Anda di halaman 1dari 12

“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN


MEDIA PERAGA SISWA TK MUTIARA KELOMPOK B”1

HANIPAH
NIM : 856438355
PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
Email: hanifahubaidi312@gmail.com

Abstrak
Melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilaksanakan pada setiap
siklusnya membahas tentang Meningkatkan hasil belajar siswa dengan berccerita
menggunakan media gambarr dan media peraga , Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa TK Mutiara kelompok B dengan
menggunakan media gambar dan media peraga. Subyek penelitian ini adalah
peserta didik TK Mutiara kelompok B yang berjumlah 20 orang siswa yang terdiri
dari 9 orang siswa laki- laki dan 11 orang siswa perempuan.Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah Data- data yang diambil melalui
observasi dan hasil kerja berdasarkan evaluasi setiap pertemuan. Lembar
observasai merupakan sarana penelitian untuk memperoleh data aktifitas siswa.
Tes digunakan untuk menentukan gambaran hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran. Temuan setelah melaksanakan penelitian dan pengolahan data
maka hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Pada hasil penelitian
pembelajaran siklus II meningkat yaitu Siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM ada 5, sedangkan 15 siswa memperoleh nilai di atas KKM, nilai tertinggi
yang diperoleh siswa adalah 90, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50,
rata-rata kelas meningkat menjadi 73 dan pesentase ketuntasan menjadi 75 %.
Dengan menggunakan media gambar dan media peraga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan baik.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Bercerita, Media Gambar dan Peraga

1
Mahasiswa Progam S1 PGPAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka.
Email : hanifahubaidi312@gmail.com
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berkomunikasi sangat erat kaitannya dengan kemampuan
linguistik. “Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Supriyadi (1992:64) bahwa bahasa berfungsi sebagai alat
komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi penting karena berfungsi untuk
mentransmisikan apa yang ada dalam pikiran, ide, dan emosi orang lain. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia memiliki kemampuan
berbahasa yang kuat. Seseorang dengan kemampuan bahasa yang kuat dapat
dengan mudah menerima dan mengkomunikasikan informasi secara lisan” dan
tertulis.
Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di
Taman Kanak-Kanak, termasuk belajar berbicara. “Menurut Burhan Nurgiyantoro
(2001: 289), bercerita merupakan salah satu jenis tes keterampilan berbicara yang
dirancang untuk menampilkan kemampuan berbicara secara pragmatis. Keakuratan
ucapan, tata bahasa, dan” kosa kata mereka, serta kefasihan dan kefasihan mereka,
merupakan indikator kemahiran mereka dalam berbicara. Siswa mendapatkan
keterampilan dalam mengenali intonasi, imajinasi, dan seluk-beluk bahasa melalui
bercerita, yang merupakan bentuk komunikasi linguistik yang kuat dan lucu.
Kemampuan bercerita sudah menjadi ciri khas manusia dari zaman dahulu
hingga sekarang. Hampir setiap anak yang menyukai sebuah cerita akan selalu
ingin menceritakannya kembali, apalagi jika narasinya telah meninggalkan kesan
yang membekas. Agar siswa dapat bercerita dan mengungkapkan isi cerita secara
efektif, diperlukan materi pembelajaran yang menarik dan kelas yang mendukung.
Berdasarkan hasil observasi di TK Mutiara kelompok B melalui wawancara
dengan pengajar diketahui bahwa: 1. Dalam pembelajaran, kegiatan tanya jawab
harus selalu digunakan untuk memperkaya konten. 2. Pelaksanaan pembelajaran
masih kurang beragam dalam penggunaan media pembelajaran bidang sastra
khususnya bercerita. 3. Pada keterampilan bercerita, siswa tidak mampu
menceritakan kembali cerita karena hanya memanfaatkan media teks cerita. 3. Pada
saat siswa diajak maju ke depan dan bercerita, mayoritas siswa cenderung berbicara
dengan lembut dan hanya dapat didengar oleh siswa yang berada “di barisan depan.
4. Siswa masih kekurangan materi untuk bercerita, Saat bercerita, siswa belum
menguasai intonasi dan ekspresi. 5. dan Banyak siswa yang kurang bersemangat
dengan latihan ini karena biasanya mereka malu untuk tampil di depan kelas dan
bercerita. Hal ini juga didukung oleh guru yang penggunaan medianya dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia kurang beragam. Sekalipun penggunaan
media dapat menarik perhatian siswa dan” memotivasi mereka untuk berbagi cerita
di depan kelas, penggunaan media tidak diperlukan. Konsekuensinya, pembelajaran
tanpa menggunakan media yang menarik tidak menumbuhkan perkembangan
keterampilan bercerita siswa.
Berbagai jenis media dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
bercerita, termasuk gambar seri, audiovisual (video), wayang, dan boneka tangan.
Berdasarkan permasalahan di TK Mutiara kelompok B, guru dan peneliti dilarang
menggunakan media gambar dan demonstrasi untuk mengembangkan kemampuan
bercerita anak. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Tadzkiroatun Musfiroh
(2005: 147) bahwa gambar dan demonstrasi media menarik bagi anak muda. Selain
itu, anak-anak memanfaatkan boneka tangan ini secara langsung. Boneka tangan
ini dapat digunakan sebagai media bercerita.
Media gambar dan alat peraga dipilih untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan bercerita “karena tampilannya menarik minat siswa
dan memungkinkan adanya interaksi antar tokoh boneka tangan, sehingga
mengajarkan intonasi dan mimik wajah siswa saat bercerita. Pernyataan” Sanders
(Tadzkirotun Musfiroh, 2005: 26) bahwa anak senang mendengarkan cerita
mendukung pandangan tersebut. Dengan mengungkapkan pikiran mereka, “anak-
anak dapat menjadi lebih termotivasi untuk memperoleh keterampilan berbicara.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Suhartono (2005:24) yaitu” media yang tepat
akan lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan bercerita anak. Dengan
media gambar dan bantuan visual, anak akan mengembangkan keterampilan
bercerita yang sangat baik. Selain itu, media gambar dan alat peraga dapat
menginspirasi anak untuk berbicara dan mengekspresikan diri. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa media gambar dan alat bantu visual memiliki manfaat yang mudah
digunakan, membangkitkan minat siswa, dan membuat siswa partisipatif. Dengan
demikian, anak akan termotivasi untuk mengembangkan keterampilan berceritanya
di depan teman sebayanya.
Berdasarkan masalah yang ada di atas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Bercerita Menggunakan
Media Gambar dan Peraga Siswa TK Mutiara kelompok B”
METODE

A. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Rancangan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas merupakan metodologi yang digunakan dalam


penelitian ini. Penelitian tindakan di dalam kelas adalah sebuah studi yang
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan aktual yang dihadapi instruktur di dalam
kelas. Menurut Hopkins (dalam Wiriadmaja, 2010:11), “Penelitian Tindakan
Kelas adalah upaya seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil
berpartisipasi dalam proses perubahan dan perkembangan. Metodologi ini dipilih
karena peneliti adalah seorang pendidik. Sebagai seorang guru, seorang peneliti
terdorong untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, khususnya di TK
Mutiara Kelompok B, dimana peneliti melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan pendekatan penelitian tindakan kelas” dua
siklus.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilakukan secara siklus dan


banyaknya siklus disesuaikan dengan keadaan atau kondisi.Akhir penelitian ini
diharapkan dapat tercapainya tujuan pembelajaran,sehingga dapat menentukan
keberhasilan KKM. Dalam setiap siklus diawali dengan penentuan
masalah,perencanaan,scenario pembelajaran yang meliputi : tujuan,jenis kegitan
guru dan siswa, lembar pengamatan, maupun teknis pelaksanaan tindakan
observasi dan refleksi.
a. Perencanaan

Langkah ini terdiri dari penyusunan rencana aksi yang menggambarkan apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana kegiatan tersebut.
Sepanjang fase perencanaan, peneliti mengidentifikasi kejadian yang
memerlukan observasi khusus, dan kemudian membangun perangkat observasi
untuk menangkap peristiwa “yang terjadi selama tindakan. Rincian tahap
perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut”:
1) Mentukan bagaimana formulasi hipotesis tindakan akan digunakan untuk
menemukan tanggapan.
2) Menjelaskan indikator keberhasilan dan alat pengumpulan data yang
digunakan untuk memeriksa indikator keberhasilan.
3) Menyiapkan instrument pengumpulan data.
4) Membuat rencana aksi yang komprehensif untuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
b. Pelaksanaan

Selama fase ini, peneliti menerapkan pendekatan atau rencana pembelajaran


yang diusulkan. Penelitian ini mengkaji penggunaan media gambar dalam proses
pembelajaran dengan materi narasi.Rincian tindakan tersebut menjelaskan
tentang:
1) Menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan media gambar
dan peraga dalam pembelajaran bercerita.
2) Mengamati pembelajaran yang dilakukan siswa
c. Pengamatan

“Langkah ini terjadi bersamaan dengan penerapan pembelajaran.


Pengamatan dilakukan pada saat tindakan” itu terjadi, oleh karena itu keduanya
terjadi secara bersamaan.

“Pada tahap ini, observer mendukung peneliti dalam melakukan observasi


dan mendokumentasikan segala sesuatu yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi
dan” ujian ketuntasan belajar. Ada dua komponen panduan observasi: jawaban
guru dan siswa.

“Observasi ini bertujuan untuk mengamati secara seksama penggunaan media


gambar dalam” bahan penelitian naratif.
d. Refleksi

Langkah ini melibatkan pernyataan kembali dari tindakan sebelumnya.


Temuan observasi dikumpulkan dan diperiksa oleh peneliti sehingga dapat
ditentukan apakah tindakan yang dilakukan mencapai tujuan/sasaran yang
diinginkan atau masih memerlukan perbaikan. Dengan melaksanakan prosedur di
atas, peneliti akan lebih mudah melaksanakan penelitian tindakan kelas. Karena
lebih tersusun dan jelas arah penelitiannya.
B. Teknik Pengumpulan Data
Setiap kegiatan, keadaan, atau kejadian yang berhubungan dengan
penelitian disertai dengan pengumpulan data. “Ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Rincian teknik pengumpulan data dalam penekitian ini
adalah”:
1. Hasil belajar siswa dalam media gambar dan peraga dalam bercerita
2. hasil belajar setiap akhir siklus.
3. Instrumen penelitian dicatat dengan menggunakan lembar penilaian yang
dilakukan oleh guru.
C. Teknik Analisis Data
“Proses analisis data di lapangan, khususnya pada saat melakukan
penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data observasi dan hasil belajar
disertai data analisis deskriptif. Para peneliti memeriksa tanda-tanda keberhasilan
studi untuk menentukan apakah siklus tersebut akan berulang atau tidak. Indikator
keberhasilan tersebut adalah”:
1. Peneliti “mengumpulkan data hasil belajar siswa dengan
menggunakan tes tertulis yang dinilai dengan menghitung rata-
rata skor tes formatif yang kemudian dikonversikan ke dalam
persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut”:
F
P= x100%
N
Dimana :
P = Angka presentase
F = Frekuensi individu
N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya
D. Indikator Keberhasilan
Apabila keterampilan belajar guru berkembang dan hasil belajar siswa
mencapai ketuntasan 80 persen dengan nilai KKM 60, maka penelitian ini dianggap
berhasil dan ada peningkatan. Oleh karena itu, jika hasil yang diperoleh kelas
tersebut belum mencapai kuantitas tersebut, penelitian akan dilanjutkan hingga
diperoleh temuan tersebut.
HASIL & PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus di
TK Mutiara Kelompok B, telah diperoleh data hasil kemampuan siswa dalam
bercerita menggunakan media gambar dan peraga.. Berikut ini tabel yang
menunjukan data hasil penelitian.
1) Perbaikan Pembelajaran
a) Data Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Pada Siklus I
Data observasi perbaikan proses dan hasil pembelajaran pada siklus I
tanggal 10 April – 14 April 2023.
Tabel 2. Hasil Pembelajaran Pada Siklus I

Nilai
Rata-
No Nama Jenis KKM Keterangan
T1 T2 rata
Kelamin
1. AK P 70 80 60 75 Tuntas
2. AM P 40 60 60 50 Tidak Tuntas
3. A P 50 55 60 52,5 Tidak Tuntas
4. AS L 80 75 60 77,5 Tuntas
5. A L 55 60 60 57,5 Tidak Tuntas
6. DF P 45 65 60 55 Tidak Tuntas
7. MC P 40 70 60 55 Tidak Tuntas
8. MF L 75 85 60 80 Tuntas
9. NR P 50 65 60 57,5 Tidak Tuntas
10. NN P 40 60 60 50 Tidak Tuntas
11. P L 40 60 60 50 Tidak tuntas
12. RS P 40 55 60 47,5 Tidak Tuntas
13. RS L 50 60 60 55 Tidak Tuntas
14. S L 70 80 60 75 Tuntas
15. S L 80 85 60 82,5 Tuntas
16. S P 75 80 60 75 Tuntas
17. TH L 80 70 60 70 Tuntas
18. TNK P 70 80 60 75 Tuntas
19. VPW L 80 85 60 82,5 Tuntas
20. WAS P 50 55 60 52,5 Tidak Tuntas
Jumlah 1180 1385 1275
Indikator 59% 69,25 63,75%
Keberhasilan %

Dari data hasil observasi di atas dapat ditarik beberapa pernyataan, yaitu
sebagai berikut:
a. Ada 11 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM.
b. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM ada 9 orang.
c. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 85
d. Nilai terendah yang diperoleh siswa 40
e. Rata-rata kelas 63,75
f. Persentase ketuntasan 63,73 %
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
guru sudah efektif. Kedua tahapan kegiatan pembelajaran tersebut telah sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti, yang
meliputi kegiatan persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang telah
dilaksanakan secara metodis. Meskipun demikian, akademisi terus menghadapi
tantangan dalam upaya studi mereka. Agar peneliti tidak puas dengan hasil
penelitian siklus 1 dan melanjutkan pekerjaannya di siklus 11.
2) Perbaikan Pembelajaran
b) Data Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Pada Siklus II
Data observasi perbaikan proses dan hasil pembelajaran pada siklus II
tanggal 17 April – 21 April 2023.

Tabel 3 Hasil Pembelajaran Pada Siklus II


Nilai
Jenis KKM Rata- Keterangan
No Nama
Kelamin T1 T2 rata

1. AK P 85 90 60 87,5 Tuntas
2. AM P 75 80 60 76 Tuntas
3. A P 50 60 60 55 Tidak Tuntas
4. AS L 80 80 60 80 Tuntas
5. A L 65 75 60 70 Tuntas
6. DF P 50 50 60 50 Tidak Tuntas
7. MC P 70 80 60 75 Tuntas
8. MF L 80 90 60 85 Tuntas
9. NR P 65 80 60 73 Tuntas
10. NN P 60 50 60 55 Tidak Tuntas
11. P L 55 55 60 55 Tidak Tuntas
12. RS P 65 80 60 73 Tuntas
13. RS L 75 85 60 80 Tuntas
14. S L 85 90 60 88 Tuntas
15. S L 80 90 60 85 Tuntas
16. SM P 80 85 60 83 Tuntas
17. TH L 70 70 60 70 Tuntas
18. TNK P 75 80 60 78 Tuntas
19. VPW L 80 90 60 85 Tuntas
20. WAS P 50 60 60 55 Tidak Tuntas
Jumlah 1395 1515 1458,5
Indikator 69,75 75,75 73%
Keberhasilan % %

Dari data hasil observasi di atas dapat ditarik beberapa pernyataan, yaitu
sebagai berikut:
a. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 5 orang.
b. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM ada 15 orang.
c. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90
d. Nilai terendah yang diperoleh siswa 50
e. Rata-rata kelas meningkat menjadi 73
f. Pesentase ketuntasan 73%.
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus II,peneliti merasa senang
dan puas terhadap hasil belajar siswa. Karena pada siklus II hasil belajar siswa
meningkat. Dalam proses pembelajaran guru melaksanakan kegiatan pendahuluan
dengan baik dan sempurna,siswa lebih termotivasi dan antusias untuk mengikuti
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pada kegiatan inti terlaksana dengan
baik sesuai rancangan dan skenario pembelajaran yang di buat dengan
menggunakan media gambar dan peraga guru mendemonstrasikan materi ajar
dengan baik dan menarik. Guru menutup pembelajaran dengan sempurna.
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian dan pembahasan adalah
bahwa penggunaan media gambar dan visual memfasilitasi pengembangan
keterampilan bercerita siswa TK Mutiara kelompok B. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan keterampilan bercerita pada bidang pengucapan, intonasi, pilihan kata,
urutan, keberanian, kefasihan, sikap, dan penguasaan tema.
“Hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan proses dan nilai rata-
rata yang dicapai siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 63,73 %. Dan pada siklus II presentase ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai” 73%.
“Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar
saat bercerita dapat meningkatkan” hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.


Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. (1998). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud RI.
Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak
kanak.Jakarta : Kencana Penanda Media Group.
Akhmad Sudrajat. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Tekhnik, dan
Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ali Mustadi. (2012). “Speaking Skill Improvement Melalw Role-Playing Pada Kompetensi
English For Instruction J)I PGSD”. Jurnal Didaktika.3(1): 43-58.Diakses dari
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=28242
8. (Pada tanggal 8 April 2016, Jam 18.30 WIB).
Arief S Sadiman. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Azhar Arsyad. (2002). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bachtiar S. Bachri. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-
kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat JenderalPendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikandan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Burhan Nugiyantoro. (2001). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
. (2009). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta:
BPFE.
Darmiyati Zuchdi & Budiasih. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud RI.
Dini Erla Mufida. (2013). “Metode Bercerita Dengan Media gambar dan peraga
Untuk Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak KelompokB di TK
Aisyah Bustanul Athfal 2 Babat Lamongan”. Diakses dari
http://ejournal.unesa.ac.id/article/1716/19/article.pdf. (Pada tanggal 23 Maret
2016, Jam 09.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai