Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini abortus masih merupakan masalah kontroversi di masyarakat Indonesia,
Namun terlepas dari kontorversi tersebut, abortus merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi
dan eklampsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya
saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu
yang disebabkan komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi
dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi
masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.
Prevalensi dari abortus habitualis diperkirakan terjadi pada 1-3% kehamilan. Faktor
umur dan keberhasilan kehamilan sebelumnya merupakan faktor independen yang dapat
mempengaruhi terjadinya abortus habitualis, dimana angka kejadian abortus akan
meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Untuk ibu muda yang belum pernah
mengalami abortus maka kemungkinan resiko abortus hanya 5%. Resikonya meningkat
sekitar 30% pada wanita yang pernah mengalami abortus 3 kali atau lebih dengan anak
yang hidup sebelumnya, dan meningkat sampai 50% jika sebelumnya belum memiliki
anak yang lahir hidup.2
Angka lahir mati di Amerika Serikat 9 10 per 1000 kelahiran hidup. Bila mungkin,
adalah penting menetapkan sebab kematian janin. Sama pentingnya adalah melindungi
kesehatan psikososial ibu dan keluarganya.10
Seorang wanita dikatakan menderita abortus habitualis apabila ia mengalami abortus
berturut-turut 3 kali atau lebih. Wanita tersebut umumnya tidak sulit hamil, akan tetapi
kehamilannya tidak dapat bertahan terus sehingga wanita yang bersangkutan tidak dapat
melahirkan anak yang hidup. Keadaan tersebut dapat digolongkan sebagai infertilitas atau
sterilitas.1,2

Anda mungkin juga menyukai