Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWA KELAS V DI MI ASWAJA UMBULSARI


Oleh
SITI NUR AZIZAH
azizahzizi1120@gmail.com
PGSD BI

ABSTRAK

Penelitian mengenai peningkatan keterampilan menyimak cerita melalui media audio visual pada
kelas V SD MI Aswaja Umbulsari. Yang disebabkan oleh rendahnya keberhasilan siswa dan
kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Peneliti ingin meningkatkan
keterlibatan siswa dan hasil belajar guna meningkatkan pembelajaran yang akan dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dimulai dari tanggal 2 mei sampai 27 Mei 2023,
dengan subjek penelitian siswa kelas V SD MI Aswaja Umbulsari yang berjumlah 9 siswa. Metode
pengumpulan data adalah metode observasi dan metode refleksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa dengan hasil
ketuntasan sebesar 50% (5 dari 11 siswa) rata-rata 70 pada siklus pertama meningkat menjadi 85%
(8 dari 11 siswa) rata-rata 80,5 pada siklus kedua, keterampilan guru dengan skor 37 pada siklus
pertama menjadi 40 pada siklus kedua. Peningkatan hasil belajar karena peneliti menggunakan
media pembelajaran yang tepat, fokus penggunaan media dalam penelitian ini adalah media audio
visual.

Kata kunci : Menyimak Cerita, Media Audio Visual, Kelas V MI Aswaja Umbulsari

Pendahuluan
Latar Belakang
Kemampuan menyimak merupakan salah satu dari kemampuan linguistik. Bakat
bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mendengarkan. Karena kita dapat mempelajari
sebagian informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
menyimak, menyimak merupakan keterampilan yang sangat signifikan dalam kehidupan
manusia (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 227). Meningkatkan kemampuan
mendengarkan juga memiliki potensi untuk meningkatkan produksi ucapan. Kegiatan yang
meliputi menyimak dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar untuk belajar dari apa yang
didengar dan sebagai cara untuk melatih komunikasi yang efektif dengan orang lain
(Tarigan, 2014: 31).
Menurut H. Hermawan 2012 menyatakan Salah satu hal yang paling mempengaruhi
kesuksesan kita adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi. Mengembangkan
keterampilan mendengarkan yang lebih baik adalah salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi. Memperhatikan dan menafsirkan pikiran, ide, dan
emosi orang lain secara efektif membutuhkan kemampuan untuk mendengarkan. Peran
mendengarkan sangat penting tidak hanya karena membantu orang meningkatkan
kemampuan komunikasi mereka, tetapi juga karena memakan ruang paling banyak selama
kegiatan komunikasi. Sebagian besar aktivitas komunikasi—50%—terdiri dari
mendengarkan. Orang yang dapat mendengarkan secara aktif lebih mampu menangani
skenario apa pun daripada mereka yang tidak bisa. Kemampuan kita untuk mendengarkan
akan benar-benar menyadarkan kita akan keberadaan kita sendiri dan orang lain. Selain
menambah wawasan kita, ternyata buku ini
Berdasarkan temuan penelitian dan observasi, pihak sekolah hanya menggunakan
teknik ceramah dalam pembelajaran khususnya menyimak cerita dengan materi teks fiksi,
karena belum mampu menerapkan media dalam proses pembelajaran. Namun, banyak siswa
menganggap pendekatan ini membosankan. Rendahnya hasil belajar siswa merupakan
akibat dari pembelajaran.
Hasil nilai ulangan harian KKM (75) menunjukkan prestasi siswa masih rendah,
hanya 3 dari 11 siswa (atau 25%) yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), atau 75. Sisanya 8 siswa ( atau 75%), menerima skor di bawah.
Ketuntasan Persentase
Rata-Rata
Belum tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
8 3 70% 30% 52

Pembelajaran Bahasa Indonesia selama ini menggunakan metode ceramah, sehingga


kondisi di dalam kelas sangat terlihat monoton dan tidak hidup. Maka dari itu, penulis
berinisiatif untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media. Media yang
akan digunakan oleh guru adalah media audio visual berupa laptop.

Rumusan masalah

Penulis berkonsentrasi untuk mendampingi siswa kelas V MI berdasarkan temuan terhadap


berbagai unsur yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pembelajaran ini dan kesimpulan
dari percakapan dengan rekannya. Agar siswa Aswaja Umbulsari benar-benar memahami
subjek, penulis mendefinisikan kesulitan utama., Bagaimana penggunaan media Audio Visual
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Aswaja Umbulsari dalam pembelajaran
menyimak cerita? Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas V MI Aswaja Umbulsari
setelah diterapkan media Audio Visual dalam pembelajaran menyimak cerita?

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi melalui
menyimak. Adapun tujuannya yakni : 1) Mendeskripsikan penerapan penggunaan media
audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Aswaja Umbulsari dalam
pembelajaran menyimak cerita. 2) Menganalisis dampak penggunaan media audio visual
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Aswaja Umbulsari dalam pembelajaran
menyimak cerita.

Manfaat Penelitian
Peneliti berharap mendapatkan manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Peserta didik
1) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mereka dengan
mendengarkan
2) Menjadikan pembelajaran menyenangkan bagi siswa
3) Buatlah mudah bagi anak-anak untuk memperoleh keterampilan mendengarkan
4) Membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mendengarkan mereka.
2. Guru
1) Dapat digunakan untuk menilai dan meningkatkan pembelajaran yang sedang
berlangsung.
2) Membantu pendidik dengan tantangan belajar.
3) Memilih model dan media pembelajaran yang lebih memahami
3. Sekolah
1) Digunakan untuk menginspirasi guru lain untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
2) Mendorong kerjasama guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara
berkesinambungan.
Karakteristik Siswa SD
Siswa di sekolah dasar cenderung lebih suka berkeliaran, bermain, mencoba hal baru,
berkolaborasi dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas dengan cepat, terutama di tingkat
bawah.
Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah kegiatan penuh perhatian yang membantu kita memahami apa yang
kita dengar.
Dongeng atau Cerita Anak
Hana (2011: 14) mendefinisikan dongeng sebagai cerita imajinasi yang tidak benar atau
sebenarnya, seperti fabel (cerita tentang binatang dan benda mati), saga (cerita
petualangan), legenda (cerita tentang asal usul), mitos (cerita tentang dewa). , peri, dan
roh), dan epos (cerita sepanjang Mahabharata dan Ramayana). Cerita anak menurut
Rampan (2012) adalah dongeng untuk anak-anak yang biasanya mengandung pesan.
Buku anak-anak yang bagus memberikan pelajaran moral dan pendidikan kepada
pembacanya, terutama kepada anak-anak kecil.
Pembelajaran Berbahasa Indonesia
Pelajaran bahasa Indonesia di SD memiliki peran yang sangat signifikan, menurut
Kristiantari (2011: 70–71), mengingat tujuannya adalah memnyajikan keterampilan
awal membaca, menulis, dan berhitung (calistung) juga pengetahuan dan keterampilan
mendasar yang diperlukan siswa menurut tingkat perkembangan mereka.
Media Pembelajaran Audio Visual
Penggunaan konten dan asimilasinya melalui mendengar dan melihat untuk terciptanya
kondisi yang diperlukan bagi peserta didik untukmendapatkan pengetahuan dan
keterampilan, atau sikap yang dikenal sebagai perantara atau penggunaan media audio-
visual.
Konsep PTK
Untuk mengembangkan dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas ke standar yang
lebih tinggi agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik, dilakukan semacam
penelitian yang dikenal dengan nama penelitian tindakan kelas (PTK).

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Serta Pihak yang Membantu


Dengan jumlah siswa 11 orang—9 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan—
perbaikan dilakukan di kelas V MI Aswaja Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember.
Dalam peningkatan pembelajaran tersebut dilaksanakan sebanyak dua siklus,
yaitu siklus 1 berlangsung pada 2 Mei 2023, dan siklus 2 pada 10 Mei 2023.
Adapun yang berperan dalam membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran
diantaranya:

1. Bapak SU'UDI, S.Pd, M.Pd sebagai supervisor 1


2. Ibu Radliyah, S.Pd.I sebagai kepala MI Aswaja Umbulsari
3. Ibu Faizatuz Zahro’ SH selaku teman sejawat
4. Rekan-rekan Guru MI Aswaja Umbulsari

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


SIKLUS I SIKLUS II

PERENCANAAN PERENCANAAN

REFLEKSI TINDAKAN REFLEKSI TINDAKAN

OBSERVASI OBSERVASI
Teknik Analisis Data
Teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis adalah teknik yang digunakan
dalam menganalisis perencanaan penelitian ini.
Teknik Deskriptif Komparatif digunakan Untuk pengumpulan data kuantitatif,
pendekatan yang digunakan adalah deskriptif komparatif. “Teknik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif, khususnya dengan membandingkan hasil antar siklus,”
menurut Kelvin (2011:66).
Metode Analisis Kriteria Teknik analisis kritis digunakan untuk data kualitatif.
Menurut Kelvin (2011:66), “Teknik analisis kritis meliputi kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan
kriteria normatif yang bersumber dari kajian teori maupun dari ketentuan yang ada”.

Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Nilai hasil evaluasi siswa meningkat setelah dua siklus pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Kenaikan ini disebabkan oleh adopsi sumber belajar yang menarik untuk
anak-anak..

Persentase kegiatan siswa yang berhasil meningkat sebesar 18% dari pelaksanaan
siklus pertama (I) ke siklus kedua (II). Data yang dikumpulkan peneliti saat melakukan
penelitian memberikan bukti untuk hal ini. Pada siklus I, 70% kegiatan siswa dinyatakan
berhasil dengan nilai rata-rata 3,025 dan penilaian kategori B (baik). Pada siklus II, 88%
kegiatan siswa dinyatakan berhasil, dengan nilai rata-rata keseluruhan 3,48 dan penilaian
kategori A (sangat baik). Persentase peningkatan keberhasilan kegiatan kemahasiswaan
ditunjukkan pada grafik di bawah ini..

Keterlibatan siswa telah berkembang, dan kemampuan instruktur juga meningkat.


Data yang peneliti kumpulkan selama proses pembelajaran berlangsung memberikan bukti
akan hal ini. Proporsi keberhasilan guru meningkat sebesar 7% dari siklus I ke siklus II.
Hasil penilaian guru yang berhasil pada siklus I adalah 84%, dengan skor total 37 dan
peringkat kategori B (baik). Dengan total skor 40 dan penilaian kategori A (sangat baik),
persentase guru yang berhasil pada siklus II sebesar 91%.

Pembahasan
Berdasarakan hasil penelitian pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari
siklus I dan siklus II melalui penerapan menyimak cerita menggunakan media audio
visual pada sekolah MI Aswaja Umbulsari berjalan dengan lancar tanpa kendala.
Selama pembelajaran berlangsung, siswa menunjukkan antusiasme. Untuk siswa kelas
5, penggunaan media audio visual sudah tepat.
Dalam hal ini, mendengarkan secara menyeluruh dan apresiatif digunakan
sebagai tujuan menyimak. Siswa memperhatikan untuk memahami pesan yang
diungkapkan melalui aspek-aspek mendasar seperti karakter, karakter, alur cerita, latar,
topik, dan amanat. Seiring dengan memahami pesan yang dikirim.
Dirasa sangat berhasil dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dengan
memanfaatkan media audio visual sebagai alat bantu ketika belajar menyimak dongeng.
Hal ini terlihat dari keinginan siswa untuk belajar lebih efektif dari biasanya. Dongeng
atau cerita memiliki pesan yang kuat sehingga mudah dipahami oleh siswa. Siswa
mampu memberikan jawaban yang akurat atas pertanyaan guru tentang detail dongeng.
Para siswa juga tampak menikmati mendengarkan dongeng lebih dari biasanya. Hal ini
terlihat dari komentar siswa setelah pembacaan narasi. Karena mereka dapat
menceritakan kembali plot dongeng secara akurat, anak-anak menikmati dan memahami
yang telah dilakukan.
Kita dapat melihat bahwa rata-rata skor menyimak siswa menunjukkan
peningkatan dalam kemampuan mendengar dongeng. Kapasitas mendengarkan cerita
siswa rata-rata adalah 55 sebelum penelitian ini dilakukan. Namun setelah selesainya
penelitian ini pada siklus I, kemampuan menyimak pengalaman siswa meningkat
menjadi 71. Dan setelah pembelajaran pada siklus II meningkat lagi menjadi 80.
Selain itu, siswa diminta untuk menceritakan kembali cerita yang dimainkan
dengan kata-kata mereka sendiri. Ketimbang guru membacakan cerita di depan kelas
seperti biasa, kali ini cerita disampaikan melalui bahan ajar yang lebih menarik.. Yaitu
cerita disampaikan dengan media audio visual. Siswa karena itu lebih berkomitmen
untuk menguasai seni mendengarkan. Ini memengaruhi volume informasi yang
dipelajari siswa melalui pendengaran. Akibatnya, ketika diminta untuk menceritakan
peristiwa cerita, siswa lebih mahir melakukannya.
Kesimpulan
1. Penerapan media audio visual pada materi menyimak cerita sangat bagus diterapkan dalam
meningkatkan keterampilan menyimak dongeng. Karena Temuan penelitian siklus 1 dan 2
menunjukkan bahwa keterampilan mendengarkan siswa dan pengamatan kemampuan
instruktur dan aktivitas siswa secara konsisten meningkat. Berdasarkan hasil observasi
keterampilan menyimak dongeng pada siklus I rata- rata siswa adalah 3,025 dengan
persentase 70% kategori baik, sedangkan pada siklus II rata- rata siswa adalah 3,483 dengan
persentase 88% dengan kategori sangat baik. Begitu pula dengan keterampilan guru yang
mengalami peningkatan pada siklus I ketrampilan guru berjumlah 37 dengan persentase 84%
kategori sangat baik, selanjutnya pada siklus II keterampilan guru berjumlah 40 dengan
persentase 91% kategori sangat baik.
2. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan masyarakat untuk mendengarkan dongeng
meningkat; nilai rata-rata pada siklus pertama adalah 70, dan meningkat menjadi 80,5 pada
siklus kedua. Tingkat ketuntasan siklus I sebesar 55% atau 6 dari 9, dan siklus II mencapai
85% atau 8 dari 9. Penelitian ini dinyatakan berhasil berdasarkan indikator keberhasilan
penelitian yaitu 80% siswa merasa puas setelah mendengarkan dongeng.

Saran
1. 1. Guru memiliki pilihan untuk menggantikan pengajaran mendengarkan dongeng melalui
penggunaan bahan audiovisual. Materi audiovisual ini juga dapat digunakan untuk berbagai
jenis pengajaran, membutuhkan kecerdikan guru. Hal ini juga dimaksudkan agar guru
mencari alat pengajaran tambahan yang lebih menarik, inventif, dan beragam karena media
audio visual ini bukan satu-satunya yang digunakan untuk mengajar menyimak cerita.
2. Media audio-visual ini harus dapat diakses oleh siswa dengan cara selain hanya untuk
mendengarkan cerita. Idenya adalah dengan bertukar pikiran, siswa akan dapat meminta
bantuan dari siswa lain ketika mereka mengalami masalah dengan akademik mereka.
3. Untuk memperluas cakupan linguistik dan meningkatkan standar pendidikan di Indonesia,
peneliti yang berminat mempelajari kemampuan mendengarkan naratif sebaiknya
menggunakan teknik pembelajaran yang berbeda, lebih menarik, inventif, dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hana, J. (2011). Terapi KecerdasanAnak Dengan Dongeng . Yogyakarta: Berlian Media.

H.G.Tarigan. (2014). “Mendengar Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”. Bandung: CV


Angkasa
Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suwandi, J. 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Surakarta , Penerbit Qinant
Rampan, Korrie Layun. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak. Yogyakarta: Pink Books,
Pusbuk, dan Taman Melati.

Sardiman. (2018). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.
Setiawati,TT. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Media Film Siswa Kelas V
Sd Negeri Wonolelo 1 Sawangan Magelang, Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Bellona Mardhatillah Sabillah, Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat Melalui Media
Audio Pada Siswa Kelas V Sd Inpres Borong Jambu Ii Kecamatan Manggala Kota Makassar
Universitas Megarezky.

Beby Zein Rismala, Ermawati Zulikhatin Nuroh, Penggunaan Video Animasi Pada Keterampilan
Menyimak Cerita Dongeng Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar , Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai