Anda di halaman 1dari 14

Bioeksperimen

Volume 3 No.1, (Maret 2017)


ISSN 2460-1365 73

Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram


Putih Pada Beberapa Bahan Media
Pembibitan
The Growth and Yield of White Oyster Mushroom on Some Substrats of Seedling
Medium

Titik Suryani1 dan Hilda Carolina2


1
Dosen Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2
Alumni Prodi Agronomi, FPN, Univ. Wangsa Manggala, Yogjakarta
ts169@ums.ac.id/suryanit@ymail.com

Abstract- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis media pembibitan yang mampu mendukung
peningkatan kualitas bibit jamur tiram putih lebih baik, dan mengetahui pengaruh macam media
bibit terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Penelitian ini dilaksanakan di Ngemplak,
Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta dengan ketinggian tempat 300 m dpl. Rancangan
yang digunakan adalah faktor tunggal macam media pembibitan, dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL), terdiri atas 4 perlakuan, yaitu : media bibit dengan serbuk kayu sengon, biji sorghum, biji jagung,
dan biji padi dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media bibit biji sorghum dan biji
jagung mampu mendukung peningkatan kualitas bibit jamur tiram putih yang lebih baik dibandingkan
dari media biji padi dan serbuk gergaji sengon. Bibit pada media substrat biji sorghum, jagung, padi
dan serbuk gergaji sengon memberikan pertumbuhan jamur tiram putih yang sama. Hasil jamur tiram
putih lebih baik pada bibit dengan media substrat biji sorghum, jagung, padi berturut turut.

Kata kunci: Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), media pembibitan (serbuk gergajian sengon, biji
sorghum, biji jagung, biji padi).

Abstract-The goal of this experiment was to know ability improving quality of white oyster mushroom seed and to
know the effect of kind seedling medium on the growth and yield of white oyster mushroom. The experiment has
been done in Ngemplak, Nanggulan, Kulon Progo, Jogjakarta Special Territory, at height of 300 m the sea surface
level,. The experimental design used the single factor kind of seedling medium arranged Completely Randomized
Design ( CRD ), that shown by four treatments that were seedling medium with sengon sawdust, sorghum seed,
corn seed, rice seed repetited three times. The experiment result showed that sorghum and corn seed medium were
ability to increasing quality of white oyster mushroom seed better than of rice seed and sengon sawdust. The
substrate medium of sorghum seed, corn seed, rice seed and sengon sawdust gave the same growth of white oyster
mushroom. The yield of white oyster mushroom was better on the sorghum seed, corn seed, rice seed substrate
medium respectively.

Keywords: White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus), Seedling Medium (sengon sawdust, sorghum, corn,
rice)

PENDAHULUAN Jamur Tiram (100 gr) meliputi : protein


Jamur tiram putih adalah salah satu 30,4 %, karbohidrat 56,6%, lemak 2,2%,
jamur edibel yang hidup pada kayu kalsium 314mg, fosfor 717mg, natrium
yang lapuk, sebagai salah satu sumber 837mg, besi 18,2mg, niacin 77,2mg,
hayati dan sumber protein nabati di riboflavin 4,95mg dan thiamin 0,20mg(
samping kacang-kacangan, dan digemari Djarijah,2001).
oleh masyarakat ,. Jamur tiram putih Nilai ekonomis jamur tiram
mengandung vitamin B1, B2, C, niasin, putih terus meningkat dan prospeknya
biotin, serta mineral K, P, Ca, Na, Mg, dan sebagai salah satu komiditas ekspor
Cu (Reginawati, 1999). Kandungan Gizi non migas. Indonesia baru mampu
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
74 ISSN 2460-1365

memasok 0,9% kebutuhan jamur dunia, putih yang diperoleh masih cukup baik
padahal budidaya jamur sangat mudah atau bahkan justru lebih baik dibanding
dikembangkan didalam negeri, apalagi dengan bibit yang dihasilkan dengan
lahan yang dibutuhkan tidak luas untuk menggunakan media standar.
itu di Indonesia juga tersedia. Berdasarkan Media bibit merupakan salah satu
data dari Ditjen Hortikultura,tahun 2010 faktor penting penentu keberhasilan
Pemda Jember, mengekspor jamur tiram dan kualitas jamur, dengan media bibit
putih ke jepang mencapai 5 kontainer , yang bahannya lebih baik atau diperkaya
tiap kontainer berisi 16 ton. (Anonim, dengan bijibijian, nutrisi yang ada pada
2014). bijibijian akan mudah diserap oleh
Sejalan dengan permintaan pasar jamur dari pada media serbuk kayu serta
dan potensi jamur tiram yang tinggi akan dihasilkan bibit jamur yang lebih
dimanfaatkan sebagai bahan pangan baik.Media bibit jamur dapat digunakan
dan sebagai obat. Indonesia termasuk berbagai macam bahan. Beberapa bahan
salah satu negara yang berpeluang untuk media bibit jamur yang dapat digunakan
mengekspor jamur ke Amerika, Kanada, di antaranya biji bijian, serbuk kayu,
Jerman, Jepang, Hongkong, Belgia, kotoran ternak, dan bahan organik
Inggris, Belanda dan Italia. Beberapa lainnya. Setiap jenis jamur mempunyai
faktor yang harus ditingkatkan untuk spesifikasi pertumbuhan yang khas pada
menembus pasar baik dalam maupun setiap bahan media tanam, sehingga
luar negeri adalah optimalisasi kultur tidak setiap bahan media tanam cocok
teknis dan perlakuan pasca panen yang digunakan untuk pertumbuhan bibit
menjamin keseragaman jamur (Anonim, semua jenis jamur (Gunawan, 2005).
2004). Keuntungan penggunaan media bibit
Selain itu usaha budidaya jamur dari biji bijian yaitu miselium tumbuh
tiram putih dianggap sebagai bisnis yang dengan cepat, namun media seperti ini
menguntungkan karena waktu panen kaya akan zat gizi sehingga kerusakan
cepat sekitar 3 bulan, sehingga modalnya yang disebabkan oleh kontaminan
juga cepat kembali. Bahan baku untuk juga mudah terjadi (Gunawan, 2005).
budidaya jamur tiram putih mudah Biji serealia seperti sorghum, jagung,
didapat dan lahan untuk budidaya jamur padi dapat digunakan sebagai bahan
tiram tidak terlalu luas (Agus dkk, 2001). untuk media bibit jamur tiram dengan
Keberhasilan budidaya jamur tiram putih kualitas biji baik. Biji yang pecah, terkena
ditentukan oleh kualitas bibit, proses penyakit, dan tercampur dengan kotoran
budidaya, temperatur dan kelembaban atau biji lain jangan dipilih untuk media
lingkungan yang mendukung (Cahyana, (Gunawan, 2005).
2005). Biji sorghum dapat digunakan
Pembibitan jamur tiram putih biasanya sebagai bahan makanan yang banyak
menggunakan media kombinasi serbuk mengandung karbohidrat juga dapat
gergaji sebagai media dasar dan beberapa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
campuran seperti bekatul, sementara Nilai gizi biji sorghum mengandung
itu masih banyak jenis media lain yang karbohidrat (83%), protein (11,0%),
cukup potensial ditinjau dari kandungan lemak (3,3%), serat (2,1%), kandungan
nutrisinya bagi jamur tiram putih, karena lain (11%) (Nurmala, 1998).Biji jagung
itu perlu pengujian perlakuan beberapa dapat digunakan sebagai media bibit
jenis media bibit, apakah dengan media jamur karena mempunyai komposisi
yang berbeda kualitas bibit jamur tiram kimia antara lain karbohidrat (68,0%),
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 75

protein (10%), lemak (5,0%), serat (2,0%), sengon memenuhi syarat untuk media
kandungan lain (11%) (Nurmala, 1998). tumbuh jamur tiram karena mengandung
Biji padi mempunyai nilai gizi yang cukup selulosa tinggi, lignin rendah, tidak
memadai antara lain karbohidrat (76,0%), bergetah, mudah menyerap dan
protein (8,0%), lemak (0,8%), serat (1,0%), menyimpan air, serta proses pengeringan
kandungan lain (11,1%) (Nurmala, 1998). dan pengomposannya cepat (Atmosuseno,
Bahan untuk media bibit jamur tiram: 1998). Persentase komponen kimia kayu
bekatul diperlukan sebagai sumber sengon adalah selulosa (49,4%), lignin
nutrisi dan sumber karbohidrat, karbon (26,8%), pentosa (15,6%) (Martawijaya,
nitrogen dan vitamin B kompleks. 1981). Kapur berfungsi menjaga pH
mengandung air 15%, protein 14,5%, N media, agar mendekati suasana netral dan
48,7%, serat kasar, 7,4%, lemak7,4% dan sebagai sumber mineral.Gips digunakan
abu 7,0%. (Lubis, 1992).l Bekatul yang sebagai sumber kalsium dan sebagai
digunakan dapat berasal dari berbagai bahan tanam untuk memperkokoh media
jenis padi. Bekatul sebaiknya dipilih tanam dalam polibag sehingga tidak
yang masih baru, belum tengik dan tidak mudah hancur atau rusak (Cahyana,
rusak (Cahyana, 2002). Karbon sebagai 2002).
sumber energi utama sekaligus sebagai Budidaya jamur tiram putih
unsur pertumbuhan, nitrogen untuk memerlukan kondisi lingkungan
pertumbuhan miselium dan membangun yang sesuai. Faktor lingkungan yang
enzim enzim yang disimpan dalam mempengaruhi pertumbuhan jamur
tubuhnya, vitamin berfungsi memacu tiram adalah sumber nutrisi, suhu,
pertumbuhan tubuh buah (Soenanto, udara, temperatur, kelembaban,
2000). Kapur berfungsi menjaga keasaman cahaya, air. Jamur tiram putih sangat
media, agar mendekati suasana netral dan baik dibudidayakan pada ketinggian
sebagai sumber mineral (Cahyana, 2002). 400800 mdpl. Namun tidak tertutup
Pembibitan jamur tiram memerlukan kemungkinan untuk tumbuh dan
kondisi lingkungan dengan temperatur dibudidayakan di daerah dataran rendah.
untuk pembentukan miselium adalah 22 Temperatur yang cocok untuk budidaya
28 C, dengan kelembaban 60 0%. Pada jamur tiram putih adalah 2228 C
pembibitan tidak diperlukan cahaya, dengan kelembaban 60 90 %, sedangkan
miselium akan tumbuh pada keadaan temperatur pada pembentukan
gelap, oleh karena itu selama inkubasi tubuh buah berkisar 1530 C dengan
diletakkan ditempat yang gelap (Anonim, kelembaban 8090%. Apabila suhu
1999). terlalu tinggi, sedangkan kelembaban
Media produksi bagi pertumbuhan terlalu rendah calon tubuh buah akan
jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai kering dan mati (Cahyana 2002). Jamur
kondisi tempat tumbuh jamur tiram tiram sangat sensitif terhadap cahaya
dialam. Bahan baku yang digunakan matahari langsung dan tidak cocok
sebagai media dalam budidaya jamur dibudidayakan didaerah yang sangat
tiram dapat berupa batang kayu panas. Oleh karena itu rumah jamur tiram
gelondongan atau dengan serbuk gergaji dibuat sedemikian tertutup (Soenanto,
(Cahyana, 2002). Serbuk gergaji kayu 2000). Sedangkan sinar tidak langsung
sebagai bahan utama merupakan media yang bersifat menyebar diperlukan
tumbuh jamur kayu karena mengandung selama masa pertumbuhan tubuh buah.
selulosa, lignin, karbohidrat, dan serat Jamur membutuhkan sirkulasi udara
(Suriawira, 2002). Serbuk gergaji kayu segar untuk pertumbuhannya sehingga
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
76 ISSN 2460-1365

diberi ventilasi agar aliran udara bisa terdiri atas 6 polybag dan diambil 4
berjalan lancar (Anonim, 1999). Waktu polybag secara acak sebagai sampel
yang diperlukan untuk tiap stadium sehingga diperoleh seluruhnya 4 x 3 x 6
atau tingkatan daur hidup bervariasi, = 72 polybag.
tergantung pada bentuk dan sifat media Faktor perlakuan sebagai berikut:
tempat tumbuh jamur tiram, lingkungan A(pembibitan pada media bibit serbuk
yang mendukung, misalnya lingkungan kayu sengon),B(pembibitan pada media
kimia (pH, kadar air), dan lingkungan bibit biji sorghum),C(pembibitan pada
biologis (kehadiran jasad lain, misalnya media bibit biji jagung) ,D(pembibitan
bakteri atau jamur liar), serta jenis pada media bibit biji padi ). Bibit
jamur tiram (Suriawiria, 2002). Dalam tersebut diatas diinokulasikan pada
keadaan normal, waktu yang diperlukan media dasar serbuk gergaji kayu sengon
dari perkecambahan spora sampai untuk mengetahui perbandingan dari
terbentuk tubuh buah rata-rata 12 bulan masingmasing perlakuan. Komposisi
(Suriawiria, 2002). bahan media tumbuh (produksi) yang
Tujuan Penelitian untuk Mengetahui digunakan adalah : Serbuk gergajian
jenis media yang mampu mendukung kayu sengon 92,5%, Bekatul 5%, Gips
peningkatan kualitas bibit jamur tiram 1,5%,Kapur 1%, kadar air media 45 - 65 %.
putih yang lebih baik dari media standar
dan mengetahui pengaruh macam media 1. Pelaksanaan Penelitian
bibit terhadap pertumbuhan dan hasil a. Media Bibit
jamur tiram putih. Hasil penelitian ini 1) Biji direndam dalam air
diharapkan dapat memberikan informasi selama 2 jam. Dibuang kotoran
mengenai media bibit yang lebih baik dari dan biji yang mengapung.
media bibit standar bagi pertumbuhan Untuk media serbuk gergaji
dan hasil jamur tiram putih. kayu sengon diayak untuk
menghilangkan potongan
METODE PENELITIAN kayu berukuran besar atau
Penelitian ini dilakukan di Ngemplak, kotoran lain seperti kerikil,
Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta kemudian direndam untuk
yang mempunyai ketinggian tempat 300 menghilangkan getah dan
m dpl. Bahan : bibit jamur tiram putih (F2), minyak yang terdapat pada
serbuk gergaji kayu sengon, biji sorghum, kayu. Perendaman dilakukan
biji jagung, biji padi, bekatul, kapur pada kayu selama 12 jam.
(CaCO3), gips (CuSO4), air, alkohol 70%, Setelah direndam serbuk kayu
kapas.alat : jarum ose, botol, polybag, ditiriskan.
timbangan, lampu spritus, ayakan, alat 2) Biji ditiriskan lalu dimasak
pengepres, alat sterilisasi (autoklaf dan dengan air sampai biji
ruang sterilisasi), termometer ruang, merekah pada satu titik
hygrometer, jangka sorong, mistar, (direbus matang). Biji yang
sprayer. Metode yang digunakan adalah sudah masak ditiriskan.
percobaan faktor tunggal yang disusun 3) Media dicampur dengan
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), bahanbahan lain sampai
yang terdiri atas 4 perlakuan. Setiap merata sesuai dengan
perlakuan diulang 3 kali masingmasing perlakuan yang ditentukan.
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 77

Tabel 1. Komposisi bahan media bibit untuk tiap perlakuan.


Perlakuan Komposisi Bahan Media Bibit (100%)
Serbuk kayu sengon (88%) + Bekatul (10%) + Kapur (1%) + gips
A
(1%) + Air (Sampai diperoleh kadar air media 45%)
B Biji sorhgum (98%) + kapur (1%) + gips (1%)
C Biji jagung (98%) + kapur (1%) + gips (1%)
D Biji Padi (98%) + kapur (1%) + gips (1%)

4) Media bibit yang telah potongan kayu berukuran


tercampur dimasukkan dalam besar, kerikil.
botol warna putih dengan 2) Pencampuran : media tanam
diameter 6 cm, tinggi 20 cm dicampur sampai merata
dan bobot tiap botol seberat dengan komposisi (100%)
250 g tanpa dipadatkan. Botol yang ditentukan yaitu: serbuk
ditutup dengan kapas dan gergajian kayu sengon 92,5%,
ditutup lagi dengan plastik. Bekatul 5%, Gips 1,5%,
5) Media bibit disterilkan dengan Kapur1%, kadar air media 45
menggunakan autoklaf pada - 65%
suhu 121 C selama 60 menit. 3) Pengomposan: setelah bahan
Media didinginkan selama tercampur rata dilakukan
12 jam sebelum dilakukan pengomposan dengan cara
inokulasi. membumbun campuran
6) Alat inokulasi (jarum tersebut, kemudian ditutup
ose) disterilkan dengan rapat dengan menggunakan
menggunakan alkohol dan plastik selama 7 hari, dengan
dilakukan pembakaran tingkat keasaman (pH) 7.
dengan lampu spiritus. 4) Pembungkusan :
7) F2 diambil dengan alat pembungkusan dilakukan
inokulasi (jarum ose) secara dengan cara memasukkan
aseptis dan dimasukkan ke media ke dalam kantong
dalam media bibit. plastik putih tahan panas (PP)
8) Media bibit dalam botol ukuran 20 x 30 cm kemudian
ditutup rapat dengan kapas. media dipadatkan. Media
9) Media bibit diinkubasikan yang telah dipadatkan ditutup
pada suhu 28 C sampai bagian atasnya dengan
seluruh media penuh memasukkan cincin pralon
dengan miselium jamur yang dan disumbat dengan kapas,
berwarna putih, yaitu selama sehingga bungkusan media
4 minggu. akan meyerupai botol. Bobot
setiap polybag 1 kg.
b. Media Tumbuh (media produksi) 5) Sterilisasi :media dipolybag
Jamur Tiram selanjutnya disterilisasi pada
1) Persiapan media tanam: ruang sterilisasi, dengan
Serbuk gergaji kayu sengon dipanaskan uap air pada suhu
diayak untuk menghilangkan 80 - 90 oC selama 8 jam.
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
78 ISSN 2460-1365

6) Pendinginan :media yang panjang miselium meng-


telah disterilisasi didinginkan gunakan mistar. Pengukuran
selama 12 jam sebelum dilakukan dari permukaan
dilakukan inokulasi. media sampai kedalaman
7) Inokulasi :dibuat lubang tertentu pada pertumbuhan
sedalam 2 cm pada bagian miselium paling panjang.
tengah media dengan Pengamatan dilakukan
menggunakan stik kayu yang pada hari ke 7, 14, 21 dan 28.
disterilkan. Bibit sebanyak 1 2.Sifat miselia : (tipis, sedang,
sendok makan dimasukkan tebal), Pengamatan dilakukan
ke polybag secara aseptis. dengan melihat ketebalan
8) Inkubasi : media yang telah miselium.
diisi bibit disimpan dalam b. Pengamatan produksi
ruangan yang bersuhu 28 1) Panjang miselium pada
o
C hingga seluruh media media tumbuh (centimeter)
ditumbuhi oleh miselium :pengamatan dilakukan 7
berwarna putih. hari setelah inokulasi dengan
9) Saat pembentukan calon mengukur panjang miselium
tubuh buah : media yang menggunakan mistar.
telah dipenuhi miselium Pengukuran dilakukan dari
dibuka bagian atasnya dan permukaan media sampai
dilepas cincin pralon, agar kedalaman tertentu pada
calon tubuh buah jamur dapat pertumbuhan miselium
tumbuh dengan baik. Dengan paling panjang. Pengamatan
suhu ruang sekitar 23 oC dilakukan pada hari ke 7, 14,
dengan kelembaban 90%. 21 dan 28.
10) Pemeliharaan :untuk menjaga 2) Saat pemenuhan miselium
kelembaban disiram 3 kali (hari): pengamatan dilakukan
sehari dengan menggunakan sejak inokulasi sampai
sprayer. miselium tumbuh memenuhi
11) Pemanenan : panen dilakukan polybag.
setelah pertumbuhan jamur 3) Saat pembentukan calon tubuh
mencapai tingkat yang buah (hari) : pengamatan
optimal, yaitu tubuh buah telah dilakukan setelah inokulasi
membuka secara maksimal. sampai terbentuk calon
Pemanenan dilakukan dengan tubuh buah yang pertama
cara mencabut jamur dari kali. Dilakukan perhitungan
media tanam secara hatihati. lama hari pembentukan calon
tubuh buah yang tumbuh
Pengamatan : dilakukan pada sampel pada media. Pembentukan
yang terdiri dari 3 sampel. Parameter calon tubuh buah mulai
pengamatan meliputi : dihitung ketika muncul calon
a. Pengamatan Bibit: tubuh buah kecil (primordia)
1) Panjang miselium bibit berukuran 1 cm.
(ce nti me te r ),Pe ng amat an 4) Jumlah tubuh buah tiap
dilakukan 7 hari setelah panen dan total panen:
inokulasi dengan mengukur Pengamatan dilakukan
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 79

dengan menghitung jumlah 2. Analisis Data


tubuh buah tiap kali panen Data dianalisis dengan sidik ragam
dan total jumlah tubuh buah pada taraf 5 % untuk mengetahui adanya
dijumlahkan pada akhir beda nyata dari perlakuan yang diamati,
panen. kalau ada beda nyata dilanjutkan dengan
5) Diameter tubuh buah uji Duncans Multiple Range Test (DMRT)
(centimeter) :Pengamatan pada jenjang 5%.
dilakukan dengan mengukur
diameter badan buah pada HASIL DAN PEMBAHASAN
bagian bawah tudung jamur 1. Hasil Analisis
setiap kali panen. Hasil analisis meliputi variabel
6) Berat segar tubuh buah tiap pertumbuhan terdiri dari panjang
panen dan total panen (gram) miselium media bibit, sifat miselia bibit,
:Pengamatan dilakukan panjang miselium media produksi, saat
dengan menimbang tubuh pemenuhan miselium, saat pembentukan
buah tiap kali panen dan tubuh buah, sedangkan variabel hasil
total bobot segar jamur meliputi jumlah tubuh buah tiap panen
dijumlahkan pada akhir dan total panen, diameter tubuh buah,
panen. berat segar tubuh buah tiap panen dan
7) Umur panen (hari) :Dihitung total panen, umur tiap panen, lama masa
sejak pemenuhan miselium panen.
sampai panen ke 1, 2, 3, 4, 5,
6. a. Variabel pertumbuhan miselium
8) Lama masa panen (hari) pada media bibit
:Dihitung lama hari mulai 1) Panjang miselium bibit (cm)
panen pertama sampai dan sifat miselium bibit
terakhir. Pemanenan diakhiri Purata panjang miselium
setelah tidak lagi tumbuh bibit yang dilakukan pada
tubuh buah jamur tiram (hasil umur 7, 14, 21, 28 hari setelah
sangat menurun). inokulasi dan sifat miselium
bibit disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Purata panjang miselium bibit (cm) dan sifat miselium bibit setelah inokulasi pada 4
bahan media pembibitan jamur
Umur (hari) Sifat
Perlakuan Miselia
7 14 21 28
A 2,50b 6,33a 10,50a 15,33a Tipis

B 5,00a 7,83a 11,83a 15,67a Tebal

C 4,83a 7,17a 11,50a 15,33a Tebal

D 5,00a 6,67a 10,50a 15,67a Sedang


Keterangan: Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama menunjukkan
tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
A: Pembibitan pada media bibit serbuk kayu sengon
B: Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C: Pembibitan pada media bibit biji jagung
D: Pembibitan pada media bibit biji padi
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
80 ISSN 2460-1365

Hasil sidik ragam panjang dan media serbuk gergaji


miselium bibit menunjukkan kayu sengon tipis (Tabel 2).
ada beda nyata pada hari ke b. Variabel pertumbuhan miselium
7 setelah inokulasi, sedangkan pada media tumbuh jamur
panjang miselium pada hari ke 1) Panjang miselium media
14, 21 dan 28 tidak ada beda tumbuh jamur (cm)
nyata. (Tabel 2). Sifat miselium Purata panjang miselium
bibit lebih tebal pada media media tumbuh jamur yang
biji sorghum dan biji jagung, dilakukan pada umur 7, 14, 21
pada media biji padi sedang dan 28 hari setelah inokulasi
disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Purata panjang miselium pada media tumbuh jamur setelah inokulasi (cm) pada 4 bahan
media pembibitan jamur
Umur (hari)
Perlakuan
7 14 21 28
A 0,83b 9,42c 16,42b 21,54a

B 4,42a 11,71a 18,33a 22,00a

C 3,50a 11,33ab 18,00a 22,00a

D 3,21a 10,83b 16,92b 21,71a


Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama menunjukkan
tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%

Hasil sidik ragam panjang 2) Saat pemenuhan miselium


miselium pada media tumbuh dan saat pembentukan calon
menunjukkan ada beda tubuh buah (hari)
nyata pada hari ke 7, 14, 21, Purata saat pemenuhan
sedangkan panjang miselium miselium dan saat
pada hari ke 28 tidak ada pembentukan tubuh buah
beda nyata. disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Purata saat pemenuhan miselium dan pembentukan calon tubuh buah pada 4 bahan media
pembibitan jamur (hari)
Saat pemenuhan mise- Saat pembentukan calon
Perlakuan
lium tubuh buah
A 32,17a 42,33a

B 27,50a 32,25c

C 27,83a 34,08bc

D 29,83a 36,75b
Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama
menunjukkan tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu sengon
B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
D : Pembibitan pada media bibit biji padi
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 81

Hasil sidik ragam saat perlakuan A (Tabel 4).


pemenuhan miselium
menunjukkan tidak ada c. Variabel Hasil
beda nyata. (Tabel 4).Saat 1) Jumlah tubuh buah tiap panen
pembentukan tubuh buah dan total panen (buah)
menunjukkan beda nyata. Saat Purata jumlah tubuh buah
pembentukan calon tubuh tiap panen dan total panen
buah pada perlakuan B, C, disajikan pada tabel 5.
dan D berbeda nyata dengan
Tabel 5. Purata jumlah tubuh buah tiap panen & total panen pada 4 bahan media pembibitan jamur
Pengamatan Panen Ke -
Perlakuan Total
1 2 3 4 5 6
A 4,58a 5,50a 4,08a 4,08a 3,75a 4,33a 26,33a

B 5,67a 5,58a 5,17a 5,50a 4,83a 3,42a 30,17a

C 7,17a 4,67a 5,08a 5,00a 4,17a 3,83a 29,92a

D 7,33a 7,17a 6,33a 5,33a 4,25a 3,50a 33,92a


Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama menunjukkan
tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
Hasil sidik ragam jumlah tubuh buah tiap panen dan total panen tidak ada beda
nyata (Tabel 5).
A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu sengon
B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
D : Pembibitan pada media bibit biji padi

2) Diameter tubuh buah (cm) tubuh buah menunjukkan


Purata diameter tubuh tidak ada beda nyata pada
buah disajikan pada tabel 6. panen 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Hasil sidik ragam diameter

Tabel 6. Purata diameter tubuh buah (cm) pada 4 bahan media pembibitan
Pengamata Panen Ke -
Perlakuan
1 2 3 4 5 6
A 9,13a 9,67a 7,38a 7,08a 7,18a 5,43a

B 8,30a 11,23a 9,73a 8,34a 6,83a 5,87a

C 9,70a 10,46a 8,91a 7,84a 6,94a 5,97a

D 10,48a 10,30a 8,75a 8,31a 7,57a 6,42a


Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama
menunjukkan tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu sengon
B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
D : Pembibitan pada media bibit biji padi
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
82 ISSN 2460-1365

3) Berat segar tubuh buah tiap buah tiap panen dan total
panen dan total panen (g) panen disajikan pada tabel
Purata hasil pengamatan 7.
terhadap berat segar tubuh

Tabel 7. Purata berat segar tubuh buah tiap panen dan total panen (g) pada 4 bahan media
pembibitan jamur
Per- Pengamatan Panen Ke -
Total
lakuan 1 2 3 4 5 6
A 64,42a 73,92b 53,08b 43,33b 32,33a 23,08a 290,17b

B 61,33a 101,83a 74,92a 57,33a 36,50a 24,67a 356,58a

C 79,83a 71,58b 73,42a 56,92a 35,25a 22,08a 339,08a

D 76,50a 74,58b 75,50a 56,33a 34,33a 27,75a 345,00a


Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama menunjukkan
tidak ada beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%.

Hasil sidik ragam berat 4) Umur panen dan lama masa


segar tubuh buah tiap panen panen (hari)
dan total panen menunjukkan Purata umur panen dan
beda nyata pada panen ke 2, lama masa panen disajikan
3, 4 dan total panen. Sedangkan pada tabel 8.
pada panen ke 1, 5 dan 6 tidak
beda nyata.

Tabel 8. Purata umur panen dan lama masa panen (hari) pada 4 bahan media pembibitan jamur
Umur panen (pengamatan panen ke -) Lama Masa
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 Panen
A 4,00a 15,50a 27,58a 39,42a 52,50a 66,25a 62,25a

B 3,83a 14,50a 25,75a 37,25a 49,92a 62,83a 59,00a

C 4,00a 15,08a 26,00a 37,58a 50,08a 63,83a 59,83a

D 3,83a 14,92a 25,83a 37,83a 51,00a 64,67a 60,83a


Keterangan : Angka purata yang diikuti huruf sama pada kolom sama menunjukkan tidak ada
beda nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu sengon
B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
D : Pembibitan pada media bibit biji padi

Hasil sidik ragam umur Panjang miselium bibit jamur


panen dan lama masa panen tiram putih pada empat bahan
tidak beda nyata. media yang berbeda menunjukkan
tidak berbeda pada hari ke 28,
2. Pembahasan tetapi berbeda sifat miselium . Hal
a. Pertumbuhan miselium bibit ini mungkin karena bahan media
jamur tiram pada 4 bahan media berbeda menunjukkan kualitas
pembibitan pertumbuhan miselium yang
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 83

berbeda. Sifat miselium pada bibit jamur tiram putih pada


substrat biji sorghum dan biji media biji sorghum dan biji jagung
jagung lebih tebal berwarna putih lebih panjang dibanding pada
pekat, miselium pada substrat media biji padi dan serbuk gergaji
biji padi sedang dan berwarna sengon (tabel 4). Hal ini mungkin
putih, miselium pada substrat dengan media tumbuh yang sama,
serbuk sengon tipis dan berwarna tetapi berbeda media pembibitan
putih bening. Komposisi media berpengaruh terhadap panjang
pada substrat biji sorghum dan miselium dan saat pemenuhan
biji jagung mengandung nutrien miselium, karena bahan
lebih banyak untuk pertumbuhan media bibit jamur tiram putih
miselium dibanding dengan mengandung nutrisi yang berbeda
substrat biji padi dan serbuk untuk pertumbuhan. Kandungan
kayu sengon. Kandungan nutrien nutrisi biji sorghum karbohidrat
yang yang diperlukan untuk (83%), protein (11,0%), lemak
pertumbuhan jamur antara lain (3,3%), serat (2,1%) lebih banyak
karbon, nitrogen, mineral dan dibanding dengan kandungan
vitamin. biji jagung . Kandungan nutrisi
biji jagung meliputi karbohidrat
(68,0%), protein (10%), lemak
(5,0%), serat (2,0%), kandungan
lain (11%). Kandungan nutrisi
biji padi meliputi karbohidrat
(76,0%), protein (8,0%), lemak
(0,8%), serat (1,0%), kandungan
lain (11,1%) (Nurmala, 1998) dan
kandungan serbuk gergaji kayu
sengon meliputi selulosa (49,4%),
lignin (26,8%), pentosa (15,6%)
(Martawijaya, 1981).
Gambar 1: Bibit jamur tiram yang telah
ditumbuhi miselium (umur 21 hari) pada 33
media bibit serbuk kayu sengon (A), biji
Saat Pemenuhan Miselium

32

sorghum (B), biji jagung (C), biji padi (D) 31


30
(hari)

29

b. Pertumbuhan miselium jamur 28


27
tiram putih pada 4 bahan media 26

pembibitan 25
A B C D

Panjang miselium pada Perlakuan

hari ke 7, 14, 21 berbeda nyata Gambar 2: saat pemenuhan miselium pada


pada beberapa bahan media empat bahan media pembibitan
pembibitan. Panjang miselium
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
84 ISSN 2460-1365

Jumlah tubuh buah


45
40 dan diameter tubuh buah
Saat Pembentukan Tubuh

35
30
menunjukkan tidak beda nyata
pada empat bahan media
Buah (hari)

25
20
15 pembibitan . Hal ini dimungkinkan
10
5
tiap polybag, jumlah tubuh buah
0
A B C D
panen tidak selalu sama. Jumlah
Perlakuan tubuh buah tertinggi tidak
Gambar 3:saat pembentukan calon tubuh buah
selalu diikuti dengan berat segar
pada empat bahan media pembibitan tertinggi, begitu pula sebaliknya
berat segar tertinggi tidak selalu
A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu diikuti oleh jumlah tubuh buah
sengon tertinggi. Berat segar pada
B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
perlakuan B, C dan D berbeda
D : Pembibitan pada media bibit biji padi nyata dengan perlakuan A. Hal
ini mungkin dipengaruhi oleh
c. Hasil jamur tiram putih pada 4 sifat miselium baik menghasilkan
bahan media pembibitan tubuh buah yang kualitasnya
Saat pembentukan calon baik pula dan juga dipengaruhi
tubuh buah jamur tiram putih oleh berat media awal. Hal ini
berbeda nyata pada empat bahan dapat dilihat dari hasil tiap panen
media pembibitan. Pembentukan yang menunjukkan terjadinya
calon tubuh buah pada perlakuan penurunan jumlah tubuh buah
B, C dan D berbeda nyata pada akhir panen, karena berat
dengan perlakuan A. Hal ini media semakin menyusut karena
dipengaruhi oleh sifat miselium, nutrisi dalam media berkurang
saat pemenuhan miselium, dan terserap oleh miselium
ketersediaan nutrisi yang selama perkembangan tubuh
tersedia dalam media dan faktor buah, sehingga mengurangi berat
lingkungan yang mendukung media awal.
seperti suhu dan kelembaban. Umur panen dan lama
Pembentukan calon tubuh buah masa panen jamur tiram putih
berlangsung setelah dilakukan pada empat perlakuan tidak
pembukaan polybag setelah beda nyata pada empat bahan
miselium tumbuh sampai penuh. media pembibitan . Hal ini
Saat pembentukan calon tubuh mungkin karena media tumbuh
buah diamati ketika muncul calon yang digunakan adalah sama
tubuh buah kecil (primordia) tanpa substrat tambahan
berukuran 1 cm. Cepat lambatnya dan juga dipengaruhi oleh
saat pembentukan calon tubuh kecepatan tumbuh miselium,
buah juga sangat didukung dan saat pembentukan tubuh buah,
dipengaruhi oleh kualitas bibit dan jumlah tubuh buah pada
jamur yang selanjutnya akan setiap panen. Dalam penelitian
mempengaruhi kualitas miselium ini panen dilakukan sebanyak
dan calon tubuh buah. enam kali, karena setelah panen
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
ISSN 2460-1365 85

ke enam medium jamur sudah


tidak tumbuh primordia hal 400
ini kemungkinan disebabkan 350

Berat Segar Tubuh Buah


oleh nutrisi media telah habis 300
250
terserap oleh tubuh buah selama

(gram)
200

pertumbuhan. 150
100
50
0
35 A B C D
30 Perlakuan
Jumlah Tubuh Buah

25
20 Gambar 5: berat segar tubuh buah total pada
15 empat bahan media pembibitan
10

5 A : Pembibitan pada media bibit serbuk kayu


0
A B C D sengon
Perlakuan B : Pembibitan pada media bibit biji sorghum
C : Pembibitan pada media bibit biji jagung
Gambar 4 :jumlah tubuh buah total pada empat D : Pembibitan pada media bibit biji padi
bahan media pembibitan

Gambar 6 : Tubuh buah siap panen pada 4 bahan media bibit(dari kiri ke kanan) :
serbuk kayu sengon (1) ,biji sorghum (2), biji padi (3),dan biji jagung (4)

SIMPULAN biji sorghum, padi, jagung berturut


Berdasarkan hasil dan pembahasan maka turut.
dapat disimpulkan:
1. Media bibit biji sorghum dan UCAPAN TERIMA KASIH
biji jagung mampu mendukung Sahabat mba Maryati yang telah
peningkatan kualitas bibit jamur membantu dan berkontribusi dalam
tiram putih yang lebih baik dari pada penelitian ini sampai selesai
media biji padi dan serbuk sengon.
2. Bibit pada media substrat biji DAFTAR PUSTAKA
sorghum, jagung, padi, dan serbuk Anonim. 1999. Tanaman Jamur Tiram ala
gergaji sengon memberikan Lembang. Trubus No. 352. Thn XXX
pertumbuhan jamur tiram putih yang Anonim, 2014 https://jemberkab.go.id/
sama. jamur-tiram-putih-tembus-pasar-
3. Hasil jamur tiram putih lebih baik ekspor/diakses 10 agustus 2014
pada bibit dengan media substrat
Bioeksperimen
Volume 3 No.1, (Maret 2017)
86 ISSN 2460-1365

______. 2005. RI Pasok 0,9% Kebutuhan Lubis, D A., 1992. Ilmu Makan Ternak. PT.
Jamur Dunia. http://www.nafed.go.id. Pembangunan. Jakarta. 203 hal.
diambil 04 Agustus 2006. Martawijaya, A. 1981. Atlas Kayu Indonesia.
Atmosuseno, Budi S. 1998. Budidaya, Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Kegunaan, dan Prospek Sengon. Penebar Nurmala, Tati. 1998. Serealia Sumber
Swadaya. Jakarta. 40 hal. Karbohidrat Utama. PT Rineka Cipta.
Cahyana, YA., Muchroji, dan M Bakrun. Jakarta. 93 hal.
2002. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Reginawati, 1999. Produksi Jamur Menurun.
Jakarta. 63 hal. www.kpel.or.id. diambil 6 April 2006.
_______. 2005. Jamur Tiram; Pembibitan, Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram,
Pembudidayaan, Analisis Usaha. Bididaya dan Peluang Usaha. Aneka
Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal. Ilmu. Semarang. 24 hal.
Djarijah, Nunung M, dan Abbas Siregar Suriawiria, H Unus. 2002. Budidaya Jamur
D. 2001. Jamur Tiram, Pembibitan, Tiram. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.
Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama-
Penyakit. Kanisius. Yogyakarta. 67 hal. ________. 2004. Sukses Beragrobisnis Jamur
Kayu: Shiitake, Kuping, Tiram. Penebar
Gunawan, Agustin Wydia. 2005. Usaha Swadaya. Jakarta. 104 hal.
Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya.
Jakarta. 112 hal.

Anda mungkin juga menyukai