Anda di halaman 1dari 8

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 6 No. 2, pp. May 2017

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMUNIKASI TOTAL


(KOMTAL) PADA MATERI ZAT ADITIF UNTUK
SISWA TUNARUNGU DI SMALB-B

DEVELOPMENT OF INTERACTIVE MULTIMEDIA BASED TOTAL COMMUNICATION


ON MATERIAL ADDITIVES TO DEAF STUDENT IN SMALB-B

Santi Eka Mufidah dan Sri Poedjiastoeti


Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unesa
E-mail: santieka22@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan multimedia interaktif (MMI) berbasis komunikasi total
(komtal) yang layak ditinjau secara teoritis berdasarkan hasil validasi dan secara empiris berdasarkan
aktivitas siswa, respon siswa, dan evaluasi. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan
pengembangan (R&D) yang dibatasi sampai pada tahap uji coba terbatas. MMI berisikan materi dan
gambar contoh zat aditif, animasi, latihan soal, evaluasi, dan video komtal. Sumber data diperoleh dari
dosen kimia, dosen PLB, guru IPA SMALB, dan 5 siswa tunarungu kelas X. Instrumen yang
digunakan yaitu lembar telaah, lembar validasi, lembar observasi aktivitas siswa, lembar angket
respon siswa dan tahap evaluasi MMI. Hasil validasi MMI pada kriteria isi, kebahasaan, dan
penyajian berturut-turut memperoleh rentang 86,67% - 100%; 80% - 86,67%; dan 80% -93,33%.
Hasil observasi aktivitas siswa, angket respon siswa berturut-turut memperoleh rentang 85% - 96%;
80% - 100%, serta hasil evaluasi siswa menunjukkan hasil yang baik yaitu hanya 1 siswa yang tidak
memenuhi KKM dan ketuntasan klasikal sebesar 80%, sehingga MMI dapat dikatakan layak secara
teorits dan empiris dengan kategori baik dan sangat baik.
Kata Kunci: MMI, Komtal, Zat aditif, Tunarungu.

Abstract

The aim of this research to develop the feasible of interactive multimedia (MMI) based total
communication (komtal) in terms theoretical is from the result of validation, then empirical is from the
students activities, students responds, and evaluation. This is a research and development (R & D)
type of research, which is limited in testing during the development stages. This MMI containing
materials and example image of additives, animations, exercises, evaluations, and video komtal. Data
were collected through a chemistry lecturer, PLB lecturer, SMALB science teacher, and five deaf
students class X. The instrument used are evaluation and validation sheet, students activities sheet,
students responds sheet, and evaluation stage on MMI. The validation result of MMI in content
criteria, language, and presentation successively obtained ranges 86,67% - 100%; 80% - 86,67%;
and 80% - 93,33%. The students activities observation, questionnaire responses of student
successively obtained ranges 85% - 96%, 80% - 100%, then the evaluation showed good results, only
one student who does not comply the KKM, and the classical mastery as 80%, so it can be declared
feasible based of theoretical and empirical with appropriate and very appropriate catagory.
Keywords: MMI, Total Communication, Additives, Deaf

PENDAHULUAN demokratis serta bertanggung jawab [1].


Pendidikan Nasional berfungsi Pendidikan menjadi hal yang sangat diperlukan
mengembangkan kemampuan dan membentuk oleh seluruh siswa baik siswa normal maupun
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat siswa yang memiliki kelainan fisik atau mental
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (siswa berkebutuhan khusus). Pasal 5 juga telah
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi menjelaskan bahwa warga negara yang memiliki
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, khusus.
mandiri, dan menjadi warga negara yang
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

Upaya pemerintah untuk memfasilitasi Media pembelajaran yang dibutuhkan oleh


siswa yang berkubutuhan khusus, adalah dengan siswa tunarungu diantaranya perlu berisikan
mendirikan suatu lembaga pendidikan luar biasa penggambaran materi melalui beberapa atau
yang bernamakan Sekolah Luar Biasa (SLB). gabungan media, seperti gambar, animasi, video
Pelaksanaan SLB terbagi atas beberapa jenis sampai dengan penambahan bahasa isyarat baik
sesuai dengan kelainan siswa, yaitu SLB-A untuk isyarat tangan, isyarat bibir atau keduanya, dan
siswa Tuna Netra, SLB-B untuk siswa Tuna pengoperaiannya dilakukan langsung oleh siswa,
Rungu Wicara, SLB-C untuk siswa Terbelakang atau bisa disebut sebagai multimedia interaktif
Mental Kategori debil/mampu didik, SLB-C1 (MMI). Pembelajaran MMI mampu
untuk siswa terbelakang mental kategori mengaktifkan siswa untuk belajar dengan
memisil/mampu latih, SLB-D utuk siswa cacat motivasi yang tinggi karena ketertarikannya pada
tubuh, dan SLB-E untuk siswa Tuna Laras. sistem MMI yang mampu menyuguhkan
Tunarungu merupakan suatu keadaan tampilan teks, gambar, video, suara, dan
seseorang yang mengalami kehilangan fungsi animasi[4].
pendengaran sehingga seseorang tersebut tidak Siswa tunarungu mengalami gangguan pada
mampu menerima rangsangan yang bersumber pendengaran yang secara otomatis akan
dari indera pendengaran-nya. Ketunarunguan mempengaruhi proses komunikasinya, sedangkan
terbagi atas beberapa klasifikasi, namun yang suksesnya suatu pembelajaran sangat dipengaruhi
berdampak pada pendidikan adalah klasifikasi oleh adanya komunikasi yang lancar. Siswa
berdasarkan taraf ketunarunguan yang didasarkan tunarungu dapat berkomunikasi menggunakan
pada pengukuran audiometris[2]. Pada umumnya metode komunikasi tersendiri, yaitu melalui
anak tunarungu secara potensial sama dengan metode komunikasi oral, manual, dan total.
anak normal, namun secara fungsional Metode oral merupakan jenis metode komunikasi
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat yang menekankan pada gerakan bibir dan mimik
kemampuan berbahasanya, keterbatasan wajah. Metode manual atau juga bisa disebut
informasi, dan daya abstraksi siswa [2]. Agustina sebagai metode bahasa isyarat merupakan metode
(2012) dalam [3] menjelaskan bahwa anak komunikasi yang menekankan pada penggunaan
tunarungu bisa disebut sebagai anak visual karena gerakan tangan sesuai dengan bahasa isyarat
mereka lebih banyak menyimpan informasi standar. Metode komunikasi total (komtal)
dengan melihat atau menggunakan indera merupakan penggabungan seluruh metode
visualnya. Cara untuk memfasilitasi siswa komunikasi. Tujuan dari penerapan komtal yaitu
tunarungu adalah dengan memaksimalkan untuk mengembangkan setiap metode komunikasi
penggunaan indera pengelihatannya dengan siswa tunarungu yang komprehensif, sehingga
memvisualisasikan materi yang akan memungkinkan mereka untuk dapat sepenuhnya
disampaikan. terlibat dalam pembelajaran dan lingkungan sosial
Siswa tunarungu khususnya pada tingkat [5]. Berdasarkan penjelasan tersebut, komtal
SMA memerlukan perhatian untuk meningkatkan merupakan metode yang paling efektif untuk
intelegensi, mengingat pada jenjang selanjutnya digunakan dalam pembelajaran.
mereka akan terjun ke lingkungan untuk Studi lapangan dilakukan pada salah satu
menentukan masa depannya. Pengetahuan yang lembaga pendidikan khusus yaitu SLB-B Karya
perlu dipelajari secara lebih mendalam adalah Mulya dengan alamat Jalan Ahmad Yani 6-8
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan salah satu Surabaya. Siswa tunarungu yang bersekolah di
bahan kajian yaitu kimia. Pembelajaran kimia SLB-B Karya Mulya diharapkan dapat
pada siswa tunarungu sangat diperlukan untuk memperoleh hak pendidikannya secara optimal
dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai karena di SLB-B Karya Mulya ini khusus
lingkungan. Satu contoh materi kimia yang menerima siswa tunarungu mulai dari jenjang TK
berakaitan erat dengan kehidupan seari-hari siswa hingga SMA. Wawancara dilakukan kepada Guru
adalah zat aditif. Materi tersebut berisi mengenai IPA SMALB. Proses pembelajaran memadukan
teori serta contoh-contoh yang harus dimengerti metode ceramah, tanya jawab, demo, tugas, serta
hingga dihafalkan oleh siswa. Pembelajaran zat dibantu dengan penggunaan media berupa
aditif membuat siswa mampu membedakan zat gambar, animasi, peraga atau menunjukkan
aditif alami dan sintetis dalam kehidupan sehari- keadaan (contoh barang) asli agar siswa
hari mereka. Siswa tunarungu membutuhkan tunarungu menjadi lebih paham. Menurut beliau,
suatu media pembelajaran khusus yang sesuai metode komunikasi total merupakan metode
dengan kebutuhannya. komunikasi yang paling efektif dalam
menyampaikan materi kepada siswa tunarungu.
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

Hasil angket pada siswa tunarungu di SMALB-B


Karya Mulya dapat diketahui bahwa 10 dari 11 Pengujian
siswa suka dengan materi kimia, namun 8 dari 11
siswa menjawab bahwa kimia khususnya materi Pre Test
bahan kimia sehari-hari itu tidak mudah, serta
sebanyak 9 dari 11 siswa menyukai jika Perlakuan
pembelajaran menggunakan gambar, video, dan
permainan khususnya pada materi bahan kimia Post Test
sehari-hari. Kesulitan dan kemudahan yang
ditemukan baik dari pihak Guru dalam mengajar
dan siswa dalam belajar dapat dijadikan dasar Gambar 3. Pengujian
untuk memberikan media pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar telaah, lembar validasi, lembar
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti observasi aktivitas siswa, evaluasi, dan angket
hendak melakukan penelitian yang berjudul: respon siswa. Metode pengumpulan data yang
Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis digunakan yaitu metode angket yang digunakan
Komunikasi Total (Komtal) Pada Materi Zat untuk mengumpulkan data mengenai komentar,
Aditif pada Siswa Tunarungu Di SMALB-B. kritik, saran, dan penilaian yang diberikan oleh
validator yaitu dosen kimia, dosen PLB, guru, dan
METODE
siswa; observasi untuk mengumpulkan data
Jenis penelitian yang digunakan adalah mengenai hasil pengamatan dan penilaian
penelitian dan pengembangan (Research and aktivitas siswa selama menggunakan MMI, dan
Development/R&D). Sasaran penelitian adalah tes berupa tahap evaluasi dalam MMI.
MMI yang dikembangkan pada materi zat aditif Persentase skor data hasil validasi diperoleh
yang dapat digunakan sebagai media berdasarkan Skala Likert dengan nilai skala 1
pembelajaran untuk siswa tunarungu. Sumber data (buruk sekali) sampai 5 (sangat baik). Persentase
diperoleh dari dosen kimia, dosen PLB, Guru IPA hasil validasi MMI dapat dihitung menggunakan
SMALB Karya Mulya Surabaya, dan 5 siswa rumus:
tunarungu kelas X SMALB Karya Mulya F
Surabaya. Desain penelitian yang digunakan P (%) =
NxIxR
dalam penelitian ini adalah R&D seperti pada
Gambar 1, 2, dan 3[6]. Kemudian hasil persentase diinterpretasikan ke
dalam kategori sesuai dengan Tabel 1 berikut:
Studi Pendahuluan Tabel 1. Kategori Interpretasi Skor
Studi Persentase (%) Kategori
Pustaka Penyusunan 0% - 20% Buruk Sekali
Draf 21% - 40% Buruk
Produk 41% - 60% Sedang
61% - 80% Baik
Survei 81% - 100% Sangat Baik
Lapangan Persentase skor data observasi aktivitas
siswa yang diperoleh memper-hatikan rubrik
penilaian sesuai dengan instrumen yang terlampir
Gambar 1. Studi Pendahuluan
dengan skala 1 sampai 4, kemudian hasil
persentase diinterpretasikan ke dalam kategori
Pengembangan sesuai dengan Tabel 1.
Persentase dari data angket respon siswa
diperoleh berdasarkan perhitungan skala Guttman
Uji Coba dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Skor yang
Terbatas dipeorleh dimasukkan kedalam rumus berikut
Uji Coba Lebih untuk memperoleh persentase kelayakan:
Luas F
P = N x 100%
Berdasarkan perhitungan persentase dan kategori
interpretasi skor pada Tabel 1, MMI yang
Gambar 2. Pengembangan
dikembangkan dinyatakan layak secara teoritis
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

ditinjau berdasarkan hasil validasi dan secara Berdasarkan hasisl validasi, MMI dapat
empiris ditinjau berdasarkan observasi aktivitas dinyatakan layak dengan rentang 80% - 100%
siswa, dan angket respon siswa apabila dengan kategori baik dan sangat baik. Hasil
persentasenya lebih besar sama dengan 61% ( validasi tertera pada Tabel 2.
61%) dengan kategori baik[7]. Tabel 2. Hasil Validasi Kelayakan MMI
Hasil evaluasi siswa disesuaikan dengan Rentang Persentase
KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu No Kriteria
(%)
sebesar 75. MMI dinyatakan layak secara empiris 1. Isi 86,67% - 100%
apabila ketuntasan individu minimal sesuai 2. Kebahasaan 80% - 86,67%
dengan KKM dan ketuntasan klasikal minimal 3. Penyajian 80% - 93,33%
sebesar 75%. c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mengetahui kelayakan MMI secara empiris
1. Hasil Penelitian yang dilakukan selama siswa menggunakan MMI.
a. Hasil Telaah Hasil pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat
Secara umum, MMI yang dikembangkan dalam Tabel 3:
sudah baik, namun diperlukan perbaikan sesuai Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
dengan hasil dari saran dan komentar penelaah.
Subjek
Berikut contoh gambar hasil revisi MMI setelah No. Persentase (%)
Penelitian
dilakukan telaah:
1. SF 96
2. SH 93
3. RN 90
4. FF 87
5. YN 85
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa,
didapatkan rentang 85% - 96% dengan kategori
sangat baik, sehingga MMI dapat dinyatakan
layak. Pengamatan terhadap aktivitas siswa
menunjukkan bahwa MMI yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
dalam perolehan materi, pengoperasian, dan
Gambar 1. Hasil Revisi Halaman Utama berinteraksi.
d. Hasil Angket Respon Siswa
Angket respon siswa bertujuan untuk
mengetahui kelayakan MMI secara empiris.
Kelayakan MMI ditunjukkan melalui respon dari
siswa setelah menggunakan MMI dalam beberapa
aspek sesuai dengan kriteria isi, kebahasaan, dan
penyajian. Hasil angket respon siswa
menunjukkan rentang persentase 80% - 100
dengan kategori baik dan sangat baik, sehingga
MMI dapat dinyatakan layak.
e. Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi menunjukkan tingkat
Gambar 7. Hasil Revisi Halaman Kesimpulan pemahaman siswa mengenai materi yang telah
Hasil telaah yaitu (1) bagian cover MMI, disajikan dan diperoleh dari MMI yang
halaman penulisan nama, dan halaman utama digunakan. Hasil evaluasi siswa ini digunakan
ditambahkan dengan gambar-gambar dan juga untuk mengetahui kelayakan MMI secara empiris.
musik agar lebih menarik; (2) bagan konsep Tersedia 2 evaluasi pada MMI yaitu evaluasi 1
materi yang dibuat sesuai saran yaitu membagi dengan tipe soal essay dan evaluasi 2 dengan tipe
bagan menjadi dua bagian; (3) peengurangan soal pilihan ganda yang harus dikerjakan
materi yang disesuaikan dengan waktu; dan (4) berurutan. Evaluasi 1 dilakukan peninjauan ulang
penambahan halaman kesimpulan. dengan pertimbangan kesalahan penulisan atau
b. Hasil Validasi ejaan. Hasil evaluasi setelah peninjauan ulang
Validasi MMI dilakukan berdasarkan tertera pada Tabel 4.
kriteria isi, kebahasaan, dan penyajian.
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

Tabel 4. Hasil Evaluasi Siswa dibedakan dan tidak serupa satu dengan yang
Subjek lainnya [10].
No Rata-rata Nilai
Penelitian Kelayakan penyajian pada MMI yang
1. SF 90 dikembangkan memperoleh rentang 80%-93,33%
2. SH 88 dengan kategori baik dan sangat baik. Seseorang
3. RN 80 memperoleh informasi dan dapat diingatkan
4. FF 76 dalam waktu yang cukup lama diperlukan suatu
5. YN 71 strategi belajar tertentu yang memudahkan semua
Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat 1 siswa informasi diproses dalam otak melalui beberapa
yang mendapatkan nilai dibawah KKM. indera [11]. Penggunaan gambar dan penerapan
Ketuntasan individu menunjukkan rentang 7190, metode komtal dapat mempengaruhi pemrosesan
dan ketuntasan secara klasikal sebesar 80%, informasi siswa tunarungu yang mengalami
sehingga secara empiris berdasarkan hasil gangguan pada indera pendengarannya. MMI
evaluasi MMI dapat dinyatakan layak. yang dilengkapi dengan video klip bahasa isyarat
2. Pembahasan mampu menambah pemahaman siswa tunarungu
a. Kelayakan MMI secara Teoritis terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
Kelayakan isi pada MMI yang sedang dipelajari, khususnya kimia [12]. Metode
dikembangkan memperoleh rentang 86,67%- komtal yang digunakan dalam MMI
100% dengan kategori sangat baik. Kelayakan isi menggabungkan metode manual (bahasa isyarat),
terbagi menjadi 3 aspek yaitu kesesuaian materi, oral (membaca ucapan), mimik wajah, membaca
kualitas instruksional, sistematika penyajian dan teks, dan menulis. Metode komtal yang digunakan
cakupan kedalaman materi berturut-turut dalam video meliputi metode manual (bahasa
memperoleh rentang 86,67%-100%; 93,33%- isyarat), oral (membaca ucapan), mimik wajah.
100%; dan 86,67%. Standar Kompetensi (SK) dan Komponen membaca teks terdapat pada hampir
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum seluruh bagian MMI, dan komponen menulis
SMALB-B mengacu kepada SK dan KD sekolah teradapat pada bagian evaluasi 1.
umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan b. Kelayakan MMI secara Empiris
kebutuhan khusus peserta didik [1]. Materi yang 1) Observasi Aktivitas Siswa
ada dalam MMI telah disesuaikan dengan SK dan Observasi aktivitas siswa merupakan
KD yaitu, penggunaan dan efek samping dari zat observasi yang diamati selama siswa
aditif serta pemberian contoh dari zat aditif menggunakan MMI. Observasi ini dilakukan
(pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap). dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan MMI
Penyampaian materi dalam MMI ditambahkan secara empiris yang ditunjukkan dengan
dengan gambar-gambar dan penerapan metode kemudahan siswa selama pembelajaran
komtal untuk mempermudah siswa tunarungu menggunakan MMI yang dikembangkan.
dalam memahami materi yang disajikan karena Observasi aktivitas siswa terdiri dari 19
media harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan aspek yang telah disesuaikan dengan tahapan-
kondisi siswa [8]. tahapan dalam MMI. Hasil dari observasi aktivitas
Kelayakan kebahasaan pada MMI yang siswa yang diamati oleh pengamat yaitu hampir
dikembangkan memperoleh rentang 80%-86,67% seluruh aspek dapat dilakukan oleh siswa, namun
dengan kategori baik dan sangat baik. Pada untuk nilai yang diperoleh tergantung dari
umumnya dalam segi bahasa, anak tunarungu karakteristik masing-masing siswa. Perbedaan
akan mengalami miskin dalam kosa kata, sulit karakteristik yang dapat mempengaruhi dalam
mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang pembelajaran yaitu taraf ketunarunguan dan
menagndung arti kiasan dan kata-kata abstrak [9], tingkat intelegensi yang dimiliki oleh siswa.
oleh karena itu penyampaian petunjuk, dan materi Perbedaan yang lainnya yaitu berdasarkan
yang ada dalam MMI menggunakan kalimat yang perkembangan bahasa, kognitif, dan emosi[2].
umum agar siswa lebih mudah untuk Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada
memahaminya. Selama penyampaian materi, Tabel 3, maka dapat dinyatakan bahwa secara
tersedia video yang menunjukkan metode komtal empiris yang ditinjau dari aktivitas siswa, MMI
yaitu penggabungan bahasa isyarat, membaca layak dengan rentang 85%-96% dalam kategori
ucapan, dan mimik. Penambahan bahasa isyarat sangat baik.
dapat mempermudah siswa dalam memahami 2) Respon Siswa
setiap informasi, karena bahasa isyarat tidak Berdasarkan hasil angket respon siswa
memiliki makna ganda dan sebagaian besar bisa dapat diketahui bahwa MMI yang dikembangkan
layak secara empiris yang ditinjau dari respon
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

siswa memperoleh rentang 80%-96% dengan 3) Hasil Evaluasi


kategori baik dan sangat baik. Pada kriteria Hasil evaluasi dipeorleh dari hasil siswa
kelayakan isi, terbagi menjadi 2 aspek yaitu (1) mengerjakan evaluasi yang ada dalam MMI. Guru
aspek kemudahan siswa memahami materi dengan harus memiliki kemampuan dalam
persentase 80%. Kemudahan memahami materi menterjemahkan dan memahami tulisan siswa
dikarenakan pemilihan bahasa yang sederhana dengan baik [13]. Berdasarkan penjelasan
sebagai uapaya untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka hasil dari evaluasi 1 MMI akan
siswa dalam hal kosa kata dan juga pemilihan dinilai secara manual, dikarenakan kesulitan siswa
model interaksi yaitu tutorial yang menyajikan dalam menuliskan apa yang mereka pikirkan dan
informasi atau mata pelajaran dalam unit-unit juga miskinnya mereka dalam hal kosa kata.
kecil, lalu disusul dengan pertanyaan [4]; (2) Hasil evaluasi siswa sudah menunjukkan
aspek media dapat membuat siswa semangat hasil yang baik, karena hanya terdapat 1 anak
belajar dengan persentase 100%. MMI sifatnya yang memiliki nilai dibawah KKM dan hasil
lebih dinamis sehingga tidak membosankan dan ketuntasan klasikal sebesar 80%. Hasil evaluasi
umpan balik dapat diberikan secara beragam siswa tergantung dari karakteristik masing-masing
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, siswa dan juga keseriusan siswa dalam belajar.
oleh karena itu siswa menjadi lebih semangat Hasil evaluasi siswa tersebut didukung oleh
untuk belajar [8]. pemilihan jenis interaksi yang digunakan dalam
Pada kriteria kebahasaan, terbagi menjadi 2 MMI yaitu interaksi tutorial. Program tutorial
aspek yaitu aspek kemudahan memahami bahasa menjadikan komputer sebagai guru, dan
dan petunjuk yang ada dalam MMI dan penyampaian materi disajikan dalam unit-unit
kemudahan siswa dalam memahami petunjuk kecil kemudian diikuti dengan pertanyaan atau
MMI dengan persentase 80%, artinya 1 dari 5 tugas [14]. Tutorial dapat menciptakan
siswa merasa kesulitan dalam menggunakan pembelajaran interaktif yang sifatnya memandu
MMI. Perbedaan hasil respon siswa ini dapat siswa untuk bisa belajar mandiri [4]. Berdasarkan
dikarenakan kemampuan dan karakter dari penjelasan tersebut, MMI yang menerapkan
masing-masing siswa yang berbeda dalam interaksi tutorial dapat membantu siswa untuk
menyerap informasi yang ada dalam MMI, belajar mandiri seperti halnya siswa belajar
sehingga ada siswa yang merasakan kesulitan. dengan seorang guru, oleh karena itu siswa
Pada kriteria penyajian memperoleh menjadi mudah untuk memahami setiap materi
rentang 80%-100%. Terdapat 5 aspek dalam yang disampaikan dan dapat mengerjakan
kriteria penyajian, yaitu ketertarikan evaluasi dengan baik.
menggunakan MMI untuk belajar, kemudahan 4) Pembahasan Siswa
memahami animasi dan gambar, kesesuaian Uji coba terbatas dilakukan pada lima siswa
warna, kejelasan video komtal dengan persentase kelas X SMALB Karya Mulya Surabaya dengan
100% dan kemudahan menggunakan MMI dnegan latar belakang ketunarunguan yang berbeda yaitu
persentase 80%. Pembelajaran interaktif mampu dua subjek mengalami gangguan pendengaran
mengaktifkan siswa untuk belajar dengan sejak lahir, dan tiga subjek sejak usia tertentu.
motivasi yang tinggi karena ketertarikannya pada Cara berkomunikasi yang digunakan oleh subjek
sistem multimedia yang mampu menyuguhkan yaitu bahasa isyarat, gerakan bibir, dan lisan.
tampilan teks, gambar, video, suara, dan animasi Taraf ketunarunguan yang dimiliki oleh subjek
[4], oleh karena itu seluruh siswa merasa tertarik yaitu taraf sedang sebanyak dua siswa, berat satu
menggunakan MMI untuk belajar. Visualisasi siswa, dan sangat berat dua siswa.
yang disajikan dalam MMI sangat mudah SF memiliki taraf ketunarunguan sedang
dipahami oleh siswa. Visualisasi tersebut dapat dan memakai alat bantu dengar menunjukkan
mendukung pengembangan pemahaman yang hasil yang paling tinggi yaitu observasi aktivitas
lebih dalam mengartikan kata dan konsep-konsep sebesar 95%, hasil evaluasi dengan nilai 90, dan
abstrak siswa tunarungu [15]. Menurut seluruh respon terhadap MMI menunjukkan bahwa SF
siswa, video komtal yang digunakan dalam MMI tidak mengalami kesulitan. Berdasarkan
sangat jelas. Denton (1970) dalam [10], melalui keterangan dari orang tua dan pengamat, SF
komunikasi total, setiap anak yang tunarungu masih bisa diajak berbicara dengan bacara
memiliki kesempatan mengembangkan setiap sisa membaca ucapan, hal ini sejalan dengan metode
pendengarannya dengan alat bantu dengar dan oral yang difokuskan pada pendengaran tersisa
atau sistem terpercaya memperbesar kemampuan (residual hearing) yang mungkin masih dimiliki
mendengaranya. siswa melalui pertolongan alat bantu dengar dan
pelatihan khusus [10]. Selain membaca ucapan,
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

SF juga menggunakan bahasa iyarat, sehingga 1. Kelayakan MMI yang dikembangkan secara
dapat dikatakan bahwa SF menggunakan metode teoritis ditinjau berdasarkan kriteria isi,
komtal. Hasil yang diapatkan oleh SF tersebut kebahasaan, dan penyajian berturut-turut
dikarenakan pemrosesan informasi telah berjalan memperoleh rentang 86,67% - 100%; 80% -
dengan baik yang ditunjukkan dengan hasil 86,67%; dan 80% - 93,33% dengan kategori
aktivitas siswa, dan karakteristik siswa, yaitu taraf baik dan sangat baik.
ketunarunguan SF yang masih dalam kategori 2. Kelayakan MMI yang dikembangkan secara
sedang, sehingga siswa lebih mudah untuk empiris ditinjau berdasarkan observasi
memahami informasi yang diberikan. Penjelasan aktivitas siswa, angket respon siswa berturut-
tersebut yang dapat mendukung hasil-hasil yang turut memperoleh rentang 82% - 95%; 80%
diperoleh oleh SF. dan 100%, serta hasil evaluasi siswa
YN memiliki taraf ketunarunguan sangat menunjukkan hasil yang baik yaitu hanya 1
berat dan memakai alat bantu dengar namun tidak siswa yang tidak memenuhi KKM dan
membantunya untuk mendengar. YN ketuntasan klasikal sebesar 80%, sehingga
menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu MMI dapat dikatakan layak dengan kategori
observasi aktivitas sebesar 82%, hasil evaluasi baik dan sangat baik.
dengan nilai dibawah KKM yaitu 71, dan respon
terhadap MMI menunjukkan bahwa SF Saran
mengalami kesulitan dalam pemahaman materi Saran yang dapat diberikan untuk peneli
dan bahasa yang ada dalam MMI. Berdasarkan selanjutnya dan guru menggunakan MMI yang
keterangan dari orang tua dan pengamat, YN dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah
menerapkan metode komtal dalam berkomunikasi. sebagai berikut:
Melalui komtal, isi pesan yang akan disampaikan 1. Penelitian hanya dilakukan sampai pada tahap
dapat dimengerti oleh anak tunarungu [16]. ui coba terbatas saja, oleh karena itu
Selama pemrosesan informasi berlangsung diperlukan penelitian lebih lanjut sehingga
menggunakan MMI, YN mungkin mengalami nantinya dapat diketahui mengenai kekurangan
kesulitan dibandingkan siswa lain yang memiliki dan kelebihan MMI.
taraf ketunarunguan lebih rendah, oleh karena itu 2. Menambahkan aspek penilaian tentang metode
YN memiliki hasil yang paling rendah. komtal yang digunakan dalam MMI sehingga
5) Diskusi diketahui kejelasan mengenai peran dan
Pada penelitian ini kurang menjelaskan fungsinya.
penilaian mengenai penggunaan metode komtal 3. Menerapkan MMI yang telah dikembangkan
dalam MMI. Metode komtal merupakan metode dalam proses pembelajaran.
komunikasi yang menerapkan gabungan atau 4. Melakukan pengembangan MMI serupa
keseluruhan spektrum bahasa yaitu bahasa isyarat, dengan materi yang berbeda.
membaca ucapan, gerak tubuh, membaca serta
menulis. Metode komtal yang digunakan pada DAFTAR PUSTAKA
seluruh bagian MMI adalah membaca teks, pada 1. DPR-RI. 2003. Undang-Undang Republik
video untuk penyampaian materi menerapkan Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
metode manual (bahasa isyarat), oral (membaca Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
ucapan), mimik wajah, dan pada evaluasi
menerapkan menulis. Pada lembar angket 2. Efendi, Muhammad. 2009. Pengantar
respon siswa hanya ditanyakan mengenai Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
kemudahan memahami video komtal yang ada PT Bumi Aksara.
dalam MMI saat penyampaian materi. Aspek
tersebut kurang menjelaskan mengenai peran dan 3. Pariatin, Yeni dan Ashari, Yuda Zuliansa.
fungsi dari metode komtal, sehingga diperlukan 2014. Perancangan Media Pembelajaran
aspek-aspek penilaian yang lebih jelas mengenai Interaktif Mata Pelajaran PKN untuk
metode komtal yang digunakan. Penyandang Tunarungu Berbasis Multimedia
(Studi Kasus di Kelas VII SMPLB Negeri
PENUTUP Garut Kota). Jurnal Algoritma Sekolah
Simpulan Tinggi Teknologi Garut. Vol. 11 (01).
Berdasarkan kesesuaian antara hasil
penelitian dengan rumusan masalah, dapat 4. Darmawan, Deni. 2013. Teknologi
disimpulkan sebagai berikut: Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN:
Vol. , No. , pp January 2017

5. Iona dan Bucur, Letitia. 2013. The Role Of 12. Panselina, Maria E.; Michael P. Sigalas;
Total Communication In Optimizing The Chryssa Tzougraki. 2002. Design and
Teaching-Learning Process For The Hearing Development of a Billingual Multimedia
Impaired Students. Thesis. Faculty of Educational Tools for Teaching Chemistry
Psychology and Educational Sciences, Concepts to Deaf Students in Greek Sign
University of CLUJ-NAPOCA. Language. Education anda Information
Technologies 7:3, 225-235.
6. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja 13. Lang, Harry. G. dan Albertini, John. A. 2001.
Rosdakarya. Construction of Meaning in the Aithentic
Science Writing. Journal of Deaf Study and
7. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel- Deaf Educatio, 6 (4) hal 258-284.
variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
14. Heinich, R, dkk. 2002. Instructional Media
8. Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi And Technology For Learning, 7th Edition.
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada New Jersey: Prentice Halll, Inc.
Media Group.
15. Yovkova, Blagovesna Stoyanova. Tanpa
9. Sastrawinata, Emon; Salim, Mufti; Sugiarto, Tahun. Interactive Instructional Multimedia
Mh. 1997. Pendidikan Anak tunarungu. in Vocabulary Development Of Children
Jakarta: Departemen Pendidikan dan With Hearing Loss. International
Kebudayaan. Conference ICT for Language Learning
3rd edition. Bulgaria, Pixel.
10. Smith, David J. 2013. Sekolah Inklusif:
Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Terj. 16. Sulastri. 2013. Meningkatkan Kemampuan
Denis, Ny.Enrica. Editor: Mohammad Komunikasi Melalui Metode Komunikasi
Sugiarmin dan MIF Baihaqi. Bandung: Total Bagi Anak Tunarungu Kelas II di SLB
Nuansa Cendekia. Kartini Batam. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusu. Vol 1 (2).
11. Slavin, Robert E. 2000. Education
Psychology: theory and practice. USA:
person Education Company.

Anda mungkin juga menyukai