Anda di halaman 1dari 7

ADELIA MEDAH CARISMA

13030194023

PKA-13

SOAL

1. Batas ambang pada 3 jenis irradiasi ionik ?


2. Pengaruh radiasi pengion pada bahan pangan berdasarkan beberapa aspek ?
3. Jenis isotop apa saja yang bisa digunakan untuk radiasi makanan ?
4. Apa pengaruh Cobalt-60 pada seni sebagai bahan pewarna ?
5. Jelaskan pengertian radiasi pengion dan non pengion beserta contoh nya ?
6. Bagaimana menentukan umur suau fosil ?

JAWAB

1. Intensitas sinar iradiasi ini dinyatakan dengan satuan Gray (Gy) yang berarti dosis
sinar yang diserap yang setara dengan 1 joule per kilogram material terserap.
Peraturan FDA (Food and Drug Association) menyatakan bahwa 1 kilogray (kGy)
setara dengan 1000 Gy. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa makanan yang
diiradiasi sampai dosis 1 kGy tidak menimbulkan perubahan yang nyata, sedangkan
pada dosis 1 10 kGy bila udara pada saat iradiasi dan penyimpanan tidak
dihilangkan akan mengakibatkan penurunan beberapa jenis vitamin. Kelompok
dengan dosis iradiasi tinggi(pengalengan) yaitu di atas 10 kGy yang dapat digunakan
untuk membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan dan juga untuk
sterilisasi bahan pangan dan makanan.Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa
semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi
manusia.
Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah
perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun
sarana iradiasi. Peraturan tentang iradiasi pangan yang sampai sekarang digunakan
antara lain adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 826 Tahun 1987 dan No. 152
Tahun 1995. Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam
penyusunan Undang-undang Pangan No. 7 Tahun 1996.
Prinsip kerja iradiasi dengan berkas sinar electron pada dasarnya, akselerator
sebagai pembangkit berkas sinar electron berfungsi seperti tube televisi. Electron
tersebar dan memukul layar phosphorescent dengan energy yang cukup rendah.
Electron terkonsentrasi dan kecepatannnya dipercepat menjadi 99% kecepatan
cahaya. Berkas sinar tersebut menembus objek yang berupa bahan pangan. Reaksi
yang sangat cepat pada permukaan molekul akan menyebabkan bakteri yang
menempel rusak seketika. Sayangnya, karena menggunakan energy listrik, iradiasi
dengan menggunakan sinar gamma lebih disukai. Pengaturan dosis iradiasi terhadap
berbagai bahan pangan dilakukan dengan mengatur kecepatan konveyor yang
membawa bahan pangan ke kamar iradiasi.
Pada teknik pengawetan dengan menggunakan radiasi, makanan dipapari dengan
radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi
tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu
serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Teknik iradiasi juga dapat
digunakan untuk sterilisasi kemasan.
Tabel. Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tujuan Dosis (kGy) Produk

Dosis rendah
(s/d 1 KGy)
Pencegahan
pertunasan 0,05 0,15 Kentang, bawang putih,
bawang bombay, jahe,

Pembasmian
serangga dan Serealia, kacang-
parasit 0,15 0,50
kacangan, buah segar
dan kering, ikan, daging
kering
Perlambatan
proses fisiologis
Buah dan sayur segar

0,50 1,00

Dosis sedang (1-


10 kGy)
Perpanjangan
masa simpan 1,00 3,00 Ikan, arbei segar

Pembasmian
mikroorganisme
perusak dan 1,00 7,00 Hasil laut segar dan beku,
patogen daging unggas
segar/beku
Perbaikan sifat
teknologi pangan

Anggur (meningkatkan
2,00 7,00 sari), sayuran kering
(mengurangi waktu
pemasakan)
Dosis tinggi1 (10
50 kGy)
Pensterilan
industri 10 50 Daging, daging unggas,
hasil laut, makanan siap
Pensterilan
hidang, makanan steril
bahan tambahan
makanan
tertentu dan
komponen-nya

2. Permasalahan Iradiasi Makanan


a. Aspek Kimia
Proses penyinaran dengan radiasi pengion ialah proses dingin karena tidak
menimbulkan kenaikan suhu pada bahan yang dilaluinya. Energi yang diserap
bahan pangan dengan teknik tersebut jauh lebih rendah dari energi makanan yang
dipanaskan,sehingga perubahan unsur kimia yang terjadi akibat radiasi secara
kuantitatif juga lebih sedikit. Senyawa kimia akibat dari radiasi bergantung pada
komposisi bahan dan jumlahnya akan meningkat sesuai dengan bertambahnya
dosis radiasi. Perubahan kimia dapat ditekan dengan mengatur suhu dan kadar air
bahan, serta menghilangkan oksigen udara di sekeliling bahan yang diiradiasi.

b. Aspek Gizi
Masalah gizi pada makanan yang diiradiasi ialah kekhawatiran akan adanya
perubahan kimia yang mengakibatkan penurunan nilai gizi makanan, yang
menyangkut perubahan komposisi protein, vitamin dan lain-lain (Glubrecht,
1987).

c. Aspek Mikrobiologi
Dalam makanan iradiasi, masalah mikrobiologi yang mungkin timbul adalah sifat
resistensi atau efek mutagenik dan peningkatan patogenitas mikroba (WHO, 1991
dalam Simatupang, 1983). Daya tahan berbagai jenis mikroorganisme terhadap
radiasi secara berurutan adalah sebagai berikut : spora bakterI > khamir > kapang
> bakteri gram positif > bakteri gram negatif. Ternyata bakteri gram negatif
merupakan yang paling peka terhadap radiasi. Oleh karena itu, untuk menekan
proses pembusukan makanan dapat digunakan iradiasi dosis rendah (Jay, 1996).

d. Aspek Toksikologi
Analisis kimia yang dilakukan terhadap makanan yang diawetkan dengan iradiasi
tidak ditemukan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Uji toksikologi terhadap
makanan iradiasi dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih teliti dan kompleks.
Kekhawatiran ini mungkin disebabkan adanya senyawa radioaktif pada makanan
yang diiradiasi. Iradiasi pada suatu bahan pangan yang mengandung air
menyebabkan ionisasi dari bagian molekul-molekul air dengan pembentukan
hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat reaktif

e. Aspek Pengemasan
Bahan dan teknik pengemasan merupakan unsur yang penting, karena mutu dari
bahan pangan yang diirradiasi bergantung pada kekuatannya. Bahan pengemas
yang fleksibel dalam bentuk laminasi banyak disukai daripada wadah dari kaleng,
terutama untuk pembungkus makanan siap saji yang diirradiasi. Bahan pengemas
yang fleksibel umumnya dibuat secara khusus dan bersifat tahan terhadap radiasi
dengan suhu -790C, kedap udara serta tidak mudah terkelupas, sehingga mampu
mempertahankan mutu makanan di dalamnya untuk jangka panjang pada suhu
kamar (28-300C).

f. Aspek Dosimetri
Sebelum bahan pangan diiradiasi dosis yang akan diterapkan sesuai tujuannya
harus sudah diketahui. Dosimetri ditujukan untuk menetapkan tingkat
keseragaman dosis, sehingga bahan pangan benar-benar menerima jumlah paparan
dosis yang sama sesuai dengan tujuan iradiasi.

3. Sumber sinar yang digunakan untuk meradiasi bahan pangan adalah sinar yang dapat
mengionisasi objek yang diradiasi, biasanya terdiri dari sinar Gamma, berkas electron,
dan sinar-X.
Sinar gamma dihasilkan oleh isotop radioaktif seperti Cobalt-60 atau Cesium-
137. Cobalt-60 adalah sumber yang paling banyak digunakan dalam menghasilkan
radiasi sinar gamma. Energi yang dihasilkan Cobalt-60 cukup besar yaitu 1,17 MeV
dan 1,33 MeV, sedangkan Cesium-137 ialah 0,66 MeV
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan
adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan
137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan
listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap
makanan. Perbedaan keduanya adalah pada daya tembusnya. Sinar gamma
mengeluarkan energi sebesar 1 Mev untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20
30 cm, sedangkan berkas elektron mengeluarkan energi sebesar 10 Mev untuk dapat
menembus air sedalam 3,5 cm
Selama proses irradiasi, bahan makanan tersebut akan menyerap radiasi sinar
gamma.Radiasi akan memecah ikatan kimia pada DNA dari mikroba atau serangga
kontaminan.Sehingga organisme kontaminan tidak mampu memperbaiki DNA-nya
yang rusak sehinggapertumbuhannya akan terhambat. Pada irradiasi bahan makanan
ini, dosis irradiasi tidak cukup besar untuk menyebabkan bahan makanan menjadi
radioaktif.
Sinar X yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi
pada atau dibawah 5 Mev. Elektron yang dihasilkan dari sumber yang dioperasikan
dengan energi pada atau dibawah 10 Mev. Pangan diiradiasi dengan berbagai tujuan:
menghambat pertunasan (sprouting, misalnya pada kentang), membunuh parasit
Trichinia, mengontrol serangga dan meningkatkan umur simpan, sterilisasi (rempah),
mengurangi bakteri patogen (daging).
Sedangkan secara tidak langsung, gelombang elektromagnetik berupa sinar
gamma, sinar x atau elektron cepat dapat menimbulkan eksitasi, ionisasi dan
perubahan kimia bila berinteraksi dengan materi atau benda. Dalam meradiasi pangan,
sumber radiasi yang boleh digunakan adalah :

a. Pengawetan dengan cara iradiasi makanan itu menggunakan radioaktif dari Sinar
Gamma dari radionuklida 60Co atau 137Cs
b. Sinar X yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi
pada atau dibawah 5 Mev
c. Elektron yang dihasilkan dari sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau
dibawah 10 Mev

Ko-balt 60, unsur inti radioaktif ini tidak stabil. Inti Kobalt 60 meluruh dalam
iradiator dan memancarkan partikel beta dan gamma. Setelah itu, Kobalt 60 berubah
menjadi Nikel 60 yang jauh lebih stabil. Sinar gamma dan elektron dihilangkan dari
bentuk lain radiasi dengan kemampuan ionisasinya (kemampuan memutuskan ikatan
kimia saat diabsorbsi oleh material tertentu). Produk ionisasi dapat berupa
electronically charged (ion) maupun netral (radikal bebas). Produk ini kemudian
bereaksi dan menyebabkan perubahan pada material yang diirradiasi atau yang
disebut dengan radiolisis. Reaksi inilah yang menyebabkan penghancuran
mikroorganisme, serangga, dan parasit selama proses irradiasi makanan. Dalam
makanan yang memiliki kandungan air tinggi, air terionisasi oleh radiasi. Elekton
dikeluarkan dari molekul-molekul air dan memutuskan ikatan kimia. Produk-produk
tersebut kemudian berkombinasi membentuk hidrogen, hidrogen peroksida, hidrogen
radikal, hidroksil radikal, dan hidroperoksil radikal.
Ion-ion reaktif yang diproduksi oleh makanan irradiasi menghancurkan mikro-
organisme dalam sekejap, dengan mengubah stuktur membran sel dan mempengaruhi
aktivitas metabolik enzim. Namun, efek yang lebih penting adalah pada
molekul deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA) dalam sel nukleus,
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan replikasi. Efek-efek rasiasi hanya dapat
terlihat setelah jangka waktu tertentu, saat DNA double helix gagal dibongkar dan
mikroorganisme tidak bisa direproduksi melalui pembelahan sel. Kecepatan destruksi
sel individu bergantung pada kecepatan dimana ion diproduksi dan berinter-reaksi
dengan DNA, dimana jumlah sel tereduksi bergantung pada dosis total radiasi yang
diterima.

4. Radioisotop dapat digunakan untuk mengetahui pemalsuan lukisan. Seorang pemalsu


akan menggunakan cat yang dibuat abad sekarang. Dengan mengetahui banyaknya
unsur radioaktif pada cat akan diketahui unsur lukisan tersebut sebenarnya. Senyawa
kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk memberikan warna biru untuk
glasir dan keramik. Selain itu sebagai pewarna pada cat, terutama kaca dan keramik.
Kobalt alami berisotop stabil kobalt-59, isotop radioaktif buatan yang
memiliki hidup terpanjang ialah kobalt-60 (5,3 tahun paruh) diproduksi oleh iradiasi
neutron dalam reaktor nuklir. Radiasi gamma dari kobalt-60 telah digunakan di
tempat sinar X atau sinar alpha dari radium dalam pemeriksaan bahan industri untuk
mengungkapkan struktur internal, kelemahan, atau benda asing; dalam terapi kanker;
dalam studi sterilisasi; dan dalam biologi dan industri sebagai pelacak radioaktif. Hal
ini pada akhirnya digantikan di kedua radiologi industri dan medis dengan cesium-
137 karena panjang paruh keduanya yang mencapai (30 tahun).

5. Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang
termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar
gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang
termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (), partikel beta (), sinar gamma (),
sinar-X, partikel neutron.

Radiasi Non Pengion


Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi
apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling
kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah
gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi);
gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler
handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya
tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

6. Radioisotop memiliki peran yang masih sulit digantikan dengan metode lain.
Radioisotop berperan dalam menentukan usia sebuah fosil. Usia fosil dapat diketahui
dari jejak radioisotop karbon-14. Radioisotop karbon-14 terbentuk di bagian atas
atmosfer dari penembakan atom nitrogen dengan neutron yang terbentuk oleh radiasi
kosmik. Karbon radioaktif tersebut di permukaan bumi sebagai karbondioksida dalam
udara dan sebagai ion hidrogen karbonat di laut. Oleh karena itu karbon radioaktif itu
menyertai pertumbuhan melalui fotosintesis. Lama-kelamaan terdapat kesetimbangan
antar karbon-14 yang diterima dan meluruh dan tumbuh-tumbuhan maupun hewan
sehingga mencapai 15,3 dm/menit gram karbon. Keaktifan ini tetap dalam beberapa
ribu tahun apabila organisme hidup mati. Pengambilan karbon-14 terhenti dan
keaktifan ini berkurang. Oleh karena itu umur bahan yang mengandung karbon dapat
diperkirakan dari pengukuran keaktifan jenisnya dan waktu paruh karbon-14.
Umur sisa fosil dapat ditentukan dengan mengukur radioaktifitas atau laju
peluruhan C14 pada sisa makhluk hidup dan dibandingkan dengan laju peluruhan C14
pada makhluk hidup sekarang ( laju peluruhan C14 semula). Penggunaan radiasi C14
untuk menentukan umur dari sisa makhluk hidup ini disebut dengan Radiokarbon
Dating. Misal radioaktifitas C14 pada fosil sisa tumbuhan (=A) = 10 peluruhan
permenit pergram C14, radioaktifitas C14 pada tumbuhan sekarang (=Ao) = 50
peluruhan permenit pergram C14. Waktu paruh C14 = 5730 tahun.

Maka umur fosil (=t) dicari dengan menggunakan persamaan :

1
Nt = (2)n x N0 waktu paruh

ln (No/Nt) = (0,6963 t) / t1/2 atau Nt / No = (1/2)^ (t/t1/2)

Anda mungkin juga menyukai