Anda di halaman 1dari 11

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mendengar

di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

(Studi Eksperimen)

“Resume Tesis”

Oleh :

M.Saiful Bahri

F0.6.2.12.114

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2014
RESUME TESIS
Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto
(Studi Eksperimen)
Nama : M. Saiful Bahri
NIM : F0.6.2.12.114
Pembimbing Utama : Prof. Dr. H. Mas’an Hamid, M.A

ABSTRAK

Muhammad Saiful Bahri, 2013. Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab
Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto (Studi Eksperimen).
Pembimbing : Prof. Dr. H. Mas’an Hamid, M.A
Kata Kunci : Film Kartun, Kemampuan Mendengar
Mempelajari suatu bahasa dimulai dengan pengajaran menyimak (mendengar),
kemudian berbicara, membaca dan menulis. Sehingga kemahiran menyimak merupakan
kemahiran penting untuk mencapai kemahiran-kemahiran kebahasaan lainnya. Oleh
karena itu, sebagai guru bahasa sebaiknya peduli tentang keterampilan ini, tentunya
dengan cara penyampaian yang menyenangkan agar lebih efektif bagi siswa, baik
menggunakan metode yang komunikatif maupun menggunakan media-media
pembelajaran yang sesuai, akan tetapi pada nyatanya banyak guru yang tidak mengetahui
pentingnya alat bantu (media) dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Beberapa
diantaranya menggunakan media yang kurang relevan dengan kondisi para siswa dan
materi ajarnya, bahkan beberapa dari mereka belum, bahkan tidak percaya dengan
kegunaan media dan relevansinya. Penelitian ini adalah penelitian tentang peningkatan
kemampuan mendengar bahasa Arab dengan menggunakan media film kartun di STIT
Uluwiyah di Mojokerto.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sejauh mana keefektifan
penggunaan film kartun dalam pembelajaran kemampuan mendengar mahasiswa
semester dua di STIT Uluwiyah Mojokerto?
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui keefektifan penggunaan film
kartun dalam pembelajaran kemampuan mendengar bagi mahasiswa mendengar
mahasiswa semester dua di STIT Uluwiyah Mojokerto.
Penelitian ini adalah penelitian dengan prosedur eksperimen, di mana peneliti
mendesain Pre-Test dan Post-Test terhadap dua kelompok (Eksperimen dan Kontrol).
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester dua dan sumber datanya adalah guru
dan siswa. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, pengamatan
dan tes.
Hasil penelitian ini adalah: Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan film
kartun pada mahasiswa semester dua di STIT Uluwiyah Mojokerto, adalah “efektif”.
Dengan bukti bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata
kelompok control dengan perbandingan 87 (baik sekali) dan 67(cukup). Dan hasil
kelompok eksperimen (3,54) lebih besar dari t probabilitas 1% dan 5%, yaitu:

A. Pendahuluan
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media
seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru atau fasilitator dalam
setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru atau fasilitator perlu mempelajari
bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan,
antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media
yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi
jika setiap guru atau fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai
media pembelajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan
masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik
bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai
makhluk sosial dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis,
dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan
bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadikan
berat tugas guru dalam menglola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering
terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru
mengelola kelas,tujan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perllu
terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar.
Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas.
Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain yang tidak
bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung
pengelolaan kelas. Di samping itu juga, perlu memanfatkan beberapa media pendidikan
yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru demi terwujudnya
tujuan bersama.
Pada suatu kegiatan pembelajaran, bagi guru tidak cukup hanya menggunakan
lisan untuk menyampaikan pelajaran. Akan tetapi juga membutuhan sarana ataupun alat
sebagai penyalur pesan dari penjelasan guru, yang biasa disebut dengan media. Tanpa
adanya media, guru akan kesulitan dan banyak membutuhkan tenaga ekstra untuk
menyampaikan pelajaran. Maka dibutuhkan media atau alat untuk membantu dalam
proses kegiatan pembelajaran.
Menurut Maria Montessori seorang pakar pendidikan menyatakan bahwa:
“Tanggapan yang masuk dalam pikiran datang melalui indra itu adalah gerbang ilmu
pengetahuan. Tidak dapat dibayangkan apabila manusia tidak dapat melihat dan
mendengar, maka akan sulit baginya untuk menerima sedikit ilmu pengetahuan yang
sangat dibutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun bagi siswa yang memiliki
pengelihatan dan pendengaran yang baikpun kadang sukar baginya untuk menangkap
pelajaran yang disampaikan oleh guru ke dalam pikirannya.
Sehingga dari kekurangan dari siswa tersebut perlu untuk diberi suatu motivasi
dan alat untuk memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Alat tersebut dapat berupa
media visual, media audio atau gabungan dari keduanya.
Bagi guru pengguna media pembelajaran dapat menggunakan media sesuai
dengan kebutuhan, media tidak perlu mahal karena pada masing-masing alat tersebut
pasti memiliki kekurangan maupun kelebihan. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan
keefektifan media pembelajaran menggunakan film kartun dalam pembelajaran bahasa
Arab.
Dari penjelasan singkat di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Sejauh mana keefektifan penggunaan film kartun dalam pembelajaran
kemampuan mendengar mahasiswa semester dua di STIT Uluwiyah Mojokerto?

B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pendidikan dalam Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin bentuk jamak dari kata medium, yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Gerlach dan Ely mengatakan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Sedangkan Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yang berarti paedagogies atau
paedao, paedos/pais artinya anak sedangkan agoge/again artinya membimbing. Menurut
Prof Langeveld seorang ahli pedagogik Belanda, pendidikan ialah suatu bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan,
yaitu kedewasaan. Jadi pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani untuk
menuju arah kedewasaan.
Karena media adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan pembelajaran maka
disebut dengan media pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Hal ini berkaitan dengan stimulus respon dalam
hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau diam, tulisan dan suara
yang direkam.
Pada dasarnya media pembelajaran dipakai oleh guru berguna untuk:
a. Memperjelas informasi atau pesan pengajaran.
b. Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.
c. Memberi variasi pengajaran.
d. Memperjelas struktur pengajaran.
e. Memotivasi proses belajar siswa.
Manfaat penggunaan media bagi siswa adalah:
a. Dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman.
b. Membuat siswa tertarik.
c. Memudahkan siswa menafsirkan data.
d. Siswa mendapatkan informasi yang jelas.
Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah
kota. Ia menggunakan berbagai media pendidikan antara lain gambar atau foto suatu kota
yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan foto tersebut akan
lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk
kota tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah penduduk
kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya pertumbuhan penduduk
kota tersebut. Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data penduduk,
sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah penduduk tahun
berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat membuat grafik penduduk
dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih mendalam.

2. Macam-Macam Media Pendidikan dalam Pembelajaran


Pada era teknologi yang semakin maju ini, media pendidikan juga semakin
berkembang. Sehingga dapat diklasifikasikan dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan
serta cara pembuatannya, seperti pada pembahasan berikut ini:
a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
1) Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan mendengar suara saja.
Misalnya: radio, cassete recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk
orang tuli (tuna rungu) atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
2) Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra pengelihatan.
Misalnya media visual yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film
rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Dan media
visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan
film kartun. Media ini tidak cocok untuk tuna netra atau orang buta. Levie dan
Lentz (mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu:
a) Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b) Fungsi afektif media dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Sehingga dapat menggugah
emosi dan sikap siswa.
c) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
d) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
3) Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini
dibagi ke dalam:
a) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara dan cetak suara.
b) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassete.
c) Audiovisual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari
satu sumber seperti film video-cassete.
d) Audiovisual tidak murni, yaitu media yang unsur suara dan unsur gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur
gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber
dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.

C. Film Sebagai Media Pembelajaran.


Guru memerankan sebuah peranan inti di dalam kesuksesan atau kegagalan pada
setiap penggunaan film di dalam proses belajar mengajar kelas bahasa. Hal ini
dikarenakan guru yang memilki film, yang berkenaan dengan materi yang ingin
disampaikan dengan kebutuhan-kebutuhan visual dan menggabungkan video dengan
kurikulum dengan area kurikulum bahasa yang lain. Film memiliki peluang dalam
mencapai tujuan yang penting untuk memotivasi minat siswa yang menyiapkan praktik
listening yang tepat, menstimulasi penggunaan bahasa, dan meningkatkan kesadaran
siswa pada penggunaan bahasa tertentu atau aspek-aspek komunikasi lain yang bisa
dikembangkan atau diturunkan dengan cara guru memperkenalkan film dan aktifitas-
aktiitas yang lain dan mencari film yang berkaitan dengan pembelajaran. Film menjadi
potensial dan diterima dalam pembelajaran bahasa jika bisa digunakan sebagai bagian
integral dalam pembelajaran. Jika anda merencanakan untuk menggunakan film sebagai
materi, pastikan urutannya harus mencangkup semua tujuan pelajaran anda. Salah satu
cara melakukannya adalah memperkenalkan atau memperluas tema atau topik yang sudah
menjadi bagian dari kurikulum atau sama dengan buku materi siswa.
Media audio visual dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Slide Suara
Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum menggunakan suara
kemudian digabungkan dengan audio yang berhubungan dengan temanya. Slide suara
biasanya berupa power point yang berisi materi pembelajaran disertai dengan suara.
2. Film Nyata
Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup, karena
diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup lainnya dan ditampilkan apa
adanya sesuai dengan alur cerita. Film nyata dapat berupa film dokumenter, sinetron,
radio vision dan sebagainya.
3. Film Tidak Nyata(fiksi)
Secara umum, film tidak nyata juga menggambarkan kejadian tertentu dengan
disertai alur cerita. Namun, film tidak nyata termasuk film ringan dan cenderung
menghibur. Film kartun dan animasi merupakan film tidak nyata, karena dalam
penggambaran cerita tidak diperagakan langsung oleh makhluk hidup, dan ceritanya
tentang animasi, angan-angan manusia.
Adapun ciri – ciri film yang layak digunakan dalam pembelajaran bahasa adalah :
1) Durasi waktu yang singkat.
2) Kosakata yang tidak sulit atau dapat digunakan dalam percakapan sehari – hari.
3) Pelafalan tokoh yang tidak terlalu cepat.
4) Memiliki pesan moral yang baik.
Dengan penggunaan film yang berkualitas, diharapkan mampu meningkatkan
efisiensi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi belajar aktif, memfasilitasi belajar
eksperimental, konsisten dengan belajar berpusat pada siswa, dan memandu untuk belajar
lebih baik serta mempercepat pemahaman dan membantu siswa untuk mengingat
kosakata bahasa.

D. Ketrampilan Mendengar
Ada sejumlah istilah yang terkait dengan mendengar. Istilah yang sering terdengar
sehari-hari adalah mendengar dan mendengarkan. Mendengar diartikan dapat menangkap
suara (bunyi) dengan telinga, tidak tulis. Dalam konteks komunikasi sehari-hari,
mendengar juga diartikan proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa
sengaja atau secara kebetulan saja. Misalnya dalam kalimat “Saat sedang belajar, saya
mendengar suara langkah kaki adik masuk ke dalam rumah”. Mendengarkan bisa
diartikan dengan mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh; memasang telinga
baik-baik untuk mendengar. Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi
bahasa yang dilakukan dengan sengaja, tetapi belum ada unsur pemahaman .

H. Analisis Pengaruh Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah)
Uluwiyah Mojokerto.
Setelah data terkumpul serta adanya teori yang mendukung, maka langkah
selanjutnya adalah membuktikan ada atau tidak adanya pengaruh penggunaan film kartun
dalam pengajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan mendengar di STIT
Uluwiyah Mojokerto.
Analisis ini dimaksudkan untuk memasukkan data yaitu data yang telah masuk
dan terkumpul dari nilai-nilai pre-test dan post-test dari dua kelompok (eksperimen dan
kontrol), yang masuk dan kemudian diolah dengan menggunakan rumus Regresi dua
prediktor dengan langkah analisis statistik.
Perolehan hasil regresi dua prediktor diketahui bahwa r Regresi (3,54) lebih
besar daripada r dalam tabel (2,06). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan film kartun dalam pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan
kemampuan mendengar di STIT Uluwiyah Mojokerto efektif.

I. Penutup dan Kesimpulan


Simpulan penelitian yang dilakukan pada studi eksperimen penggunaan film
kartun dalam pengajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan mendengar di
STIT Uluwiyah Mojokerto dinyatakan efektif
Dengan memanjatkan segala puji pada Allah yang Maha Esa yaitu Dzat yang
mendidik seluruh alam raya, sebagai ucapan rasa syukur kami atas kesempatan dan
kekuatan yang telah dilimpahkan-Nya. Kami akhiri penyusunan tesis ini semoga bernilai
ibadah di hadapan-Nya, dapat memberi manfaat pada para pembaca dan dapat menjadi
pelajaran yang berharga untuk penulis, kami ucapkan terima kasih atas segala bantuan
dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, semoga bantuannya menjadi amal saleh
disisi-Nya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai