang
mau makan, BAK dan BAB biasa.
O/
Keadaan Umum Kesadaran Nadi Pernapasan Suhu
Berat Sadar 103x/menit 35x/menit 36,7oC
25
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
S/ Sesak napas tidak ada, demam tidak ada, muntah tidak ada. Pasien masih kurang
mau makan, BAK dan BAB biasa.
O/
Keadaan Umum Kesadaran Nadi Pernapasan Suhu
Sedang Sadar 98x/menit 30x/menit 36,5oC
26
Rabu, 20 September 2017
S/ Sesak napas tidak ada, demam tidak ada, muntah tidak ada. Pasien masih kurang
mau makan, hanya mau minum susu, disendokkan, nasi tim habis 3-4 sendok setiap
kali makan. BAK dan BAB biasa.
O/
Keadaan Umum Kesadaran Nadi Pernapasan Suhu
Sedang Sadar 98x/menit 28x/menit 36,7oC
27
BAB 4
DISKUSI
Pasien laki-laki, usia 7 tahun, datang ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi dengan keluhan sesak yang meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Berdasarkan anamnesis didapatkan adanya keluhan demam sejak 1 minggu dan
batuk berdahak sejak 3 hari sebelum masuk RS. Sesak napas dirasakan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit serta meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak pada anak bisa disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang
terjadi pada traktus respiratorius atas, traktus respiratorius bawah, rongga pleura,
jantung, sistem neurologi, dan lain-lain seperti traktus gastrointestinal dan sistemik.
Sesak napas yang dikeluhkan berupa sesak yang tidak berbunyi menciut, tidak
dipengaruhi cuaca, makanan, dan aktivitas, kebiruan tidak ada. Karakteristik ini
penyakit jantung bawaan. Berdasarkan anamnesis juga pasien tidak ada riwayat
Demam yang dikeluhkan oleh orangtua pasien berupa demam tinggi, hilang
timbul, tidak menggigil, tidak berkeringat banyak, dan tidak disertai kejang. Kriteria
dengue, maupun kejang demam. Batuk yang dikeluhkan berupa batuk berdahak yang
tidak disertai pilek yang dapat terjadi karena berbagai penyebab, dari anamnesis lebih
lanjut ditemukan bahwa pasien tidak pernah berkontak dengan penderita batuk-batuk
28
tuberkulosis dan dari anamnesis pasien tidak pernak berkontak dengan unggas yang
mati mendadak, hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi flu burung.
Anak sudah dikenal menderita hipotiroid sejak usia 5 bulan. Dan menurut
anamnesis dengan ibu kandung pasien, anak memang memiliki daya tahan tubuh
jelas. Selain karena hipotiroidisme, peluang infeksi semakin tinggi pada anak ini
Keadaan umum pasien sakit berat, sadar, dengan tekanan darah 100/60
mmHg, laju nadi 110 kali/menit dan laju pernapasan 44 kali/menit, dan suhu aksila
37oC. Pada pasiennya ini ditemukan adanya demam yang merupakan tanda adanya
infeksi, dan pada pasien ini laju pernapasan memenuhi kriteria takipnea menurut
WHO yaitu 30 kali/menit untuk anak usia 7 tahun. Takipnea merupakan suatu
bersifat lebih asam, hal tersebut membuat otak mengirimkan sinyal ke sistem
bronkhiolus respiratorius, dan alveoli yang berupa infiltrat atau konsolidasi pada
29
Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksi epigastrium dan pada auskultasi
paru ditemukan pola pernapasan vesikuler dengan adanya ronki basah halus nyaring
di kedua lapangan paru. Retraksi epigastrium yaitu penarikan otot dinding dada
bagian bawah kedalam ketika menarik napas merupakan peningkatan usaha untuk
bernapas. Suara napas vesikuler merupakan suara napas normal yang ditemukan pada
anak. Ronki merupakan bunyi napas tambahan yang terdiri dari ronki kering dan
ronki basah. Pada pneumonia yang ditemukan adalah ronki basah. Ronki basah sering
juga disebut dengan suara krekels (crackles) atau rales. Ronki basah merupakan suara
berisik dan terputus akibat aliran udara yang melewati cairan. Ronki basah halus,
sedang, atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang terkena dan umumnya
terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat pada bronkiale,
sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveolus yang sering disebut krepitasi,
akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Sifat ronki basah ini dapat nyaring
infeksi, tetapi secara umum adalah adanya gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit
dan adanya gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
30
dengan predominan PMN. Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu
Tapi definitif pada pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri adalah
antibiotik. Pada kasus ini digunaan amoksisilin 3x225 mg IV dan gentamisin 2x20
mg IV. Amoksisilin merupakan antibiotik spektrum luas yang diberikan pada kasus
golongan aminoglikosida. 5
Pasien juga diberikan nystatin drop untuk menangani candidiasis oral dengan
dosis 4x1cc. 1cc nystatin mengandung 100.000 unit/ml. Pada anak dengan gizi buruk
31
diberikan suplementasi asam folat dan vitamin A untuk tetap mencukupi kebutuhan
Pasien dipulangkan jika gejala dan tanda pneumonia menghilang, asupan per
oral adekuat, pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (oral), keluarga mengerti
dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol, dan kondisi rumah
32
DAFTAR PUSTAKA
The Incidence of Clinical Pneumonia Among Children Under Five Years of Age.
2. Saha S, Hasan M, Kim L, Farrar JL, Hossain B, Islam M, dkk. Epidemiology and
Risk Factors for Pneumonia Severity and Mortality in Bangladeshi Children <5
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. 2010: 250-255.
Child and Adolescence Health from 1990 to 2015 Findings from The Global
Burden Diseases, Injuries, and Risk Factors 2015 Study. JAMA Pediatr. 2017:1-
20.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi. 2008. Badan Penerbit
IDAI.
2016;193:1-2.
Health Organization.
33
9. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Pneumonia di Indonesia. Buletin Jendela
Epidemiologi. 2010;3:1-10.
Agustus 2017.
11. Price SA dan Mc Carty WL. Patofisiologi Proses Penyakit Edisi 4. 2006. Jakarta:
EGC.
12. Wingerter SL, Bachur RG, Monuteaux MC, Neuman MI. Application of The
14. McGlynn B. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta: EGC. 1995:200-207.
15. Kuti BP, Adegoke SA, Ebruke BE, Howie S,Oyelami OA, Ota M. Determinant
Hindawi. 2013;2.
34